• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM MULTI PARTAI DALAM PELAKSANAAN PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF DI INDONESIA PASCA REFORMASI JURNAL DIAJUKAN OLEH : DANIEL SITORUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SISTEM MULTI PARTAI DALAM PELAKSANAAN PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF DI INDONESIA PASCA REFORMASI JURNAL DIAJUKAN OLEH : DANIEL SITORUS"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM MULTI PARTAI DALAM PELAKSANAAN PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF DI INDONESIA PASCA REFORMASI

JURNAL DIAJUKAN OLEH :

DANIEL SITORUS 090200207

EMAIL : torus_daniel@yahoo.co.id Dosen Pembimbing I : Armansyah,SH,M.Hum Dosen Pembimbing II : Dr.Mirza Nasution,SH,M.Hum

HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Medan

(2)

ABSTRAK *) Daniel Sitorus **) Armansyah,S.H.,M.Hum ***) Dr. Mirza Nasution,S.H.,M.Hum

Di dalam era demokrasi pasca reformasi di Indonesia kini, setiap warga negara telah diberikan kebebasan untuk berserikat, berkumpul, serta mengeluarkan pendapat yang mana hal tersebut merupakan suatu hak asasi manusia yang dijamin di dalam undang-undang dasar 1945. Dengan demikian maka keberadaan partai politik merupakan hal yang lumrah muncul dalam negara demokratis dan merupakan sarana bagi warga negara untuk turut serta atau berpartisipasi dalam proses pengelolaan negara. Setiap pemerintahan yang demokratis, maka akan melaksanakan pemilihan umum oleh karena pemilihan umum merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat. Pemilihan umum dilaksanakn dengan partai politik sebagai pesertanya. Banyaknya partai politik sdi Indonesia merupakan hal yang lumrah mengingat keanekaragaman budaya di Indonesia, oleh karena itu dibentuklah aturan-aturan untuk menyederhanakan jumlah partai politik melalui pemilihan umum itu sendiri. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sesungguhnya bentuk sistem kepartaian yang ada di Indonesia, serta pelaksanaan pemilihan umum di Indonesia dan pelaksanaan pemilihan umum legislatif di Indonesia yang dilaksanakan setelah masa reformasi yang mana akan dikemukakan di dalam skripsi ini.

Dalam menyusun skripsi ini digunakan metode penelitian yuridis normatif dengan melakukan penelitian terhadap Undang-Undang Dasar Negara Indonesia tahun 1945, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang partai politik, dan Undang-undang mengenai pemilihan umum, serta sumber-sumber lainnya yang berkaitan.

Partai politik merupakan suatu wadah bagi sekelompok warga negara untuk menyalurkan aspirasi politiknya sekaligus sebagai suatu kendaraan atau alat bantu orang atau warga negara untuk mendapatkan kekuasaan dan ikut serta di dalam pemerintahan serta memperjuangkan kepentingan anggotanya, bangsa, dan negara. Pemilihan umum merupakan suatu bentuk pelaksanaan kedaulatan rakyat yang mana melalui pemilu setiap orang berhak untuk memilih dan dipilih. Sistem multi partai yang ada di Indonesia merupakan suatu tuntutan kebebasan di Indonesia akibat dikekangnya pertumbuhan partai politik pada masa orde baru, selain itu sejalan pula dengan masyarakat Indonesia yang plural.

(Kata kunci: Multi Partai,Pemilihan Umum,Pasca Reformasi) *) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara **) Dosen Pembimbing I

(3)

ABSTRACT *) Daniel Sitorus **) Armansyah,SH,M.Hum ***) Dr. Mirza Nasution,SH,M.Hum

Democracy in the post reform era in Indonesia now, every citizen has been granted freedom to share, gather, and issued an opinion that the case is a human right that is guaranteed in the Constitution 1945. Thus, the existence of political parties is a natural thing appears in a democratic country and the means for the citizens to participate in the management of state. Any democratic government, it will carry out elections because election means of implementation of sovereignity of the people. A general election is carried out by political parties as participant. Political parties are very much in Indonesia is normal because of the diversity of cultures in Indonesia, because of this the rules were formed to simplify the number of political parties throught elections. This thesis aims to determine how to actually shape the party system in Indonesia and how the legislative elections in Indonesia are carried out after a period of reform which will be presenred in this thesis.

This thesis used normative research methods by doing reseacrch on Constitution 1945, Political party act number 2 year 2011, and the act of elections, as well as other related sources.

Political party is a place for a group of citizens to distribute their political aspirations as well as a vehicle or a person aids or citizens to gain power and participate in government and fight for the interest of members,nation,and state. General election is a implementation of a form of popular sovereignity throught elections in which every person is entitled to vote and be elected. Multy Party System in Indonesia is a claim freedom in Indonesia because growth of political parties at the time of new orde was inhibited, in addition, in accordance also with the pluralistic Indonesian society.

(Keywords: Multy Party,General Election,Post Reform)

*) Student in Law Faculty of Sumatera Utara University **) Lecture in Law Faculty of Sumatera Utara University ***) Lecture in Law Faculty of Sumatera Utara University

(4)

A. Pendahuluan

Di dalam era demokrasi pasca reformasi di Indonesia kini, setiap warga negara di berikan kebebasan untuk berserikat, berkumpul, serta mengeluarkan pikiran dan pendapat yang mana hal ini merupakan salah satu Hak Asasi Manusia yang dijamin di dalam Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 sebagaimana yang tercantum di dalam pasal 28 E ayat 3 yaitu “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”. Hal ini merupakan salah satu bagian untuk mewujudkan kehidupan bangsa Indonesia yang lebih demokratis serta menjunjung tinggi kedaulatan rakyat, aspirasi, keterbukaan, keadilan, tanggung jawab, dan perlakuan yang tidak diskriminatif.

Partai Politik merupakan sarana bagi warga negara untuk turut serta atau berpartisipasi dalam proses pengelolaan negara.1 Partai politik juga merupakan sarana untuk mengakomodir partisipasi politik tiap-tiap rakyat Indonesia dalam mengembangkan kehidupan berdemokrasi dengan tujuan untuk menjunjung tinggi suatu kebebasan yang bertanggung jawab sehingga melalui Partai Politik juga nantinya masyarakat dapat ikut serta berperan aktif dalam penyelenggaraan negara.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang perubahan atas Undang – Undang Nomor 2 tahun 2008 tentang Partai politik sendiri pada pasal 1 mendefinisikan bahwa Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan di bentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar

(5)

kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa, dan negara serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa partai politik itu pada pokoknya memiliki kedudukan dan peranan yang sentral dan penting dalam setiap sistem demokrasi.2

Dalam demokrasi di Indonesia, Partai Politik merupakan pilar utama dalam pelaksanaan demokrasi oleh karena kendali roda pemerintahan berada di tangan presiden dan wakil presiden yang mana presiden dan wakil presiden sendiri berasal dan dicalonkan oleh Partai Politik sebagaimana yang tertera dalam pasal 6 A ayat 2 undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang berbunyi “pasangan calon presiden dan wakil presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta – peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum”

Setiap pemerintahan yang demokratis, akan melaksanakan pemilihan umum oleh karena pemilihan umum merupakan salah satu sarana kedaulatan rakyat yang mana melalui pemilihan umum rakyat dapat memilih wakilnya yang akan duduk dalam Dewan Perwakilan Rakyat maupun dalam Dewan Perwakilan Rakyat daerah, hingga memilih Presiden dan Wakil Presidennya. Pemilihan umum pada hakikatnya merupakan sistem penjaringan pejabat publik yang

2http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/htn-dan-puu/83-sistem-multipartai-di-indonesia.html diakses

(6)

banyak digunakan oleh negara – negara di dunia dengan sistem pemerintahan demokrasi.3

Salah satu ciri dari negara demokrasi adalah melaksanakan pemilihan umum dalam waktu-waktu tertentu.4 Pemilihan umum pada hakikatnya merupakan pengakuan dan perwujudan daripada hak – hak politik rakyat dan sekaligus merupakan pendelegasian hak – hak tersebut oleh rakyat kepada wakil – wakilnya untuk menjalankan pemerintahan. 5 M. Rusli Karim berpendapat bahwa Pemilihan umum merupakan salah satu sarana utama untuk menegakkan tatanan demokrasi (kedaulatan rakyat), yang berfungsi sebagai alat menyehatkan dan menyempurnakan demokrasi, bukan sebagai tujuan demokrasi.

Pemilihan umum mempunyai pengaruh yang besar terhadap suatu sistem politik suatu negara oleh karena melalui pemilihan umum itu maka masyarakat mendapatkan kesempatan untuk ikut serta berpartisipasi dengan memunculkan calon pemimpin dan melakukan penyaringan terhadap calon – calon tersebut. Oleh karenanya, pemimpin yang kemudian muncul adalah pemimpin yang di kehendaki oleh rakyat tersebut.

Sejalan dengan terjadinya reformasi di Indonesia, partai – partai politik muncul sebagai bentuk dari ekspresi kebebasan sekaligus sebagai bentuk dari kehendak rakyat untuk ikut berpartisipasi dalam kehidupan politik akibat pengekangan politik yang di lakukan oleh pemerintahan pada masa orde baru. Oleh karena itu, pasca reformasi muncullah berbagai partai politik dengan

3 Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia pasca Amandemen UUD

1945, Kencana Prenada Media, Jakarta,2010, h. 329

4 Ibid. h.331 5 Ibid. h.331

(7)

berbagai aliran ideologi untuk ikut serta dalam pemilihan umum sehingga dapat berpartisipasi dalam pengelolaan negara sehingga oleh karena itu terbentuklah suatu sistem kepartaian yang plural di Indonesia.

Sekalipun reformasi mengakibatkan munculnya banyak partai politik sehingga dikatakan bahwa negara Indonesia menganut sistem multi partai, namun sesungguhnya, Indonesia tidak memiliki peraturan yang jelas mengenai sistem kepartaian yang mana yang di anut oleh Indonesia. Pengaturan tersebut hanya muncul secara tersirat pada pasal 6A ayat 2 Undang – Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa “Pasangan calon presiden dan wakil presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta – peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum” Frasa “...diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik” mengisyaratkan bahwa Negara Republik Indonesia menganut sistem kepartaian yang multi partai. Hal ini juga sejalan dengan semangat reformasi yang mana setiap warga negara kini di berikan kebebasan untuk mendirikan partai politik untuk ikut serta dalam pemilihan umum di Indonesia tanpa membedakan suku, agama, ras dan golongan.

Sistem kepartaian sangat erat hubungannya dengan sistem pemerintahan. Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial. Sistem pemerintahan presidensial dikatakan tidak cocok untuk di kolaborasikan dengan sistem multi partai oleh karena keberadaan sistem multi partai dikatakan akan mengakibatkan ketidak stabilan dalam pelaksanaan pemerintahan, disebabkan oleh karena banyaknya kepentingan sehingga dapat berakibat melemahnya kekuatan eksekutif.

(8)

Mainwaring menyebutkan tiga alasan utama mengapa relasi antara sistem multi partai dengan sistem pemerintahan presidensial menjadi problematik. Pertama, presidensialisme multi partai cenderung menghasilkan imobilitas dan jalan buntu (deadlock) eksekutif / legislatif yang itu kemudian membuat destabilitas demokrasi. Kedua, multi partai menghasilkan polarisasi ideologi daripada bipartai dan ketiga, dalam presidensialisme multi partai kesulitan membangun kolaisi inter partai.6

Indonesia mulai mencoba untuk mengurangi keberadaan partai politik untuk ikut serta di dalam pemilihan umum dengan tujuan untuk menguatkan sistem presidensial yang dianut oleh Indonesia. Penyederhanaan partai politik itu sendiri dilakukan dengan cara mempersulit pendirian partai politik serta melakukan eleminasi terhadap partai politik melalui pemilihan umum itu sendiri.

Seperti kita ketahui, bahwa pasca reformasi muncul banyak sekali partai politik sebagai peserta pemilihan umum, namun upaya untuk melakukan penyederhanaan terhadap partai politik tersebut juga di lakukan melalui pemilihan umum. Oleh karena itu, maka kita mengenal adanya istilah electoral threshold dan Parliamentary Threshold. Hal – hal ini di buat dengan tujuan agar Partai Politik akan terelminasi dengan sendirinya sehingga akhirnya jumlah partai politik akan lebih sederhana atau sedikit.

Upaya untuk melakukan penyederhanaan terhadap Partai politik itu sendiri melalui Pemilihan umum dengan cara menerapkan ambang batas ternyata masih menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat, utamanya terhadap penerapan

6 Sigit Pamungkas, Partai Politik; Teori dan Praktik di Indonesia,Institute for Democracy and

(9)

parliamentary threshold. Banyak kalangan menyatakan bahwa dengan penerapan ambang batas parlemen tersebut akan membuang banyak suara rakyat sehingga akan ada kesan bahwa ada suara rakyat yang tidak terwakili atau terbuang sia – sia namun sebagian kalangan beranggapan bahwa penerapan ambang batas tersebut dapat meminimalisir jumlah partai politik yang akan berdiri oleh karena partai – partai politik akan berpikir dua kali untuk ikut serta pemilihan umum oleh karena tingginya ambang batas dan memilih bergabung dengan Partai politik yang sudah ada sehingga pemilihan umum akan diikuti oleh lebih sedikit partai.

Namun, yang muncul menjadi persoalan adalah bahwa negara Indonesia yang memiliki keragaman budaya justru lebih mendorong pilihan untuk berdirinya banyak partai oleh karena pluralitas budaya dan politik mendorong masyarakat untuk mendirikan partai politik dengan berbagai macam ideologi.

Melihat kenyataan di atas, maka penulis mencoba untuk menulis skripsi ini untuk dapat mengetahui sejauh mana penerapan muti partai di Indonesia setelah reformasi dalam pelaksanaannya pada pemilihan umum. Efektifkah atau tidak, apakah memang multi partai itu telah sesuai di negara Indonesia dan apakah memang dengan banyaknya partai politik maka aspirasi politik rakyat lebih tersalurkan atau tidak. Oleh karena itu, penulis mencoba menulis skripsi ini dengan Judul Sistem Multi Partai dalam Pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif di Indonesia Pasca Reformasi.

B. Permasalahan

Sesuai dengan uraian yang telah disampaikan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dari tulisan ini adalah :

(10)

1. Bagaimanakah bentuk sistem kepartaian yang ada di Indonesia?

2. Bagaimanakah Pelaksanaan pemilihan umum di Indonesia ? 3. Bagaimanakah pelaksanaan pemilihan umum legislatif di

Indonesia dengan sistem multi partai pasca reformasi ?

C. Metode Penelitian

Metode Penelitian yang dilakukan dalam penulisan tulisan ini adalah metode penelitian normatif yang mana penelitian dilakukan terhadap kepustakaan atau meneliti terhadap bahan pustaka yang ada.

D. Hasil Penelitian

1. Tinjauan terhadap Sistem Kepartaian

Partai Politik sebagai sarana bagi warga negara dalam rangka untuk ikut serta dalam pengelolaan negara merupakan suatu organisasi yang baru di dalam kehidupan manusia di bandingkan dengan organisasi negara, akan tetapi sejarah kelahiran partai politik cukup panjang. Namun, dapat kita lihat bahwa sejak dahulu, Partai politik telah di gunakan untuk memeprtahankan pengelompokan yang sudah mapan (seperti untuk gereja) atau untuk menghancurkan statusquo seperti yang dilakukan di Bolsheviks pada tahun 1917 tatkala menumbangkan kekaisaran Tsar. 7

Secara Umum, terdapat tiga pendekatan untuk memahami asal usul partai politik, pendekatan itu adalah pendekatan institusional, pendekatan historis dan pendekatan modernisasi.

(11)

Sementara itu, Maurice Duverger dalam buku Teori – teori Mutakhir partai politik yang ditulis oleh Ichsanul Amal mengklasifikasikan asal mula partai politi tersebut ke dalam dua bagian yaitu Partai Politik yang tumbuh dalam lingkar parlemen dan partai politik yang tumbuh di luar parlemen.

Sistem kepartaian pada awalnya ditemukan dalam karya Duverger, yaitu untuk menggambarkan bentuk dan corak dari kehidupan bersama partai politik di beberapa negara. 8 Duverger membayangkan sistem kepartaian adalah relasi diantara karakteristik tertentu partai politik diantaranya jumlah, ukuran respektif, sekutu, lokasi geografis, distribusi politik, dan sebagainya.9 Sistem kepartaian sangat berkaitan erat dengan stabilitas dan instabilitas suatu pemerintahan. Pada umumnya, sistem dwi partai dipandang sebagai sistem kepartaian yang paling ideal bagi seluruh sistem pemerintahan.

Sementara itu, Sigit Pamungkas dalam bukunya partai politik teori dan praktik di Indonesia, setidaknya ada empat pendekatan dalam memahami sistem kepartaian di sebuah negara. Empat pendekatan itu adalah :

1. Pendekatan berbasis numerik Partai

2. Pendekatan berbasis ukuran dan kekuatan relatif partai 3. Pendekatan berbasis pola formasi pemerintahan 4. Pendekatan berbasis jumlah dan jarak ideologi partai

8 Sigit Pamungkas,Op.Cit H. 42 9 Ibid. H. 43

(12)

Sementara itu pendapat lain dari Maurice Duverger pada tahun 1954 mengemukakan ada tiga klasifikasi sistem kepartaian yakni sistem partai tungal, sistem dua partai , dan sistem multi partai.

Berbicara mengenai sistem kepartaian di Indonesia maka kita tidak menemukan peraturan perundang-undanganpun yang mengatur mengenai sistem kepartaian di Indonesia. Undang-undang dasar 1945 sendiri tidak menentukan sistem kepartaian apa yang dianut, karena sistem kepartaian memang bukanlah hal yang prinsipil dalam bernegara dan dapat berubah-ubah sesuai dengan dinamika masyarakat.10

Sekalipun tidak tercantum secara tegas di dalam peraturan perundang-undangan manapun di Indonesia, namun UUD 1945 secara tersirat menunjukkan adanya suatu sistem kepartaian yang multi partai yaitu di dalam pasal 6A ayat 2 yang menyatakan bahwa pasangan calon presiden dan wakil presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum. Frasa “gabungan partai politik” menunjukkan adanya lebih dari satu partai yang mengikuti suatu pemilihan umum tersebut.

10 Janedjri M.Gaffar

http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=11963&coid=3&caid=21&gid=3 diakses pada tanggal 16 April 2013 Pukul 21.28

(13)

Dalam sejarah Indonesia, sistem kepartaian yang ada di indonesia sendiri sejak pelaksanaan pemilihan umum yang pertama hingga pemilihan umum 2009 adalah sistem kepartaian yang multi partai. Namun, pada masa kepemimpinan soeharto sistem multi partai yang berlaku ialah sistem multi partai terbatas yang mana pendirian partai politik dibatasi hanya 3 saja yaitu Golkar,PPP, dam PDI.

Pada awalnya, kemunculan partai – partai politik di Indonesia bermula dari Maklumat Pemerintah yang ditandatangani oleh wakil presiden pada tanggal 3 november 1945 yang mana maklumat itu memberikan kebebasan kepada rakyat untuk mendirikan partai politik untuk menyongsong pemilihan umum. Isi dari maklumat itu adalah : 11 - Pemerintah menyukai timbulnya partai-partai politik, karena dengan

adanya partai-partai itulah dapat dipimpin kejadian yang teratur segala aliran paham ada dalam masyarakat

- Pemerintah berharap supaya partai-partai itu telah tersusun, sebelumnya dilangsungkan pemilihan anggota Badan Perwakilan Rakyat pada bulan januari 1964.

Perkembangan kepartaian pasca jatuhnya Soeharto yang disebut dengan era reformasi cukup besar. Hal ini diakibatkan karena pada masa orde baru partai-partai politik tidak diperkenankan berdiri, sehingga dapat dikatakan bahwa pendirian partai-partai politik ini sebagai suatu ekspresi kebebasan.

2. Pemilihan Umum di Indonesia

Pemilihan Umum merupakan suatu sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam mengisi jabatan-jabatan di lembaga-lembaga baik

(14)

itu eksekutif maupun legislatif. Tiap-tiap negara yang mengklaim dirinya sebagai negara yang demokratis akan menyelenggarakan pemilu sebagai lambang dari suatu demokrasi

Pemilihan umum penting dilakukan baik bagi warga negara dan juga partai politik. Bagi warga negara pemilihan umum merupakan suatu haknya untuk mewujudkan kedaulatannya serta memungkinkan tiap warga negara tersebut untuk masuk kedalam badan perwakilan. Bagi partai politik maka pemilihan umum ini penting untuk menunjukkan sebagaimana besarnya dukungan terhadap partai politik tersebut dan menjadi sarana untuk menjalankan program-program partai politik tersebut. Selain penting dilakukan untuk warga negara dan partai politik, ternyata pemilu juga penting dilakukan kepada pejabat penyelenggara negara. Melalui pemilu, pejabat penyelenggara negara atau wakil rakyat dapat mengukur legitimasi atau tingkat dukungan dan kepercayaan masyarakat kepadanya

Berbicara mengenai sejarah pemilihan umum di Indonesia, sebelum Indonesia melakukan pemilihan umum yang bersifat nasional, di Indonesia telah terlebih dahulu diselenggarakan pemilihan umum yang bersifat lokal yakni pada tahun 1951 di minahasa dan yogyakarta.12

Sebelum kemerdekaan Indonesia juga, pemilu sudah pernah dilakukan. Pemilu ini dilakukan pada masa pemerintahan kolonial Belanda yang

12 Dedi Mulyadi, , Kebijakan Legislasi ; Tentang Sanksi Pidana Pemilu Legislatif di Indonesia

(15)

mana pada masa itu pemilihan umum dilakukan untuk memilih anggota Volksraad. Anggota Volksraad terdiri atas orang Eropa, Indo Arab, Indo Cina dan Pribumi. 13 Anggota voolskraad inilah yang dipilih sebagian oleh rakyat yang memiliki hak pilih dan kemudian sebagian lagi diangkat oleh gubernur jenderal.

Di awal kemerdekaan Indonesia, penyelenggaraan pemilihan umum untuk pertama kali tidak akan bisa terlepas dari maklumat pemerintah yang dikeluarkan oleh wakil presiden pada tanggal 3 November 1945 yang memberikan kebebasan kepada rakyat untuk membentuk partai politik guna mengikuti pemilihan umum anggota badan perwakilan rakyat yang direncanakan akan dilaksanakan di bulan januari 1964, Namun pemilu tersebut tidak dapat segera dilaksanakan. Pemilihan umum yang pertama kali yang dilaksanakan di Indonesia adalah pemilihan umum pada tahun 1955.

Salah satu instrumen penting di dalam pelaksanaan pemilu adalah sistem pemilu. Secara sederhana maka sistem pemilu dapat diartikan sebagai suatu cara mentransfer suara rakyat dalam pemilu untuk mengisi kursi parlemen melalui partai politik yang memperoleh suara. Sistem pemilu dapat pula diartikan sebagai kumpulan metode atau cara warga masyarakat memilih wakil mereka. 14 Apabila diuraikan secara sederhana,

13Ibid. H 285

14 Mexsasai Indra, Dinamika Hukum Tata Negara Indonesia, Refika Aditama,Bandung,2011.H.

(16)

maka terdapat dua kelompok besar sistem pemilu yang ada di dunia, yaitu sistem pemilu proporsional dan sistem pemilu distrik.

Pemilu di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga masa, yakni pemilu pada masa orde lama, pemilu pada masa orde baru, dan pemilu pada masa reformasi. Sistem pemilu yang digunakan di dalam pemilihan umum di Indonesia sejak tahun 1955 adalah sistem pemilu proporsional. Pada pemilu tahun 1955 yang merupakan pemilu pertama di Indonesia, partai politik mendapatkan kursi yang didasarkan pada perolehan partai politik tersebut dalam pemilihan umum. Pada pemilu di masa orde baru, sistem pemilu yang digunakan juga adalah sistem pemilu proporsional melanjutkan sistem pemilu yang telah ada sebelumnya. Namun, pada pemilu pada masa orde baru, sistem proporsional yang digunakan adalah sistem proporsional degan daftar tertutup yang mana dengan sistem daftar tertutup ini, masyarakat hanya diperkenankan memilih partai saja dan tidak dapat memilih kandidat calon.

Perubahan sistem pemilu di Indonesia dari sistem pemilu proprsional tertutup kepada sistem pemilu Proporsional terbuka mulai terlihat di tahun 2004. Pada pemilu tahun 2004, pemilih di perbolehkan untuk memilih secara langsung wakilnya dan memberikan kesempatan kepada semua calon untuk dapat masuk ke parlemen baik itu calon dengan nomor urut atas maupun calon dengan nomor urut bawah asalkan memenuhi jumlah bilangan pembagi pemilih.Namun,Mahkamah Konstitusi melalui keputusan nomor 22-24/PUU-VI/2008 akhirnya

(17)

menetapkan bahwa penetapan calon terpilih harus murni berdasarkan suara terbanyak. Dengan demikian, putusan tersebut menetapkan bahwa sistem pemilu yang dianut akhirnya menjadi sistem proporsional yang benar-benar terbuka dan sistem seperti ini akhinya diterapkan dalam pemilihan umum pada tahun 2009

. Pemilihan umum di Indonesia pada masa sekarang ini sebagai landasan konstitusionalnya terdapat pada undang-undang dasar republik Indonesia tahun 1945 Pasal 22 E ayat 1-6 yaitu :

1. Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali

2. Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan Perwakilan Daerah

3. Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah partai politik 4. Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan

Daerah adalah perseorangan

5. Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri

6. Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan undang-undang

(18)

Ayat-ayat yang ada didalam undang-undang dasar 1945 tersebutlah yang kemudian menjadi dasar dari seluruh peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai pemilihan umum di Indonesia.

Mengingat bahwa suatu penyelenggaraan pemilu memerlukan suatu peraturan yang mengatur mengenai teknis pelaksaannya maka kemudian dibentuklan suatu undang-undang yang mengatur mengenai pemilihan umum di Indonesia. Undang-undang tersebut dibentuk sebagai dasar hukum teknis penyelenggaraan pemilu di indonesia. Pada dasarnya, sekalipun telah mengalami perubahan,namun substansi yang diatur di dalam undang-undang tersebut hampir sama adanya yaitu mengatur mengenai peserta pemilu, penyelenggara pemilu, dan mekanisme pemilihan umum. Selain membentuk undang-undang, maka kemudian undang-undang itu juga kemudian menjadi dasar hukum untuk membentuk suatu peraturan – peraturan yang lainnya mengenai penyelenggaraan pemilu misalnya Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU).

3. Pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif di Indonesia dengan Multi Partai Pasca Reformasi

a. Pelaksanaan pemilihan umum legislatif di Indonesia dengan Multi Partai pada Pemilu 1999

Pemilihan umum pada tahun 1999 merupakan pemilihan umum yang pertama pada masa reformasi. Pemilihan umum pada tahun 1999 ini dilakukan pada masa kepemimpinan presiden B.J Habibie yang menggantikan Soeharto akibat desakan dari para demontsran yang

(19)

melakukan demokrasi menuntut mundurnya soeharto dari kursi kepresidenan. B.J Habibie di masa kepemimpinannya mempercepat penyelenggaraan pemilu menjadi tahun 1999 yang seyogianya dilaksanakan pada tahun 2002. Percepatan pemilu ini adalah hasil tekanan rakyat pada pemerintahan Habibie karena ia tidak dipandang memiliki legitimasi untuk memegang tampuk kekuasaan. 15

Pemilu pertama yang diselenggarakan pada era reformasi ini diikuti oleh sangat banyak partai politik ditandai dengan lahirnya UU Nomor 2 tahun 1999 tentang partai politik yang membuka peluang kepada setiap orang untuk mendirikan partai politik. Hal ini disebabkan oleh karena pada pemilu-pemilu sebelumnya, tumbuhnya partai politik dihambat oleh pemerintah dengan maksud untuk membentuk sistem multi partai sederhana dengan hanya menyertakan tiga partai saja dalam tiap pemilunya. Kelompok-kelompok yang sebelumnya terpaksa harus berfusi ke dalam partai tertentu pada pemilu 1999 ini akhirnya melepaskan diri dari partai asalnya dan membentuk suatu yang baru untuk mengikuti pemilu 1999. Pemilu pada tahun 1999 ini juga disebut sebagai pemilu transisi untuk masuk ke dalam format politik yang lebih demokratis. 16

Pemilu tahun 1999 ini menggunakan sistem electoral threshold sebesar 3 persen dan hanya ada lima partai yang melampaui angka tersebut sehingga hanya lima partai tersebutlah yang kemudian dapat mengkuti pemilu selanjutnya sebagaimana yang telah diatur di dalam UU Nomor 3

15 Sigit Pamungkas, Op.cit H 179 16 Ibid. H. 180

(20)

Tahun 1999 dan pada pemilu ini dikenal pula adanya Stembus Acord yaitu penggabungan suara dari partai-partai untuk mendapatkan kursi di DPR. Meskipun demikian terdapat 27 Partai politik yang tidak menandatangani hasil pemilihan umum pada tahun 1999 diantaranya Partai Keadilan, PNU, Krisna, dan beberapa partai politik lainnya.

b. Pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif dengan Multi Partai pada tahun 2004

Pemilu tahun 2004 adalah pemilu nasional yang kesembilan dan juga sekaligus sebagai pemilu nasional yang kedua diselenggarakan setelah orde reformasi dan juga sebagai pemilu pertama yang dilakukan dalam kerangka konstitusi pasca amandemen. Pemilu 2004 ini dapat dikatakan sebagai jalan yang sama sekali baru bagi Indonesia dalam menapaki demokrasi perwakilan. 17 pada pemilu tahun 2004 ini menetapkan bahwa semua anggota DPR,DPD, dan Presiden dipilih melalui sebuah pemilihan umum untuk membentuk pemerintahan demokratis, kuat, dan memperoleh dukungan rakyat.

Seperti pada pemilu sebelumnya maka pada pemilu tahun 2004 juga di berlakukan sistem electoral threshold, yang mana dengan sistem ini maka terdapat tujuh partai yang memenuhi electoral threshold dan salah satunya adalah Partai Demokrat yang baru pertama kali ikut dalam pemilihan umum dengan perolehan suara 7,45 % suara. Pada pemilu tahun 2004 ini pun untuk pertama kali dikenal adanya lembaga Mahkamah

(21)

Konstitusi sebagai suatu lembaga yang memiliki wewenang untuk menyelesaikan persengketaan mengenai hasil pemilu. Putusan Mahkamah Konstitusi pada tahun 2004 mengurangi perolehan kursi beberapa partai seperti Partai Golkar, Partai Demokrat dan menambah perolehan kursi beberapa partai sepertu PAN dan PDS.

c. Pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif dengan Multi Partai pada tahun 2009

Pemilihan umum tahun 2009 adalah pemilihan umum nasional yang kesepuluh sekaligus sebagai pemilihan umum yang ketiga pasca reformasi. Pemilu tahun 2009 dirancang berbeda dari pemilu-pemilu sebelumnya. Salah satu yang hal yang membuat pemilu 2009 berbeda adalah bahwa pemilu tahun 2009 menggunakan sistem Parliementary Threshold untuk melakukan penyederhanaan partai politik.Mekanisme Parliementary Threshold ini sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 202 Ayat 1 UU Pemilu Legislatif yang menyebutkan bahwa : “Partai politik peserta pemilu harus memenuhi ambang batas perolehan sekurang-kurangnya 2,5 % (dua koma lima per seratus) dari jumlah suara sah secara nasional untuk diikutkan dalam penentuan perolehan kursi DPR.” Yang bermaksud bahwa hanya partai politik dengan suara 2,5 % secara nasional lah yang kemudian boleh mendudukkan kadernya di DPR, apabila ada partai politik di suatu daerah pemilihan mampu memperoleh suara yang memenuhi BPP namun tidak melampaui ambang

(22)

batas yang telah di tentukan maka otomatis kader partai tersebut tidak dapat duduk di DPR.

Pemilihan umum pada tahun 2009 diikuti oleh 38 Partai politik yang mana 18 partai merupakan partai baru dan 16 partai lainnya merupakan peserta pemilu 2004 yang berhasil memperoleh kursi di DPR pada periode 2004-2009 dan 4 Partai politik lainnya merupakan hasil dari putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta Nomor 104/VI/2008/PTUN.JKT. Pada pemilu tahun 2004 ini hanya terdapat 9 partai yang lolos Parliementary Threshold dengan begitu hanya sembilan partai politik tersebutlah yang kemudian dapat mendudukkan wakilnya di DPR RI.

E. PENUTUP 1. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan yang telah dibahas, dapat ditarik kesimpulan mengenai sistem multi partai di dalam pelaksanaan pemilihan umum pasca reformasi di Indonesia, yaitu :

1. Bahwa partai politik merupakan suatu wadah bagi sekelompok warga negara untuk menyalurkan aspirasi politiknya sekaligus sebagai suatu kendaraan atau alat bantu orang atau warga negara untuk mendapatkan kekuasaan dan ikut serta di dalam pemerintaha serta memperjuangkan kepentingan anggotanya, bangsa, dan negara.

2. Bahwa pemilihan umum merupakan suatu bentuk pelaksanaan kedaulatan rakyat yang mana melalui pemilihan umum setiap orang

(23)

berhak untuk memilih dan berhak untuk dipilih. Melalui pemilu setiap orang berhak untuk ikut masuk kedalam pemerintahan.

3. Bahwa sistem multi partai yang ada di Indonesia pasca reformasi merupakan suatu tuntutan kebebasan akibat pada masa orde baru pertumbuhan partai politik dikekang sehingga pemerintah pada awal orde reformasi menerima tuntutan masyarakat agar mereka diberikan kebebasan untuk berpolitik. Selain itu, kemunculan banyaknya partai politik juga sejalan dengan kondisi masyarakat Indonesia yang plural. Namun, banyaknya pertumbuhan partai politik diindikasikan menyebabkan pemerintahan menjadi tidak stabil sehingga pemerintah ingin mengurangi jumlah partai politik dengan memberlakukan sistem Threshold yaitu electoral threshold dan Parliementary Threshold agar jumlah partai politik dapat berkurang secara alamiah.

2. Rekomendasi

Saran yang dapat penulis berikan dalam tulisan ini adalah :

1. Bahwa sebagai bangsa yang majemuk, sesungguhnya Indonesia tidak perlu mempersulit pendirian partai politik. Syarat pendirian partai politik tidak perlu diperketat sedemikian rupa sehingga membuat banyak sekali partai politik yang gugur, karena partai politik adalah wadah rakyat untuk menyalurkan aspirasi politiknya, sehingga oleh karenanya keberadaan Partai Politik tidak boleh dibunuh.

2. Bahwa untuk menguatkan sistem presidensial dan tidak membuah suara rakyat maka sebaiknya Indonesia menggunakan sistem electoral

(24)

Threshold dan menaikkan standar Electoral Threshold menjadi 25 % Sehingga kemudian di dalam parlemen hanya akan ada empat fraksi besar, sehingga fraksi-fraksi di parlemen kemudian lebih sederhana. 3. Bahwa dengan menaikkan standar Electoral Threshold maka

kemudian perlu dibuat suatu peraturan perundang-undang yang memungkinkan partai politik untuk dapat melakukan Stembus Accord, karena pengalaman pemilu di Indonesia dengan multi partai sulit bagi satu partai politik mendapatkan suara sebanyak 25 % sehingga perlu diterapkan Stembus Accord, maka dengan itu tidak ada suara rakyat yang gugur dan semua kelompok dapat terakomodasi dan terwakilkan dengan baik, dan kemudian di DPR maksimal hanya tercipta empat fraksi dan bahkan kemudian dapat tercipta hanya dua fraksi saja. Pembentukan Undang-undang mengenai hal ini pula dapat menjamin terjadinya koalisi yang jelas tidaklah koalisi yang rapuh seperti sekarang ini.

(25)

DAFTAR PUSTAKA

I. Buku-Buku

Amal, Ichsanul. Teori-Teori Mutakhir Partai Politik,Yogyakarta: Tiara Wacana, 2012.

Asshiddiqie, Jimly. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta: Rajawali Pers, 2013.

Budiarjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Gaffar, Janedjri M. Politik Hukum Pemilu, Jakarta: Konstitusi Press, 2012

Indra, Mexsasai. Dinamika Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta: Refika Aditama,2011.

Lubis, M. Solly. Hukum Tata Negara, Bandung : Mandar Maju,2008

Lubis, M. Solly. Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan, Bandung: Mandar Maju,2009

Marijan, Kacung. Sistem Politik Indonesia;Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde-Baru, Jakarta: Kencana,2011.

Mulyadi, Dedi. Kebijakan Legislasi ; Tentang Sanksi Pidana Pemili Legislatif di Indonesia Dalam Perspektif Demokrasi, Jakarta: Gramata Publishing,2012

Nasution, Faisal Akbar. Pemerintah Daerah dan Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah, Jakarta : Sofmedia,2009

(26)

Pamungkas, Sigit. Partai Politik;Teori dan Praktik di Indonesia, Yogyakarta: Institute for Democracy and Welfarism, 2011

Samidjo. Ilmu Negara, Bandung: Armico,1986

Sinamo, Nomensen. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta: Bumi Intitama Sejahtera,2010

Tutik, Titik Triwulan. Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia pasca Amandemen UUD 1945, Jakarta: Kencana Prenade Media,2010

II. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011

Undag-Undang Nomor 10 Tahun 2008

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012

Maklumat Pemerintah 3 November 1945

Dekrit Presiden 5 Juli 1959

III. Sumber Internet

www.ditjenpp.kemenkumham.go.id

(27)

www.kpu.go.id

www.unisosdem.org

Referensi

Dokumen terkait

Proses pembentukan kelembagaan Badan Usaha Milik Desa di Desa Selensen dimulai dari Kebijakan Program Pemberdayaan Desa (PPD) yang dikeluarkan oleh Pemerintah

Pene- litian ini dilakukan untuk membentuk portofolio yang optimal pada nilai tukar mata uang agar investasi yang dilakukan memberikan resiko yang minimal dan return yang

Dalam klarifikasi dokumen penawaran ini, jika terdapat ketidaksesuaian data/ tidak dapat dibuktikan atau pemalsuan data, maka penyedia jasa akan digugurkan serta akan dikenakan

Dalam aspek Yuridis (Hukum), Industri sirup rosella di Kecamatan Tangkerang barat adalah sebuah usaha berbentuk Home Industri yang langsung dipimpin oleh pengusaha. Bentuk usaha

Kebutuhan tubuh akan enersi merupakan prioritas pertama; bila karbohidrat yang di konsumsi tidak mencukupi untuk kebutuhan enersi tubuh dan jika tidak cukup terdapat lemak di

[r]

Bernawati dan Asfianti (2011) melakukan penelitian mengenai mekanisme corporate governance, konservatisme akuntansi dan kinerja perusahaan. Hasil penelitiannya

Kenyataan ini akan menciptakan kesulitan-kesulitan bagi siswa-siswa SMU yang mempunyai sikap negative untuk meningkatkan bahasa Inggris mereka, tetapi bagi para siswa yang