• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding SEMINAR NASIONAL TEKNIK SIPIL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Prosiding SEMINAR NASIONAL TEKNIK SIPIL"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

SEMINAR NASIONAL TEKNIK SIPIL

“APLIKASI DAN PENGEMBANGAN

TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN

DALAM BIDANG TEKNIK SIPIL”

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL

INNA GRAND BALI BEACH

Prof. Dr. Ir. I Made Alit Karyawan Salain, DEA

Editor :

Dr. Ir. I Nyoman Sutarja, MS

Ida Bagus Rai Widiarsa, ST, MASc, PhD

I Gede Adi Susila, ST, MSc, PhD

Sabtu, 25 April

Didukung oleh:

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

SEMINAR NASIONAL TEKNIK SIPIL

“APLIKASI DAN PENGEMBANGAN

TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN

DALAM BIDANG TEKNIK SIPIL”

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL

INNA GRAND BALI BEACH

Prof. Dr. Ir. I Made Alit Karyawan Salain, DEA

Editor :

Dr. Ir. I Nyoman Sutarja, MS

Ida Bagus Rai Widiarsa, ST, MASc, PhD

I Gede Adi Susila, ST, MSc, PhD

Sabtu, 25 April

Didukung oleh:

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

(3)

Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana v

KOMITE ILMIAH

Prof. Ir. Arun al-Rasyid Lubis, MSc, PhD (ITB)

Prof. Indrasurya Budisatria Mochtar, MSc, PhD (ITS)

Ir. Akhmad Suraji, MT, PhD (Unand)

Ir. Ari Sandhyavitri, MSc, PhD (Unri)

Prof. Dr. Ir. I Made Alit Karyawan Salain, DEA (Unud)

Prof. Ir. I Nyoman Norken, SU, PhD (Unud)

Prof. Ir. I Wayan Redana, MASc, PhD (Unud)

Prof. Ir. I Nyoman Arya Thanaya, ME, PhD (Unud)

Ir. Made Sukrawa, MSCE, PhD (Unud)

I Ketut Sudarsana, ST, PhD (Unud)

Ir. I Gusti Bagus Sila Dharma, MT, PhD (Unud)

Dr. Ir. I Gusti Agung Adnyana Putera, DEA (Unud)

Putu Alit Suthanaya, ST, MEngSc, PhD (Unud)

Dr. Ir. I Wayan Suweda, MSP, MPhil (Unud)

Dr. Eng. Ni Nyoman Pujianiki, ST MT, MEng (Unud)

Ir. Nyoman Martha Jaya, MConstMgt, PhD, GCinstCES (Unud)

Kadek Diana Harmayani, ST, MT, PhD (Unud)

Dr. Ir. Dewa Ketut Sudarsana, MT (Unud)

(4)
(5)

Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana

vii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

SAMBUTAN ... iii

KOMITE ILMIAH ... v

DAFTAR ISI ... vii

KEYNOTE SPEAKER

STRATEGI PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI BETON YANG SUSTAINABLE ... KS-1

BIDANG STRUKTUR DAN MATERIAL

KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU APUS DENGAN PENAMBAHAN PIN PADA MUTU BETON K-175 ... SM-1 APLIKASI ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SEBAGAI METODE NUMERIK UNTUK PREDIKSI KAPASITAS GESER BALOK BETON BERTULANG ... SM-7 PENGARUH PERENDAMAN TERHADAP POLA KERUSAKAN SIRAP BAMBU SEBAGAI PENUTUP ATAP ANGKUL-ANGKUL DI DESA ADAT PENGLIPURAN ... SM-15 PERILAKU SAMBUNGAN TIPE FRIKSI DENGAN VARIASI GAYA PENGENCANGAN AKIBAT PERBEDAAN METODE PELAKSANAAN ... SM-23 PROPERTI MATERIAL DAN DAKTILITAS BETON PRATEKAN PARSIAL HASIL UJI EKSPERIMENTAL ... SM-31 PENGARUH KUAT TEKAN DAN KOMPOSISI BAHAN BETON DENGAN SUBSITUSI LIMBAH BETON BANGUNAN SEBAGAI AGREGAT KASAR ... SM-39 KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON RINGAN DENGAN MENGGUNAKAN AGREGAT BATU APUNG SERTA ABU TERBANG SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PORTLAND DAN SUPERPLASTICIZER ... SM-45 ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI STRUKTUR BAJA DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS DAN SISTEM RANGKA BRESING EKSENTRIK PADA LEVEL KINERJA YANG SAMA ... SM-49 IDENTIFIKASI KERUSAKAN DAN METODE PERKUATAN STRUKTUR KANTOR GUBERNUR SUMATRA BARAT... SM-57 ANALISA PERILAKU PARAMETER NON-LINIER BETON TAK TERKEKANG DENGAN PEMBEBANAN TRIAKSIAL MENGGUNAKAN PROGRAM BANTU BERBASIS FINITE ELEMENT .... SM-65 KUAT TUMPU BATANG POHON KELAPA LAMINASI (GLUGU LAMINASI): HALF HOLE DAN FULL HOLE ... SM-73 KAPASITAS LENTUR DAN DAYA LAYAN BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU PETUNG ... SM-81 TAHANAN LATERAL KOMPOSIT KAYU KELAPA (GLUGU) LAMINASI-BETON DENGAN VARIASI PANJANG TERTANAM ALAT SAMBUNG (DOWEL) ... SM-89 KEMAMPUAN DAKTILITAS BAJA TULANGAN DENGAN MUTU DIATAS 500 MPA UNTUK DISAIN STRUKTUR KOLOM TAHAN GEMPA ... SM-97

(6)

Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana

viii

KEMAMPUAN DAKTILITAS PENAMPANG BALOK MENGGUNAKAN BAJA TULANGAN DENGAN MUTU DIATAS 500 MPa UNTUK DISAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA ... SM-105 PENGGUNAAN AKSELERATOR PADA BETON YANG MENGGUNAKAN PEREKAT BERUPA CAMPURAN SEMEN PORTLAND TIPE I DAN ABU TERBANG ... SM-113 ANALISIS GEMPA STATIK DAN DINAMIK PADA STRUKTUR BERATURAN DAN TIDAK BERATURAN ... SM-119 PEMODELAN KEKUATAN AKSIAL KOLOM BETON BUJURSANGKAR DIPERKUAT DENGAN FRP ... SM-127 PEMANFAATAN ABU DAUN BAMBU DALAM PEMBUATAN BETON RINGAN PENGUJIAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS ... SM-135 UPAYA PENINGKATAN KUALITAS SIRAP BAMBU SEBAGAI BAHAN PENUTUP ATAP ANGKUL-ANGKUL DI DESA PANGLIPURAN ... SM-143 RUMAH SEDERHANA DENGAN SISTEM STRUKTUR BETON BERTULANG BAMBU PETUNG NUSA PENIDA ... SM-151 ANALISA PERKUATAN (RETROFITTING) GEDUNG STKIP ADZKIA PADANG DENGAN MENGGUNKAN STEEL BRACING ... SM-159 EVALUASI BEBAN HANCUR SILINDER BETON MENGGUNAKAN PENDEKATAN ANALISIS DIMENSIONAL METODE RAYLEIGH ... SM-167 PEMANFAATAN POZZOLAN ALAM SEBAGAI BAHAN PLESTERAN ... SM-173 ANALISA DRIFT-BASE FRAGILITY: EVALUASI HASIL EKSPERIMENTAL DAN NUMERIKAL DINDING BATU BATA DAN RANGKA KAYU... SM-177 EVALUASI KINERJA STRUKTUR AKIBAT PENGARUH GEMPA (STUDI KASUS GEDUNG D DAN GEDUNG E FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN) ... SM-187

BIDANG GEOTEKNIK

STUDI LABORATURIUM PENGARUH AGGREBIND PADA TANAH DENGAN VARIASI GRADASI BUTIR UNTUK MENINGKATKAN NILAI CBR, KEKUATAN TEKAN DAN PERMEABILITAS TANAH. GT-1 PROFIL PENURUNAN TANAH PADA TANAH YANG DIKOMPAKSI DI LABORATURIUM ... GT-9 ANALISIS PENGARUH RETAK TERHADAP KEKUATAN GESER TANAH PADA PERISTIWA KELONGSORAN TEBING ... GT-15 PERBANDINGAN MODULUS GESER TANAH LEMPUNG DENGAN PERKUATAN SERAT IJUK DAN SERAT SABUT KELAPA BERDASARKAN METODE HARDIN DAN BLACK ... GT-21 KUAT GESER SISA CAMPURAN LEMPUNG DAN PASIR YANG DIPADATKAN ... GT-29 TINJAUAN KORELASI NILAI CBR TANAH KAPUR ANTARA UJI CBR LANGSUNG DENGAN UJI DCP ... GT-37 PENGARUH PROSES KONSOLIDASI TERHADAP DEFORMASI DAN FAKTOR KEAMANAN LERENG EMBANKMENT (STUDI KASUS BENDUNG KOSINGGOLAN) ... GT-45 ANALISIS STABILITAS DINDING PENAHAN TANAH KANTILEVER (STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN GERBANG TOL DAN LAJUR TRANSAKSI GERBANG TOL SERANG TIMUR) ... GT-53

(7)

Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana

ix

BIDANG MANAJEMEN PROYEK DAN REKAYASA KONSTRUKSI

PERAN UNDANG-UNDANG KEINSINYURAN 2014 DALAM MENDORONG TENAGA AHLI KONSTRUKSI BERWAWASAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN ... MK-1 KONSTRUKSI JALAN HIJAU (GREEN ROAD CONSTRUCTION) PROSPEK PENERAPAN KONSTRUKSI JALAN HIJAU DI INDONESIA ... MK-7

COST MODEL ESTIMASI KONSEPTUAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT ... MK-15

ANALISIS PENGGUNAAN SISTEM PENUTUP ATAP METAL, BITUMEN, DAN UPVC DITINJAU DARI TATA LAKSANA DAN BIAYA ... MK-25 FAKTOR PENGENDALI DAN PERLUASAN SENTRA BISNIS BERBASIS BANGUNAN HIJAU DI SURABAYA ... MK-33 IDENTIFIKASI FAKTOR KINERJA BIAYA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG ... MK-41 STUDI PERANCANGAN PRODUKSI PAPAN BUBUTMEN ... MK-49 IDENTIFIKASI DAN ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN BERTINGKAT TINGGI ... MK-55 ANALISIS IDENTIFIKASI CRITICAL SUCCESS FACTORS (CSFs) TERHADAP MANAJEMEN BIAYA PADA PROYEK KONSTRUKSI ... MK-65 EVALUASI IMPLEMENTASI ASPEK KESELAMATAN DI ZONA KERJA (WORK ZONE) PADA PELAKSANAAN PENINGKATAN JALAN NASIONAL DI PROVINSI BALI ... MK-75 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGHUNI DALAM MEMILIH RUMAH PADA PERUMAHAN DI KAWASAN MANGUPURA ... MK-81 MANAJEMEN RISIKO PADA PROYEK GEDUNG HOTEL YANG SEDANG BEROPERASI ... MK-89 FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI KERJA PADA PEKERJA KONSTRUKSI ... MK-97 KARAKTERISTIK MANAJER PROYEK TERHADAP KINERJA KONSTRUKSI GEDUNG DI KABUPATEN BADUNG ... MK-105 ANALISIS PERBANDINGAN HARGA SATUAN DAN TITIK IMPAS PEKERJAAN BEKISTING KOLOM SISTEM KONVENSIONAL DENGAN SISTEM PERI DALAM PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG... MK-115 ANALISIS KEUNTUNGAN KONTRAKTOR AKIBAT VARIASI SISTEM PEMBAYARAN DAN JADWAL PELAKSANAAN PADA PROYEK KONSTRUKSI ... MK-123

BIDANG TRANSPORTASI

EVALUASI TERHADAP PENURUNAN KINERJA PELABUHAN LAUT CELUKAN BAWANG BULELENG ... TRANS-1 APLIKASI TEKNOLOGI SOFTWARE SIDRA INTERSECTION 5.1 DAN SOFTWARE KAJI DALAM PENENTUAN KINERJA SIMPANG BERSINYAL PERKOTAAN ... TRANS-9 KAJIAN PEMANFAATAN SIRTU BUMELA SEBAGAI MATERIAL LAPIS PONDASI BAWAH DITINJAU DARI SPESIFIKASI UMUM 2007 DAN 2010 ... TRANS-19 PENGEMBANGAN PELAYANAN ANGKUTAN UMUM MASAL (BRT) BERBASIS SISTEM TRANSYT MENGGUNAKAN METODE LOW COST INVESTMENT (ANGKUTAN TRANS MATARAM METRO) ... TRANS-25

(8)

Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana

x

ANALISIS KAPASISTAS LINGKUNGAN JALAN SEBAGAI PENDUKUNG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS (ANDALALIN) PEMBANGUNAN HOTEL GOLDEN TULIP MATARAM ... TRANS-35 APLIKASI TEKNOLOGI GIS DALAM MENENTUKAN BENTUK PENANGANAN JALAN BERDASARKAN PARAMETER PENANGANAN JALAN ... TRANS-43 EVALUASI PEMBANGUNAN JALAN CISALATRI BANDUNG ... TRANS-51 PENINGKATAN STABILITAS CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN (CAED) DENGAN BAHAN DARI AGREGAT HASIL GARUKAN ASPAL LAMA DENGAN DAN TANPA SEMEN ... TRANS-59 ANALISA KELAYAKAN DIMENSI RUNWAY, TAXIWAY, DAN APRON ... TRANS-67 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGAWASAN SARANA PRASARANA JALAN TAMAN KONSERVASI LAUT OLELE KABUPATEN BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO ... TRANS-75 MODEL PERPINDAHAN MODA KE BUS KOTA DI KOTA BANDA ACEH ... TRANS-83 PENGARUH TEMPERATUR PERMUKAAN LAPIS PERTAMA OVERLAY TERHADAP DAYA REKAT

OVERLAY GANDA TANPA TACK COAT ... TRANS-91

KAJIAN FINANSIAL DAN DAMPAK PENGOPERASIAN ANGKUTAN UMUM MASSAL TRANS SARBAGITA KORIDOR I DI PROVINSI BALI ... TRANS-101

BIDANG SUMBER DAYA AIR

PENGARUH PEMOMPAAN SUMUR BOR TERHADAP PERUBAHAN MUKA AIR TANAH ... HIDRO-1 IMPLEMENTASI INTEGRATED WATER RESOURCES MANAGEMENT (IWRM) DI INDONESIA ... HIDRO-9 PEWILAYAHAN POTENSI AIR TANAH UNTUK IRIGASI BERDASARKAN TRANSMISIVITAS AKUIFER DI KABUPATEN JOMBANG ... HIDRO-17 KAJIAN KERUSAKAN PANTAI AMPENAN DI KOTA MATARAM ... HIDRO-25 SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DI KOTA DENPASAR ... HIDRO-33 DESAIN PENAMPANG SALURAN DRAINASE JALAN RAYA DENGAN KONSEP EKO HIDRAULIK PADA JALAN A.YANI KOTA MARTAPURA ... HIDRO-41 ANALISIS NERACA AIR BERBASIS DAERAH ALIRAN SUNGAI SEBAGAI INDIKATOR KETERPADUAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR (KASUS DAS JANGKOK WS LOMBOK) ... HIDRO-47 TINJAUAN HIDRODINAMIKA 1D METODE MAC CORMACK MENGENAI KARAKTERISTIK PASANG SURUT UNIT TERANTANG DI KALIMANTAN SELATAN ... HIDRO-55 PERMASALAHAN SEMPADAN SUNGAI DI SUNGAI KUALA KAPUAS, KALIMANTAN SELATAN ... HIDRO-63 PENERAPAN SUMUR RESAPAN DALAM MEREDUKSI BEBAN ALIRAN LIMPASAN PERMUKAAN SUB DAS CIUJUNG SEBAGAI UPAYA PENGELOLAAN BANJIR ... HIDRO-69 ANALISA PERBANDINGAN PERENCANAAN SUMUR RESAPAN SISTEM KOMUNAL DAN KOLAM RETENSI SEBAGAI UPAYA KONSERVASI AIR TANAH DI PERUMAHAN VILLA MUTIARA CIUJUNG ... HIDRO-77 PEMISAHAN ALIRAN DASAR MENGGUNAKAN MODEL TANGKI ... HIDRO-83 STUDI PEMENUHAN AIR BAKU DI KABUPATEN SIGI, SULAWESI TENGAH ... HIDRO-89

(9)

Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana

xi

PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR DAS PENET SEBAGAI AIR IRIGASI DAN AIR BAKU PDAM ... HIDRO-97 PEMANFAATAN TEKNOLOGI REMOTE SENSING DALAM MEMANTAU KERUSAKAN LINGKUNGAN DI KOTA GORONTALO ... HIDRO-107 MODEL NUMERIK : INTERAKSI RUN UP GELOMBANG TSUNAMI DENGAN DINDING LAUT ... HIDRO-115 VISUALISASI POTENSI GENANGAN BANJIR DI SUNGAI LAMBIDARO MELALUI PENELUSURAN ALIRAN MENGGUNAKAN HEC-RAS (STUDI PENDAHULUAN PENGENDALIAN BANJIR BERWAWASAN LINGKUNGAN) ... HIDRO-123

BIDANG LINGKUNGAN

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI DAN FLY ASH MENJADI BAHAN BANGUNAN UNTUK MENGURANGI DAMPAK LINGKUNGAN ... LK-1 PEMANFAATAN PLAT CETAK BEKAS SEBAGAI PELAPIS PADA ATAP RUMAH ... LK-9 PEMANFAATAN SAMPAH SEBAGAI CAMPURAN BATU ALAM DAN APLIKASINYA ... LK-15 ANALISIS SICK BUILDING SYNDROME PADA GEDUNG KANTOR (STUDI KASUS PADA GEDUNG SATKER PELAKSANAAN JALAN NASIONAL WILAYAH II PROVINSI BALI - BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL VIII DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA , JALAN AHMAD YANI NO 90 DENPASAR) ... LK-23

(10)

PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR DAS PENET

SEBAGAI AIR IRIGASI DAN AIR BAKU PDAM

I Made Mudiasa 1, I Gusti Bagus Sila Dharma 2 dan I Ketut Suputra 2

1 Mahasiswa Program Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Denpasar

Email: [email protected]

2 Program Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Denpasar

Email: [email protected]

ABSTRAK

Yeh (sungai) Penet, merupakan salah satu sungai terbesar di Provinsi Bali yang dimanfaatkan

untuk keperluan pertanian, dan kebutuhan air bersih. Dengan berkembangnya kebutuhan akan air untuk berbagai sektor seperti irigasi dan air minum saat ini, pemanfaatan air sungai Penet mengalami ekspolitasi yang berlebihan sehingga tidak jarang terjadi sengketa antara petani yang memakai air untuk irigasi dan pengguna lainnya. Untuk itu diperlukan adanya kajian tentang pemanfaatan air sungai Penet untuk melihat berapa besar potensi yang dapat di exploitasi untuk pemenuhan kebutuhan akan sumber daya air. Analisis optimalisasi pemanfaatan air dilakuan pada enam Daerah Irigasi (DI) yang memanfaatkan air sungai Penet yaitu DI Peneng, DI Kacangan, DI, Luwus carang sari, DI Penarungan, DI Kapal dan DI Munggu. Analisis optimasi didasarkan atas pola tanam dan jadwal tanam serta kebutuhan maksimum air baku PDAM Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Badung. Berdasarkan hasil simulasi, ketersediaan air pada di masing-masing DI sangat tergantung dari pola tanam dan jadwal tanam. Fluktuasi debit sungai memerlukan adanya pengaturan pola tanam dan sistem rotasi untuk beberapa DI. Ketersediaan air sisa pada DI Munggu dengan menggunakan alternatif pengaturan pola tanam memberikan ketersediaan sebesar 0,3 juta m3 sampai dengan 1,5 juta m3. Ketersediaan air sisa sebesar 230 liter/detik sampai dengan 1.160 liter/detik belum mampu memenuhi kebutuhan maksimum air baku PDAM Kabupaten Tabanan sebesar 350 liter/detik dan Kabupaten Badung sebesar 575 liter/detik. DI Luwus Carang Sari dan DI Kacangan tidak cukup memberikan kontribusi dalam ketersedian debit sisa. Dari analisis diatas, pemanfaatan air sungai Penet saat ini memerlukan pengelolaan yang terintegrasi, yang diharapkan dapat mengurangi timbulnya sengketa antar pengguna air.

Kata kunci: optimalisasi, pengembangan, pengaturan, daerah irigasi, PDAM

1. PENDAHULUAN

Salah satu tantangan yang paling penting umat manusia di masa depan, adalah memastikan kebutuhan air, termasuk penggunaan dalam, industri, pertanian, dan rekreasi. Pengelolaan sumber daya air yang adil dan berkelanjutan merupakan tantangan global utama (UNEP, tt). Tahun 2015 ini, tahun yang disepakati oleh dunia dimana Millennium Development Goals seharusnya dicapai, krisis air dan sanitasi tetap terjadi antara seiring dengan pembangunan dan tantangan lingkungan. Diketahui bahwa 88,7 persen dari air di bumi adalah air asin dan duapertiga air tawar dalam gletser dan es di kutub, hanya 0,9 persen tersedia untuk digunakan manusia. Air tawar merupakan sumber daya terbarukan, tetapi pasokan air tawar saat ini sudah menurun. Kebutuhan air melebihi pasokan di banyak bagian dunia. Dengan populasi dunia yang terus meningkat, lebih banyak daerah akan mengalami ketidakseimbangan ini.

Berdasarkan laporan World Water Forum II (2000), tahun 2025 diproyeksikan akan terjadi krisis air bersih di beberapa negara termasuk Indonesia. Permasalahan yang serupa juga terjadi di Provinsi Bali (Bappeda, 2013) dimana terjadi permasalahan sumber daya air antara lain: (1) keseimbangan dan distribusi air yang tidak merata, (2) meningkatnya kebutuhan air untuk berbagai kepentingan (pertanian, permungkiman dan pariwisata), (3) tingginya alih fungsi lahan yang dapat mengancam mata air dan (4) terancamnya konservasi di daerah hulu. Keseimbangan dan distribusi air yang tidak merata mendorong terjadinya ekploitasi sumber daya air khusunya sumber daya air sungai.

Berdasarkan hasil studi Penyusunan Pola Induk Pengembangan Sumber Daya Air di seluruh sub-sub Satuan Wilayah Sungai (SWS) di Bali, total sumber daya air (SDA) di Provinsi Bali tercatat sebesar 5.157,999 juta

(11)

m3/tahun yang terdiri dari SDA sungai 4.125,58 juta m3/tahun, air tanah 252,035 juta m3/tahun dan 780,383 juta

m3/tahun yang bersumber dari mata air (Profile SWS Bali-Penida). Daerah aliran sungai (DAS) merupakan suatu

kesatuan ekosistem dimana organisme dan lingkungannya berinteraksi secara dinamis dan memiliki ketergantungan satu sama lain dalam setiap komponennya (Asdak, 2002). Yeh Penet merupakan salah satu dari 11% dari 401 sungai yang memiliki aliran sepanjang tahun dengan potensi sungai sebesar 411.240.000 m3 yang

merupakan terbesar ketiga yang ada di WS Bali-Penida. Saat ini sungai Penet dimanfaatkan untuk melayani beberapa Daerah Irigasi (DI) diantaranya DI Kapal, DI Luwus Carang Sari, DI Munggu, DI Penarungan, DI Peneng dan DI Kacangan, yang secara keseluruhan seluas ± 4.056 Ha dengan kebutuhan air sebesar 4,69 m3/dt (BWS Penida, 2005). Pemanfaatan DAS Penet sesuai dengan arahan satuan wilayah sungai (SWS) Bali-Penida adalah menjadi kawasan budidaya (157.22 km2) berada di kawasan Kabupaten Buleleng dan Tabanan,

kawasan lindung 5,42 km2 (Buleleng dan Tabanan) dan kawasan penyangga terletak di Kabupaten Tabanan dan

Kabupaten Badung dengan luasan 23,70 km2. Dengan melihat potensi dan pemanfaatan yang ada saat ini di DAS Penet, diperkirakan masih memungkinkan dilakukan optimalisasi dan pengembangan pemanfaatan air untuk irigasi dan air minum. Pengembangan potensi Sungai Penet sebagai salah satu sungai dengan potensi terbesar ke tiga di Provinsi Bali bertujuan untuk menyeimbangkan antara ketersediaan dengan pemakaian air irigasi dan potensi pengembangan untuk keperluan air domestik dan non domestik untuk dan Kabupaten Tabanan sebagai lokasi dari sungai Penet. Selain itu, pengembangan dengan alokasi air untuk menghindari konflik kepentingan antar sektor pemanfaatan Yeh Penet yang saat ini sudah mulai terjadi. Untuk itu tujuan penelitian ini adalah mengkaji ketersediaan sumber daya air sebagai dasar rencana pengembangan sumber air dan optimasi alokasi air irigasi, dan non-irigasi untuk pengembangan sumber daya air untuk keperluan air baku PDAM yang bersumber dari sungai Penet. Gambar 1 menunjukkan lokasi lokasi penelitian DAS Penet.

Gambar 1. Tataruang DAS Penet (sumber: BWS Bali-Penida)

2. METODE PENELITIAN

Pendekatan penelitian dalam studi ini mempergunakan model deskriptif kuantitatif. Ketersediaan data mempergunakan data primer dari lokasi studi berupa dokumentasi pemanfaatan air DAS Penet dan data sekunder didapat dari berberapa instansi pemerintah yang berkaitan dengan analisis hidrologi dan pemanfaatan air.

(12)

Analisis data hidrologi terdiri dari curah hujan daerah, evapotranspirasi, debit andalan dan curah hujan efektif. Analisis kebutuhan air irigasi memperhitungkan kebutuhan air untuk penyiapan lahan, penggunaan konsumtif, perkolasi, pergantian lapisan air, curah hujan efektif dan efisiensi irigasi. Keseimbangan air dengan neraca air pada daerah irigasi sangat diperlukan untuk teknik optimasi alokasi air irigasi. Neraca air irigasi merupakan penentuan pemilihan optimasi alokasi air irigasi. Optimasi air irigasi mempergunakan alternatif simulasi jadwal tanam, pengaturan air dan pola tanam, yang bertujuan mendapatkan ketersediaan air yang positif dan optimalisasi luasan lahan irigasi dengan ketersediaan air di masing-masing DI.

Neraca air DAS dipergunakan sebagai dasar pengembangan SDA di bagian hilir DAS Penet. Neraca air memberikan gambaran detail potensi yang dapat dikembangkan untu keperluan air non irigasi (air baku PDAM). Neraca air DAS merupakan teknik penyeimbangan antara ketersediaan air dengan pemakaian irigasi (mempergunakan alternatif simulasi jadwal tanam, pengaturan air dan pengaturan pola tanam), evapotranspirasi, pemeliharaan sungai, kebutuhan air hewan, perkolasi dan atau rembesan. Analisis kebutuhan air non-irigasi terdiri dari kebutuhan air domestik, non domestik dan kehilangan air. Kebutuhan air non-irigasi diperuntukan untuk Kabupaten Badung dan Kabupaten Tabanan dengan memperhitungkan peningkatan jumlah penduduk. Untuk rencana pengembangan didasarkan atas simulasi jadwal tanam, pengaturan air, dan pola tanam yang akan memberikan gambaran debit sisa pemakaian sebagai dasar pengembangan untuk keperluan air baku PDAM.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Wilayah Studi

Daerah aliran sungai Penet berdasarkan data BWS Bali-Penida mempunyai panjang sungai 53.580 km, dengan luas 228.492 km2. Sungai Penet melintasi 3 (tiga) kabupaten, yaitu Kabupaten Buleleng, Kabupaten Badung dan Kabupaten Tabanan, dengan luas DAS masing-masing adalah 23.655 km2, 71.13 km2 dan 133.707 km2.

Kondisi aliran DAS Penet adalah Pherennial atau mengalir sepanjang tahun. Pemanfaatan DAS Penet sesuai dengan peta rencana tata ruang wilayah DAS Penet adalah untuk kawasan budidaya sebesar 173.97 km2 dan

kawasan lindung sebasar 12.37 km2. Pemanfaatan lahan DAS Penet sebagai daerah irigasi ditunjukkan pada

Tabel 1. Pemanfaatan sungai Penet saat ini selain sebagai sumber air irigasi juga dimanfaatkan sebagai intake PDAM Kabupaten Tabanan sebesar 50 liter/detik yang terletak setelah bendung Munggu.

Ketersediaan air

Analisis curah hujan dari ketiga pos pengamatan DAS Sungai Penet dengan metode rerata aljabar (aritmatik) diperoleh curah hujan rerata terbesar 209,1 mm terjadi pada bulan Januari Periode II dan terkecil 12,9 mm terjadi pada bulan Agustus periode I seperti terlihat pada Gambar 2. Ketersediaan air pada sungai Penet berdasarkan pencatatan di masing masing wilayah pengamatan adalah sebagai berikut:

a) DI Peneng mempunyai debit terbesar 0,89 m3/det pada bulan Maret dan terkecil 0,5 m3/det pada bulan

September;

b) DI Luwus Carang Sari debit terbesar 1,773 m3/det pada bulan Maret dan terkecil 0,699 m3/det pada bulan September.

c) DI Kacangan debit terbesar 0,86 m3/det pada bulan Maret dan terkecil 0,19 m3/det pada bulan Agustus

d) DI Penarungan debit terbesar 4,09 m3/det pada bulan Januari dan terkecil 2,12 m,/det pada bulan Juli

e) DI Kapal debit terbesar 3,72 m3/det pada bulan Maret dan terkecil 1,9 m3/det pada bulan Juli f) DI Munggu debit terbesar 6,23 m3/det pada bulan Maret dan terkecil 0,96 m3/det pada bulan Juli.

Debit andalan diperhitungkan untuk mendapatkan ketersediaan air yang cukup untuk memenuhi keperluan irigasi dengan kemungkinan tingkat kegagalan sebesar 20%. Dari analisis debit andalan menggunakan metode Ranking, ketersediaan air di masing-masing DI sangat berfluktuasi. DI Kacangan sebesar 0,12 m3/det s/d 0,45

m3/det demikian juga pada DI Peneng (0,42 m3/det s/d 0,64 m3/det), DI Luwus Carang Sari (0,54 m3/dt s/d 0,939

m3/det), DI Penarungan (1,02 m3/dt s/d 3,54 m3/det), DI Kapal (1,44 m3/det s/d 3,34 m3/det) dan DI Munggu

(1,13 m3/det s/d 2,07 m3/det), seperti ditunjukan pada Gambar 3.

Kebutuhan air irigasi

Pemanfaatan air terbesar dari potensi sungai Yeh Penet saat ini adalah sebagai sumber air irigasi. Terdapat enam daerah irigasi pemanfaatan utama sungai Penet seperti disajikan pada Tabel 1. Analisis kebutuhan air irigasi dilakukan dengan parameter mengacu pada KP-01 Standar Perencanaan Jaringan Irigasi (1986), seperti koefisien tanaman, konsumtif tanaman, perkolasi, penyiapan lahan, pergantian lapisan air, hujan efektif, dan efesiensi irigasi. Tingkat efesiensi irigasi digunakan sebesar 65% yang didapat dari kehilangan air pada jaringan primer sampai tersier. Koefisien tanaman mempergunakan pedoman yang di keluarkan oleh Dirjen Pengairan, Bina program PSA.010 tahun 1985 dan laju perkolasi diambil sebesar 3 mm/hari sesuai dengan KP-01. Nilai penggantian lampisan air sebesar 50 mm (3.3 mm/hari) selama periode waktu setengah bulan selama sebulan dan

(13)

dua bulan setelah transplantasi sesuai dengan Standar Perencanaan Jaringan Irigasi KP-01 namun juga disesuaikan dengan kebutuhan di masing-masing petak sawah. Selain itu, pada KP-01 juga memberikan besarnya nilai hujan efektif sebesar 70% untuk tanaman padi dengan periode ulang 5 tahunan dan untuk tanaman palawija besaran hujan efektif sebesar 50% dengan periode waktu 5 tahunan.

Tabel 1. Luas Daerah Irigasi yang bersumber dari Sungai Penet

DI Subak Luas Lahan (Ha) Luas Efektif (Ha)

Kacangan Subak Basang Be Subak Dukuh 178 130 148 70

Peneng Subak Pacung 37 37

Subak Kerobokan 31 30

Subak Temacun 60 60

Subak Poyan 85 83

Subak Tunduk 40 40

Subak Mojan 26 26

Subak Sekar Gula 20 20

Subak Peneng 93 88

Luwus Carangsari Subak Luwus 170 170

Subak Br Anyar 178 178

Subak Cau Belayu 172 172

Subak D Mungkagan 56 56

Subak Sobangan 40 40

Subak Ayunan 136 136

Subak Bengkel 283 283

Penarungan Subak Babakan 76,03 76,03

Subak Penarungan 247,97 246,03

Kapal Subak Dukuh 132,79 132,79

Subak Teba 279,16 279,16

Subak Tegan 210,45 195,78

Subak Perang 109,1 104,1

Subak Srobean 89,7 89,7

Subak Aban 170,8 170,8

Munggu Subak Munggu 517,05 504,95

Subak Cemagi Let 431,43 418,57

Subak Cemagi Anyar 150,47 146,17

Subak Ayung Tabanan 5 4,5

Gambar 2. Curah Hujan Daerah DAS Penet (sumber: hasil perhitungan)

(14)

Gambar 3. Debit Andalan 80% setiap DI DAS Penet (sumber: hasil perhitungan)

Besarnya kebutuhan air irigasi merupakan akumulasi dari penggunan konsumtif tanaman, perkolasi, rembesan dan pergantian lapisan air. Sedangkan kebutuhan air irigasi bersih adalah penambahan dari curah hujan efektif. Analisis kebutuhan air rerata dengan debit andalan 80% memberikan ketersediaan air yang surplus, namun ketersediaan air dan pemakaian air irigasi per periode tengah bulanan sangat berfluktuasi. Tabel 2 menunjukkan pemakaian air irigasi rerata dan ketersediaan debit andalan 80%.

Tabel 2. Kebutuhan air irigasi dan Debit Andalan 80%

Daerah Irigasi Rerata kebutuhan air irigasi alternatif jadwal tanam (jt m3) Debit andalan (80%) (juta m3)

1 2 3 DI Peneng 0,241 0,242 0,243 0,869 DI luwuscarang sari 0,688 0,672 0,686 0,939 DI Kacangan 0,196 0,190 0,195 0,382 DI Penarungan 0,294 0,281 0,287 2,928 DI Kapal 0,896 0,875 0,903 2,860 DI munggu 0,959 0,929 0,988 1,787

Sumber: hasil perhitungan

Neraca air irigasi

Neraca air irigasi dengan mengikut serta periode waktu input debit dengan pemakaian menunjukan ketersediaan air pada masing-masing DI Mengalami fulktuasi dan cenderung negatif pada DI Luwus Carangsari dan DI Kacangan sedangkan pada DI Peneng, Kapal dan DI Penarungan menunjukkan ketersediaan air yang surplus. Pada DI Munggu ketersediaan air dengan alternatif simulasi jadwal tanam memberikan ketersediaan air yang positif seperti yang ditunjukan pada Gambar 4 s/d Gambar 9.

Gambar 3. Neraca Air DI Peneng (Sumber : hasil Perhitungan)

(15)

Gambar 5. Neraca Air DI LCS (Sumber: hasil Perhitungan)

Gambar 6. Neraca Air DI Kacangan (Sumber: hasil Perhitungan)

Gambar 7. Neraca Air DI Penarungan (Sumber: hasil Perhitungan)

(16)

Gambar 8. Neraca Air DI Kapal (Sumber: hasil Perhitungan)

Gambar 9. Neraca Air DI Munggu (Sumber: hasil Perhitungan)

Kebutuhan Air Non-Irigasi

Perhitungan air non irigasi terdiri dari kebutuhan air domestik, kebutuhan air non domestik dan kehilangan air. Kebutuhan air domestik Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Badung dengan mempergunakan data Badung dan Tabanan dalam angka tahun 2010. Perhitungan peningkatan jumlah penduduk mempergunakan metode aritmatik dengan peningkatan jumlah penduduk sebesar 0.46% di Kabupaten Badung dan sebesar 0.36% di Kabupaten Tabanan

.

Kebutuhan air non-irigasi mengacu pada pedoman Ditjen SDA Dep, Kimpraswil, 2003. Jumlah penduduk Kabupaten Badung pada tahun 2010 mencapai 543.332 jiwa dan jumlah penduduk Kabupaten Tabanan pada tahun 2010 mencapai 420.370 jiwa.

Kebutuhan air total untuk proyeksi tahun 2014 untuk Kabupaten Badung sebesar 119.736,86 m3/det dan

80.008,06 m3/hari. Kebutuhan air non-domestik sebesar 21.770,34 m3/hari dengan kehilangan air sebesar

24.491,63 m3/hari untuk Kabupaten Badung (Tabel 3). Kebutuhan air non-domestik untuk Kabupaten Tabanan

sebesar 12.632.85 m3/hari dan kehilangan air sebesar 16.843,80 m3/hari (Tabel 4).

Peningkatan jumlah penduduk Kabupaten Badung bagian selatan seperti Kecamatan Kuta Utara, Kuta dan kuta Selatan sebesar 171.389 jiwa pada tahun 2014-2020 dengan proyeksi kebutuhan air sebesar 32.563,54 m3/hari.

Kebutuhan air pada Kabupaten Badung bagian selatan bertujuan untuk rekomendasi kebutuhan air baku penunjang peningkatan jumlah penduduk. Selain itu, ketersediaan sumber air pada Kabupaten Badung bagian selatan selalu dipenuhi oleh distribusi PDAM Kabupaten Badung dari sumber air sungai yang ada di bagian utara Kabupaten Badung.

(17)

Tabel 3. Kebutuhan air Domestik dan Non Domestik Kab.Badung

Tahun Kebutuhan Air (m3/hari) Domestik (m3/hari) Kebutuhan Air non Kehilangan air (m3/hari) total (m3/hari) Kebutuhan Air 2014 73.474,89 21.770,34 24.491,63 119.736,86 2015 73.474,95 21.770,36 24.491,65 119.736,96 2016 73.475,01 21.770,37 24.491,67 119.737,06 2017 73.475,08 21.770,39 24.491,69 119.737,16 2018 73.475,14 21.770,41 24.491,71 119.737,26 2019 73.475,20 21.770,43 24.491,73 119.737,36 2020 73.475,26 21.770,45 24.491,75 119.737,46 Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 4. Kebutuhan air Domestik dan Non Domestik Kab.Tabanan

Tahun Kebutuhan air (m3/hari) domestik (m3/hari) Kebutuhan air non Kehilangan air (m3/hari) total (m3/hari) Kebutuhan air 2014 50.531,40 12.632,85 16.843,80 80.008,06 2015 50.531,45 12.632,86 16.843,82 80.008,13 2016 50.531,49 12.632,87 16.843,83 80.008,19 2017 50.531,53 12.632,88 16.843,84 80.008,26 2018 50.531,58 12.632,89 16.843,86 80.008,33 2019 50.531,62 12.632,91 16.843,87 80.008,40 2020 50.531,66 12.632,92 16.843,89 80.008,47 Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 5. Kebutuhan air Domestik dan Non Domestik Kec.Badung Selatan

Tahun Kebutuhan air (m3/hari) domestik (m3/hari) Kebutuhan air non Kehilangan air (m3/hari) total (m3/hari) Kebutuhan air 2014 20.566,44 5.141,61 6.855.48 32.563,54 2015 20.566,49 5.141,62 6.855,50 32.563,61 2016 20.566,53 5.141,63 6.855.51 32.563,67 2017 20.566,57 5.141,64 6.855,52 32.563,74 2018 20.566.62 5.141,65 6.855,54 32.563,81 2019 20.566,66 5.141,67 6.855.55 32.563,88 2020 20.566,70 5.141,68 6.855.57 32.563,95 Sumber : Hasil Perhitungan

Ketersediaan Air untuk Pengembangan

Jikalau peruntukan pengembangan air Sungai Penet dipergunakan sebagai air baku maka, debit potensial yang tersedia adalah sebesar 520 liter/detik. Debit tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan Kabupaten Badung secara keseluruhan. Selain itu, intake air baku PDAM Kabupaten Tabanan telah memakai potensi debit sebesar 50 liter/det. Besarnya debit sungai Penet yang dapat dikembangkan sesuai dengan analisis neraca air DAS rerata sebesar 484,37 liter/det. Jika potensi Sungai Penet dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan air baku PDAM maka perlu dibuatkan penampungan pada bagian hilir Sungai Penet. Selain itu, potensi sungai Penet belum mampu memenuhi kekurangan kebutuhan air baku PDAM Badung (575 liter/det) dan PDAM Tabanan (350 liter/det). Namun, apabila potensi sungai Penet dipergunakan untuk pemerataan kemanfaatan air pada Bali Selatan (Kecamatan Kuta Selatan, Kuta dan Kuta Utara) dengan kebutuhan sebesar 376,89 liter/det, maka potensi sungai Penet masih tersisa sebesar 107,48 liter/det dan atau sebesar 57,48 liter/det apabila memperhitungkan debit yang sudah dimanfaatkan untuk intake PDAM Tabanan).

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis ketersediaan air dan optimalisasi alokasi air untuk irigasi di DAS Yeh Penet, dapat diambil kesimpulan antara lain:

• Potensi debit sungai Yeh Penet dimasing-masing DI sangat berfluktuatif

• Analisis ketersediaan air DAS memberikan ketersediaan air sisa sebesar 0,25 sampai dengan 1,51 juta m3.

(18)

• Analisis kebutuhan air non irigasi pada daerah aliran sungai Penet sebesar 80.008,47 m3/hari di

Kabupaten Tabanan dan 119.737,46 m3/hari di Kabupaten Badung.

• Apabila pengembangan diperuntukkan untuk pemerataan pemanfaatan air di Bali bagian selatan, maka potensi sungai Penet masih surplus sebesar 57,48 liter/det.

• Penampungan air sangat perlu dibuatkan pada bagian hilir sungai Penet apabila akan diperuntukkan untuk pengembangan air baku PDAM. Penampungan ini bertujuan untuk menyeimbangkan fluktuasi debit untuk pengambilan air baku.

DAFTAR PUSTAKA

Arsana, I.G.N.K., 2005, Pengembangan dan Pengelolaan Sumber Daya Air di Daerah Aliran Sungai Yeh Ayung

Secara Terintegrasi (tesis). Denpasar: Universitas Udayana

Arsyad S., 2006. Konservasi Tanah dan Air, Bogor: IPB Press.

Asdak C., 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Direktorat Jenderal Cipta karya, 2010 Standar kebutuhan air: Departemen Pekerjaan Umum

Direktorat Jenderal Pengairan, 1986. Standar Perencanaan Irigasi, Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan

Irigasi KP – 01: Departemen Pekerjaan Umum.

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, 2005. Profile SWS Bali Penida, Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum Hatmoko, W. dan Wahyudi, T., 2011, Pengelolaan Alokasi air Pada Wilayah Sungai, Surakarta, Pusat

Penelitian dan pengembangan Sumber daya air.

KLHS Provinsi Bali, (2010) Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penglolaan Dan Pelestarian Sumber Daya Air

Provinsi Bali. Jakarta: YIPD available from:

http://www.klhsindonesia.org/main/readpractice/klhs-pengelolaan-dan-pelestarian-sumber-daya-air-di-provinsi-bali-tahun-2010

Loucks, D. P., J. R. Stedinger, and D. A. Haith, (1981), Water Resource Sistem Planning and Analisis, Prentice Hall Inc, Englewood Cliffs, New Jersey.

Nugroho, Hadikusumo, 2010, Aplikasi Hidrologi, Malang: Jogja Mediautama

Pasir, I Wayan, 2010 Optimasi Pemanfaatan Air Waduk Telaga Tunjung (tesis). Denpasar: Universitas Udayana Robert J.K, 2005, Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Yogyakarta: Andi

Siswanto, 2007, Operations Research, Jakarta: Erlangga

Sudjarwadi, 1987, Pola Operasi Pengaturan Waduk, PAU IT-UGM, Yogyakarta.

Sudjarwadi, 1999, Pengelolaan Sumberdaya Air Dalam Otonomi Daerah, Bahan Kursus Singkat Sistem

Sumberdaya air Dalam Otonomi Daerah ke I, Jurusan Teknik Sipil FT UGM, Yogyakarta

Triatmojo, Bambang, 2009, Hidrologi Terapan. Yogjakarta: Beta Offset United Nations Environment Programme (UNEP), http://www.unep.org

Walhi Provinsi Bali, ekploitasi sumber daya air di Provinsi Bali. available from http://www.voaindonesia.com/content/eksploitasi-sumber-daya-air-di-bali-sebabkan

krisis/1494836.html

World Bank, 2013, Jumlah penduduk Indonesia. Available from:

http://data.worldbank.org/country/indonesia/Indonesian.html

(19)

Gambar

Gambar 1. Tataruang DAS Penet (sumber: BWS Bali-Penida)  2.  METODE PENELITIAN
Gambar 2. Curah Hujan Daerah DAS Penet (sumber: hasil perhitungan)
Gambar 3. Debit Andalan 80% setiap DI DAS Penet (sumber: hasil perhitungan)
Gambar 5. Neraca Air DI LCS (Sumber: hasil Perhitungan)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Keragaman potensi sumber daya iklim dan lahan di Sulawesi Selatan, dapat memberi manfaat yang besar untuk pengembangan berbagai komoditas pertanian.. Berdasarkan zona iklimnya

Analisis Pengaruh Kondisi Bonding Pada Perencanaan Tebal Lapis Tambah (Overlay) Perkerasan Lentur Menggunakan Metode Austroads (Studi Kasus : Ruas Jalan Jatibarang – Palimanan)

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kualitas air sungai, aktivitas penangkapan, dan para pemangku kepentingan (stakeholders) yang berperan pada perikanan sidat

Kaji tindak pemberdayaan komunitas petani ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan pengembangan inovasi sosial yang dilaksanakan di KWT Melati Mini oleh

Bekantan (Nasalis larvatus) adalah maskot fauna Provinsi Kalimantan Selatan.Sebaran dan kondisinya di Kabupaten Hulu Sungai Tengah belum didata.Penelitian bertujuan

Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui jumlah limbah domestik yang masuk sungai, dan jarak yang dibutuhkan untuk kembali ke kondisi normal, Karena lokasi sungai citarum

Project Management Institute (2004) menjelaskan bahwa dalam bidang manajemen proyek, simulasi Monte Carlo digunakan untuk menghitung atau mengiterasi biaya dan waktu

Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 7 jenis plankton yang ditemukan di sungai Randangan Kiri Provinsi Gorontalo