• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPERASIONAL SISTEM PEMANTAUAN RADIASI SECARA REALTIME DI DAERAH KERJA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OPERASIONAL SISTEM PEMANTAUAN RADIASI SECARA REALTIME DI DAERAH KERJA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

OPERASIONAL SISTEM PEMANTAUAN RADIASI SECARA

REALTIME DI DAERAH KERJA INSTALASI PENGOLAHAN

LIMBAH RADIOAKTIF

L.Kwin Pudjiastuti, Adi Wijayanto Pusat Teknologi Limbah Radioaktif – BATAN

Email : ptlr@batan.go.id

ABSTRAK

OPERASIONAL SISTEM PEMANTAUAN RADIASI SECARA REALTIME DI DAERAH KERJA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF. Pemantauan

laju dosis daerah kerja pada berbagai ruangan dapat dipantau secara bersamaan dalam satu tempat. Kegiatan ini telah dapat diterapkan dalam pemantauan laju dosis daerah kerja Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif (IPLR) dan dioperasionalkan secara realtime menggunakan microcontroller display. Penggunaan program ini bertujuan agar tingkat radiasi di daerah kerja IPLR dapat terpantau secara cepat. Program ini dioperasikan dengan memasang beberapa perangkat TX yang disambungkan dengan monitor radiasi, dan di sambungkan dengan perangkat RX yang terdapat di ruang proteksi radiasi kemudian dihubungkan dengan komputer server dengan melalui program maka dapat dipantau tingkat radiasi setiap ruangan di dalam instalasi. Data keluaran berupa tabel dan grafik laju dosis yang dapat diakses setiap waktu. Sistem ini sangat bermanfaat untuk mengetahui lebih dini apabila terjadi tingkat radiasi yang melebihi batas untuk segera dilakukan evaluasi, agar keselamatan pekerja dapat terjamin.

Kata kunci : pemantauan radiasi, realtime

ABSTRACT

OPERATING OF REALTIME SYSTEM MONITORING RADIATION IN WORK AREA RADIOACTIVE WASTE PROCESSING INSTALATION. Monitoring of dose rates at

various work areas can be monitored simultaneously in a single place. This activity has to be applied in the monitoring of dose rate of the working area Radioactive Waste Proseccing Instalation (IPLR) and operated in realtime using the display microcontroller. This program aims to radiation levels in work areas IPLR can be monitored quickly. The program is operated by placing some of the TX is connected with radiation monitors, and at the connect with the RX in the radiation protection room is then connected to a computer server to be monitored through the program levels of radiation for every room in the installation. Output data in the form of tables and graphs the dose rate that can be accessed at any time. The system is very useful to find out early in the event of radiation levels in excess of the limit for immediate evaluation, so that worker safety can be guaranteed.

Key word : radiation monitoring, realtime

PENDAHULUAN

emanfaatan teknologi nuklir di Indonesia pada saat ini semakin berkembang. Teknologi nuklir banyak digunakan di bidang industri, kedokteran, dan kegiatan penelitian-pengembangan. Di bidang industri, sumber-sumber radiasi misalnya 60Co, 137Cs, 192Ir banyak digunakan untuk keperluan

sterilisasi alat kesehatan dan pengawetan bahan makanan, level gauge, thickness gauge, uji tak merusak/ radiografi dan lain-lainnya. Dalam bidang kedokteran, pemanfaatan zat radioaktif pada kegiatan radioterapi digunakan untuk membunuh sel-sel yang tumbuh abnormal seperti tumor atau kanker.

(2)

Di samping memberikan manfaat yang besar untuk peningkatan kualitas hidup manusia, pemanfaatan teknologi nuklir berpotensi menimbulkan limbah radioaktif yang senantiasa memancarkan sinar radiasi pengion. Limbah radioaktif didefinisikan sebagai zat radioaktif dan bahan serta peralatan yang telah terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif karena pengoperasian instalasi nuklir yang tidak dapat digunakan lagi[1].

Potensi bahaya dari limbah radioaktif terhadap manusia timbul dari pancaran radiasi yang dapat mengionisasi molekul-molekul organik dalam tubuh manusia secara langsung ataupun tidak langsung. Secara langsung apabila elektron dari proses ionisasi tersebut langsung diserap oleh molekul organik dalam sel. Secara tidak langsung apabila elektron dari proses ionisasi terlebih dahulu bereaksi dengan molekul-molekul air dalam sel yang efeknya kemudian dapat mengenai molekul-molekul organik lainnya. Berdasarkan potensi bahaya yang dapat ditimbulkannya, limbah radioaktif termasuk limbah bahan berbahaya dan beracun yang perlu mendapatkan pengelolaan secara tepat agar tidak membahayakan masyarakat dan lingkungan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Pasal 5, menyebutkan bahwa “Pengelolaan limbah radioaktif dilakukan oleh instansi yang bertanggung jawab atas pengelolaan radioaktif sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Lebih lanjut, dalam Penjelasan Pasal 5 PP di atas menyebutkan bahwa pengelolaan limbah radioaktif dilakukan oleh Badan Tenaga Atom Nasional yang merupakan instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan limbah radioaktif[2].

Pada saat ini landasan hukum yang menjadi dasar pengelolaan limbah radioaktif di Indonesia adalah Undang-undang Negara Republik Indonesia No. 10 Tahun 1997 Tentang Ketenaganukliran, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 2002 Tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 26 Tahun 2002 Tentang Keselamatan Pengangkutan Zat Radioaktif, dan produk-produk hukum turunannya.

Keselamatan harus menjadi prioritas utama pada seluruh tahap kegiatan. Pengolahan limbah radioaktif mempunyai potensi bahaya radiasi maupun non radiasi bagi manusia maupun lingkungan hidup sehingga perlu dilakukan pengelolaan yang benar agar tidak membahayakan baik bagi pekerja maupun masyarakat dan lingkungan. Program Proteksi Radiasi merupakan upaya untuk mewujudkan keselamatan dalam

pengelolaan limbah radioaktif yang dilaksanakan secara periodik dan terus menerus. Program ini sesuai dengan keputusan Kepala Batan Nomor 392/KA/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja BATAN pasal 302[3]. Program Proteksi Radiasi juga sebagai upaya untuk memenuhi peraturan yang telah dikeluarkan dalam melindungi keselamatan dan kesehatan pekerja dari potensi bahaya radiasi yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2007 tentang “Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif” pasal 24 ayat b, serta sebagai persyaratan dalam memperoleh ijin operasi instalasi nuklir/radiasi dari BAPETEN.[4,5]

Dalam makalah ini akan diuraikan tentang operasional pemantauan laju dosis daerah kerja radiasi di IPLR (ruang kompaksi, ruang sementasi dan IS-1) dapat dipantau secara kontinyu (realtime). Pemantauan ini dilakukan dengan pemasangan sistem telemonitoring paparan radiasi secara kontinyu dan terpusat berbasis komputer dengan menggunakan microcontroller dan pemograman yang dipusatkan di Ruang Health Physics, dengan demikian paparan radiasi gamma yang ada di dalam ruang kompaksi, sementasi dan IS-1 di IPLR dapat diketahui secara langsung dari ruang Health Physics. Data ini berfungsi sebagai evaluasi awal untuk menentukan tingkat proteksi radiasi di ruang tersebut sebelum ada kegiatan, sehingga baik pekerja radiasi maupun petugas proteksi radiasi tetap dapat terjamin keselamatan dan kesehatannya.

TATA KERJA Bahan dan alat

Gambar 1. Perangkat interface (TX)

Gambar 2. Perangkat interface (RX) Dalam pemantauan laju dosis daerah kerja peralatan yang digunakan adalah alat ukur radiasi yang telah terpasang yaitu gamma area monitor dan dihubungkan dengan perangkat interface (RX) pada ruang health physic, yaitu kotak panel yang berisi modul rangkaian power suplay, konverter RS-485 to RS-232, konverter RS-232 to RS-485 dan Perangkat interface (TX) pada ruang kompaksi,

(3)

sementasi dan Interm storage yaitu kotak panel yang berisi modul rangkaian power supply, konverter RS-232 to RS-485, komponen pendukung, Personal Computer dan Modul rangkaian microcontroller display yang menampilkan jam dan tanggal menggunakan seven segment, nama ruangan menggunakan dot matriks, laju dosis/paparan radiasi menggunakan seven segment. Perangkat interface TX, RX dan seven segment ditunjukkan pada Gambar 1 sampai dengan Gambar 3.

Gambar 3. Custom Display

Cara kerja :

1. Sinyal dari detektor gamma area monitor ditangkap perangkat TX yang terpasang di tiap ruangan yang akan di pantau secara tetap. 2. melalui kabel konverter RS-232 to RS-485 data

akan di terima oleh perangkat RX yang berada di ruang proteksi radiasi IPLR.

3. Data ini dihubungkan dengan perakat komputer server dengan perangkat lunak Program System Pemantau Radiasi, data laju dosis dan dosis dapat ditampilkan pada monitor yang ada di ruang proteksi Radiasi.

4. Dengan menggunakan modul rangkaian microcontroller display yang menampilkan jam dan tanggal, data pemantauan dapat ditampilkan dalam board menggunakan seven segment yang dipasang dipintu depan sebelum masuk instalasi, sehingga dapat diketahui langsung oleh pekerja. Diagram Blok dan diagram visual ditampilkan dalam gambar 4 dan gambar 5:

Gambar 4. Diagram Visual Blok

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pemantauan laju dosis di IPLR khususnya di ruang kompaksi, sementasi dan Interm Storage dapat berupa data dalam bentuk tabel maupun dalam bentuk grafik. Data ini tersimpan dalam database Program system Pemantau Radiasi yang terpusat di ruang Proteksi Radiasi. Data tersimpan dan dapat diambil untuk berbagai durasi, harian, mingguan, maupun bulanan.

Gamma area monitor dipasang pada daerah kerja yang berpotensi terjadi penerimaan dosis radiasi, yaitu pada zona III (daerah kompaksi dan sementasi) dan di Interm Storage (IS). Pemantauan dilakukan di ruang proteksi radiasi IPLR. Gambar 6 berikut menampilkan data pemantauan yang ditampilkan dalam layar monitor dengan berbagai menu operasional.

Berdasarkan gambar pemantauan ini dapat diketahui secara langsung lokasi pemantauan, tanggal dan jam, laju dosis, dosis serta batasan dan alarm. Data akan berubah-ubah sesuai dengan fluktuasi hasil pengukuran detektor pada digital gamma area monitor. Batasan detetapkan dan disesuaikan dengan zona daerah kerja di IPLR dengan mengikuti batasan terkini yaitu 20 mSv/tahun. Jika pengukuran melebihi batasan yang

di tetapkan, maka warna alarm akan berubah merah sampai selesai dilakukan tindakan atau kembali pada kondisi normal. Data ini akan tersimpan dalam database dan apabila sewaktu-waktu diperlukan dapat dilihat kembali.

Untuk melihat bentuk kurvanya pada lokasi tertentu, cursor dapat di klik pada bagian ”chart” diatas, maka akan keluar gambar kurva yang merupakan hasil pendeteksian detektor terhadap laju dosis daerah kerja. Kurva/ chart ini dapat ditampilkan pada masing-masing ruangan yang dipantau, sedangkan data dalam bentuk tabel dapat dilihat untuk berbagai ruangan yang dipantau.

Gambar 6 menampilkan kurva laju dosis dan dosis di daerah interm storage (IS) -I. Laju dosis di IS-1 berkisar antara 0,40 - 0,70 µSv/jam pada tanggal 9 Mei 2012 antara pukul 08.05 - 08.20. Satu kurva berwarna merah menunjukkan pengukuran laju dosis dan kurva berwarna biru menunjukkan dosis. Pemantauan di IS-1 ini lebih besar dari tempat lain karena memang IS untuk menempatkan limbah yang telah diolah. Jika dibandingkan dengan batasan daerah kerja yaitu sebesar 30 µSv/jam, maka hasil pemantauan ini masih jauh dibawah batas yang ditetapkan.

Gambar 6 Data Pemantauan Laju dosis terpusat di IPLR.

(5)

Gambar 8. Kurva laju dosis dan dosis pada ruang sementasi

Gambar 9. Kurva laju dosis dan dosis pada ruang kompaksi

Hasil pemantauan laju dosis di daerah yang tidak ada sumber radiasinya yaitu di ruang sementasi pada saat tidak ada proses, maka kurva akan menunjukkan keadaan yang normal, yaitu laju dosis berkisar antara 0,22 – 0,32 µSv/jam seperti ditunjukkan dalam Gambar 8. Laju dosis tersebut merupakan laju dosis latar (background).

Daerah kerja yang dipantau pada saat ada kegiatan pengolahan limbah padat dengan cara kompaksi ditunjukkan dalam Gambar 7 dibawah. Laju dosis berkisar antara 3,40 sampai dengan 3,65 µSv/jam. Data ini sangat diperlukan untuk mengatur waktu, jarak dan alat pelindung diri yang diperlukan selain monitor radiasi untuk personil yang telah diwajibkan.

Untuk melihat data pada tanggal sebelumnya dilakukan dengan cara menampilkan menu periode, maka akan dapat dipilih tujuh periode yang dapat diambil yaitu, hari ini, kemarin, tujuh hari terakhir, bulan ini, bulan lalu, tahun ini, tahun lalu, serta periode tanggalnya, maka layar akan menampilkan data seperti pada gambar 10a dan 10b.

Gambar 10a. Menu untuk menampilkan periode pemantauan

Gambar 10b. Hasil penampilan data pada periode tertentu

(6)

Untuk memperoleh data print out maka perintah untuk print out telah tersedia dalam menu diatas, sehingga data bisa di print.

KESIMPULAN

Pemantauan laju dosis secara realtime dan kontinyu telah dapat dioperasikan di instalasi pengolahan limbah radioaktif dan interm storage. Dengan keterbatasan personil pemantauan ini sangat membantu petugas dalam pengawasan baik pada saat proses pengolahan limbah maupun keadaan normal. Pemantauan ini juga dapat untuk mengetahui adanya peningkatan paparan radiasi lebih dini untuk mengambil tindakan dan evaluasinya, sehingga keselamatan pekerja, masyarakat dan lingkungan dapat terjamin.

DAFTAR PUSTAKA

1. ANONIM; Undang Undang No. 10 Tahun 1997 tentang “Ketenaganukliran”.

2. ANONIM; Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun

3. ANONIM Keputusan Kepala Batan Nomor 392/KA/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja BATAN

4. ANONIM Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2007 tentang “Keselamatan radiasi dan keamanan sumber radioaktif ”.

5. ANONIM Keputusan Kepala BAPETEN No. 01/Ka-BAPETEN/V-99 tentang “Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi”.

6. ANONIM, Pedoman Keselamatan dan Proteksi Radiasi Kawasan Nuklir Serpong. Revisi 1, 2011.. Kwin P

TANYA JAWAB Prayitno

 Berapa aktivitas limbah padat yang tidak dapat dibakar

 Di ruang insenerator, apa sudah direncanakan dalam pemantauan

 Limbah-limbah tersebut apa masih perlu diklasifikasikan lagi

L. Kwin P

 Limbah padat tidak terbakar, terkompaksi dengan aktivitas rendah dan sedang

 Di ruang insenerator, pemantauan real time direncanakan tahun depan secara bertahap, saat ini pemantauan tetap dilakukan secara manual

 Limbah-limbah yang masuk ke IPLR, sebelum proses pengolahan terlebih dahulu dilakukan preparasi dan disesuaikan dengan proses yang akan dilakukan.

Agus Taftazani

 Metode real time ini lebih maju dari PTAPB, softwarenya apa dan buatan mana

 Data-data yang diperoleh harus dilaporkan sampai USDOE/IAEA ?

 Apakah metode ini sudah dipakai di lab AAN PTBIN/PRSG ?

L. Kwin P

 Software “Sistem Pemantau Radiasi” dibuat sendiri dengan program Visual C# dan MySql server sebagai database

 Data sebagai laporan triwulan dan tahunan, tidak sampai USDOE/IAEA, dana dari DIPA PTLR-BATAN

 Program ini baru dikembangkan di IPLR dan di Kawasan Nuklir Serpong (lingkungan), program ini dapat dikembangkan di instalasi lain

Muradi

 Apakah yang terpantau pada alat ini dan sejauh mana tingkat keakuratannya

L. Kwin P

 Yang terpantau adalah paparan/laju dosis sinar yang ada di ruangan proses dan intern storage, tingkat keakuratannya cukup baik karena setiap tahun dilakukan kalibrasi di PTKMR dan dapat dibandingkan dengan surveymeter dan dosis kumulatif daerah kerja menggunakan TLD

Atok Suhartanto

 Kapan dilakukan periodisasi kalibrasi dan oleh siapa

 Apakah masih dilakukan juga pengukuran secara manual

L. Kwin P

 Kalibrasi detektor dilakukan setahun sekali oleh PTKMR-BATAN

 Pengukuran secara manual tetap dilakukan secara rutin, alat ini dipakai sebagai “early warning”

Gambar

Gambar 3. Custom Display
Gambar 6 Data Pemantauan Laju dosis terpusat di IPLR.
Gambar 8. Kurva laju dosis dan dosis pada ruang sementasi

Referensi

Dokumen terkait

Metode Steepest Descent ini adalah metode gradien sederhana yang menggu- nakan vektor gradien untuk menentukan arah pencarian pada setiap iterasi. Da- ri arah pencarian yang

Apa yang harus dijelaskan dalam kerangka teori adalah tentang apa tindakan yang digunakan untuk mengatasi masalah, bagaimana tindakan itu harus dilaksanakan, apa kelebihan atau

Jika pola erupsi insisif rahang atas asimetrik, persistensi gigi insisif sulung rahang atas, rotasi insisif sentral atau erupsi ektopik insisif permanen maksila ditemukan

Melihat sejarah Bangsa Indonesia yang panjang dan juga terjadinya perubahan kekuasaan di Indonesia, tentu juga telah terjadi berbagai perubahan-perubahan

ses) pada pembinaan olahraga karate di Kota Metro dapat dilihat melalui kinerja pelatih seba- gai motor dari proses pembinaan karate, kiner- ja pelatih yang tergolong baik

Penelitian yang dilakukan di SMK Unggulan An-Nur Bululawang Malang bertujuan untuk 1 mengetahui upaya guru dalam menumbuhkan minat berwirausaha siswa jurusan tata busana SMK

Secara umum kualitas air Waduk Tirta Shinta masih dibawah baku mutu yang ditetapkan untuk industri, kadar oksigen terlarut (DO) di atas permukaan masih 5 ppm, tetapi di kedalaman 5 –

Menurut Riyanto (2013:219) Pasar Primer adalah pasar bagi efek yang pertama kali diterbitkan dan ditawarkan dalam pasar modal, sedangkan Pasar Sekunder adalah pasar bagi