• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERTANYA SISWA DALAM PEMBELAJARAN TENTANG VEKTOR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM COMPOSING SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERTANYA SISWA DALAM PEMBELAJARAN TENTANG VEKTOR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM COMPOSING SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun Oleh : Mega Nofika

141424055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

“ PEMIMPIN bukanlah mereka yang tidak pernah gagal, melainkan mereka yang tidak pernah berhenti untuk terus BERJUANG ”

“ Saat orang lain tidak benar, saya tetap merespon BENAR. Saat situasi tidak benar, saya tetap merespon BENAR ”

Karya ini kupersembahkan :

Kepada Yesus Kristus, TUHAN, Penyelamat dan Sahabatku

Kedua orangtua tercintaku I Nyoman Yohanes dan Ni Nyoman Ariani

Kakak Heni Arsiyani dan Adik Yoga Pramudia

Keluarga rohaniku “Victorious Home”

Terimakasih untuk setiap dukungan, doa, cinta, kasih serta pengorbanan yang tiada

(5)
(6)
(7)

vii

Mega Nofika. 2019. Pengembangan Keterampilan Bertanya Siswa Dalam Pembelajaran Tentang Vektor Menggunakan Model Pembelajaran Problem Composing. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran problem composing dapat mengembangkan keterampilan bertanya siswa dan mengetahui peningkatan pemahaman siswa tentang materi vektor dalam proses pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian deskritif kualitatif dan kuantitatif. Peningkatan keterampilan bertanya siswa dilihat dengan menganalisis kualitas pertanyaan dan jumlah pertanyaan berdasarkan rubrik keterampilan bertanya dan analisis pertanyaan menurut Taksonomi Bloom pada setiap pertemuan. Peningkatan pemahaman siswa diukur dengan pretest dan post-test menggunakan tes tertulis berupa multiple choice.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (i) model pembelajaran problem

composing dapat mengembangkan keterampilan bertanya siswa. Pertanyaan yang diajukan oleh siswa adalah pertanyaan dengan rata-rata persentase 66,7% pada ketegori sedang, dalam tingkat pengetahuan dengan rata-rata jumlah pertayaan pada frekuensi rendah (pertemuan I), pertanyaan dengan rata-rata persentase 50% pada kategori rendah, dalam tingkat pengetahuan dengan jumlah pertanyaan pada frekuensi rendah (pertemuan II), dan pertanyaan dengan rata-rata persentase 83,3% pada kategori tinggi, dalam tingkat memahami dan menerapkan dengan jumlah pertanyaan pada frekuensi sedang (pertemuan III). (ii) Pembelajaran menggunakan model problem composing dapat meningkatkan pemahaman siswa.

(8)

viii

Mega Nofika. 2019. The Development of Students’ Questioning Skills in Learning about Vectors Using Problem Composing Learning Models. Physics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Teachers Training and Education Faculty, Sanata Dharma University.

This study aims to determine whether the problem composing learning models can develop students’ skill in questioning, knowing the improvement in students’ understanding of vector material in learning process. This study is descriptive qualitative and quantitative research. Improving students’ skills in questioning can be seen by analyzing the quality of questions and the number of questions based on the question of skill rubric and question analysis according to Bloom’s Taxanomy at each meeting. The increasing of students’ understanding was measured by pretest and post-test using a written test in the form of multiple choices.

The results of this research show that: (i) problem composing learning models can develop the students’ questioning skills. The questions posed by students are questions with an average percentage 66,7% in the medium category, in the level knowledge with the average number of questions at low frequencies (meeting I), the questions with an average percentage of 50% in low category, in level of knowledge with the number of questions at low frequency (meeting II), and questions with an average percentage 83,3% in high category, in the level of understanding and applying with the number of questions at the medium frequency (meeting III). (ii) Learning using problem composing models can increase the students’ understanding.

(9)

ix

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yesus Kristus karena atas kasih dan bimbinganya, penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERTANYA SISWA DALAM PEMBELAJARAN TENTANG

VEKTOR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM COMPOSING”

Adapun skripsi ini dibuat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi

Pendidikan Fisika Univerisitas Sanata Dharma. Penulis menyadari bahwa tanpa adanya

bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, skrispsi ini tidak akan dapat

tersusun. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan kasih-Nya sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan.

2. Bapak Drs. Tarsisius Sarkim M.Ed., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing yang telah

berkenan meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dan dengan sabar memberikan

bimbingan, bantuan, pengarahan, serta saran sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Aufridus Atmadi selaku dosen pembimbing akademik yang telah

mendampingi penulis selama belajar di Program Studi Pendidikan Fisika Sanata

Dharma.

4. Bapak Dr. Ignatius Edi Santosa, M.S selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika, dan segenap dosen Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma yang

telah membimbing, mendidik, membagikan ilmu, dan pengalaman hidup kepada

(10)

x

selama belajar di Universitas Sanata Dharma.

6. Suster Kepala SMA Kasih yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan

penelitian di SMA tersebut.

7. Ibu Fero S.Pd selaku guru mata pelajaran fisika SMA Kasih yang telah

memberikan masukan dan membantu penulis selama proses pengambilan data

skripsi.

8. Peserta didik kelas X IPA SMA Kasih yang telah bersedia meluangkan waktu

dan pikiran sebagai subjek penelitian.

9. Keluarga besar SMA Kasih atas bantuan dan kerjasamanya.

10. Papa, Mama, Kakak dan Adik yang selalu berdoa dan memberikan dukungan

selama proses penyusunan skripsi.

11.Sahabat-sahabat terkasihku “Partner in Crime (Oma, Emak, Tutuk, Cah

Lampung, Malaikat, Nonge)” yang telah menjadi sahabat terbaik selama studi,

mengingatkan dan memberikan masukan dan saran dalam proses penyusunan

skrispsi ini.

12. Ponakan tercinta (Meldayanti), partner pelayananku (Hugo, Aaron, Kevin), dan

Yeni yang selalu memberikan semangat dan perhatian.

13. Keluarga rohaniku “Victorious Home” yang selalu memberi motivasi, semangat

dan mendukung dalam doa.

14. Teman-teman Pendidikan Fisika 2014 yang dengan caranya masing-masing

mendukung dan memberi semangat dalam proses menyelesaikan skripsi ini.

15.Untuk semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak

(11)

xi

pengetahuan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna, maka penulis mengharapkan masukan, saran, serta kritik dari

pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Yogyakarta, 21 Januari 2019

(12)

xii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………...v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK………...vi

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI………..xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULIUAN ... 1

D. Kemampuan Bertanya yang Akan Dikembangkan ... 21

E. Besaran Vektor Dan Skalar ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

A. Jenis Penelitian ... 35

B. Populasi dan Sampel ... 35

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 36

(13)

xiii

G. Teknik Analisis Data ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 59

A. Pelaksanaan Penelitian ... 59

B. Analisis Data ... 63

C. Pembahasan ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 93

A. Kesimpulan ... 93

B. Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 95

(14)

xiv

Tabel 2.2 Perbandingan Taksonomi Bloom dan Revisiannya ... 14

Tabel 2.3. Uraian Komponen-komponen Vektor ... 29

Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Vektor ... 39

Tabel 3.2. Pembelajaran Pada Pertemuan I ... 45

Tabel 3.3. Pembelajaran Pada Pertemuan II ... 47

Tabel 3.4. Pembelajaran Pada Pertemuan III ... 49

Tabel 3.5 Rubrik Penilaian Lembar Observasi Keterampilan Bertanya Oleh Siswa ... 50

Tabel 3.6. Rubrik Penilaian Keterampilan Bertanya oleh Siswa ... 54

Tabel 3.7 Taksonomi Tingkatan Kognitif ... 54

Tabel 3.8 Lembar Keterampilan Bertanya oleh Siswa ... 56

Tabel 3.9 Jumlah Pertanyaan yang Diajukan Oleh Siswa ... 56

Tabel 3.10. Kriteria Keterampilan Bertanya oleh Siswa ... 57

Tabel 4.1. Kualitas dan Rumusan Pertanyaan pada Pertemuan 1 ... 65

Tabel 4.2 Kualitas dan Rumusan Pertanyaan pada Pertemuan 2 ... 69

Tabel 4.3. Kualitas dan Rumusan Pertanyaan pada Pertemuan 3 ... 74

Tabel 4.4 Jumlah Pertanyaan yang Diajukan Siswa Pada Pertemuan I ... 81

Tabel 4.5 Jumlah Pertanyaan yang Diajukan Siswa Pada Pertemuan II ... 82

Tabel 4.6 Jumlah Pertanyaan yang Diajukan Siswa Pada Pertemuan III... 83

Tabel 4.7 Data Hasil Pretest dan Post-test Siswa ... 84

Tabel 4.8. Hasil Analisis Uji-T Dependen ... 86

Tabel 4.9. Kriteria Kualitas dan Rumusan Pertanyaan Siswa ... 87

(15)

xv

Gambar 2.2 Resultan vektor A + B, dengan metode jajaran genjang ... 26

Gambar 2.3 Resultan vektor A + B, dengan metode segitiga ... 27

Gambar 2.5 Penjumlahan vektor dengan metode poligon ... 28

Gambar 2.6 Komponen-komponen sebuah vektor... 29

Gambar 2.7 Perkalian vektor A dan B ... 31

Gambar 2.8 Perkalian vektor ... 32

(16)

xvi

Lampiran 3: Rancangan Proses Pembelajaran (RPP) ... 100

Lampiran 4: Soal Pretest ... 113

Lampiran 5: Soal Post-test ... 117

Lampiran 6: Kunci Jawaban Pretest ... 121

Lampiran 7: Kunci Jawaban Post-test ... 122

Lampiran 8: Hasil Pretest ... 123

Lampiran 9: Hasil Post-test ... 126

Lampiran 10: Daftar Pertanyaan Siswa A Pada Setiap Pertemuan ... 129

Lampiran 11: Daftar Pertanyaan Siswa B Pada Setiap Pertemuan ... 132

(17)

1 BAB I

PENDAHULIUAN

A. Latar Belakang

Dalam pembelajaran fisika, siswa dilatih untuk mengembangkan

keterampilan-keterampilan ilmiah untuk medukung siswa agar menjadi

lebih kreatif dan inovatif. Rustaman (2005:6) dalam penelitiannya

mengatakan kemampuan dasar bekerja ilmiah di jenjang pendidikan dasar

dan menengah banyak berisikan keterampilan proses yang mencangkup

keterampilan mengajukan pertanyaan, melakukan pengamatan (observasi),

mengelompokkan (klarifikasi), melakukan inferensi, menafsirkan,

merencanakan percobaan, dan merumuskan hipotesis.

Dalam penelitian ini, peneliti akan membahas tentang keterampilan

ilmiah siswa dalam mengajukan pertanyaan (bertanya) pada proses

pembelajaran fisika berlangsung. Bertanya adalah sesuatu hal yang sangat

umum dilakukan dalam dunia pendidikan. Guru seringkali bertanya

dengan berbagai tujuan, misalnya untuk mengukur pemahaman siswa,

untuk merangsang siswa berpikir dan untuk mengontrol kelas. Demikian

juga tujuan siswa bertanya, misalnya untuk mendapatkan penjelasan,

sebagai ungkapan rasa ingin tahu, bahkan sekedar untuk mendapat

(18)

Sebenarnya seberapa penting suatu pertanyaan diajukan saat proses

pembelajaran? Berdasarkan pengalaman selama melaksanakan PPL,

banyak siswa yang enggan untuk bertanya. Beberapa alasan mengapa

siswa enggan bertanya yaitu siswa tidak memiliki kepercayaan diri dalam

bertanya, siswa malu ditertawakan oleh teman-temannya, siswa takut

dimarahi oleh guru saat bertanya. Menurut Agatha Ferry Wahyu Susanti

dalam skripsinya, penyebab siswa malas untuk bertanya adalah kesulitan

untuk merangkai kalimat (membuat pertanyaan), malu, dan takut salah.

Munif Chatif (2016) dalam bukunya “ Presents Learn, Biarkan Anak

Bertanya” mengatakan bahwa penyebab anak tidak mau bertanya adalah

karena anak belum tahu cara bertanya. Akibatnya banyak siswa yang tidak

mengerti dan memahami materi yang disampaikan khususnya dalam

pelajaran fisika.

Namun tidak semua anak enggan bertanya. Ada beberapa anak

yang aktif bertanya. Hal ini harus dipertahankan agar anak tetap bisa aktif

di dalam kelas. Tetapi guru harus mengarahkan anak didiknya agar

pertanyaan yang diajukan oleh anak bisa dikembangkan lagi menjadi

lebih kompleks.

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengembangkan

kemampuan bertanya siswa, baik itu kuantitas maupun kualitas pertanyaan

(19)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah model pembelajaran Problem Composing dapat

mengembangkan keterampilan bertanya siswa?

2. Bagaimana peningkatan pemahaman siswa tentang materi vektor

dalam proses pembelajaran ?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian sebagai berikut:

1. Mengetahui apakah model pembelajaran Problem Composing

dapat mengembangkan keterampilan bertanya siswa.

2. Mengetahui peningkatan pemahaman siswa tentang materi vektor

dalam proses pembelajaran.

D. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada:

1. Siswa yang diupayakan mengalami pengembangan keterampilan

bertanya adalah siswa kelas X SMA Kasih.

2. Pertanyaan yang diajukan dalam pembelajaran adalah pertanyaan

ilmiah yang berkaitan dengan materi vektor.

3. Jenis pertanyaan yang ingin dikembangkan adalah kemampuan

(20)

E. Manfaat Penelitian

1. Guru

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gagasan/ide yang

baru bagi guru dalam melatih siswa bertanya saat proses

pembelajaran berlangsung.

2. Siswa

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman baru

pada siswa tentang cara bertanya yang baik, serta melatih siswa

untuk berani mengemukakan pertanyaan didepan guru dan siswa

(21)

5 BAB 2

DASAR TEORI

A. Pendekatan Ilmiah

Pendekatan ilmiah (scientific approach) meliputi menggali informasi

melalui observation/pengamatan, questioning/bertanya, experiment/percobaan,

mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, menganalisis,

associating/menalar, menyimpulkan dan menciptakan serta membentuk

jaringan/networking (Hosnan, 2014:37).

Menurut Hosnan (2014:38) pendekatan ilmiah/scientific approach

mempunyai kriteria proses pembelajaran sebagai berikut:

a. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat

dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu.

b. Penjelasan guru, respons siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa

terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subyektif, atau

penalaran yang menyimpang.

c. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir kritis, analitis, dan tepat

dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan

mengaplikasikan materi pembelajaran.

d. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir hipotetik dalam melihat

perbedaan, kesamaan atau tautan satu sama lain dari materi

(22)

e. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan,

dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam

merespons pembelajaran.

f. Berbasis pada konsep, teori dan fakta empiris yang dapat

dipertanggungjawabkan.

g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun

menarik sistem penyajiannya.

B. Bertanya

1. Pengertian Bertanya

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bertanya berasal dari kata

dasar “tanya” yang memiliki arti meminta keterangan (penjelasan dsb);

meminta supaya diberi tahu (tentang sesuatu). Pertanyaan dalam

kehidupan sehari-hari biasanya bertujuan memperoleh informasi mengenai

hal yang belum diketahui (Bolla, 1983:2). Bertanya adalah sesuatu hal

yang sangat umum dilakukan dalam dunia pendidikan.

Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”,

melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya

menginginkan tanggapan verbal. Bentuk pertanyaan, misalnya: apakah

ciri-ciri kalimat efektif? Bentuk pernyataan, misalnya: sebutkan ciri-ciri

kalimat efektif (Hosnan, 2014 : 49). Guru seringkali bertanya dengan

berbagai tujuan, misalnya untuk mengukur pemahaman siswa, untuk

merangsang siswa berpikir dan untuk menontrol kelas. Demikian juga

(23)

ungkapan rasa ingin tahu, bahkan sekedar untuk mendapat perhatian

(Widodo. A. 2006:2).

Bertanya sangat penting untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas

dalam proses belajar mengajar. Masih banyak siswa yang belum secara

aktif bertanya dalam proses pembelajaran. Menurut Hosnan (2014:49)

penyebab kurangnya siswa memberanikan diri untuk bertanya

dikarenakan:

a. Siswa merasa dirinya tidak lebih tahu daripada guru, sebagai akibat

dari kebiasaan belajar yang satu arah

b. Adanya ganjalan psikologis karena guru lebih dewasa dari pada usia

siswa

c. Kurang kreatifnya guru untuk mengajukan persoalan-persoalan yang

menantang siswa untuk bertanya.

Oleh karena itu, guru memiliki peran penting dalam meningkatkan

kemampuan bertanya siswa. Berdasarkan pendapat Hosnan (2014:49) di

atas, guru perlu mencairkan hambatan psikologis antara guru dengan siswa

dan memperkaya topik-topik pembelajaran yang aktual dengan

perkembangan dan konstektual dengan kebutuhan siswa. Guru perlu

membimbing dan melatih siswa untuk dapat mengajukan

pertanyaan-pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkret sampai pada

yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur ataupun hal yang

lebih abstrak. Semakin siswa terlatih dalam bertanya, maka rasa ingin tahu

(24)

2. Pentingnya Mengajukan Pertanyaan

Beberapa hal yang perlu diketahui dan dipahami dalam

mengembangkan keterampilan bertanya yaitu “apa pentingnya

keterampilan bertanya?”, “mengapa siswa dilatih bertanya?” “apa tujuan

dari melatih keterampilan bertanya siswa?”

Hariyadi (2014) dalam jurnalnya yang berjudul Bertanya, Pemicu

Kreativitas Dalam Interaksi Belajar mengatakan bahwa bertanya sangat

penting karena bertanya merupakan metode untuk mengungkapkan rasa

ingin tahu terhadap jawaban yang tidak atau belum diketahui. Bertanya

adalah sesuatu hal yang sangat penting, semua pengetahuan berasal dari

bertanya, karena dengan bertanya menunjukan rasa ingin tahu,

menunjukkan minat, dan mengarah pada penyelidikan untuk memperoleh

pengetahuan.

Sesuai dengan kriteria pembelajaran dalam pendekatan

ilmiah/scientific, meningkatkan keterampilan bertanya didalam

pembelajaran bertujuan agar siswa mampu berpikir kritis, analitis, dan

tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan

mengaplikasikan materi pembelajaran. Siswa mampu berpikir hipotetik

dalam melihat perbedaan, kesamaan atau tautan satu sama lain dari materi

pembelajaran. Siswa mampu memahami, menerapkan, dan

mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam

(25)

Dengan demikian,keterampilan bertanya merupakan bagian yang

tidak terpisahkan dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil

pembelajaran. Bertanya sangat penting didalam proses pembelajaran,

pentingnya mengembangkan keterampilan bertanya agar pola pikir siswa

lebih terbuka. Tujuan dari melatih siswa bertanya adalah meningkatkan

pola pikir siswa agar siswa mampu berpikir kritis, meningkatkan daya

pikir siswa dalam memecahkan masalah, serta mampu mengembangkan

pola pikir yang rasional dan objektif dalam meresponi pembelajaran.

3. Ukuran dan Ciri-ciri Pertanyaan Ilmiah yang Baik

Pertanyaan ilmiah yang baik adalah pertanyaan yang dapat

mengarah ke hipotesis dan membantu kita dalam menjawab (atau mencari

tahu) alasan untuk beberapa pengamatan. Pertanyaan ilmiah yang baik

dapat didefinisikan, dapat diukur dan dapat dikontrol.

Pertanyaan ilmiah yang baik memiliki karakteristik sebagai

berikut:

a. Pertanyaan ilmiah yang baik adalah pertanyaan yang memiliki jawaban

yang dapat diuji. Contoh: “mengapa itu bintang?” (bukan pertanyaan

ilmiah). “materi apa saja yang terkandung di dalam bintang?” (contoh

pertanyaan ilmiah).

b. Pertanyaan ilmiah yang baik dapat diuji dan dapat dijawab dengan

merancang dan melakukan percobaan. Contoh: “Dari mana matahari

(26)

terhadap radiasi matahari, saat menggunakan lotion tabir surya SPF 30

dan saat tidak menggunakan lotion tabir surya ?” (pertanyaan ilmiah)

c. Pertanyaan ilmiah yang baik didasarkan pada pengetahuan awal (apa

yang sudah diketahui, konsep awal). Contoh: “apakah pupuk membuat

rumput tumbuh lebih hijau?” (bukan pertanyaan ilmiah). “ Jenis pupuk

apa yang dapat membuat rumput tumbuh lebih hijau?” (pertanyaan

ilmiah)

d. Pertanyaan ilmiah yang baik ketika dijawab, mengarah ke pertanyaan

baik lainnya. Contoh: “apa itu flu?” (bukan pertanyaan ilmiah).

“bagaimana cara flu menyerang sistem kekebalan tubuh manusia?”

(pertanyaan ilmiah)

Menurut Hosnan (2014: 51) ciri-ciri pertanyaan yang baik dalam

“Pendekatan Saintifik dan Konstektual dalam Pembelajaran Abad 21”

sebagai berikut:

a. Singkat dan jelas

Pertanyaan yang baik adalah pertanyaan yang mudah dipahami,

tidak panjang lebar, tetapi langsung tertuju pada inti dari pertanyaan

tersebut.

b. Memiliki fokus

Pertanyaan yang diajukan harus memiliki fokus, tentang apa yang

(27)

c. Bersifat probing atau divergen

Istilah probing memiliki arti berusaha memperoleh keterangan

yang lebih jelas atau lebih mendalam. Sedangkan divergen memiliki

arti kata “berbeda”. Kaitannya dalam hal ini adalah pertanyaan yang

diajukan harus bervariasi dan memiliki arti yang jelas dan dalam.

d. Memiliki intonasi yang jelas

Penekanan pada kata-kata tertentu dalam suatu pertanyaan perlu

dilakukan, agar memiliki fokus yang jelas yang terkandung dalam

setiap pertanyaan yang diajukan.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rizky Lestari “Profil Keterampilan

Bertanya Siswa pada Pembelajaran Biologi SMAN 1 Bandar Lampung Tahun

Pelajaran 2016/2017”, menjelaskan aspek profil keterampilan bertanya sebagai

kriteria untuk mengukur pertanyaan yang baik sebagai berikut:

a. Frekuensi pertanyaan

Dalam KBBI frekuensi memiliki pengertian yaitu jumlah pemakaian suatu

unsur bahasa dalam suatu teks atau rekaman. Dalam hal ini frekuensi

pertanyaan adalah banyaknya jumlah pertanyaan yang ditanyakan oleh

siswa saat proses pembelajaran berlangsung.

b. Substansi Pertanyaan

Dalam KBBI substansi memiliki pengertian yaitu watak yang sebenarnya

dari sesuatu; isi; pokok; inti. Jadi dapat dikatakan bahwa substansi

pertanyaan adalah kualitas pertanyaan yang diajukan oleh siswa berkaitan

(28)

Bahasa yang digunakan siswa ketika mengajukan pertanyaan. Di dalam

proses pembelajaran, guru harus menggunakan bahasa yang baku dalam

menyampaikan meteri ke pada siswa. Begitu juga saat siswa berbicara atau

bertanya kepada guru, siswa harus menggunakan bahasa standar atau

bahasa yang baku, serta menggunakan kata tanya apa, siapa, kapan,

dimana, mengapa dan bagaimana.

c. Kesopanan dalam mengajukan pertanyaan

Hal yang perlu saat siswa mengajukan pertanyaan kepada guru, pertama

siswa harus memperhatikan waktu dan situasi. Artinya siswa harus

mengajukan pertanyaan saat guru tidak sedang berbicara dan guru telah

memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Kedua siswa harus

memperhatikan sikap diri dalam bertanya. Sikap diri yang baik saat

bertanya adalah siswa mengangkat tangan dan memperkenalkan diri

sebelum mengajukan pertanyaan di dalam kelas.

4. Tingkatan Pertanyaan

Guru harus memahami kualitas pertanyaan, dan memberikan

contoh kepada siswa dalam menyampaikan pertanyaan serta memberikan

jawaban secara baik dan benar. Taksonomi atau pengelompokan

pertanyaan yang baik dan benar memiliki bobot atau kualitas yang dapat

digambarkan pada tingkatan kognitif. Hosnan (2014: 53) menggambarkan

tingkatan kognitif yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi sebagai

(29)

Tabel 2.1. Taksonomi Tingkatan Kognitif

Tingkatan Subtingkat Kata-kata kunci pertanyaan Kognitif yang

lebih rendah

Pengetahuan (knowledge)  Apa ...

 Siapa ...

Penerapan (application)  Menggunakan ...

 Menunjukan ...

 Membuat....

 Mendemonstrasikan ...

 Mencari hubungan ...

 Menuliskan contoh ...

 Mengklasifikasikan ...

Kognitif yang lebih tinggi

Analisis (analysis)  Mengalisis ...

 Mengemukakan bukti-bukti ...

 Mengapa ...

 Mengidentifikasi ...

 Menunjukkan penyebab...

 Memberikan alasan-alasan ...

Sintesis (synthesis)  Meniptakan ...

 Menyusun ...

 Merancang ...

 Bagaimana kita dapat

memecahkan ...

 Apa yang terjadi seandainya ...

 Bagaimana kita dapat

memperbaiki ...

(30)

Putu Ayub dan Edi Sujoko dalam “Revisi Taksonomi Pembelajaran Benyamin

S. Bloom” mendeskripsikan tentang perubahan Taksonomi Bloom. Berikut adalah

perbandingan Taksonomi Asli dengan Taksonomi Revisi, yang disajikan dalam

tabel :

Tabel 2.2 Perbandingan Taksonomi Bloom dan Revisiannya Struktur Taksonomi Asli Struktur Taksonomi Revisi 1.0 PENGETAHUAN

1.1 Pengetahuan tentang hal-hal khusus

1.2 Pengetahuan tentang cara dan sarana untuk menangani hal-hal khusus

1.3Pengetahuan tentang hal-hal

umum/universal dan

Evaluasi (evaluation)  Berilah pendapat ...

(31)

3.0 APLIKASI 3.0 MENERAPKAN

4.2 Analisis saling hubungan 4.3 Analisis prinsip-prinsip

5.1Produksi komunikasi yang khas

5.2 Produksi rencana, atau seperangkat pelaksana

6.1 Evaluasi dengan bukti internal

6.2 Evaluasi dengan kriteria eksternal

6.0 MENCIPTAKAN

6.1 Merumuskan/Membangun

6.2Merencanakan

6.3Memproduki

Parera dalam “Keterampilan bertanya dan menjelaskan” (1986:15)

menjelaskan tentang taksonomi bertanya sebagai berikut:

a. Mengingat/Menghafal

Siswa ingat atau mengenal, mengulangi kembali informasi.

b. Menterjemahkan

Menterjemahkan disini berarti mengatakan kembali sesuatu hal dengan

mempergunakan simbol-simbol yang lain atau dengan bahasa yang lain

(32)

c. Menginterpretasi

Siswa menemukan hubungan antara fakta dan kejadian, generalisasi,

definisi, nilai, dan keterampilan yang lain.

d. Mengaplikasi

Siswa menyelesaikan masalah dalam kehidupan yang nyata, siswa dapat

mengidentifikasi, siswa dapat memilih dan siswa dapat menerapkan

generalisasi dan keterampilannya.

e. Menganalisis

Siswa dapat menyelesaikan masalah dengan pengetahuan yang dimiliki

dan dapat membentuk pikirannya.

f. Mensintesis

Siswa dapat menyelesaikan masalah yang menuntut adanya originalitas

dan satu kegiatan berpikir yang kreatif.

g. Mengevaluasi

Siswa membuat pertimbangan dan penilaian atas baik dan buruk, benar

dan salah, berdasarkan pengetahuan yang ia miliki.

C. Problem Composing

Suparno (2006:100) dalam bukunya yang berjudul “Metodologi

Pembelajaran Fisika” mengemukakan bahwa model pembelajaran problem

composing adalah model pembelajaran dimana siswa belajar fisika lewat

menyusun persoalan atau pertanyaan . Setelah siswa selesai menyusun

(33)

mengumpulkan persoalan dan pertanyaan tersebut, dan akhirnya para

siswa sendiri yang akan mengerjakan atau menjawab pertanyaan tersebut.

Model pembelajaran problem composing pernah digunakan oleh Imas

Ratna dkk (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Perbandingan

Penerapan Model Pembelajaran Problem Composing dengan Model

Pembelajaran Problem Posing Tipe Pre Solution Posing terhadap Hasil

Belajar Fisika Siswa Di SMA 72 Jakarta”. Arnold dan Erwin (2015) juga

melakukan penelitian menggunakan model pembelajaran problem

composing, dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Penerapan

Model Pembelajaran Problem Composing Terhadap Hasil Belajar Siswa

SMA 2 Maumere”.

Penelitian yang dilakukan oleh Imas Ratna E. dkk (2011:80),

menjelaskan bahwa Model pembelajaran problem composing merupakan

penyajian kepada siswa situasi masalah yang nyata dan berarti yang dapat

memberikan kemudahan kepada mereka untuk menyusun persoalan atau

pertanyaan. Proses belajar-mengajar yang berorientasi pada model

pembelajaran problem composing membantu siswa untuk menjadi

mandiri. Siswa yang mandiri dan otonom yang percaya kepada

keterampilan intelektual mereka sendiri memerlukan keterlibatan aktif

dalam lingkungan.

Secara garis besar problem composing merupakan model pembelajaran

yang berpusat pada siswa, dimana siswa diajak belajar lewat menyusun

(34)

dipelajari. Model pembelajaran ini berpusat pada siswa, siswa diajak untuk

aktif dalam berpikir serta tidak ada batasan yang diberikan selama setiap

persoalan atau pertanyaan yang disusun siswa tidak menyimpang dari

materi yang sedang dibahas. Keuntungan model ini adalah persoalan atau

pertanyaan yang muncul pada siswa dapat lebih bervariasi daripada yang

disiapkan oleh guru sendiri, dengan demikian guru nantinya dapat lebih

mudah menekankan konsep yang perlu dipelajari siswa (Suparno,

2006:100).

1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Composing

Suparno (2006:101) dalam bukunya yang berjudul “ Metodologi

Pembelajaran Fisika” mengemukakan langkah-langkah model

pembelajaran problem composing sebagai berikut:

a. Guru menyajikan fenomena yang menimbulkan rasa ingin tahu

dalam pembelajaran sesuai dengan materi yang akan diajarkan.

b. Siswa dalam kelompok diminta untuk membuat beberapa

pertanyaan berkaitan dengan fenomena dan topik yang disajikan

oleh guru. Ada baiknya tiap kelompok membuat 3-5 pertanyaan.

c. Masing-masing siswa di kelompok menilai pertanyaan yang telah

dibuat sesuai dengan kriteria pertanyaan yang baik. Kemudian

kelompok memlih tiga pertanyaan yang dinilai sebagai pertanyaan

(35)

d. Setiap pertanyaan yang telah dinilai dikumpulkan, kemudian guru

mengurutkan pertanyaan yang sama, dan membagikannya kedalam

kelompok.

e. Siswa diminta dalam kelompok mencari jawaban dari pertanyaan

atau pemecahan persoalan yang sudah diurutkan oleh guru.

f. Pekerjaan siswa dipresentasikan di depan kelas, sehingga semua

siswa dapat ikut mengerti bagaimana jawaban pemecahan

persoalan tersebut.

g. Kalau soalnya banyak, dapat juga dibagi dalam kelompok dengan

tugas masing-masing beberapa pertanyaan.

h. Guru memberi tambahan sejauh yang diperlukan.

Imas Ratna E dkk (2011:80) juga merumuskan langkah-langkah

Meodel Pembelajaran Problem Composing dalam penelitiannya

“Perbandingan Penerapan Model Pembelajaran Problem Composing

dengan Model Pembelajaran Problem Posing Tipe Pre Solution Posing

terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Di SMA 72 Jakarta” sebagai

berikut:

a. Siswa mendengarkan konsep materi secara singkat.

b. Siswa membuat 3 (tiga) pertanyaan dengan jenis soal yang

berbeda secara berkelompok.

c. Siswa membentuk kelompok baru sesuai dengan jenis soalnya

(36)

d. Siswa mengklasifikasikan pertanyaan-pertanyaan dengan

menyatukan persoalan yang sama.

e. Siswa dalam kelompok mendiskusikan pemecahan persoalan

yang sudah dikelompokkan.

f. Siswa mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas.

g. Siswa bersama guru menyimpulkan konsep materi yang

dipelajari.

Dalam penelitian ini, peneliti mengharapkan siswa membuat

pertanyaan secara mandiri bukan secara kelompok. Disaat siswa membuat

pertanyaan secara berkelompok, belum tentu semua siswa yang ada di

kelompok terlibat dalam membuat pertanyaan, oleh sebab itu agar setiap

siswa terlibat aktif dalam membuat pertanyaan, peneliti mengarahkan

siswa untuk bertanya secara mandiri. Membuat pertanyaan secara mandiri

bertujuan agar siswa berlatih berpikir secara mandiri, dan mampu

mengembangkan keterampilan bertanya secara mandiri. Berikut

langkah-langkah model pembelajaran problem composing yang dibuat dengan

memodifikasi beberapa hal sebegai berikut:

a. Guru menyajikan fenomena yang menimbulkan rasa ingin tahu

dalam pembelajaran sesuai dengan materi yang akan diajarkan.

b. Siswa secara mandiri diminta untuk membuat beberapa pertanyaan

berkaitan dengan fenomena dan topik yang disajikan oleh guru.

(37)

c. Masing-masing siswa menilai pertanyaan yang telah dibuat sesuai

dengan kriteria pertanyaan yang baik (pertanyaan dinilai oleh siswa

yang berbeda).

d. Setiap pertanyaan yang telah dinilai dikumpulkan, kemudian guru

mengurutkan pertanyaan yang sama, dan membagikannya kedalam

kelompok.

e. Siswa diminta dalam kelompok mencari jawaban dari pertanyaan

atau pemecahan persoalan yang sudah diurutkan oleh guru.

f. Pekerjaan siswa dipresentasikan di depan kelas, sehingga semua

siswa dapat ikut mengerti bagaimana jawaban pemecahan

persoalan tersebut.

g. Kalau soalnya banyak, dapat juga dibagi dalam kelompok dengan

tugas masing-masing beberapa pertanyaan.

h. Guru memberi tambahan sejauh yang diperlukan.

D. Kemampuan Bertanya yang Akan Dikembangkan

Tingkat pertanyaan dalam proses pembelajaran yang sering

diajukan oleh siswa berada pada tingkatan pengetahuan, yaitu apa, kapan,

siapa, dimana, sebutkan dll. Dalam proses pembelajaran fisika, siswa tidak

hanya dituntut untuk bisa tahu, tapi siswa harus bisa paham dan

menerapkan materi yang mereka terima dalam proses pembelajaran. Oleh

karena itu dalam penelitian ini, peneliti ingin mengembangkan

kemampuan bertanya pada tingkatan memahami dan menerapkan

(38)

Putu Ayub Dermawan dan Edy Sujoko (2013) dalam jurnal

“Revisi Taksonomi Pembelajaran Benyamin S. Bloom” menjelaskan

bahwa memahami yaitu membangun makna dari pesan pembelajaran,

termasuk pesan komunikasi lisan, tertulis, dan grafis. Proses kognitif

dalam kategori memahami adalah manafsirkan, mencontohkan,

mengklasifikasi, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan

menjelaskan. Contoh pertanyaan dalam tingkat memahami yaitu “jelaskan

apa perbedaan dari luas permukaan bola dan volume bola?”. Menerapkan

yaitu melaksanakan atau menggunakan prosedur dalam situasi tertentu.

Proses kognitif dalam kategori menerapkan adalah

mengeksekusi/melaksanakan dan mengimplementasikan. Contoh

pertanyaan dalam tingkat menerapkan yaitu “ Bagaimana cara menentukan

sudut istimewa?”.

Ramlan Effendi dalam jurnalnya menjelaskan, memahami yaitu

mengkontruksi makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang

dimiliki, mengaitkan informasi yang baru dengan pengetahuan yang telah

dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema

yang telah ada dalam pemikiran siswa. Mengaplikasi atau menerapkan

adalah menggunakan prosedur untuk melakukan latihan atau memecahkan

(39)

E. Besaran Vektor Dan Skalar

1. Pengertian Besaran Vektor dan Skalar

Ada beberapa besaran fisis yang cukup hanya dinyatakan dengan

suatu angka dan satuan yang menyatakan besarnya saja. Ada juga

besaran fisis yang tidak cukup hanya dinyatakan dengan besarnya saja,

tetapi harus juga diberikan penjelasan tentang arahnya. Besaran vektor

adalah besaran dengan besar dan arah yang dapat dijumlahkan dan

dikurangkan, dicirikan oleh besar dan arah (Tipler, 1991: 54). Contoh

besaran vektor didalam fisika adalah kecepatan, percepatan, gaya,

perpindahan, momentum dan lain-lain. Besaran skalar adalah besaran

yang cukup dinyatakan oleh besarnya saja (besarnya dinyatakan oleh

bilangan dan satuan). Contoh besaran skalar adalah waktu, suhu,

volume, laju, energi, usaha dan lain-lain (Budi dan M. Azam, 2013 :

35).

2. Penggambaran, penulisan (notasi) vektor

Sebuah vektor digambarkan dengan sebuah anak panah yang terdiri

dari pangkal (titik tangkap), ujung dan panjang anak panah. Panjang

anak panah menyatakan nilai dari vektor dan arah panah menunjukkan

arah vektor (Budi dan M. Azam, 2013 : 37).

(40)

A B Gambar 2.1 Gambar sebuah vektor AB

Titik A : Titik Pangkal (titik tangkap)

Titik B : Ujung

Panjang AB : Nilai (besarnya) vektor tersebut = AB

Notasi (simbol) sebuah vektor dapat juga berupa huruf besar atau

huruf kecil, biasanya berupa huruf tebal, atau berupa huruf yang diberi

tanda panah di atasnya atau huruf miring, biasanya besar suatu vektor

mempunyai satuan fisis (Tipler, 1991 : 54).

Contoh :

Vektor A (Berhuruf tebal)

Vektor ⃗ (Huruf dengan tanda panah di atasnya)

Vektor A (Huruf miring)

Untuk penulisan harga (nilai) dari vektor dituliskan dengan huruf

biasa atau dengan memberi tanda mutlak dari vektor tersebut.

Contoh : Vektor A. Nilai vektor A ditulis dengan A atau |A|

Ada beberapa hal yang perlu diingat mengenai besaran vektor

a. Dua buah vektor dikatakan sama jika mempunyai bila besar

(41)

b. Dua buah vektor dikatakan tidak sama jika :

1) Kedua vektor mempunyai nilai yang sama tetapi berlainan

arah

2) Kedua vektor mempunyai nilai yang berbeda tetapi arah

sama

3) Kedua vektor mempunyai nilai yang berbeda dan arah yang

berbeda

3. Penjumlahan dan pengurangan vektor

Mencari resultan dari beberapa buah vektor, berarti mencari sebuah

vektor baru yang dapat menggantikan vektor-vektor yang dijumlahkan

(dikurangkan). Untuk penjumlahan atau pengurangan vektor, ada

beberapa metode, yaitu metode jajaran genjang, metode segitiga,

metode poligon (segi banyak) dan metode uraian.

a. Metode Jajaran Genjang

Penambahan grafis dua vektor dengan menempatkan mereka

ekor dengan ekor dan menemukan diagonal jajaran genjang yang

dibentuk dikenal sebagai penjumlahan vektor dengan metode

jajaran genjang (Tipler, 1991 : 56). Cara menggambarkan vektor

resultan dengan metode jajaran genjang adalah sebagai berikut :

1) Gambarkan vektor pertama dan vektor kedua dengan titik

pangkal berimpit

2) Gambar sebuah jajaran genjang dengan kedua vektor tersebut

(42)

3) Resultannya adalah sebuah vektor, yang merupakan diagonal

dari jajaran genjang tersebut dengan titik pangkal sama dengan

titik pangkal kedua vektot tersebut

Gambar 2.2 Resultan vektor A + B, dengan metode jajaran genjang

Besarnya vektor:

(2.1)

θ adalah sudut yang dibentuk oleh vektor A dan B

Catatan :

1) Jika vektor A dan B searah, berarti R = √

2) Jika vektor A dan B berlawanan arah, berarti R = √

3) Jika vektor A dan B saling tegak lurus, berarti R = √

(43)

a. Metode Segitiga

Bila ada dua vektor A dan B akan dijumlahkan dengan cara segitiga maka tahap-tahap yang harus dilakukan adalah

1) Gambarkan vektor A

2) Gambarkan vektor B dengan cara meletakkan pangkal vektor B pada ujung vektor A

3) Tariklah garis dari pangkal vektor A ke ujung vektor B

4) Vektor resultan merupakan vektor yang mempunyai pangkal di

vektor A dan mempunyai ujung di vektor B

Gambar 2.3 Resultan vektor A + B, dengan metode segitiga

Jika ditanyakan R = A – B, maka caranya sama saja, hanya vektor B digambarkan berlawanan arah dengan yang diketahui.

b. Metode Poligon

Poligon artinya segi banyak. Disebut metode poligon karena

dalam metode ini vektor-vektor tersusun dalam bangunan berupa

poligon ( Mikrajuddin, 2007: 58). Pada metode ini, tahapannya

sama dengan metode segitiga, hanya saya metode ini untuk

(44)

Contoh:

Jumlahkan ketiga buah vektor A, B, dan C dengan metode poligon

Gambar 2.4 Vektor A, B, C

Jawab:

Resultan ketiga vektor R adalah R = A + B + C

(45)

c. Metode Uraian

Setiap vektor akan dijumlahkan, dikurangkan, diuraikan terhadap

komponen-komponennya (sumbu x dan sumb y).

Gambar 2.6 Komponen-komponen sebuah vektor Komponen vektor A terhadap sumbu X : Ax = A cos θ

Komponen vektor A terhadap sumbu Y : Ay = A sin θ

Tabel 2.3. Uraian Komponen-komponen Vektor

Besar vektor R:

(2.2)

Arah vektor R terhadap sumbu X positif :

(46)

Catatan :

Jika vektor A dinyatakan dengan vektor-vektor satuan i dan j maka, secara matematis vektor A dapat ditulis dengan

A = i Ax + j Ay

Yang merupakan penjumlahan kedua komponen-komponennya

Atau A = Ax + Ay

Nilai vektor A :

(2.4)

4. Perkalian Vektor

Perkalian vektor dibedakan menjadi tiga, yaitu perkalian bilangan

dengan vektor yang akan menghasilkan vektor, perkalian vektor

dengan vektor (dot product) yang akan menghasilkan skalar, dan

perkalian vektor dengan vektor (cross product) yang menghasilkan

vektor (Budi dan M. Azam, 2013 : 37).

a. Perkalian Bilangan dengan Vektor

Jika vektor A dikalikan dengan bilangan tertentu (misalnya a ),

dihasilkan sebuah vektor baru (misalnya B) yang merupakan hasil perkalian antara vektor A dan bilangan a (Budi dan M. Azam, 2013 : 48).

aA = B (2.5)

(47)

b. Perkalian titik ( dot product)

Perkalian titik (dot product) antara dua buah vektor A dan B menghasilkan skalar C. Perkalian ini didefinisikan secara matematis sebagai berikut:

Gambar 2.7 Perkalian vektor A dan B A . B = C

A dan B vektor C besaran skalar

Besar C didefinisikan sebagai :

C = |A||B| cos θ (2.5)

A = |A| = besar vektor A

B = |B| = besar vektor B

θ = sudut antara vektor A dan B

(48)

c. Perkalian silang ( cross product)

Perkalian silang ( cross product) antara dua buah vektor A dan B yang menghasilkan vektor baru C. Secara matematis dapat didefinisikan sebagai berikut:

A x B = C

Gambar 2.8 Perkalian vektor A, B dan C vektor

Nilai C didefinisikan sebagai

C = |A| |B| sin θ (2.6)

A = |A| = besar vektor A

B = |B| = besar vektor B

θ = sudut antara vektor A dan B

Arah vektor C dapat diperoleh dengan cara membuat

putaran dari vektor A ke B melalui sudut θ dan arah C sama dengan gerak arah sekrup atau aturan tangan kanan.

Sifat-sifat perkalian silang (cross Product):

(49)

2) jika A dan B saling tegak lurus maka : A x B = A.B

3) jika A dan B searah atau berlawanan arah: A x B = 0

Syarat-syarat perkalian silang (cross Product):

F. Penelitian tentang Kemampuan Bertanya Siswa

Agatha Ferry Wahyu Susanti, melakukan penelitian tentang

“Peningkatan Kemampuan Bertanya pada Pembelajaran IPA pada Siswa

Sekolah Dasar dengan Menggunakan Metode Tanya-Jawab dengan

Bantuan Media Film Peristiwa Alam”. Penelitian ini merupakan jenis

penelitian eksperimen studi kasus. Berdasarkan jenis data dan cara

analisisnya, penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif-kualitatif.

Kuantitatif dilihat dari jenis pertanyaan yang diajukan siswa, sedangkan

kuantitatif dilihat dari banyaknya jumlah pertanyaan yang diajukan oleh

siswa.

Metode-metode yang digunakan adalah pendataan

pertanyaan-pertanyaan yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung,

pengamatan secara langsung selama proses pembelajaran berlangsung,

perekaman video, dan pengisian kuisioner oleh siswa untuk mengetahui

(50)

1. sebagian besar siswa mengalami peningkatan kemampuan bertanya

secara kualitatif dan kuantitatif, baik pada sesi pertanyaan tertulis dan

sesi pertanyaan lisan.

2. siswa banyak menunjukkan jenis pertanyaan analisis pada sesi

pertanyaan tertulis dan jenis pertanyaan pengetahuan pada sesi

pertanyaan lisan.

3. penyebab siswa malas untuk bertanya adalah kesulitan untuk

(51)

35 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskritif

kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian

berdasarkan paradigma fenomena, menggunakan metode kualitatif,

analisis kualitatif dan hasil akhirnya berupa deskripsi atau penjelasan.

Penelitian kuntitatif adalah adalah penelitian yang menggunakan skor atau

angka, lalu menggunakan analisis yang hasilnya dapat digeneralisasikan

dan digunakan untuk menerangkan atau mendeskripsikan keadaan subyek

yang diteliti (Suparno, 2010 : 73).

Melalui penelitian ini ingin diketahui bagaimana mengembangkan

keterampilan bertanya siswa melalui kegiatan pembelajarn menggunakan

metode problem composing. Dengan metode ini, diharapkan siswa mampu

mengembangkan keterampilan bertanya saat kegiatan pembelajaran

berlangsung.

B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah kelompok yang lebih besar di mana hasil hasil

penelitian diharapkan berlaku; semua anggota grup yang akan diteliti

(Suparno, 2010:43). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah

(52)

Sampel adalah himpunan bagian dari populasi (Suparno, 2010:43).

Dalam penelitian ini sampel adalah siswa kelas XMIPA di SMA Kasih.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian : 17 September 2018 – 15 Oktober 2018

Tempat Penelitian : SMA Kasih

D. Desain Penelitian

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Di awal pertemuan peneliti akan melakukan observasi awal,

dimana dalam observasi ini peneliti akan melihat bagaimana keadaan awal Observasi dan Pretest

Pembelajaran I

Pengambilan data Pembelajaran II

Pembelajaran III

(53)

siswa sebelum memberikan treatment tentang kemampuan bertanya serta

memotivasi siswa untuk mau bertanya. Kemudian peneliti memberikan

pretest kepada siswa untuk mengetahui pemahaman awal siswa tentang

materi vektor.

Di dalam pembelajaran peneliti akan memberikan materi fisika

dengan metode Problem Composing/Making. Di awal pembelajaran

peneliti akan memberikan treatment tentang kemampuan bertanya serta

memotivasi siswa untuk mau bertanya. Setelah itu paneliti memberikan

penjelasan materi secara garis besar. Kemudian setelah materi

disampaikan, peneliti memberikan intruksi kepada siswa, untuk membuat

pertanyaan berkaitan dengan materi yang disampaikan oleh peneliti.

Pertanyaan yang ditulis oleh siswa akan dinilai atau dikoreksi oleh

temannya. Kemudian peneliti menggolongkan setiap pertemuan dan

membagikan pertanyaan tersebut pada siswa di dalam kelompok. Kegiatan

tersebut dilakukan disetiap pertemuan I, pertemuan II, dan pertemuan III.

Di akhir peneliti akan memberikan post-test kepada siswa, untuk

mengetahui bagaimana pemahaman siswa setelah mengikuti kegiatan

pembelajaran.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data

dalam penelitian (Suparno, 2010:56). Instrumen yang digunakan dalam

(54)

1. Observasi

Observasi/pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap

sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera (penciuman,

pendengaran, peraba, pengecap, rekaman, gambar, rekaman suara, dan

lain-lain) (Suparno, 2010:63).

2. Tes Pemahaman Siswa

Tes pemahaman siswa digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa

tentang vektor. Tes terdiri dari pretest dan post-test yang berupa soal-soal

multiple choice tentang materi vektor. Soal-soal pretest dan post-test

diberikan sebelum dan sesudah penerapan metode pembelajaran problem

composing. Soal-soal yang dibuat mengacu pada materi vektor, serta

(55)

39

Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Vektor

No Topik Indikator Soal

1

Vektor

Membedakan Bersaran skalar dan besaran vektor serta memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari

1. Besaran-besaran di bawah ini yang bukan termasuk besaran vektor adalah ....

2 Menjumlahkan dua vektor atau lebih

dengan metode jajargenjang dan poligon

2. Tiga buah vektor A, B, dan C yang setitik tangkap masing-masing besarnya 20 N. Vektor B berada di antara A dan C. Jika sudut antara A dan B sama dengan sudut antara B dan C yaitu 60°, maka resultan ketiga vektor tersebut adalah....

a. 10 N

b. 20 N

c. 30 N d. 40 N e. 50 N

3 Menjumlahkan dua vektor atau lebih

dengan metode jajargenjang dan poligon

3. Diketahui vektor a, c, dan d sebagai berikut:

(56)

40 Gambar resultan dari a − c − d dengan metode poligon yang

(57)

41

4 Menjumlahkan dua vektor yang segaris

dan membentuk sudut secara grafis dan rumus cosinus

4. Dua buah vektor A = 15 cm dan B = 20 cm mengapit sudut

90°. Resultan kedua vektor tersebut adalah .... a. 20 cm

b. 20 √2 cm c. 25 cm d. 25 √2 cm e. 25 √3 cm

5 Menguraikan sebuah vektor dalam

bidang datar menjadi dua vektor komponen yang saling tegak lurus

5. Sebuah vektor gaya F = 20 √3 N membentuk sudut 60°

terhadap sumbu-x. Besar komponen vektor pada sumbu-y adalah ....

(58)

42 b. 20 N

c. 10 √6 N d. 30 N e. 60 N

6 Menjumlahkan dua vektor atau lebih

dengan cara analisis

6. Seorang anak berjalan lurus 10 meter ke barat, kemudian belok keselatan sejauh 12 meter, dan belok lagi ke timur sejauh 15 meter. Perpindahan yang dilakukan anak tersebut dari posisi awal ….

a. 18 meter arah barat daya b. 14 meter arah selatan c. 13 meter arah tenggara d. 12 meter arah timur e. 10 meter arah tenggara

7 Menjumlahkan dua vektor atau lebih

dengan cara analisis

7. Komponen-komponen X dan Y dari vektor A adalah 4 m

dan 6 m. Komponen-komponen X dan Y dari vektor (A+B) adalah 0 dan 9. Panjang vektor B adalah....

a. 4 m

b. 5 m c. 6 m

d. 9 m

e. 10 m

8 Menghitung hasil perkalian dua vektor

(59)

43 d. 7

e. 9

9 Menghitung hasil perkalian dua vektor

dengan cara perkalian titik dan perkalian silang

9. Jika vektor A = 2 ̂ + 3 ̂ dan vektor B = 3 ̂ + 5 ̂ hasil kali cross kedua vektor tersebut adalah...

(60)

3. Dokumentasi

` Dokumentasi adalah pengumpulan data-data lewat pengumpulan

benda-benda tertulis (Suparno, 2010:64). Dalam penelitian ini, peneliti

mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh siswa, baik

itu pertanyaan di awal pertemuan (observasi/pengamatan) ataupun

pertanyaan selama proses pembelajaran berlangsung. Data dokumentasi

berupa kertas yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang ditulis oleh

siswa di setiap pertemuan pembelajaran.

F. Desain Pembelajaran

Proses pembelajaran dirancang dalam 3 kali pertemuan dengan 1

pertemuan adalah 3 x 45 menit, sehingga 3 kali pertemuan menjadi 9 x 45

menit. Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran adalah

problem composing. Metode yang digunakan adalah tanya jawab, diskusi

kelompok dan demonstrasi.

Pertemuan pertama diawali dengan perkenalan diri, kemudian

penyampaian tujuan pembelajaran. Selanjutnya, memberikan penjelasan

tentang keterampilan bertanya yang baik dan benar, disertai contoh-contoh

pertanyaan ilmiah yang benar, dilanjutkan dengan memberikan fenomena

kepada siswa. Setalah memberikan fenomena, siswa diminta untuk

menuliskan pertanyaan yang berkaitan dengan fenomena dan materi vektor

di dalam kertas yang dibagikan. Kemudian pertanyaan yang telah

(61)

diminta untuk melakukan diskusi di dalam kelompok dengan membahas

pertanyaan yang telah dituliskan sebelumnya. Diakhir pertemuan, peneliti

memberikan umpan balik tentang oertanyaan yang ditulis oleh siswa.

Berikut gambaran kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama:

Tabel 3.2. Pembelajaran Pada Pertemuan I

Materi Kegiatan

(62)

Materi Kegiatan Siswa dibagi ke dalam

beberapa kelompok

diskusi kelompok 15

- √ -

Pertemuan kedua, diawali dengan tujuan pembelajaran, kemudian

penjelasan tentang keterampilan bertanya dan meminta siswa untuk

memberikan beberapa contoh pertanyaan ilmiah yang baik. Setelah itu,

memberikan fenomena berupa demonstrasi ke pada siswa, kemudian

menginstruksikan siswa untuk membuat pertanyaan berdasarkan fenomena

yang telah diberikan. Selanjutnya, meminta siswa untuk mengoreksi

pertanyaan yg telah ditulis oleh siswa lainnya. Kemudian membagi siswa

ke dalam kelompok, dan berdiskusi membahas materi sesuai pertanyaan

yang sudah ditulis. Setelah itu meminta siswa melakukan persentasi dan

(63)

dan pertanyaan yang dituliskan pada pertemuan kedua ini. Berikut

gambaran kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua :

Tabel 3.3. Pembelajaran Pada Pertemuan II

Materi Kegiatan dua orang siswa. Salah satu siswa berjalan ke kanan dan salah satu siswa berjalan kekiri dengan jarak panjang yang sama tapi arah yang berbeda,(apakah

Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok untuk melakukan diskusi. Diskusi

(64)

Materi Kegiatan

Pertemuan ketiga diawali dengan penjelasan tujuan pembelajaran,

kemudian meminta siswa untuk menjelaskan serta memberikan contoh

tentang keterampilan bertanya, hal ini bertujuan agar siswa mengingat dan

mengerti bagaimana kriteria pertanyaan ilmiah yang baik dan benar.

Kemudian dilanjutkan dengan memberikan fenomena berupa demostrasi

berkaitan dengan materi vektor. Setelah itu, menginstruksikan siswa untuk

membuat pertanyaan berdasarkan fenomena, selanjutnya siswa mengoreksi

pertanyaan tersebut. Setelah itu, siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok

untuk berdiskusi serta menjawab soal-soal yang berkaitan dengan materi

vektor. Peneliti memberikan kesempatan kepada perwakilan kelompok

untuk menjawab pertanyaan dan mempresentasikan hasil diskusi. Diakhir

(65)

pertanyaan yang telah dituliskan oleh siswa. Berikut gambaran kegiatan

pembelajaran pada pertemuan ketiga:

Tabel 3.4. Pembelajaran Pada Pertemuan III

Materi Kegiatan

membuat sumbu X dan Y yang mewakili sebuah vektor,

menggunakan tali yang ditarik melalui satu titik, disertai dengan resultan

(66)

Materi Kegiatan

G. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data Transkip Kemampuan Bertanya

Dalam penelitian ini, analisis data didasarkan pada data,

pengamatan dan pertanyaan siswa yang diperoleh, kemudian dibuat

narasi/cerita dari data tersebut, disertakan bukti atau transkip data.

Untuk analisis pertanyaan siswa, analisis setiap pertanyaan siswa

diidentifikasi ke dalam rubrik pertanyaan yang baik serta ke dalam

tingkat/taksonomi bertanya. Rubrik pertanyaan yang digunakan oleh

peneliti bersumber dari Rizki Lestari (2017) dalam skripsinya yang

berjudul “Profil Keterampilan Bertanya Siswa Pada Pembelajaran

Biologi SMAN 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2016/2017”

dalam tabel berikut:

Tabel 3.5 Rubrik Penilaian Lembar Observasi Keterampilan Bertanya Oleh Siswa

No Aspek Profil Keterampilan Bertanya Total

Skor Kategori 1. Frekuensi pertanyaan

a. Sebanyak ≥ 6 pertanyaan diajukan oleh satu siswa yang sama dalam

(67)

No Aspek Profil Keterampilan Bertanya Total

Skor Kategori satu kali pertemuan

b. Sebanyak 2 sampai 5 pertanyaan diajukan oleh satu siswa yang sama dalam satu kali pertemuan

c. Sebanyak < 2 pertanyaan yang diajukan oleh satu siswa

2

1

Sedang

Rendah

2. Substansi pertanyaan

a. Siswa mengajukan pertanyaan

tentang materi yang baru saja dijelaskan guru yang bersifat menggali informasi yang belum disampaikan oleh guru

b. Siswa mengajukan pertanyaan yang

bersifat mengulang kembali penjelasan guru

c. Siswa mengajukan pertanyaan yang

panjang dan bertele-tele, serta tidak sesuai dengan materi

3. Bahasa yang digunakan siswa ketika

mengajukan pertanyaan

a. Siswa bertanya dengan

menggunakan kata-kata baku serta menggunakan kata tanya apa, siapa, kapan, dimana, mengapa, dan bagaimana

b. Siswa bertanya dengan

menggunakan bahasa sehari-hari serta menggunakan kata tanya apa, siapa, kapan, dimana, mengapa, dan bagaimana; atau siswa bertanya dengan menggunakan katakata baku tetapi tidak menggunakan kata tanya apa, siapa, kapan, dimana, mengapa, dan bagaimana

c. Siswa bertanya dengan

menggunakan bahasa sehari-hari serta tidak menggunakan kata tanya apa, siapa, kapan, dimana, mengapa,

(68)

No Aspek Profil Keterampilan Bertanya Total

Skor Kategori dan bagaimana

4. Kesopanan dalam mengajukan pertanyaan

A. Tepat/tidaknya situasi

a. Siswa mengajukan pertanyaan ketika guru tidak sedang berbicara dan guru telah memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

b. Siswa mengajukan pertanyaan ketika

guru tidak sedang berbicara namun guru belum memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

c. Siswa mengajukan pertanyaan ketika

guru sedang berbicara di dalam kelas

B. Sikap diri

a. Siswa mengangkat tangan dan

memperkenalkan diri sebelum mengajukan pertanyaannya di kelas

b. Siswa mengangkat tangan namun

tidak memperkenalkan diri terlebih dulu sebelum mengajukan

pertanyaannya di kelas; atau siswa tidak mengangkat tangan namun sudah memperkenalkan diri terlebih dulu sebelum mengajukan

pertanyaannya di kelas

c. Siswa tidak mengangkat tangan dan tidak memperkenalkan diri sebelum mengajukan pertanyaannya di kelas

(69)

No Aspek Profil Keterampilan Bertanya Total

Skor Kategori 5. Volume suara ketika bertanya

a. Siswa menggunakan volume suara

yang keras ketika bertanya sehingga pertanyaan yang diajukan terdengar sangat jelas oleh guru dan seluruh siswa di dalam kelas

b. Siswa menggunakan volume suara

yang cukup keras ketika bertanya sehingga guru dan sebagian besar siswa dapat mendengarkan pertanyaannya dengan jelas

c. Siswa menggunakan volume suara

yang pelan ketika bertanya sehingga guru dan sebagian besar siswa tidak dapat mendengarkan pertanyaannya

Kemudian peneliti memodifikasi rubrik penilaian

keterampilan bertanya dengan menggunakan kriteria kualitas

pertanyaan ilmiah yang baik sebagai berikut:

1) Memiliki jawaban yang dapat diuji dengan merancang dan

melakukan percobaan.

2) Didasarkan pada pengetahuan awal (apa yang sudah diketahui,

konsep awal)

3) Ketika dijawab, mengarah ke pertanyaan baik lainnya.

Untuk pertanyaan yang dibuat oleh siswa, menggunakan

rumusan pertanyaan sebagai berikut:

1) Singkat dan dan jelas

(70)

3) Bersifat menggali informasi yang belum disampaikan oleh guru.

Kriteria kualitas pertanyaan dan rumusan pertanyaan diatas

diidentifikasikan kedalam tabel (3.6)

Tabel 3.6. Rubrik Penilaian Keterampilan Bertanya oleh Siswa

Aspek Kriteria dan Skor

3 (tinggi) 2 (sedang) 1 (rendah)

Jika memuat 3 unsur kriteria pertanyaan yang baik

Jika memuat 2 unsur kriteria pertanyaan yang

Jika memuat 3 unsur kriteria rumusan pertanyaan

Jika memuat 2 unsur kriteria rumusan pertanyaan

Jika memuat 0 – 1 unsur kriteria rumusan pertanyaan

Jika siswa membuat 3-4 pertanyaan dalam satu kali pertemuan

Jika siswa membuat 1-2 pertanyaan dalam satu kali pertemuan

Untuk tingkatan kognitif dianalisis menggunakan rubrik

tingkatan pertanyaan sesuai taksonomi bloom, sebagai barikut:

Tabel 3.7 Taksonomi Tingkatan Kognitif

Tingkatan Subtingkat Kata-kata kunci pertanyaan Kognitif yang

lebih rendah

Pengetahuan (knowledge)  Apa ...

 Siapa ...

 Kapan ...

 Di mana ...

(71)

U

s pertanyaan yang diperoleh diklasifikasikan dan diidentifikasikan

kedalam tabel (3.8)

Penerapan (application)  Menggunakan ...

 Menunjukan ...

 Membuat....

 Mendemonstrasikan ...

 Mencari hubungan ...

 Menuliskan contoh ...

 Mengklasifikasikan ...

Kognitif yang lebih tinggi

Analisis (analysis)  Mengalisis ...

 Mengemukakan bukti-bukti ...

 Mengapa ...

 Mengidentifikasi ...

 Menunjukkan penyebab...

 Memberikan alasan-alasan ...

Sintesis (synthesis)  Meniptakan ...

 Menyusun ...

 Merancang ...

 Bagaimana kita dapat

memecahkan ...

 Apa yang terjadi seandainya ...

 Bagaimana kita dapat

memperbaiki ...

 Mengembangkan ...

Evaluasi (evaluation)  Berilah pendapat ...

(72)

Tabel 3.8 Lembar Keterampilan Bertanya oleh Siswa

Keterangan: A = Kualitas pertanyaan, B = Rumusan pertanyaan

Data jumlah pertanyaan yang diperoleh dididentifikasikan ke

dalam tabel (3.9)

Tabel 3.9 Jumlah Pertanyaan yang Diajukan Oleh Siswa No Kode Siswa Jumlah Pertanyaan Kriteria

1

2

3

4

5

Kemudian mengklasifikasikan skor pada setiap indikator

(73)

diperoleh dari indikator profil keterampilan bertanya oleh siswa,

menafsirkan rata-rata skor yang diperoleh berdasarkan kategori yang

ditemukan, yaitu kategori rendah, jika rata-rata skor adalah 1, kategori

sedang jika rata-rata skor adalah 2, dan kategori tinggi jika rata-rata

skor adalah 3. Kemudian menganalisis data penelitian dengan

menggunakan rumus analisis deskriptif persentase:

% =

Keterangan:

n = rata-rata skor yang diperoleh

N = skor tertinggi berdasarkan rubrik

% = persentase skor keterampilan bertanya

Hasil perhitungan dalam bentuk persentase diinterprestasikan

dalam tabel (3.10)

Tabel 3.10. Kriteria Keterampilan Bertanya oleh Siswa No Interval Kriteria

1 76% - 100% Tinggi

2 51% - 75% Sedang

3 26% - 50% Rendah

4 0% - 25% Kurang

Gambar

Gambar 2.1 Gambar sebuah vektor AB ...................................................................
Tabel 2.1. Taksonomi Tingkatan Kognitif
tabel : Tabel 2.2 Perbandingan Taksonomi Bloom dan Revisiannya
Gambar 2.4 Vektor A, B,  C
+7

Referensi

Dokumen terkait

BAB III. TATA LAKSANA SURVEY.. 1) Survey untuk memperoleh masukan dari tokoh masyarakat dan lintas sektor terhadap kegiatan,progam dan layanan di puskesmas yang di lakukan satu tahun

analisis data meliputi 3 langkah, yaitu : Persiapan, tabulasi, penerapan data sesuai demgan pendekatan penelitian. Penafsiran data sangat penting kedudukannya dalam

Dalam hubungannya transparansi dengan meningkatkan kinerja dari perusahaan, prinsip ini mengatur berbagai hal diantaranya mengatur pengembangan teknologi informasi manajemen

Sumber sekunder dalam penelitian ini meliputi: buku, kitab, maupun sumberlainnya yang berisi pembahasan yang mengenai tinjuan hukum islam yang terkait erat dengan reksadana

Komoditas ubi jalar orange sangat layak untuk dipertimbangkan dalam menunjang program diversifikasi pangan dalam rangka mendukung ketahanan pangan nasional berdasarkan kandungan

mereka tidak henti$henhtinya melakukan sosialisasi untuk menaaga mutu sesuai Standar &amp;suhan Keperawatan (S&amp;K+&#34; amun, semua usaha dari Sub Mutu Komite Keperawatan

Bagi persepsi pelajar-pelajar Jabatan Pendidikan Teknik dan Kejuruteraan terhadap penglibatan pensyarah dalam e-pembelajaran, dapatan kajian menunjukkan bahawa pelajar- pelajar

Selanjutnya pada tanggal 9 Oktober 2013, dikeluarkan Permentan nomor : 102/Permentan/OT.140/10/2013 tentang organisasi dan tata kerja Balai Besar Pelatihan