• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS BUTIR SOAL TES ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SMP NEGERI 2 GODEAN, KABUPATEN SLEMAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS BUTIR SOAL TES ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SMP NEGERI 2 GODEAN, KABUPATEN SLEMAN."

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS BUTIR SOAL TES ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN

KESEHATAN SMP NEGERI 2 GODEAN, KABUPATEN SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Bimo Cahyo Pruhantoro NIM 10601244217

PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)

iii

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Butir Soal

Tes Ulangan Akhir Semester Gasal Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga

dan Kesehatan SMP Negeri 2 Godean, Kabupaten Sleman” yang disusun oleh Bimo Cahyo Pruhantoro, NIM. 10601244217, ini benar-benar karya saya sendiri.

Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau

diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata

penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli.

Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode

berikutnya.

Yogyakarta, Mei 2015

Yang Menyatakan,

(4)
(5)

v

MOTTO

“Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim

perempuan”

(HR. Ibnu Abdil Barr)

“Pendidikan adalah senjata paling dahsyat yang dapat kita gunakan untuk

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini sebagai ungkapan cinta dan kasih sayang kepada :

1. Bapak dan Ibu tercinta semangat terbesarku, terimakasih atas limpahan doa,

kasih sayang, dan kesabaran selama ini.

2. Nur Lintang Puspitasari adik saya yang selalu memberi semangat dan doa

selama ini.

3. Aulia Ulfa Dewi yang tidak pernah lelah memberi semangat dan dukungan

(7)

vii

ANALISIS BUTIR SOAL TES ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA

DAN KESEHATAN SMP NEGERI 2 GODEAN, KABUPATEN SLEMAN Godean. Kajiannya dilatar belakangi oleh pentingnya penyusunan soal ulangan yang memiliki tingkat kesukaran dan daya beda dalam mengukur kemajuan kognitif dalam penjas orkes serta soal ulangan akhir semester gasal mata pelajaran penjasorkes di SMP Negeri 2 Godean, Kabupaten Sleman belum pernah dianalisis karakteristik butir soalnya sehingga belum di ketahui tingkat kesukaran dan tingkat daya beda butir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesukaran dan daya beda soal ulangan tertulis akhir semester gasal mata pelajaran penjasorkes SMP Negeri 2 Godean pada tahun ajaran 2014/2015.

Penelitian ini merupakan penelitian ex post facto dengan teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Godean yang berjumlah 121 siswa. Instrumen penelitian ini adalah dokumentasi paket soal dan kunci jawaban soal ulangan akhir semester gasal SMP N 2 Godean, Sleman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Tingkat kesukaran ulangan tertulis akhir semester gasal mata pelajaran penjasorkes SMP Negeri 2 Godean

pada tahun ajaran 2014/2015 berada pada kategori “mudah” sebesar 48% (24 butir), “sedang” sebesar 40% (20 butir), “sukar” sebesar 12% (6 butir). 2) Daya beda ulangan tertulis akhir semester gasal mata pelajaran penjasorkes SMP Negeri

2 Godean pada tahun ajaran 2014/2015 berada pada kategori “jelek” sebesar 58% (29 butir), “cukup” sebesar 42% (21 butir), “baik” sebesar 0% (0 butir), dan “baik sekali” sebesar 0% (0 butir). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa soal ulangan akhir semester gasal SMP N 2 Godean, Sleman untuk kategori tingkat kesukaran tergolong soal yang mudah dan untuk kategori daya beda tergolong soal yang jelek.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah S.W.T, karena atas kasih dan

rahmat-Nya sehingga penyusunan tugas akhir skripsi dengan judul “Analisis Butir Soal Tes Ulangan Akhir Semester Gasal Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani

Olahraga dan Kesehatan SMP Negeri 2 Godean, Kabupaten Sleman “ dapat diselesaikan dengan lancar.

Selesainya penyusunan tugas akhir skripsi ini tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih

sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd. MA., Rektor Universitas Negeri

Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk belajar

di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Wawan S. Suherman, M. Ed., Dekan Fakultas Ilmu

Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin

penelitian.

3. Bapak Amat Komari, M.Si., Ketua Jurusan POR, Fakultas Ilmu Keolahragaan

Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan ijin penelitian.

4. Dr. Guntur, M.Pd., Pembimbing Skripsi, yang telah dengan ikhlas

memberikan ilmu, tenaga, dan dan waktunya untuk selalu memberikan yang

terbaik dalam menyelesaikan skripsi ini

5. Bapak Drs. Suhadi, M.Pd., Penasehat Akademik yang telah dengan ikhlas

(9)

ix

6. Kepala Sekolah dan Guru SMP Negeri 2 Godean yang telah memberikan ijin

dan membantu penelitian.

7. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak

langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih sangat jauh dari sempurna,

baik penyusunannya maupun penyajiannya disebabkan oleh keterbatasan

pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Semoga tugas akhir ini dapat

bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, Juni 2015

(10)
(11)

xi

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 47

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 47

C. Populasi Dan Sempel ... 48

D. Teknik Pengumpulan Data ... 48

E. Definisi Oprasional Variabel Penelitian ... 49

F. Instrumen Penelitian ... 49

G. Validitas Penelitian ... 50

H. Teknik Analisis Data ... 50

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 52

1. Deskripsi Tempat dan Waktu Penelitian ... 52

2. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 52

B. Pembahasan ... 55

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 59

B. Implikasi Hasil Penelitian ... 59

C. Keterbatasan Hasil Penelitian ... 60

D. Saran-saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Patokan untuk menentukan Daya Beda ... 37

Tabel 2. Tingkat Kesukaran Butir.. ... 51

Tabel 3. Katagori Daya Beda Butir.. ... 51

Tabel 4. Tingkat kesukaran Butir Ulangan Tertulis Akhir Semester Gasal Mata Pelajaran Penjasorkes SMP Negeri 2 Godean.. ... 53

Tabel 5. Daya Beda Butir Ulangan Tertulis Akhir Semester Gasal

Mata Pelajaran Penjasorkes SMP Negeri 2 Godean ... 54

Tabel 6. Tingkat Kesukaran Butir Ulangan Tertulis Akhir Semester

Gasal Mata Pelajaran Penjasorkes SMP Negeri 2 Godean ... 56

Tabel 7. Daya Beda Butir Ulangan Tertulis Akhir Semester Gasal

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Diagram Pie Tingkat Kesukaran Butir Ulangan Tertulis Akhir Semester Gasal Mata Pelajaran Penjasorkes

SMP Negeri 2 Godean ... 53

Gambar 2. Diagram Pie Daya Beda Butir Ulangan Tertulis Akhir Semester Gasal Mata Pelajaran Penjasorkes

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 63

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 66

Lampiran 3. Surat Kerelaan ... 67

Lampiran 4. Data Penelitian ... 68

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas

manusia Indonesia seutuhnya melalui olah hati, olah pikir, olah rasa dan olah

raga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global.

Peningkatan mutu pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang

sesuai dengan tuntutan kebutuhan berbasis potensi sumber daya alam

Indonesia.

Keberhasilan pendidikan di Indonesia menjadi tanggung jawab bersama

antara sekolah, pemerintah dan masyarakat. Keberhasilan pendidikan itu

sendiri dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai peserta didik yang

diperoleh melalui kegiatan evaluasi. Evaluasi akan memberikan informasi

tingkat pencapaian belajar peserta didik, dan bila dianalisis lebih rinci akan

diperoleh informasi tentang kesulitan belajar peserta didik, yaitu

konsep-konsep yang belum dikuasai oleh sebagian besar peserta didik. Informasi ini

yang harus digunakan pendidik untuk memperbaiki proses belajar mengajar

yang nantinya dapat memperbaiki kualitas lulusan. Evaluasi memerlukan data

yang akurat, yaitu data yang diperoleh melalui kegiatan pengukuran. Data

yang akurat diperoleh apabila alat ukur yang digunakan sahih dan handal.

Syarat yang tidak terpenuhi dapat menimbulkan kesalahan pengukuran

(16)

2

Kesalahan dalam evaluasi dapat juga menyebabkan penurunan kualitas

pendidikan di Indonesia.

Evaluasi yang dilaksanakan oleh pendidik menurut Ngalim Purwanto

(2010:26) dapat digolongkan menjadi dua, yaitu formatif dan sumatif.

Informasi yang didapatkan dari penilaian formatif digunakan untuk

menyesuaikan proses mengajar dan proses pembelajaran dengan kebutuhan

peserta didik. Guru dapat menggunakan informasi dari penilaian formatif

untuk mengambil tindakan yang dianggap perlu seperti reteaching, mencoba

pendekatan alternatif terhadap peserta didik, atau menawarkan cara-cara lain

untuk praktek apabila guru mengetahui bila peserta didik mendapatkan

kesulitan. Evaluasi formatif bertujuan untuk memperbaiki cara atau strategi

mengajar, sehingga hasilnya tidak digunakan untuk menentukan nilai peserta

didik sedangkan evaluasi sumatif bertujuan untuk menentukan keberhasilan

belajar peserta didik, sehingga hasilnya berupa nilai yang diperoleh peserta

didik.

Pelaksanaan evaluasi sumatif di SMP dilaksanakan dua kali yaitu pada

akhir semester satu dan pada akhir semester dua. Tes sumatif pada akhir

semester di SMP, yang pada saat ini disebut uji kompetensi. Ulangan akhir

semester merupakan suatu bentuk assesment kepada peserta didik yang

digunakan oleh institusi pendidikan di setiap jenjang pendidikan. Ulangan

akhir semester mempunyai fungsi untuk memberi gambaran tentang tingkat

penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran selama satu tahun

(17)

3

dijadikan bahan pengambilan keputusan untuk promosi kelas. Selain itu,

ulangan akhir semester yang dilaksanakan secara bersama-sama oleh

SMP-SMP di suatu daerah dapat juga digunakan untuk mengetahui sejauh mana

keberhasilan proses pembelajaran di suatu sekolah apabila dibandingkan

dengan sekolah yang lain. Melihat dari tujuan dan manfaat maka ulangan

akhir semester perlu dilaksanakan secara rutin setiap tahunnya oleh institusi

pendidikan pada setiap jenjang pendidikan.

Pelaksanaan Ulangan akhir semester mata pelajaran penjasorkes SMP

di Propinsi DIY berbeda di kota dan setiap kabupaten. Observasi awal di

lapangan menunjukkan bahwa Ulangan akhir semester gasal mata pelajaran

penjasorkes SMP pada tahun ajaran 2014/2015 dilaksanakan oleh sekolah

dengan pembuat soal adalah Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS).

Penyusun soal Ulangan akhir semester gasal mata pelajaran penjasorkes SMP

pada tahun ajaran 2014/2015 adalah Musyawarah Kerja Kepala Sekolah

(MKKS). Soal yang digunakan dalam Ulangan akhir semester akan berbeda

apabila penyusun soal adalah guru mata pelajaran di sekolah masing-masing

sehingga daya serap, tingkat kesukaran, daya beda butir akan berbeda.

Soal ulangan akhir semester biasanya menggunakan pilihan berganda,

essay, soal menjodohkan dan mengarang. Oleh karena itu perlu melaukan

analisis mengenai soal apa yang terbaik digunakan sehingga mampu untuk

mengukur kemampuan peserta didik dalam waktu yang tidak lama dan

menghemat dana dalam pelaksanaannya. Hasil suatu pengukuran atau

(18)

4

ini berkaitan dengan kehandalan alat ukur. Kesalahan pengukuran ada yang

bersifat acak dan ada yang sistematik. Kesalahan acak disebabkan oleh

kondisi fisik dan mental peserta tes dan penyusun tes maupun pengawas yang

bervariasi. Pengawas Ulangan akhir semester biasanya masih belum terlalu

memperhatikan hal ini. Para pengawas sering kali berjalan berkeliling untuk

melihat hasil kerja peserta didik dalam mengawasi Ulangan akhir semester,

mengumumkan bahwa waktu Ulangan sudah hampir habis dan sebagainya.

Mereka tidak mengetahui bahwa apa yang mereka lakukan menambah

kecemasan peserta tes dalam mengerjakan Ulangan sehingga dapat

menyebabkan hasil Ulangan tidak menunjukkan kemampuan yang

sebenarnya.

Menurut Djemari Mardapi (2012 : 31) tujuan evalusai adalah sebagai berikut:

1) Untuk menentukan apakah suatu program mencapai tujun.

2) Untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam proses

pembelajaran.

3) Untuk menentuakan apakah rogram sudah tepat.

4) Untuuk mengetahui besarnya rasio cost/benefid program.

5) Untuk menentukan siapa yang harus berpartisipasi pada program pembelajaran mendatang.

6) Untuk mengidentifikasi siapa yang memperoleh manfaat secara maksimun dan minimum

7) Untuk menentukan apakah program sudah tepat.

Kenyataan di lapangan juga menunjukkan bahwa sekolah maupun

Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) belum melakukan analisis

terhadap butir-butir tes yang digunakan dalam Ulangan akhir semester SMP.

Hal ini dapat menyebabkan informasi yang didapatkan dari hasil tes tidak

(19)

5

instrumen ukur yang tidak reliabel atau tidak valid akan memberikan

informasi yang tidak akurat mengenai keadaan subjek atau individu yang

dikenai tes itu. Informasi yang keliru apabila digunakan sebagai dasar

pertimbangan dalam pengambilan suatu keputusan maka tidak akan

menunjukkan keputusan yang tepat. Pernyataan di atas menunjukkan

pentingnya validitas dan variabilitas suatu alat ukur tes, dari tes yang tidak

valid dan tidak reliabel akan di dapatkan informasi yang salah sehingga

apabila informasi itu secara tidak langsung digunakan sebagai dasar untuk

pengambilan keputusan maka akan banyak pihak yang dirugikan.

Ulangan akhir semester membutuhkan dana yang besar untuk

pembiayaan pelaksanaannya. Dana digunakan untuk pembuatan butir soal

oleh guru-guru terpilih, penggandaan paket soal selain itu sekolah harus

mengeluarkan dana untuk membeli soal dari Musyawarah Kerja Kepala

Sekolah (MKKS). Standar Penilaian Pendidikan sebagai proses pengumpulan

dan pengolahan informasi untuk mengatur pencapaian hasil belajar peserta

didik mencakup: Penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis

portofolio, Ulangan harian, Ulangan tengah semester, uUlangan akhir

semester, Ulangan tingkat kompetensi, Ulangan mutu tingkat kompetensi

Ulangan nasional dan Ulangan sekolah/madrasah.

Penggunaan soal-soal pilihan berganda dalam Ulangan akan

memberikan efisiensi dalam pelaksanaan ulangan karena dapat menghemat

waktu bagi peserta didik untuk mengerjakan soal, mencakup materi pelajaran

(20)

6

Pengawas juga perlu memperhatikan faktor kecermatan, yaitu dalam

mengawasi Ulangan sehingga kecurangan dapat ditiadakan dan hal-hal yang

mengganggu peserta didik dalam mengerjakan soal dapat diminimalisir.

Panitia Ulangan juga perlu untuk memperhatikan masalah ketepatan waktu

dalam beberapa hal, yaitu ketepatan waktu dalam pengerjaan soal oleh peserta

didik, ketepatan waktu untuk datang bagi panitia dan peserta Ulangan serta

ketepatan waktu dalam memberikan nilai pada peserta didik sebelum rapot

dibagikan. Faktor ekonomi juga perlu diperhatikan, yaitu besarnya dana yang

dikeluarkan untuk pelaksanaan Ulangan benar-benar sudah digunakan

sebagaimana mestinya. Hasil Ulangan akhir semester harus dapat digunakan

sebagai perbaikan kegiatan pembelajaran di sekolah sehingga aspek

produktifitas dapat tercapai. Jadi hasil analisis akan menunjukkan komponen

sistem Ulangan akhir semester, mana yang belum berfungsi sebagaimana

mestinya sehingga dapat dilakukan perbaikan pada sistem Ulangan akhir

semester tersebut. Ngalim Purwanto (2010: 19) mengatakan bahwa suatu

evaluasi harus berkaitan erat dengan kurikulum sekolah karena ia merupakan

bagian yang integral dengan pembimbingan pengalaman-pengalaman belajar

siswa untuk mencapai tujuan kurikulum. Dengan kata lain, tercapai tidaknya

tujuan-tujuan kurikulum itu tercermin di dalam hasil-hasil penilaian terhadap

pencapaian belajar dan perubahan tingkah laku pada murid. Dengan

demikian, evaluasi yang baik tidak hanya untuk membimbing pertumbuhan

siswa, tetapi juga bagi pembinaan dan perkembangan kurikulum serta

(21)

7

B. Identifikasi Masalah

Beberapa masalah yang dapat diidentifikasi dari uraian di atas adalah:

1. Pentingnya penyusunan soal Ulangan ulangan yang memiliki tingkat

kesukaran dalam mengukur kemajuan kognitif dalam penjas orekes.

2. Soal Ulangan tertulis akhir semester gasal mata pelajaran penjasorkes di

SMP Negeri 2 Godean Kabupaten Sleman, belum pernah dianalisis

karakteristik butir soalnya sehingga belum di ketahui tingkat kesukaran

dan tingkat daya beda butir.

3. Tingkat kesukaran pengukuran pada instrumen tes di SMP belum

diketahui.

C. Pembatasan Masalah

Masalah yang diidentifikasi terlalu luas untuk diteliti, sedangkan

penyiapan soal untuk kegiatan evaluasi merupakan tahapan yang sangat

penting. Oleh karena itu masalah dalam penelitian ini dibatasi pada

permasalahan analisis butir soal Ulangan akhir semester gasal mata pelajaran

penjasorkes SMP Negeri 2 Godean Kabupaten Sleman tahun ajaran

2014/2015.

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah tingkat kesukaran soal Ulangan tertulis akhir semester

gasal mata pelajaran penjasorkes SMP Negeri 2 Godean Kabupaten

(22)

8

2. Bagaimanakah tingkat daya beda soal Ulangan tertulis akhir semester

gasal mata pelajaran penjasorkes tahun 2014/2015 di SMP Negeri 2

Godean Kabupaten Sleman?

E. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui tingkat kesukaran Ulangan tertulis akhir semester gasal mata

pelajaran penjasorkes SMP Negeri 2 Godean Kabupaten Sleman pada

tahun ajaran 2014/2015

2. Mengetahui tingkat daya beda Ulangan tertulis akhir semester gasal mata

pelajaran penjasorkes tahun 2014/2015 di SMP Negeri 2 Godean

Kabupaten Sleman

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi pengembang

pendidikan untuk mengembangkan suatu teori mengenai analisis tingkat

(23)

9

2. Manfaat praktis

a. Guru memperoleh informasi mengenai tingkat kesukaran, daya

beda butir soal jawaban Ulangan tertulis akhir semester gasal mata

pelajaran penjasorkes di SMP Negeri 2 Godean Kabupaten Sleman

sehingga dapat digunakan untuk perbaikan dimasa yang akan

datang.

b. Peserta didik diharapkan dapat meningkatkan belajarnya setelah

mengetahui tingkat kesukaran dan tingkat daya beda butir. Guru

dapat memperbaiki kualitas soal Ulangan tertulis akhir semester

gasal mata pelajaran penjasorkes setelah mengetahui tingkat

kesukaran dan daya beda.

c. Mahasiswa dapat memperluas khasanah ilmu pengetahuan pada

umumnya, serta dapat digunakan referensi bagi mahasiswa yang

menekuni bidang pendidikan.

d. Sumbangan empiris bagi SMP Negeri 2 Godean Kabupaten Sleman

untuk melakukan perbaikan dalam pelaksanaan Ulangan tertulis

akhir semester gasal mata pelajaran penjasorkes pada tahun-tahun

(24)

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Evaluasi Hasil Belajar a. Pengertian Evaluasi

Evaluasi berasal dari kata evaluation (bahasa Inggris). Kata

tersebut diserap ke dalam perbendaharaan istilah bahasa Indonesia

dengan tujuan mempertahankan kata aslinya dengan sedikit

penyesuaian lafal Indonesia menjadi “evaluasi”. Suharsimi Arikunto

(2013: 1), menjelaskan bahwa pengertian evaluasi adalah kegiatan

untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang

selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif

yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan.

Penilaian menurut Zainul & Nasoetion (1994: 7) adalah suatu

proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi

yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang

menggunakan instrumen tes maupun non-tes. Djemari Mardapi

(2008:8) menjelaskan bahwa secara singkat penilaian dapat

didefinisikan sebagai proses mengumpulkan informasi untuk

mengetahui pencapaian belajar peserta didik.

Penilaian atau assessment sering diartikan kegiatan yang sama

dengan evaluasi oleh sebagian para ahli pendidikan di Indonesia, hal ini

(25)

sama-11

sama dilakukan dengan membandingkan terhadap kriteria. Beberapa

ahli lain ada juga yang mengatakan bahwa penilaian dan evaluasi

adalah kegiatan yang berbeda. Pendapat ini didasarkan pada

pemanfaatan hasil kegiatan tersebut, apabila pemanfaatan hasil itu

digunakan untuk pengambilan keputusan pada tingkat mikro maka

disebut penilaian sedangkan apabila digunakan untuk mengambil

kebijakan pada sekelompok orang atau program maka disebut evaluasi.

Evaluator terlebih dahulu melakukan pengukuran sebelum

melakukan evaluasi atau penilaian. Kemudian Suharsimi Arikunto

(2013: 3) menjelaskan bahwa mengukur adalah membandingkan

sesuatu dengan satu ukuran dimana pengukuran itu bersifat kuantitatif.

Senada dengan para ahli yang lain, Djemari Mardapi (2008:02)

mengatakan bahwa pengukuran pada dasarnya merupakan kegiatan

penentuan angka bagi suatu objek secara sistematik. Penentuan angka

ini merupakan usaha untuk menggambarkan karakteristik suatu objek.

Kemampuan seseorang dalam bidang tertentu dinyatakan dengan angka.

Pengukuran yang dilakukan untuk menentukan karakteristik individu

sedapat mungkin mengandung kesalahan yang kecil.

Pengertian-pengertian tentang pengukuran yang dijelaskan oleh

para pakar pengukuran di atas memberikan penegasan bahwa dalam

memberikan nilai atau angka kepada subjek atau objek pengukuran

harus mengikuti aturan dan tidak bisa dilakukan dengan asal-asalan.

(26)

12

kejadian harus memperhatikan kaidah-kaidah tertentu agar angka yang

diberikan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Semakin jauh yang

melakukan pengukuran meninggalkan aturan-aturan pengukuran maka

semakin besar kesalahan yang terjadi.

Pengukuran dapat dilakukan melalui tes dan non tes. Ulangan

bagi peserta didik merupakan proses kuantifikasi prestasi belajar

peserta didik dalam kelompok mata pelajaran tertentu yang dilakukan

melalui tes. Mengetahui minat dan bakat seseorang merupakan

kuantifikasi suatu objek yang dilakukan tidak melalui tes.

Anas Sudijono (2013: 67), berpendapat bahwa tes adalah cara

(yang dapat digunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam

rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk

pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa

pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah (yang harus

dikerjakan) oleh testee, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari

hasil pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan

tingkah laku atau prestasi testee; nilai mana dapat dibandingkan dengan

nilai-nilai yang dicapai oleh testee lainnya, atau dibandingkan dengan

nilai standar tertentu. Ulangan akhir semester adalah salah satu jenis

dari kegiatan tes, dan kegunaan yang utama adalah untuk mengambil

keputusan tentang orang yang diuji, misalnya untuk keperluan

(27)

13

Kesimpulan dari beberapa pendapat para ahli pendidikan yaitu

bahwa tes merupakan bagian dari pengukuran, sedangkan pengukuran

merupakan bagian dari evaluasi atau penilaian. Hal ini sesuai dengan

apa yang dikatakan oleh Djemari Mardapi (2008:8-9) bahwa evaluasi

adalah judgement terhadap nilai atau implikasi dari hasil pengukuran.

Pengukuran membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria,

asesmen menjelaskan dan menafsirkan hasil pengukuran, sedang

evaluasi adalah penetapan nilai atau implikasi suatu perilaku. Bisa

perilaku individu atau lembaga. Sifat yang hirarkis ini menunjukkan

bahwa setiap kegiatan evaluasi melibatkan pengukuran dan asesmen.

Evaluasi hasil belajar merupakan suatu proses pencarian informasi

melalui pengukuran yang sistematik sehingga hasilnya dapat digunakan

untuk: (1) mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didik, (2)

mengetahui ketepatan metode mengajar yang digunakan guru, (3)

mengetahui keberhasilan peserta didik dalam meraih tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan, (4) bahan pertimbangan bagi guru

sehingga mereka dapat mengambil keputusan secara tepat, langkah apa

yang harus dilakukan selanjutnya, dan (5) umpan balik bagi peserta

didik agar mereka termotivasi untuk berprestasi lebih baik.

b. Hasil Belajar

Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan

(28)

14

perolehan yang menjadi hasil belajar. Hasil belajar adalah perubahan

yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya

(Winkel, 1999:51). Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi

tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan

Harrow mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (Winkel,

1999:244). Setiap mata pelajaran selalu mengandung ketiga ranah

tersebut, namun penekanannya selalu berbeda mata ajar praktek lebih

menekankan pada ranah psikomotor, sedangkan mata ajar pemahaman

konsep menekankan pada ranah kognitif. Namun kedua ranah tersebut

mengandung ranah afektif.

Menurut Simpson dalam Winkel, (1999:249-250) yang

mengklasifikasikan hasil belajar psikomotorik menjadi enam : persepsi,

kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks dan

kreatifitas.

Taksonomi hasil belajar afektif di kemukakan oleh Krathwohl

dalam Winkel, (1999 : 247), membagi hasil belajar afektif menjadi lima

tingkat yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi, internalisasi.

Bloom dalam Winkel, (1999 : 245-247) membagi dan menyusun

secara hirarkis mulai dari yang paling rendah dan sederhana yaitu

hafalan sampai yang paling tinggi dan kompleks yaitu evaluasi.

Pendidikan merupakan usaha yang disengaja dengan tujuan agar

peserta didik mengalami perkembangan melalui proses pembelajaran.

(29)

15

diantaranya yaitu peserta didik, materi, media belajar, guru, lingkungan,

dan lain-lain. Faktor dari pihak guru yang turut mempengaruhi

keberhasilan dalam proses pembelajaran antara lain : kemampuan

menguasai bahan pelajaran, kemampuan mengelola kelas, kemampuan

menggunakan media dan sumber belajar, serta memiliki sifat positif

terhadap kemampuan menyusun tes dan melaksanakan pengukuran

guna mengevaluasi hasil belajar peserta didik

Hasil belajar perlu di evaluasi. Evaluasi dimaksudkan sebagai

cermin untuk melihat kembali apakah tujuan yang ditetapkan telah

tercapai dan apakah proses pembelajaran sudah efektif. Tes,

pengukuran, penilaian dan evaluasi (Ngatman 2011:4) merupakan

empat istilah yang sering dipergunakan dalam kegiatan proses

pembelajaran dan memiliki saling keterkaitan satu dengan yang lain.

Dalam pelaksanaannya, evaluasi dapat mempergunakan pengukuran

dan non pengukuran. Alat ukur yang bisa di pergunakan dalam kegiatan

evaluasi antara lain adalah tes. Selain tes, kegiatan evaluasi dapat

mempergunakan alat non pengukuran, seperti : pengamatan,

wawancara, atau angket. Dengan demikian, tes merupakan salah satu

bagian dari pengukuran, pengukuran dan penilaian merupakan bagian

dari evaluasi.

Tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang

perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian dibidang

(30)

16

Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui

atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan

yang sudah di tentukan.

Menurut Suharsimi Arikunto (2013: 3) Pengukuran adalah

membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran yang bersifat

kuantitatif. Dengan kata lain guru harus menggunakan alat ukur (tes

atau non tes). Alat ukur tersebut harus standar, yaitu memiliki derajat

validitas dan reliabilitas yang tinggi.

Penilaian menurut Suharsimi Arikunto (2013 : 3) dapat diartikan

sebagai mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran

baik buruk. Penilian bersifat kualitatif. Zainul, A & Nasoetion, N (1994

: 13) mengemukakan penilaian adalah suatu kegiatan untuk

memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan

menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah dicapai peserta didik.

Penilaian adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan

berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan

hasil belajar peserta didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan

berdasarkan kriteria dari pertimbangan tertentu. Kegiatan penilaian

harus dapat memberikan informasi kepada guru untuk meningkatkan

kemampuan mengajarnya dan membantu peserta didik mencapai

perkembangan belajarnya secara optimal. Implikasinya adalah kegiatan

penilaian harus digunakan sebagai cara atau teknik untuk mendidik

(31)

17

kemajuan belajar peserta didik merupakan salah satu indikator

keberhasilan dalam pembelajaran.

Evaluasi menurut Suharsimi Arikunto (2013 : 3) mengemukakan

bahwa evaluasi meliputi kedua langkah di atas, yakni mengukur dan

menilai. Melalui evaluasi akan dapat di ketahui tentang hasil belakar

mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa. Dengan demikian hasil

belajar siswa dapat dipantau secara kontinyu, sehingga dapat diketahui

materi mana yang telah dikuasai siswa dan materi mana yang belum

dikuasai.

Ulangan akhir semester SMP pada hakikatnya merupakan

evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan oleh pendidik. Hal-hal yang

berkaitan dengan evaluasi belajar, seperti: pengertian, fungsi dan

tujuan, teknik dan alat evaluasi, jenis tes prestasi hasil belajar, analisis

tes prestasi hasil belajar dan penyusunan soal ulangan, akan diuraikan

sebagai berikut.

2. Tujuan, Fungsi, dan Manfaat Evaluasi

a. Tujuan Evaluasi.

Anas Sudijono (2013: 16) menyatakan bahwa secara umum tujuan

evaluasi belajar adalah untuk: 1) menghimpun bahan-bahan keterangan yang

akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf

kemajuan yang dialami oleh para peserta didik, setelah mereka mengikuti

(32)

18

tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran yang telah dipergunakan

dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu. Kegiatan evaluasi

juga mempunyai tujuan khusus dalam bidang pendidikan, yaitu: 1) untuk

merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuah program pendidikan

dan 2) untuk menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan dan

ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan,

sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara

perbaikannya.

b. Fungsi Evaluasi

Anas Sudijono (2013: 17), pada bagian lain, menjelaskan bahwa

secara umum ada tiga fungsi evaluasi, yaitu untuk: 1) mengukur kemajuan,

2) menunjang penyusunan rencana, dan 3) memperbaiki atau melakukan

pemyempurnaan kembali. Adapun secara khusus, fungsi evaluasi dalam

bidang pendidikan dapat ditinjau dari tiga segi, yaitu: 1) segi psikologis, 2)

segi didaktik, dan 3) segi administratif.

Evaluasi pendidikan, bagi peserta didik secara psikologis, akan

memberikan petunjuk untuk mengenal kemampuan dan status dirinya di

antara kelompok atau kelasnya. Peserta didik akan mengetahui apakah

dirinya termasuk berkemampuan tinggi, rata-rata, atau rendah. Apabila hal

tersebut dapat dicapai maka diharapkan evaluasi pendidikan akan dapat

memberikan dorongan kepada peserta didik untuk memperbaiki,

(33)

19

Ngalim Purwanto (2010: 108) Fungsi evaluasi dapat di golongkan menjadi 4 bagian yaitu :

1) Memperbaiki proses belajar-mengajar atau memperbaiki program satuan pelajaran.

2) Menentukan angka atau hasil belajar siswa dalam tahap-tahap tertentu. 3) Menempatkan siswa dalam situasi belajar-mengajar yang tepat.

4) Membantu memecahkan kesulitan belajar siswa

c. Manfaat Evaluasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2013:13-19) menyatakan bahwa laporan

tentang hasil evaluasi pembelajaran bermanfaat bagi peserta didik sendiri,

guru yang mengajar, guru lain, petugas lain di sekolah, orang tua peserta

didik , dan pengguna lulusan. Bagi peserta didik hasil pelaporan sebagai

support baginya atas jerih payahnya yang selama ini dilakukan. Evaluasi

yang dilakukan pada saat akhir jenjang kelulusan, tidak hanya peserta didik

sendiri tetapi orang tua peserta didik , guru, bahkan guru lainpun ikut sibuk

mempersiapkan, baik secara fisik maupun mental, agar kelak anak didiknya

lulus dan mendapatkan nilai yang bagus.

Bagi guru yang mengajar, merupakan umpan balik bagi guru atas jerih

payahnya selama ini dalam proses belajar mengajar. Guru akan selalu

mencatat perkembangan nilai anak dilingkungan peserta didik. Dengan

catatan itulah guru akan mengetahui perkembangan peserta didik di posisi

pelajaran mana yang sudah, kurang, dan belum dikuasainya. Daftar nilai

(34)

20

sudah dilaporkan dalam rapot atau STTB merupakan hal yang bersikap

terbuka dan tetap.

Bagi guru lain, terkadang guru dipindahkan ke sekolah lain dan

digantikan oleh guru pengganti, atau peserta didik karena suatu hal

berpindah ke sekolah lain atas permintaan pribadi atau orang tua berpindah

ke tempat/kota lain hal ini akan sangat bermanfaat bagi guru pengganti

untuk mengetahui di posisi mana peserta didik tersebut berada. Kadang

standar ,masing-masing guru berbeda-beda dalam memberikan nilai, tetapi

dengan berjalannya waktu, guru pengganti/guru lain akan mengetahui

dengan cepat berdasarkan laporan nilai sebelumnya. Petugas lain di sekolah,

misalnya; kepala sekolah/wali kelas/guru bimbingan dan konseling (BP),

laporan hasil evaluasi akan sangat bermanfaat. Bagi kepala sekolah

dapatdigunakan sebagai pengambilan keputusan, sebagai bahan untuk

supervisi guru, dan laporan ke atasan. Sedangkan bagi wali kelas dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan apakah peserta didik perlu

dibantu/tidak, memotivasi belajar, memotivasi untuk meningkatkan bakat,

minat, serta prestasi peserta didik .

Manfaat bagi orang tua peserta didik adalah sebagai umpan balik

penyandang dana atau penanam investasi. Selain itu, orang tua akan

mengetahui keadaan yang sesungguhnya keadaan putra-putrinya atas kerja

(35)

21

2. Hakikat Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani dan kesehatan merupakan bagian dari proses

pendidikan secara keseluruhan. Tujuan umum pendidikan jasmani juga

selaras dengan tujuan umum pendidikan. Didalam pelaksanaanya

pendidikan jasmani akan melibatkan pengaktualisasian potensi-potensi

manusia untuk menuju kebulatan kepribadian dalam sikap tindak dan

karya dalam bentuk isi dan arah yang dikemas melalui pembinaan dan

penembangan, sehingga terwujudnya peningkatan kualitas SDM di

Indonesia seutuhnya.

Batasan-batasan mengenai definisi pendidikan jasmani banyak

dikemukakan oleh para ahli antara lain sebagai berikut : Toho Cholik M.

dan Rusli Lutan (1997:1) mendefinisikan pendidikan jasmani sebagai

bagian ssuatu proses pendidikan yang ditujukan untuk mencapai tujuan

pendidikan melalui gerakan fisik.

3. Karakteristik anak usia SMP (Sekolah Menengah Pertama) a. Perkembangan Dalam Sikap Kognitif

Untuk membahas perkembangan kognitif (berpikir) pada anak saat

berada di sekolah menengah pertama (SMP), dikemukakan pandangan

dari piaget, Vigotsky, dan para ahli psikologi pemrosesan informasi

(information-processing theory).

Arajoo T.V (1986), menyatakan bahwa aspek kognitif meliputi

(36)

22

berpikir. Untuk siswa SMP, perkembangan kognitif utama yang dialami

adalah formal operasional, yang mampu berpikir abstrak dengan

menggunakan symbol-simbol tertentu atau mengoperasikan

kaidah-kaidah logika formal yang tidak terikat lagi oleh objek-objek yang

bersifat konkrit, seperti peningkatan kemampuan analisis, kemampuan

mengembangkan suatu kemungkinan berdasarkan dua atau lebih

kemungkinan yang ada, kemampuan menarik generalisasi dan

inferensasi dari berbagai kategori objek yang beragam. Selain itu, ada

peningkatan fungsi intelektual, kapabilitas memori dalam bahasa dan

perkembangan konseptual. Dengan kata lain, bahasa merupakan salah

satu alat vital untuk kegiatan kognitif.

b. Perkembangan Dalam Sikap emosional

Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan

emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama organ seksual

mempengaruhi perkembangan emosi dan dorongan baru yang di alami

sebelumnya seperti perasaan cinta. Pada usia remaja awal,

perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitive dan reaktif

yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa, emosinya bersifat

negative dan temperamental. Sedangkan remaja akhir sudah mampu

mengendalikan emosinya. Mencapai kematangan emosional merupakan

(37)

23

sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya,

(38)

24

B. Teknik dan Alat Evaluasi

1. Tenik Evaluasi

Teknik evaluasi umumnya dapat dibedakan menjadi dua golongan,

yaitu teknik tes dan teknik non-tes. Menurut Djemari Mardapi (2008:67)

tes adalah sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban yang benar dan

salah. Kemudian tes juga diartikan sebagai sejumlah pertanyaan yang

membutuhkan jawaban, atau sejumlah pernyataan yang harus diberikan

tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat kemampuan seseorang atau

mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes. Tes pada

umumnya digunakan untuk mengevaluasi kemampuan peserta didik,

berupa hasil belajar yang mencakup pengetahuan dan keterampilan, bakat

umum (intelegensi), dan bakat-bakat khusus Teknik non-tes umumnya

digunakan untuk mengevaluasi sifat-sifat peserta didik selain yang

disebutkan di atas, misalnya yang berkaitan dengan sikap dan kepribadian.

Pendidik, dalam melaksanakan penilaian, memerlukan teknik-teknik

penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai. PP Nomor 19

Tahun 2005 pasal 64 ayat (4) menjelaskan bahwa kelompok mata

pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi diukur melalui ulangan,

penugasan, dan/atau bentuk yang sesuai dengan karakteristik materi yang

dinilai. Kemudian ayat (5) menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar

kelompok mata pelajaran estetika dilakukan melalui pengamatan terhadap

perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan ekspresi

(39)

25

penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan

kesehatan dilakukan melalui: (a) pengamatan terhadap perubahan perilaku

dan sikap untuk menilai perkembangan psikomotorik dan afeksi peserta

didik; dan (b) ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif

peserta didik.

Pasal 22 ayat (2) PP Nomor 19 Tahun 2005 menjelaskan beberapa

teknik penilaian hasil belajar yang dapat dipakai, yaitu dapat berupa tes

tertulis, observasi, tes praktik, dan penugasan perseorangan atau

kelompok. Tes tertulis menurut Badrun Kartowagiran (2006: 5) adalah

teknik penilaian yang menuntut jawaban secara tertulis, baik berupa

pilihan atau isian. Tes yang jawabannya berupa pilihan meliputi pilihan

ganda, benar-salah, menjodohkan, dan lain lain. Adapun tes yang

jawabannya berupa isian berbentuk isian singkat dan uraian. Sedangkan

penugasan menurut Badrun Kartowagiran (2006: 6) adalah suatu teknik

penilaian yang menuntut peserta didik menyelesaikannya di luar kegiatan

pembelajaran di kelas/laboratorium. Misalnya dengan membuat jurnal,

portofolio, penilaian diri dan lainnya.

Ulangan akhir semester SMP selama ini selalu menggunakan tes

yang berbentuk pilihan berganda dan soal uraian, hal ini sesuai dengan apa

yang Djemari Mardapi (2008: 87) mengakatakan bahwa bentuk soal yang

dipakai dalam ulangan semester dapat berupa pilihan ganda, campuran

(40)

26

diujikan berdasar kisi-kisi soal. Tingkat berpikir yang terlibat mulai dari

pemahaman sampai evaluasi

2. Alat Evaluasi

Alat evaluasi yang digunakan dalam mengevaluasi hasil belajar siswa

adalah tes.

a. Jenis – jenis tes

1) Tes lisan

Pertanyaan lisan dapat digunakan untuk mengetahui taraf serap

peserta didik untuk mengetahui masalah yang berkaitan dengan

kognitif. Dalam melakukan pertanyaan di kelas prinsipnya

adalah: mengajukan pertanyaan, memberi waktu berpikir,

kemudian menunjuk peserta untuk menjawab pertanyaan. Baik

benar atau salah jawaban peserta didik, jawaban tersebut

ditawarkan lagi ke kelas untuk mengaktifkan kelas.

2) Bentuk benar salah

Tes benar salah adalah bentuk tes yang terdiri atas sejumlah

pernyataan yang bernilai benar dan salah. Tugas testee adalah

menentukan pernyataan-pernyataan tersebut benar atau salah.

Biasanya testee diminta untuk memilih huruf B atau S yang telah

disiapkan. Memilih B jika pernyataan benar dan memilih S jika

ia menganggap pernyataannya salah.

(41)

27

Tes bentuk pilihan berganda adalah tes yang jawabannya dapat

diperoleh dengan memilih alternatif jawaban yang telah

disediakan. Dalam tes pilihan berganda ini, bentuk tes terdiri

atas: pernyataan (pokok soal), alternative jawaban yang

mencakup kunci jawaban dan pengecoh. Pernyataan (pokok soal)

adalah kalimat yang berisi keterangan atau pemberitahuan

tentang suatu materi tertentu yang belum lengkap dan harus

dilengkapi dengan memilih alternatif jawaban yang tersedia.

Kunci jawaban adalah salah satu alternative jawaban yang

merupakan pilihan benar yang merupakan jawaban yang

diinginkan, sedangkan pengecoh adalah alternative yang bukan

merupakan kunci jawaban.

4) Bentuk Menjodohkan

Soal bentuk menjodohkan atau memasangkan terdiri dari suatu

premis, suatu daftar kemungkinan jawaban dan suatu petunjuk

untuk menjodohkan masing-masing premis itu dengan satu

kemungkinan jawaban. Biasanya nama, tanggal/tahun, istilah,

frase, pernyataan, bagian dari diagram, dan yang sejenisnya

digunakan sebagai premis.

5) Bentuk Isian singkat/melengkapi

Bentuk isian singkat ditandai dengan adanya tempat kosong yang

(42)

28

sesuai dengan petunjuk. Ada tiga jenis soal bentuk ini, yaitu:

jenis pertanyaan, jenis melengkapi atau isian, dan jenis

identifikasi atau asosiasi.

6) Uraian/essay

Bentuk tes ini menuntut kemampuan peserta didik untuk

menyampaikan, memilih, menyusun dan memadukan gagasan

atau ide yang telah dimilikinya dengan menggunakan kata-kata

sendiri.

b. Prosedur penyusunan alat Evaluasi

Salah satu kemampuan yang dimiliki oleh setiap guru ialah

kemampuan merencanakan dan melaksanakan evaluasi hasil belajar

dengan baik termasuk kemampuan menyusun tes.

Kisi-kisi merupakan hal yang sangat penting dalam

penyusunan soal Ulangan. Kisi-kisi merupakan format atau matriks

yang memuat informasi yang dapat dijadikan pedoman untuk

menulis atau merakit soal menjadi tes. Penulis soal bila menyusun

kisi-kisi soal akan dapat menghasilkan soal-soal yang sesuai dengan

tujuan tes dan perakit tes dapat menyusun perangkat tes dengan

mudah. Oleh karena itu, kisi-kisi harus disiapkan sebaik mungkin

dan dikerjakan oleh orang yang betul-betul ahli di bidang

pengukuran dan mata pengukuran dan mata pelajaran yang diujikan.

Kisi-kisi yang baik mendorong penulis soal yang berbeda

(43)

29

tingkat kedalaman maupun cakupan materi yang ditanyakan.

Djemari Mardapi (2004: 90) berpendapat bahwa ada empat langkah

dalam mengembangkan kisi-kisi tes, yaitu:

1) Menulis tujuan umum pelajaran;

2) membuat daftar pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang akan

diujikan;

3) menentukan indikator;

4) menentukan jumlah soal tiap pokok bahasan dan subpokok

bahasan.

Hasil tes dapat memberikan informasi yang benar mengenai

kemampuan peserta didik apabila instrumen tes yang disusun baik.

Badrun Kartowagiran (2006: 4), menjelaskan langkah-langkah yang

harus dilalui untuk dapat menyusun instrumen yang baik, adapun

langkah-langkah itu adalah: 1) menyusun kisi-kisi, 2) menulis

butir-butir pertanyaan, 3) menelaah butir-butir, 4) merevisi, 5) melakukan uji

coba, 6) menganalisis, 7) merevisi, dan 8) merakit soal.

Zainul dan Nasoetion (1994: 116) menjelaskan bahwa

penyusunan butir soal Ulangan atau soal tes menjadi suatu perangkat

tes haruslah mempertimbangkan beberapa hal yang memungkinkan

peserta tes dapat mengerahkan kemampuan terbaiknya dalam

mengerjakan tes tersebut. Untuk itu, penyusun soal tes perlu untuk

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

(44)

30

b) Butir tes disusun mulai dari pokok bahasan yang dibahas paling

awal ke pokok bahasan yang dibahas terakhir.

c) Tingkat kesukaran disusun mulai dari yang termudah meningkat

terus sampai kepada yang sukar, dalam arti bahwa butir soal yang

mudah diletakkan pada awal naskah sedangkan butir soal yang

sukar diletakkan pada akhir naskah.

d) Butir tes yang setipe hendaknya dikelompokkan dalam satu

kelompok. Jadi jangan sampai ada satu tipe tes tersebar di

beberapa kelompok. Misalnya tes pilihan ganda biasa

dicampurkan dengan pilihan ganda kompleks, dsb.

e) Tulislah petunjuk pengerjaan tes secara jelas, sehingga tidak

seorangpun perlu bertanya lagi tentang cara mengerjakan tes

tersebut atau bertanya tentang apa yang perlu dilakukan.

f) Penyusunan butir tes tersebut hendaknya diatur sedemikian rupa

sehingga tidak menimbulkan kesan mudahkan peserta tes untuk

membacanya. berdesak-desak. Setiap butir tes hendaklah diatur

sehingga me

g) Susunlah setiap butir tes sehingga item dan seluruh optionnya

terletak dalam satu halaman yang sama.

h) Wacana (passage) yang digunakan sebagai rujukan bagi suatu

atau beberapa butir tes diletakkan di atas butir tes yang

bersangkutan.

(45)

31

Bentuk soal yang digunakan dalam ulangan akhir semester

SMP Negeri 2 Godean Sleman selama ini berbentuk soal pilihan

ganda dalam mengukur aspek kognitif dalam mata pelajaran

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Pedoman untuk

pembuatan tes diperlukan agar soal pilihan berganda dan uraian yang

dibuat dapat berkualitas baik.

Penyusunan soal pilihan berganda menurut Ngalim Purwanto

(2010:42-43) perlu memperhatikan hal-hal sebgai berikut:

a) soal diberi petunjuk dalam pengerjaan dan jumlahnya sesuai

dengan tabel spesifikasi yang telah ditentukan sebelumnya.

b) Kalimat yang digunakan dalam penyusunan soal harus jelas,

menggunakan kalimat positif, dan tidak ambigu.

c) Pembuatan alternative jawaban juga harus homogen, hindarkan

jawaban yang tidak ada hubungannya dengan soal.

d) Usahakan agar soal-soal dalam tes yang disusun mencakup

berbagai aspek penalaran seperti pengetahuan hafalan, pengertian

atau pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Pelaksanaan penyusunan soal idealnya dilakukan oleh

guru-guru terpilih dan terlatih yang didampingi oleh para ahli di bidang

pengukuran. Selanjutnya soal ini ditelaah, soal yang baik kemudian

diujicoba dan soal yang buruk dibuang. Soal yang akan digunakan

untuk ulangan umum bersama masternya digandakan dan digunakan

(46)

32

b. Analisis Butir Soal

Berangkat dari fungsi tes sebagai alat ukur, maka sebuah tes

baru dapat dianggap berhasil menjalankan fungsinya jika ia mampu

memberikan informasi yang sesuai dengan keadaan sebenarnya dari

objek yang diukur. Tes yang tidak mampu memberikan informasi

yang diinginkan tidak lebih dari sampah. Oleh karena itu, sebelum

digunakan tes hasil belajar harus dianalisis terlebih dahulu sehingga

dapat memberikan hasil yang memuaskan.

Menurut Ngalim Purwanto (2010:118-120) Analisis soal tes

ialah mencari soal tes mana yang baik dan mana yang tidak baik, dan

mengapa soal itu dikatakan baik atau tidak baik. Dengan mengetahui

soal-soal yang tidak baik itu selanjutnya kita dapat mencari

kemungkinan sebab-sebab mengapa soal itu tidak baik. Dengan

membuat analisis soal, sedikitknya kita dapat mengetahui tiga hal

penting yang dapat di peroleh dari tiap soal, yaitu :

a) Sampai di mana tingkat atau taraf kesukaran soal itu (defficulty

level of an item)

b) Apakah soal itu mempunyai daya beda (discriminating power)

sehingga dapat membedakan kelompok peserta didik yang pandai

dengan kelompok peserta didik yang bodoh

c) Apakah semua alternatif jawaban (options) menarik

jawaban-jawaban, ataukah ada yang demikian tidak menarik sehingga tidak

perlu dimasukkan ke dalam soal.

Menurut Ngalim Purwanto (2010:119) untuk menghitung taraf

(47)

33

terlebih dahulu mengelompokkan hasil tes tersebut menjadi tiga

kelompok berdasarkan peringkat dari keseluruhan skir yang kita

peroleh. Ketiga kelompok yang di maksud ialah :

a) kelompok pandai atau upper group (25% dari peringkat bagian

atas)

b) kelompok kurang atau lower group (25% dari peringkat bagian

bawah)

c) kelompok sedang atau middle group (50% dari peringkat bagian

tengah).

Yang diperlukan dalam analisis soal selanjutnya ialah

kelompok pandai (upper group) dan kelompok kurang (lower group)

, sedangkat kelompok sedang (middle group) di biarkan

a) Taraf Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak

terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk

mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu

sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak

mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar

jangkauannya.

Untuk menghitung taraf kesukaran soal dari suatu tes

dipergunakan rumus :

T L U

TK  

(48)

34 Keterangan :

TK : indeks TK atau tingkat/taraf kesukaran yang dicari.

U : Jumlah peserta didik yang termasuk kelompok pandai (upper group) yang menjawab benar untuk tiap soal

L : Jumlah peserta didik yang termasuk kelompok kurang (lower group) yang menjawab benar untuk tiap soal

T : Jumlah peserta didik dari kelompok pandai dan kelompok kurang (jumlah upper group dan lower group).

Untuk pilihan ganda dengan option 5, jika tingkat

kesukarannya sama atau lebih kecil dari 0,27 , dikategorikan soal

yang sukar, sedangkan jika tingkat kesukarannya sama atau lebih

besar dari 0,73 , dikategorikan soal yang mudah.

Alternatif lain untuk melihat indeks kesukaran adalah besarnya

indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran

ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran

ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran

0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks

1,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu mudah

0,00 0,1

sukar mudah

Di dalam istilah evaluasi, indeks kesukaran ini diberi simbol P

(49)

35

Sumber : Suharsimi Arikunto (2013 : 222-225)

Keterangan :

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran

sering diklarifikasikan sebagai berikut :

P : Indeks kesukaran

Dilihat dari dua sumber di atas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa Suharsimi Arikunto (2013 : 222-225) dapat menjadi acuan

yang dipakai oleh penulis.

b)Daya beda (discriminating power) suatu soal

Daya beda soal tes ialah bagaimana kemampuan soal itu untuk

membedakan peserta didik -peserta didik yang termasuk kelompok

pandai (upper group) dengan peserta didik -peserta didik yang

termasuk kelompok kurang (lower group). Daya pembeda suatu soal

tes dapat dihitung dengan menggunakan rumus seperti berikut :

Sumber : Ngalim Purwanto (2010 : 120-124)

Keterangan :

DP : indeks DP atau daya pembeda yang dicari

U : Jumlah peserta didik yang termasuk kelompok pandai (upper group) yang menjawab benar untuk tiap soal

1. Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar 2. Soal dengan P 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang 3. Soal dengan P 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah

(50)

36

L : Jumlah peserta didik yang termasuk kelompok kurang (lower group) yang menjawab benar untuk tiap soal

T : Jumlah peserta didik dari kelompok pandai dan kelompok kurang (jumlah upper group dan lower group)

Jika daya pembeda soal itu adalah 0 (nol) atau negatif (minus)

maka soal itu perlu direvisi/diperbaiki.

Teknik lain untuk menentukan nilai daya beda adalah dengan

menggunakan teknik korelasi phi. Anas Sudijono (2013: 391)

menuliskan rumus tentang teknik korelasi phi sebagai berikut :

adalah angka indeks diskriminasi phi yang dianggap sebagai

angka indeks diskriminasi butir. PH adalah proporsi orang yang

menjawab benar kelompok atas. PL adalah proporsi orang yang

menjawab benar kelompok bawah. p adalah proporsi seluruh peserta

tes yang menjawab betul dan q adalah 1 dikurangi p.

Alternatif lain untuk melihat indeks daya beda adalah

dibedakan antara kelompok kecil (kurang dari 100) dan kelompok

besar (100 orang ke atas).

1) Untuk Kelompok kecil

Seluruh kelompok testee dibagi dua sama besar, 50%

(51)

37

2) Untuk Kelompok besar

Mengingat biaya dan waktu untuk menganalisis, maka untuk

kelompok besar biasanya hanya diambil kedua kutubnya saja, yaitu

27% skor keatas sebagai kelompok atas (Ja) dan 27% skor terbawah

sebagai kelompok bawah (Jb).

Ja = Jumlah kelompok atas Jb = Jumlah kelompok bawah

Sumber : Suharsimi Arikunto (2013 : 227-232)

Keterangan :

J = Jumlah peserta tes

Ja = Banyaknya peserta kelompok atas Jb = Banyaknya peserta kelompok bawah

Ba= Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

Bb= Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar

Pa = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (ingat, P sebagai indeks kesukaran)

Pb = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.

Suharsimi Arikunto (2013 : 232) memberikan patokan untuk

menentukan daya beda yang dapat diterima sebagai berikut :

Besarnya angka

Indeks daya beda Klasifikasi Interpretasi

(52)

38

Indeks daya beda (D) : Negatif, semua nya tidak baik. Jadi

semua butir soal yang mempunyao nilai D negatif sebaiknya di

buang saja.

Dilihat dari dua sumber di atas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa Ngalim Purwanto (2013 : 227-232) dijadikan acuan yang

dipakai oleh penulis

c) Validitas

Tes hasil belajar yang baik selain reliabel juga harus valid.

Sebuah tes dikatakan valid jika ia memang mengukur apa yang

seharusnya diukur. Suharsimi Arikunto (2013: 80) dalam bahasa

yang hampir sama menyatakan bahwa validitas adalah ukuran

seberapa cermat suatu tes melakukan fungsi ukurnya.

Validitas, jika dikaitkan dengan bidang psikologi, dapat

dijumpai dalam tiga konteks yaitu validitas penelitian, validitas soal

dan validitas alat ukur. Validitas penelitian merupakan derajat

kesesuaian hasil penelitian dengan keadaan sebenarnya. Validitas

soal berkaitan dengan kesesuaian antara suatu soal dengan soal lain.

Sedangkan validitas alat ukur merujuk pada kecermatan ukurnya

suatu tes (Sumadi Suryabrata, 2004: 40).

Penelitian ini membahas tentang karakteristik butir, oleh

karena itu jenis validitas yang menjadi pembahasan utama adalah

(53)

39

dapat dibagi kedalam empat kelompok utama yaitu: a. validitas isi

(content validity), b. validitas konstruk (construct validity), c.

validitas kriteria (criterion related validity), dan d.validitas prediksi

(predictive validity).

Validitas isi menunjuk pada sejauh mana isi perangkat soal

tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Suharsimi Arikunto

(2013: 82), dalam kaitannya dengan kegiatan pembelajaran, validasi

isi suatu tes harus menjawab pertanyaan “sejauh mana item test itu

mencakup keseluruhan situasi yangingin diukur oleh tes tersebut.”.

Validitas konstruk merujuk pada sejauhmana suatu tes

mengukur suatu konstruk teoretik atau trait yang hendak diukurnya

(Ngalim Purwanto, 2010: 138) konstruk dalam pengertian ini adalah

berkaitan dengan aspek-aspek psikologi seseorang khususnya aspek

kognitif, afektif dan psikomotor.

Validitas kriteria merupakan validitas yang disusun

berdasarkan kriteria yang telah ada sebelumnya. Kesahihan alat

ukur, dalam validitas kriteria, dilihat dari sejauhmana hasil

pengukuran tersebut sama dengan hasil pengukuran alat lain yang

(54)

40

C. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan sebagai bahan pendukung dalam

pelaksanaan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Djemari

Mardapi dan Toto Kuwato yang berjudul Studi Pengembangan Sistem

Ulangan Berkesinambungan Sekolah Menengah Umum pada tahun 1999.

Berkait dengan pelaksanaan sistem evaluasi hasil belajar di sekolah,

penelitian dalam jangka waktu 1994 - 1999 yang sempat dihimpun

menunjukkan kenyataan yang belum menggembirakan.

1. Penelitian Toto Kuwato dan Djemari Mardapi (1999: 116) yang

diselenggarakan di Propinsi DIY, Sumatera Barat, dan Kalimantan Barat

menunjukkan hasil sebagai berikut:

a. Sistem Ulangan yang ada selama ini belum seperti yang diharapkan.

Masih banyak guru yang belum secara rutin menyusun kisi-kisi

Ulangan, menelaah soal, menganalisis butir soal, menganalisis hasil

Ulangan umum, menginformasikan kegagalan peserta didik kepada

orang tua, dan belum sepenuhnya menidaklanjuti kegagalan peserta

didik melalui program perbaikan. Guru belum diwajibkan menyusun

kisi-kisi Ulangan, hanya baru disarankan.

b. Dalam menyiapkan pelajaran umumnya para guru hanya mencontoh

rencana pelajaran dan analisis materi pelajaran (AMP) yang disusun

oleh musyawarah guru mata pelajaran (MGMP).

c. Soal-soal Ulangan SMP belum dikalibrasi, agar dapat membandingkan

(55)

41

d. Faktor finansial menjadi kendala pengembangan bank soal di tingkat

wilayah.

e. Mutu alat tes belum baik karena tidak selalu disertai dengan

penyusunan kisi-kisi soal. Mutu soal secara kualitatif juga belum baik,

karena banyak yang belum memenuhi persyaratan baik dari aspek

materi, konstruksi dan bahasa. Hasil tes belum sepenuhnya

menggambarkan tercapainya pelaksanaan kurikulum.

f. Keterkaitan antara Ulangan harian, semester awal dan akhir semester

belum baik akibat tidak adanya kisi-kisi Ulangan.

g. Program perbaikan belum dilaksanakan secara terencana. Hanya

sekedar menyelenggarakan ulangan susulan dalam selang waktu yang

sangat pendek tanpa ada tindakan pembelajaran lagi oleh guru.

h. Kurangnya dorongan dari pihak kepala sekolah kepada guru yang telah

mengikuti pelatihan untuk menerapkan pengetahuannya di sekolah.i.

Informasi hasil Ulangan bagi pihak-pihak terkait, baik peserta

didik , orang tua peserta didik , sekolah, dan Dinas Pendidikan Propinsi

maupun Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota sendiri, belum dapat

diperoleh secara lengkap. Kalaupun ada dokumen, belum dapat

dimanfaatkan secara optimal.

2. Hasil penelitian lain yang mendukung penelitian ini adalah penelitian

yang dilakukan oleh Djemari Mardapi, dkk (2008: 87) yang berjudul

Survei Kegiatan Guru Dalam Melakukan Penilaian Di Kelas. Adapun

(56)

42

a. Masih ada sebagian kecil guru SD, SLTP, dan SMU yang menyatakan

tidak memiliki buku pedoman penilaian dan juga tidak tersedia di

sekolah. Sebagian besar buku pedoman penilaian yang dimiliki oleh

sekolah ataupun guru dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan

Dasar dan Menengah.

b. Pada umumnya perencanaan Ulangan harian yang dilakukan guru

cukup baik, kecuali dalam pembuatan kisi-kisi yang masih tergolong

rendah.

c. Ulangan akhir semester di tiap daerah persiapannya bervariasi antar

wilayah, sesuai dengan pedoman kebijakan Dinas Pendidikan setempat.

Meskipun ada edaran resmi tentang larangan penyelenggaraan UAS,

beberapa sekolah berinisiatif ntuk mengkoordinasi soal Ulangan akhir

semester secara bersama-sama.

d. Penilaian yang dilakukan di kelas didasarkan pada kegiatan peserta

didik di kelas, pekerjaan rumah, Ulangan harian, Ulangan tengah

semester dan Ulangan akhir semester yang dikoordinaasikan antar

beberapa sekolah se wilayah.

e. Teknik penilaian yang dilakukan adalah tes dan nontes, termasuk

didalamnya tes diagnostik, namun demikian tes diagnostik belum

sepenuhnya dilaksanakan oleh para guru di lapangan. Guru juga belum

membiasakan diri menggunaan angket dan skala sikap dalam teknik

(57)

43

f. Bentuk soal Ulangan harian yang terbanyak untuk jenjang SD adalah

isian, uraian terbuka, pilihan berganda, dan menjodohkan, untuk jenjang

SLTP terbanyak adalah uraian terstruktur, uraian objektif, dan isian

singkat, dan untuk jenjang SMU adalah uraian terstruktur, uraian

terbuka, dan uraian objektif.

g. Sebagian besar guru membuat pedoman penilaian sebelum

melaksanakan Ulangan dan sebagian kecil melaksanakan Ulangan

ketrampilan laboratorium.

h. Kemampuan guru-guru di lapangan dalam mengembangkan AMP lebih

rendah daripada kemampuan guru yang ditugasi untuk mengembangkan

soal-soal EBTANAS.

i. Laporan hasil Ulangan belum disampaikan secara periodik ke kepala

sekolah, kecuali bila diminta, dan dokumen soal-soal Ulangan belum

diarsip dengan baik.

j. Kisi-kisi soal Ulangan agak sulit dilacak arsipnya, terutama untuk

Ulangan harian, dan guru pada sekolah kategori tinggi cenderung

melakukan sendiri telaah kisi-kisi dan telaah soal, tidak bersama-sama

melalui forum MGMP.

k. Untuk Ulangan semester gasal tidak dilaksanakan bersama sekolah

lain, kisi-kisi soal dibuat sendiri oleh guru, sedang semester genap

diselenggarakan dalam bentuk ulangan umum bersama dibuat oleh

Gambar

Tabel 1. Tingkat Kesukaran Butir
Tabel 1. Tingkat Kesukaran Butir Ulangan Tertulis Akhir Semester Gasal Mata Pelajaran Penjasorkes SMP Negeri 2 Godean pada Tahun
Tabel 1. Daya Beda Butir Ulangan Tertulis Akhir Semester Gasal Mata Pelajaran Penjasorkes SMP Negeri 2 Godean Kabupaten
Tabel 1. Tingkat Kesukaran Butir Ulangan Tertulis Akhir Semester Gasal Mata Pelajaran Penjasorkes SMP Negeri 2 Godean Kabupaten Sleman pada Tahun Ajaran 2014/2015
+2

Referensi

Dokumen terkait

---, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan , Jakarta: Prenada Media Group, 2010.. Slavin, Robert E., Cooperatif Learning: Teori, Riset dan

tenaga kerja, jumlah produksi jahe gajah, dan harga jual jahe gajah (3) usahatani jahe gajah di Desa Pace dapat dinyatakan efisien dengan nilai R/C Ratio sebesar lebih besar dari

Kebutuhan dasar ini akan terpenuhi bila penderita kanker serviks menghayati bahwa dirinya mendapatkan protective factor yang berasal dari keluarga, teman, dan tim

Pada umumnya metode numerik tidak mengutamakan diperolehnya jawaban yang eksak (tepat), tetapi mengusahakan perumusan metode yang menghasilkan jawab pendekatan yang memiliki

LAPORAN REALISASI PENYERAPAN ANGGARAN DIPA SATUAN KERJA BULAN OKTOBER TAHUN 2013%. NO

\alibrasi pada pasangan terminal yang berbeda (sebagai tambahan pembacaan harus antara terminal fasa dan tanah). Hal ini diuraikan dalam Ayat A.5 dibawah. Bila rekaman dari

Para pemuda inilah yang mengadakan kongres pemuda pertama tahun 1926 yang menghasilkan perlunya mencanangkan suatu organisasi pemuda tingkat Nasional.Dan atas usul

(2007) kewajaran harga dapat diukur dengan beberapa atribut sebagai berikut : Konsumen merasa membayar harga yang wajar pada setiap transaksi pembelian. 1)