ANALISIS BUTIR SOAL TES ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN
KESEHATAN SMP NEGERI 2 GODEAN, KABUPATEN SLEMAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Bimo Cahyo Pruhantoro NIM 10601244217
PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
iii
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Butir Soal
Tes Ulangan Akhir Semester Gasal Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga
dan Kesehatan SMP Negeri 2 Godean, Kabupaten Sleman” yang disusun oleh Bimo Cahyo Pruhantoro, NIM. 10601244217, ini benar-benar karya saya sendiri.
Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau
diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata
penulisan karya ilmiah yang telah lazim.
Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli.
Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode
berikutnya.
Yogyakarta, Mei 2015
Yang Menyatakan,
v
MOTTO
“Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim
perempuan”
(HR. Ibnu Abdil Barr)
“Pendidikan adalah senjata paling dahsyat yang dapat kita gunakan untuk
vi
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini sebagai ungkapan cinta dan kasih sayang kepada :
1. Bapak dan Ibu tercinta semangat terbesarku, terimakasih atas limpahan doa,
kasih sayang, dan kesabaran selama ini.
2. Nur Lintang Puspitasari adik saya yang selalu memberi semangat dan doa
selama ini.
3. Aulia Ulfa Dewi yang tidak pernah lelah memberi semangat dan dukungan
vii
ANALISIS BUTIR SOAL TES ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA
DAN KESEHATAN SMP NEGERI 2 GODEAN, KABUPATEN SLEMAN Godean. Kajiannya dilatar belakangi oleh pentingnya penyusunan soal ulangan yang memiliki tingkat kesukaran dan daya beda dalam mengukur kemajuan kognitif dalam penjas orkes serta soal ulangan akhir semester gasal mata pelajaran penjasorkes di SMP Negeri 2 Godean, Kabupaten Sleman belum pernah dianalisis karakteristik butir soalnya sehingga belum di ketahui tingkat kesukaran dan tingkat daya beda butir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesukaran dan daya beda soal ulangan tertulis akhir semester gasal mata pelajaran penjasorkes SMP Negeri 2 Godean pada tahun ajaran 2014/2015.
Penelitian ini merupakan penelitian ex post facto dengan teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Godean yang berjumlah 121 siswa. Instrumen penelitian ini adalah dokumentasi paket soal dan kunci jawaban soal ulangan akhir semester gasal SMP N 2 Godean, Sleman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Tingkat kesukaran ulangan tertulis akhir semester gasal mata pelajaran penjasorkes SMP Negeri 2 Godean
pada tahun ajaran 2014/2015 berada pada kategori “mudah” sebesar 48% (24 butir), “sedang” sebesar 40% (20 butir), “sukar” sebesar 12% (6 butir). 2) Daya beda ulangan tertulis akhir semester gasal mata pelajaran penjasorkes SMP Negeri
2 Godean pada tahun ajaran 2014/2015 berada pada kategori “jelek” sebesar 58% (29 butir), “cukup” sebesar 42% (21 butir), “baik” sebesar 0% (0 butir), dan “baik sekali” sebesar 0% (0 butir). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa soal ulangan akhir semester gasal SMP N 2 Godean, Sleman untuk kategori tingkat kesukaran tergolong soal yang mudah dan untuk kategori daya beda tergolong soal yang jelek.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah S.W.T, karena atas kasih dan
rahmat-Nya sehingga penyusunan tugas akhir skripsi dengan judul “Analisis Butir Soal Tes Ulangan Akhir Semester Gasal Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan SMP Negeri 2 Godean, Kabupaten Sleman “ dapat diselesaikan dengan lancar.
Selesainya penyusunan tugas akhir skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih
sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd. MA., Rektor Universitas Negeri
Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk belajar
di Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Wawan S. Suherman, M. Ed., Dekan Fakultas Ilmu
Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin
penelitian.
3. Bapak Amat Komari, M.Si., Ketua Jurusan POR, Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan ijin penelitian.
4. Dr. Guntur, M.Pd., Pembimbing Skripsi, yang telah dengan ikhlas
memberikan ilmu, tenaga, dan dan waktunya untuk selalu memberikan yang
terbaik dalam menyelesaikan skripsi ini
5. Bapak Drs. Suhadi, M.Pd., Penasehat Akademik yang telah dengan ikhlas
ix
6. Kepala Sekolah dan Guru SMP Negeri 2 Godean yang telah memberikan ijin
dan membantu penelitian.
7. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih sangat jauh dari sempurna,
baik penyusunannya maupun penyajiannya disebabkan oleh keterbatasan
pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Semoga tugas akhir ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Yogyakarta, Juni 2015
xi
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ... 47
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 47
C. Populasi Dan Sempel ... 48
D. Teknik Pengumpulan Data ... 48
E. Definisi Oprasional Variabel Penelitian ... 49
F. Instrumen Penelitian ... 49
G. Validitas Penelitian ... 50
H. Teknik Analisis Data ... 50
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 52
1. Deskripsi Tempat dan Waktu Penelitian ... 52
2. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 52
B. Pembahasan ... 55
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 59
B. Implikasi Hasil Penelitian ... 59
C. Keterbatasan Hasil Penelitian ... 60
D. Saran-saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 61
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Patokan untuk menentukan Daya Beda ... 37
Tabel 2. Tingkat Kesukaran Butir.. ... 51
Tabel 3. Katagori Daya Beda Butir.. ... 51
Tabel 4. Tingkat kesukaran Butir Ulangan Tertulis Akhir Semester Gasal Mata Pelajaran Penjasorkes SMP Negeri 2 Godean.. ... 53
Tabel 5. Daya Beda Butir Ulangan Tertulis Akhir Semester Gasal
Mata Pelajaran Penjasorkes SMP Negeri 2 Godean ... 54
Tabel 6. Tingkat Kesukaran Butir Ulangan Tertulis Akhir Semester
Gasal Mata Pelajaran Penjasorkes SMP Negeri 2 Godean ... 56
Tabel 7. Daya Beda Butir Ulangan Tertulis Akhir Semester Gasal
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Diagram Pie Tingkat Kesukaran Butir Ulangan Tertulis Akhir Semester Gasal Mata Pelajaran Penjasorkes
SMP Negeri 2 Godean ... 53
Gambar 2. Diagram Pie Daya Beda Butir Ulangan Tertulis Akhir Semester Gasal Mata Pelajaran Penjasorkes
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 63
Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 66
Lampiran 3. Surat Kerelaan ... 67
Lampiran 4. Data Penelitian ... 68
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas
manusia Indonesia seutuhnya melalui olah hati, olah pikir, olah rasa dan olah
raga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global.
Peningkatan mutu pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang
sesuai dengan tuntutan kebutuhan berbasis potensi sumber daya alam
Indonesia.
Keberhasilan pendidikan di Indonesia menjadi tanggung jawab bersama
antara sekolah, pemerintah dan masyarakat. Keberhasilan pendidikan itu
sendiri dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai peserta didik yang
diperoleh melalui kegiatan evaluasi. Evaluasi akan memberikan informasi
tingkat pencapaian belajar peserta didik, dan bila dianalisis lebih rinci akan
diperoleh informasi tentang kesulitan belajar peserta didik, yaitu
konsep-konsep yang belum dikuasai oleh sebagian besar peserta didik. Informasi ini
yang harus digunakan pendidik untuk memperbaiki proses belajar mengajar
yang nantinya dapat memperbaiki kualitas lulusan. Evaluasi memerlukan data
yang akurat, yaitu data yang diperoleh melalui kegiatan pengukuran. Data
yang akurat diperoleh apabila alat ukur yang digunakan sahih dan handal.
Syarat yang tidak terpenuhi dapat menimbulkan kesalahan pengukuran
2
Kesalahan dalam evaluasi dapat juga menyebabkan penurunan kualitas
pendidikan di Indonesia.
Evaluasi yang dilaksanakan oleh pendidik menurut Ngalim Purwanto
(2010:26) dapat digolongkan menjadi dua, yaitu formatif dan sumatif.
Informasi yang didapatkan dari penilaian formatif digunakan untuk
menyesuaikan proses mengajar dan proses pembelajaran dengan kebutuhan
peserta didik. Guru dapat menggunakan informasi dari penilaian formatif
untuk mengambil tindakan yang dianggap perlu seperti reteaching, mencoba
pendekatan alternatif terhadap peserta didik, atau menawarkan cara-cara lain
untuk praktek apabila guru mengetahui bila peserta didik mendapatkan
kesulitan. Evaluasi formatif bertujuan untuk memperbaiki cara atau strategi
mengajar, sehingga hasilnya tidak digunakan untuk menentukan nilai peserta
didik sedangkan evaluasi sumatif bertujuan untuk menentukan keberhasilan
belajar peserta didik, sehingga hasilnya berupa nilai yang diperoleh peserta
didik.
Pelaksanaan evaluasi sumatif di SMP dilaksanakan dua kali yaitu pada
akhir semester satu dan pada akhir semester dua. Tes sumatif pada akhir
semester di SMP, yang pada saat ini disebut uji kompetensi. Ulangan akhir
semester merupakan suatu bentuk assesment kepada peserta didik yang
digunakan oleh institusi pendidikan di setiap jenjang pendidikan. Ulangan
akhir semester mempunyai fungsi untuk memberi gambaran tentang tingkat
penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran selama satu tahun
3
dijadikan bahan pengambilan keputusan untuk promosi kelas. Selain itu,
ulangan akhir semester yang dilaksanakan secara bersama-sama oleh
SMP-SMP di suatu daerah dapat juga digunakan untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan proses pembelajaran di suatu sekolah apabila dibandingkan
dengan sekolah yang lain. Melihat dari tujuan dan manfaat maka ulangan
akhir semester perlu dilaksanakan secara rutin setiap tahunnya oleh institusi
pendidikan pada setiap jenjang pendidikan.
Pelaksanaan Ulangan akhir semester mata pelajaran penjasorkes SMP
di Propinsi DIY berbeda di kota dan setiap kabupaten. Observasi awal di
lapangan menunjukkan bahwa Ulangan akhir semester gasal mata pelajaran
penjasorkes SMP pada tahun ajaran 2014/2015 dilaksanakan oleh sekolah
dengan pembuat soal adalah Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS).
Penyusun soal Ulangan akhir semester gasal mata pelajaran penjasorkes SMP
pada tahun ajaran 2014/2015 adalah Musyawarah Kerja Kepala Sekolah
(MKKS). Soal yang digunakan dalam Ulangan akhir semester akan berbeda
apabila penyusun soal adalah guru mata pelajaran di sekolah masing-masing
sehingga daya serap, tingkat kesukaran, daya beda butir akan berbeda.
Soal ulangan akhir semester biasanya menggunakan pilihan berganda,
essay, soal menjodohkan dan mengarang. Oleh karena itu perlu melaukan
analisis mengenai soal apa yang terbaik digunakan sehingga mampu untuk
mengukur kemampuan peserta didik dalam waktu yang tidak lama dan
menghemat dana dalam pelaksanaannya. Hasil suatu pengukuran atau
4
ini berkaitan dengan kehandalan alat ukur. Kesalahan pengukuran ada yang
bersifat acak dan ada yang sistematik. Kesalahan acak disebabkan oleh
kondisi fisik dan mental peserta tes dan penyusun tes maupun pengawas yang
bervariasi. Pengawas Ulangan akhir semester biasanya masih belum terlalu
memperhatikan hal ini. Para pengawas sering kali berjalan berkeliling untuk
melihat hasil kerja peserta didik dalam mengawasi Ulangan akhir semester,
mengumumkan bahwa waktu Ulangan sudah hampir habis dan sebagainya.
Mereka tidak mengetahui bahwa apa yang mereka lakukan menambah
kecemasan peserta tes dalam mengerjakan Ulangan sehingga dapat
menyebabkan hasil Ulangan tidak menunjukkan kemampuan yang
sebenarnya.
Menurut Djemari Mardapi (2012 : 31) tujuan evalusai adalah sebagai berikut:
1) Untuk menentukan apakah suatu program mencapai tujun.
2) Untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam proses
pembelajaran.
3) Untuk menentuakan apakah rogram sudah tepat.
4) Untuuk mengetahui besarnya rasio cost/benefid program.
5) Untuk menentukan siapa yang harus berpartisipasi pada program pembelajaran mendatang.
6) Untuk mengidentifikasi siapa yang memperoleh manfaat secara maksimun dan minimum
7) Untuk menentukan apakah program sudah tepat.
Kenyataan di lapangan juga menunjukkan bahwa sekolah maupun
Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) belum melakukan analisis
terhadap butir-butir tes yang digunakan dalam Ulangan akhir semester SMP.
Hal ini dapat menyebabkan informasi yang didapatkan dari hasil tes tidak
5
instrumen ukur yang tidak reliabel atau tidak valid akan memberikan
informasi yang tidak akurat mengenai keadaan subjek atau individu yang
dikenai tes itu. Informasi yang keliru apabila digunakan sebagai dasar
pertimbangan dalam pengambilan suatu keputusan maka tidak akan
menunjukkan keputusan yang tepat. Pernyataan di atas menunjukkan
pentingnya validitas dan variabilitas suatu alat ukur tes, dari tes yang tidak
valid dan tidak reliabel akan di dapatkan informasi yang salah sehingga
apabila informasi itu secara tidak langsung digunakan sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan maka akan banyak pihak yang dirugikan.
Ulangan akhir semester membutuhkan dana yang besar untuk
pembiayaan pelaksanaannya. Dana digunakan untuk pembuatan butir soal
oleh guru-guru terpilih, penggandaan paket soal selain itu sekolah harus
mengeluarkan dana untuk membeli soal dari Musyawarah Kerja Kepala
Sekolah (MKKS). Standar Penilaian Pendidikan sebagai proses pengumpulan
dan pengolahan informasi untuk mengatur pencapaian hasil belajar peserta
didik mencakup: Penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis
portofolio, Ulangan harian, Ulangan tengah semester, uUlangan akhir
semester, Ulangan tingkat kompetensi, Ulangan mutu tingkat kompetensi
Ulangan nasional dan Ulangan sekolah/madrasah.
Penggunaan soal-soal pilihan berganda dalam Ulangan akan
memberikan efisiensi dalam pelaksanaan ulangan karena dapat menghemat
waktu bagi peserta didik untuk mengerjakan soal, mencakup materi pelajaran
6
Pengawas juga perlu memperhatikan faktor kecermatan, yaitu dalam
mengawasi Ulangan sehingga kecurangan dapat ditiadakan dan hal-hal yang
mengganggu peserta didik dalam mengerjakan soal dapat diminimalisir.
Panitia Ulangan juga perlu untuk memperhatikan masalah ketepatan waktu
dalam beberapa hal, yaitu ketepatan waktu dalam pengerjaan soal oleh peserta
didik, ketepatan waktu untuk datang bagi panitia dan peserta Ulangan serta
ketepatan waktu dalam memberikan nilai pada peserta didik sebelum rapot
dibagikan. Faktor ekonomi juga perlu diperhatikan, yaitu besarnya dana yang
dikeluarkan untuk pelaksanaan Ulangan benar-benar sudah digunakan
sebagaimana mestinya. Hasil Ulangan akhir semester harus dapat digunakan
sebagai perbaikan kegiatan pembelajaran di sekolah sehingga aspek
produktifitas dapat tercapai. Jadi hasil analisis akan menunjukkan komponen
sistem Ulangan akhir semester, mana yang belum berfungsi sebagaimana
mestinya sehingga dapat dilakukan perbaikan pada sistem Ulangan akhir
semester tersebut. Ngalim Purwanto (2010: 19) mengatakan bahwa suatu
evaluasi harus berkaitan erat dengan kurikulum sekolah karena ia merupakan
bagian yang integral dengan pembimbingan pengalaman-pengalaman belajar
siswa untuk mencapai tujuan kurikulum. Dengan kata lain, tercapai tidaknya
tujuan-tujuan kurikulum itu tercermin di dalam hasil-hasil penilaian terhadap
pencapaian belajar dan perubahan tingkah laku pada murid. Dengan
demikian, evaluasi yang baik tidak hanya untuk membimbing pertumbuhan
siswa, tetapi juga bagi pembinaan dan perkembangan kurikulum serta
7
B. Identifikasi Masalah
Beberapa masalah yang dapat diidentifikasi dari uraian di atas adalah:
1. Pentingnya penyusunan soal Ulangan ulangan yang memiliki tingkat
kesukaran dalam mengukur kemajuan kognitif dalam penjas orekes.
2. Soal Ulangan tertulis akhir semester gasal mata pelajaran penjasorkes di
SMP Negeri 2 Godean Kabupaten Sleman, belum pernah dianalisis
karakteristik butir soalnya sehingga belum di ketahui tingkat kesukaran
dan tingkat daya beda butir.
3. Tingkat kesukaran pengukuran pada instrumen tes di SMP belum
diketahui.
C. Pembatasan Masalah
Masalah yang diidentifikasi terlalu luas untuk diteliti, sedangkan
penyiapan soal untuk kegiatan evaluasi merupakan tahapan yang sangat
penting. Oleh karena itu masalah dalam penelitian ini dibatasi pada
permasalahan analisis butir soal Ulangan akhir semester gasal mata pelajaran
penjasorkes SMP Negeri 2 Godean Kabupaten Sleman tahun ajaran
2014/2015.
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah tingkat kesukaran soal Ulangan tertulis akhir semester
gasal mata pelajaran penjasorkes SMP Negeri 2 Godean Kabupaten
8
2. Bagaimanakah tingkat daya beda soal Ulangan tertulis akhir semester
gasal mata pelajaran penjasorkes tahun 2014/2015 di SMP Negeri 2
Godean Kabupaten Sleman?
E. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui tingkat kesukaran Ulangan tertulis akhir semester gasal mata
pelajaran penjasorkes SMP Negeri 2 Godean Kabupaten Sleman pada
tahun ajaran 2014/2015
2. Mengetahui tingkat daya beda Ulangan tertulis akhir semester gasal mata
pelajaran penjasorkes tahun 2014/2015 di SMP Negeri 2 Godean
Kabupaten Sleman
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi pengembang
pendidikan untuk mengembangkan suatu teori mengenai analisis tingkat
9
2. Manfaat praktis
a. Guru memperoleh informasi mengenai tingkat kesukaran, daya
beda butir soal jawaban Ulangan tertulis akhir semester gasal mata
pelajaran penjasorkes di SMP Negeri 2 Godean Kabupaten Sleman
sehingga dapat digunakan untuk perbaikan dimasa yang akan
datang.
b. Peserta didik diharapkan dapat meningkatkan belajarnya setelah
mengetahui tingkat kesukaran dan tingkat daya beda butir. Guru
dapat memperbaiki kualitas soal Ulangan tertulis akhir semester
gasal mata pelajaran penjasorkes setelah mengetahui tingkat
kesukaran dan daya beda.
c. Mahasiswa dapat memperluas khasanah ilmu pengetahuan pada
umumnya, serta dapat digunakan referensi bagi mahasiswa yang
menekuni bidang pendidikan.
d. Sumbangan empiris bagi SMP Negeri 2 Godean Kabupaten Sleman
untuk melakukan perbaikan dalam pelaksanaan Ulangan tertulis
akhir semester gasal mata pelajaran penjasorkes pada tahun-tahun
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Evaluasi Hasil Belajar a. Pengertian Evaluasi
Evaluasi berasal dari kata evaluation (bahasa Inggris). Kata
tersebut diserap ke dalam perbendaharaan istilah bahasa Indonesia
dengan tujuan mempertahankan kata aslinya dengan sedikit
penyesuaian lafal Indonesia menjadi “evaluasi”. Suharsimi Arikunto
(2013: 1), menjelaskan bahwa pengertian evaluasi adalah kegiatan
untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang
selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif
yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan.
Penilaian menurut Zainul & Nasoetion (1994: 7) adalah suatu
proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi
yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang
menggunakan instrumen tes maupun non-tes. Djemari Mardapi
(2008:8) menjelaskan bahwa secara singkat penilaian dapat
didefinisikan sebagai proses mengumpulkan informasi untuk
mengetahui pencapaian belajar peserta didik.
Penilaian atau assessment sering diartikan kegiatan yang sama
dengan evaluasi oleh sebagian para ahli pendidikan di Indonesia, hal ini
sama-11
sama dilakukan dengan membandingkan terhadap kriteria. Beberapa
ahli lain ada juga yang mengatakan bahwa penilaian dan evaluasi
adalah kegiatan yang berbeda. Pendapat ini didasarkan pada
pemanfaatan hasil kegiatan tersebut, apabila pemanfaatan hasil itu
digunakan untuk pengambilan keputusan pada tingkat mikro maka
disebut penilaian sedangkan apabila digunakan untuk mengambil
kebijakan pada sekelompok orang atau program maka disebut evaluasi.
Evaluator terlebih dahulu melakukan pengukuran sebelum
melakukan evaluasi atau penilaian. Kemudian Suharsimi Arikunto
(2013: 3) menjelaskan bahwa mengukur adalah membandingkan
sesuatu dengan satu ukuran dimana pengukuran itu bersifat kuantitatif.
Senada dengan para ahli yang lain, Djemari Mardapi (2008:02)
mengatakan bahwa pengukuran pada dasarnya merupakan kegiatan
penentuan angka bagi suatu objek secara sistematik. Penentuan angka
ini merupakan usaha untuk menggambarkan karakteristik suatu objek.
Kemampuan seseorang dalam bidang tertentu dinyatakan dengan angka.
Pengukuran yang dilakukan untuk menentukan karakteristik individu
sedapat mungkin mengandung kesalahan yang kecil.
Pengertian-pengertian tentang pengukuran yang dijelaskan oleh
para pakar pengukuran di atas memberikan penegasan bahwa dalam
memberikan nilai atau angka kepada subjek atau objek pengukuran
harus mengikuti aturan dan tidak bisa dilakukan dengan asal-asalan.
12
kejadian harus memperhatikan kaidah-kaidah tertentu agar angka yang
diberikan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Semakin jauh yang
melakukan pengukuran meninggalkan aturan-aturan pengukuran maka
semakin besar kesalahan yang terjadi.
Pengukuran dapat dilakukan melalui tes dan non tes. Ulangan
bagi peserta didik merupakan proses kuantifikasi prestasi belajar
peserta didik dalam kelompok mata pelajaran tertentu yang dilakukan
melalui tes. Mengetahui minat dan bakat seseorang merupakan
kuantifikasi suatu objek yang dilakukan tidak melalui tes.
Anas Sudijono (2013: 67), berpendapat bahwa tes adalah cara
(yang dapat digunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam
rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk
pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa
pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah (yang harus
dikerjakan) oleh testee, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari
hasil pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan
tingkah laku atau prestasi testee; nilai mana dapat dibandingkan dengan
nilai-nilai yang dicapai oleh testee lainnya, atau dibandingkan dengan
nilai standar tertentu. Ulangan akhir semester adalah salah satu jenis
dari kegiatan tes, dan kegunaan yang utama adalah untuk mengambil
keputusan tentang orang yang diuji, misalnya untuk keperluan
13
Kesimpulan dari beberapa pendapat para ahli pendidikan yaitu
bahwa tes merupakan bagian dari pengukuran, sedangkan pengukuran
merupakan bagian dari evaluasi atau penilaian. Hal ini sesuai dengan
apa yang dikatakan oleh Djemari Mardapi (2008:8-9) bahwa evaluasi
adalah judgement terhadap nilai atau implikasi dari hasil pengukuran.
Pengukuran membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria,
asesmen menjelaskan dan menafsirkan hasil pengukuran, sedang
evaluasi adalah penetapan nilai atau implikasi suatu perilaku. Bisa
perilaku individu atau lembaga. Sifat yang hirarkis ini menunjukkan
bahwa setiap kegiatan evaluasi melibatkan pengukuran dan asesmen.
Evaluasi hasil belajar merupakan suatu proses pencarian informasi
melalui pengukuran yang sistematik sehingga hasilnya dapat digunakan
untuk: (1) mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didik, (2)
mengetahui ketepatan metode mengajar yang digunakan guru, (3)
mengetahui keberhasilan peserta didik dalam meraih tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan, (4) bahan pertimbangan bagi guru
sehingga mereka dapat mengambil keputusan secara tepat, langkah apa
yang harus dilakukan selanjutnya, dan (5) umpan balik bagi peserta
didik agar mereka termotivasi untuk berprestasi lebih baik.
b. Hasil Belajar
Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan
14
perolehan yang menjadi hasil belajar. Hasil belajar adalah perubahan
yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya
(Winkel, 1999:51). Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi
tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan
Harrow mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (Winkel,
1999:244). Setiap mata pelajaran selalu mengandung ketiga ranah
tersebut, namun penekanannya selalu berbeda mata ajar praktek lebih
menekankan pada ranah psikomotor, sedangkan mata ajar pemahaman
konsep menekankan pada ranah kognitif. Namun kedua ranah tersebut
mengandung ranah afektif.
Menurut Simpson dalam Winkel, (1999:249-250) yang
mengklasifikasikan hasil belajar psikomotorik menjadi enam : persepsi,
kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks dan
kreatifitas.
Taksonomi hasil belajar afektif di kemukakan oleh Krathwohl
dalam Winkel, (1999 : 247), membagi hasil belajar afektif menjadi lima
tingkat yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi, internalisasi.
Bloom dalam Winkel, (1999 : 245-247) membagi dan menyusun
secara hirarkis mulai dari yang paling rendah dan sederhana yaitu
hafalan sampai yang paling tinggi dan kompleks yaitu evaluasi.
Pendidikan merupakan usaha yang disengaja dengan tujuan agar
peserta didik mengalami perkembangan melalui proses pembelajaran.
15
diantaranya yaitu peserta didik, materi, media belajar, guru, lingkungan,
dan lain-lain. Faktor dari pihak guru yang turut mempengaruhi
keberhasilan dalam proses pembelajaran antara lain : kemampuan
menguasai bahan pelajaran, kemampuan mengelola kelas, kemampuan
menggunakan media dan sumber belajar, serta memiliki sifat positif
terhadap kemampuan menyusun tes dan melaksanakan pengukuran
guna mengevaluasi hasil belajar peserta didik
Hasil belajar perlu di evaluasi. Evaluasi dimaksudkan sebagai
cermin untuk melihat kembali apakah tujuan yang ditetapkan telah
tercapai dan apakah proses pembelajaran sudah efektif. Tes,
pengukuran, penilaian dan evaluasi (Ngatman 2011:4) merupakan
empat istilah yang sering dipergunakan dalam kegiatan proses
pembelajaran dan memiliki saling keterkaitan satu dengan yang lain.
Dalam pelaksanaannya, evaluasi dapat mempergunakan pengukuran
dan non pengukuran. Alat ukur yang bisa di pergunakan dalam kegiatan
evaluasi antara lain adalah tes. Selain tes, kegiatan evaluasi dapat
mempergunakan alat non pengukuran, seperti : pengamatan,
wawancara, atau angket. Dengan demikian, tes merupakan salah satu
bagian dari pengukuran, pengukuran dan penilaian merupakan bagian
dari evaluasi.
Tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang
perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian dibidang
16
Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui
atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan
yang sudah di tentukan.
Menurut Suharsimi Arikunto (2013: 3) Pengukuran adalah
membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran yang bersifat
kuantitatif. Dengan kata lain guru harus menggunakan alat ukur (tes
atau non tes). Alat ukur tersebut harus standar, yaitu memiliki derajat
validitas dan reliabilitas yang tinggi.
Penilaian menurut Suharsimi Arikunto (2013 : 3) dapat diartikan
sebagai mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran
baik buruk. Penilian bersifat kualitatif. Zainul, A & Nasoetion, N (1994
: 13) mengemukakan penilaian adalah suatu kegiatan untuk
memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan
menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah dicapai peserta didik.
Penilaian adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan
berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan
hasil belajar peserta didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan
berdasarkan kriteria dari pertimbangan tertentu. Kegiatan penilaian
harus dapat memberikan informasi kepada guru untuk meningkatkan
kemampuan mengajarnya dan membantu peserta didik mencapai
perkembangan belajarnya secara optimal. Implikasinya adalah kegiatan
penilaian harus digunakan sebagai cara atau teknik untuk mendidik
17
kemajuan belajar peserta didik merupakan salah satu indikator
keberhasilan dalam pembelajaran.
Evaluasi menurut Suharsimi Arikunto (2013 : 3) mengemukakan
bahwa evaluasi meliputi kedua langkah di atas, yakni mengukur dan
menilai. Melalui evaluasi akan dapat di ketahui tentang hasil belakar
mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa. Dengan demikian hasil
belajar siswa dapat dipantau secara kontinyu, sehingga dapat diketahui
materi mana yang telah dikuasai siswa dan materi mana yang belum
dikuasai.
Ulangan akhir semester SMP pada hakikatnya merupakan
evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan oleh pendidik. Hal-hal yang
berkaitan dengan evaluasi belajar, seperti: pengertian, fungsi dan
tujuan, teknik dan alat evaluasi, jenis tes prestasi hasil belajar, analisis
tes prestasi hasil belajar dan penyusunan soal ulangan, akan diuraikan
sebagai berikut.
2. Tujuan, Fungsi, dan Manfaat Evaluasi
a. Tujuan Evaluasi.
Anas Sudijono (2013: 16) menyatakan bahwa secara umum tujuan
evaluasi belajar adalah untuk: 1) menghimpun bahan-bahan keterangan yang
akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf
kemajuan yang dialami oleh para peserta didik, setelah mereka mengikuti
18
tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran yang telah dipergunakan
dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu. Kegiatan evaluasi
juga mempunyai tujuan khusus dalam bidang pendidikan, yaitu: 1) untuk
merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuah program pendidikan
dan 2) untuk menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan dan
ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan,
sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara
perbaikannya.
b. Fungsi Evaluasi
Anas Sudijono (2013: 17), pada bagian lain, menjelaskan bahwa
secara umum ada tiga fungsi evaluasi, yaitu untuk: 1) mengukur kemajuan,
2) menunjang penyusunan rencana, dan 3) memperbaiki atau melakukan
pemyempurnaan kembali. Adapun secara khusus, fungsi evaluasi dalam
bidang pendidikan dapat ditinjau dari tiga segi, yaitu: 1) segi psikologis, 2)
segi didaktik, dan 3) segi administratif.
Evaluasi pendidikan, bagi peserta didik secara psikologis, akan
memberikan petunjuk untuk mengenal kemampuan dan status dirinya di
antara kelompok atau kelasnya. Peserta didik akan mengetahui apakah
dirinya termasuk berkemampuan tinggi, rata-rata, atau rendah. Apabila hal
tersebut dapat dicapai maka diharapkan evaluasi pendidikan akan dapat
memberikan dorongan kepada peserta didik untuk memperbaiki,
19
Ngalim Purwanto (2010: 108) Fungsi evaluasi dapat di golongkan menjadi 4 bagian yaitu :
1) Memperbaiki proses belajar-mengajar atau memperbaiki program satuan pelajaran.
2) Menentukan angka atau hasil belajar siswa dalam tahap-tahap tertentu. 3) Menempatkan siswa dalam situasi belajar-mengajar yang tepat.
4) Membantu memecahkan kesulitan belajar siswa
c. Manfaat Evaluasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2013:13-19) menyatakan bahwa laporan
tentang hasil evaluasi pembelajaran bermanfaat bagi peserta didik sendiri,
guru yang mengajar, guru lain, petugas lain di sekolah, orang tua peserta
didik , dan pengguna lulusan. Bagi peserta didik hasil pelaporan sebagai
support baginya atas jerih payahnya yang selama ini dilakukan. Evaluasi
yang dilakukan pada saat akhir jenjang kelulusan, tidak hanya peserta didik
sendiri tetapi orang tua peserta didik , guru, bahkan guru lainpun ikut sibuk
mempersiapkan, baik secara fisik maupun mental, agar kelak anak didiknya
lulus dan mendapatkan nilai yang bagus.
Bagi guru yang mengajar, merupakan umpan balik bagi guru atas jerih
payahnya selama ini dalam proses belajar mengajar. Guru akan selalu
mencatat perkembangan nilai anak dilingkungan peserta didik. Dengan
catatan itulah guru akan mengetahui perkembangan peserta didik di posisi
pelajaran mana yang sudah, kurang, dan belum dikuasainya. Daftar nilai
20
sudah dilaporkan dalam rapot atau STTB merupakan hal yang bersikap
terbuka dan tetap.
Bagi guru lain, terkadang guru dipindahkan ke sekolah lain dan
digantikan oleh guru pengganti, atau peserta didik karena suatu hal
berpindah ke sekolah lain atas permintaan pribadi atau orang tua berpindah
ke tempat/kota lain hal ini akan sangat bermanfaat bagi guru pengganti
untuk mengetahui di posisi mana peserta didik tersebut berada. Kadang
standar ,masing-masing guru berbeda-beda dalam memberikan nilai, tetapi
dengan berjalannya waktu, guru pengganti/guru lain akan mengetahui
dengan cepat berdasarkan laporan nilai sebelumnya. Petugas lain di sekolah,
misalnya; kepala sekolah/wali kelas/guru bimbingan dan konseling (BP),
laporan hasil evaluasi akan sangat bermanfaat. Bagi kepala sekolah
dapatdigunakan sebagai pengambilan keputusan, sebagai bahan untuk
supervisi guru, dan laporan ke atasan. Sedangkan bagi wali kelas dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan apakah peserta didik perlu
dibantu/tidak, memotivasi belajar, memotivasi untuk meningkatkan bakat,
minat, serta prestasi peserta didik .
Manfaat bagi orang tua peserta didik adalah sebagai umpan balik
penyandang dana atau penanam investasi. Selain itu, orang tua akan
mengetahui keadaan yang sesungguhnya keadaan putra-putrinya atas kerja
21
2. Hakikat Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani dan kesehatan merupakan bagian dari proses
pendidikan secara keseluruhan. Tujuan umum pendidikan jasmani juga
selaras dengan tujuan umum pendidikan. Didalam pelaksanaanya
pendidikan jasmani akan melibatkan pengaktualisasian potensi-potensi
manusia untuk menuju kebulatan kepribadian dalam sikap tindak dan
karya dalam bentuk isi dan arah yang dikemas melalui pembinaan dan
penembangan, sehingga terwujudnya peningkatan kualitas SDM di
Indonesia seutuhnya.
Batasan-batasan mengenai definisi pendidikan jasmani banyak
dikemukakan oleh para ahli antara lain sebagai berikut : Toho Cholik M.
dan Rusli Lutan (1997:1) mendefinisikan pendidikan jasmani sebagai
bagian ssuatu proses pendidikan yang ditujukan untuk mencapai tujuan
pendidikan melalui gerakan fisik.
3. Karakteristik anak usia SMP (Sekolah Menengah Pertama) a. Perkembangan Dalam Sikap Kognitif
Untuk membahas perkembangan kognitif (berpikir) pada anak saat
berada di sekolah menengah pertama (SMP), dikemukakan pandangan
dari piaget, Vigotsky, dan para ahli psikologi pemrosesan informasi
(information-processing theory).
Arajoo T.V (1986), menyatakan bahwa aspek kognitif meliputi
22
berpikir. Untuk siswa SMP, perkembangan kognitif utama yang dialami
adalah formal operasional, yang mampu berpikir abstrak dengan
menggunakan symbol-simbol tertentu atau mengoperasikan
kaidah-kaidah logika formal yang tidak terikat lagi oleh objek-objek yang
bersifat konkrit, seperti peningkatan kemampuan analisis, kemampuan
mengembangkan suatu kemungkinan berdasarkan dua atau lebih
kemungkinan yang ada, kemampuan menarik generalisasi dan
inferensasi dari berbagai kategori objek yang beragam. Selain itu, ada
peningkatan fungsi intelektual, kapabilitas memori dalam bahasa dan
perkembangan konseptual. Dengan kata lain, bahasa merupakan salah
satu alat vital untuk kegiatan kognitif.
b. Perkembangan Dalam Sikap emosional
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan
emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama organ seksual
mempengaruhi perkembangan emosi dan dorongan baru yang di alami
sebelumnya seperti perasaan cinta. Pada usia remaja awal,
perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitive dan reaktif
yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa, emosinya bersifat
negative dan temperamental. Sedangkan remaja akhir sudah mampu
mengendalikan emosinya. Mencapai kematangan emosional merupakan
23
sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya,
24
B. Teknik dan Alat Evaluasi
1. Tenik Evaluasi
Teknik evaluasi umumnya dapat dibedakan menjadi dua golongan,
yaitu teknik tes dan teknik non-tes. Menurut Djemari Mardapi (2008:67)
tes adalah sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban yang benar dan
salah. Kemudian tes juga diartikan sebagai sejumlah pertanyaan yang
membutuhkan jawaban, atau sejumlah pernyataan yang harus diberikan
tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat kemampuan seseorang atau
mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes. Tes pada
umumnya digunakan untuk mengevaluasi kemampuan peserta didik,
berupa hasil belajar yang mencakup pengetahuan dan keterampilan, bakat
umum (intelegensi), dan bakat-bakat khusus Teknik non-tes umumnya
digunakan untuk mengevaluasi sifat-sifat peserta didik selain yang
disebutkan di atas, misalnya yang berkaitan dengan sikap dan kepribadian.
Pendidik, dalam melaksanakan penilaian, memerlukan teknik-teknik
penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai. PP Nomor 19
Tahun 2005 pasal 64 ayat (4) menjelaskan bahwa kelompok mata
pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi diukur melalui ulangan,
penugasan, dan/atau bentuk yang sesuai dengan karakteristik materi yang
dinilai. Kemudian ayat (5) menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar
kelompok mata pelajaran estetika dilakukan melalui pengamatan terhadap
perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan ekspresi
25
penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan
kesehatan dilakukan melalui: (a) pengamatan terhadap perubahan perilaku
dan sikap untuk menilai perkembangan psikomotorik dan afeksi peserta
didik; dan (b) ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif
peserta didik.
Pasal 22 ayat (2) PP Nomor 19 Tahun 2005 menjelaskan beberapa
teknik penilaian hasil belajar yang dapat dipakai, yaitu dapat berupa tes
tertulis, observasi, tes praktik, dan penugasan perseorangan atau
kelompok. Tes tertulis menurut Badrun Kartowagiran (2006: 5) adalah
teknik penilaian yang menuntut jawaban secara tertulis, baik berupa
pilihan atau isian. Tes yang jawabannya berupa pilihan meliputi pilihan
ganda, benar-salah, menjodohkan, dan lain lain. Adapun tes yang
jawabannya berupa isian berbentuk isian singkat dan uraian. Sedangkan
penugasan menurut Badrun Kartowagiran (2006: 6) adalah suatu teknik
penilaian yang menuntut peserta didik menyelesaikannya di luar kegiatan
pembelajaran di kelas/laboratorium. Misalnya dengan membuat jurnal,
portofolio, penilaian diri dan lainnya.
Ulangan akhir semester SMP selama ini selalu menggunakan tes
yang berbentuk pilihan berganda dan soal uraian, hal ini sesuai dengan apa
yang Djemari Mardapi (2008: 87) mengakatakan bahwa bentuk soal yang
dipakai dalam ulangan semester dapat berupa pilihan ganda, campuran
26
diujikan berdasar kisi-kisi soal. Tingkat berpikir yang terlibat mulai dari
pemahaman sampai evaluasi
2. Alat Evaluasi
Alat evaluasi yang digunakan dalam mengevaluasi hasil belajar siswa
adalah tes.
a. Jenis – jenis tes
1) Tes lisan
Pertanyaan lisan dapat digunakan untuk mengetahui taraf serap
peserta didik untuk mengetahui masalah yang berkaitan dengan
kognitif. Dalam melakukan pertanyaan di kelas prinsipnya
adalah: mengajukan pertanyaan, memberi waktu berpikir,
kemudian menunjuk peserta untuk menjawab pertanyaan. Baik
benar atau salah jawaban peserta didik, jawaban tersebut
ditawarkan lagi ke kelas untuk mengaktifkan kelas.
2) Bentuk benar salah
Tes benar salah adalah bentuk tes yang terdiri atas sejumlah
pernyataan yang bernilai benar dan salah. Tugas testee adalah
menentukan pernyataan-pernyataan tersebut benar atau salah.
Biasanya testee diminta untuk memilih huruf B atau S yang telah
disiapkan. Memilih B jika pernyataan benar dan memilih S jika
ia menganggap pernyataannya salah.
27
Tes bentuk pilihan berganda adalah tes yang jawabannya dapat
diperoleh dengan memilih alternatif jawaban yang telah
disediakan. Dalam tes pilihan berganda ini, bentuk tes terdiri
atas: pernyataan (pokok soal), alternative jawaban yang
mencakup kunci jawaban dan pengecoh. Pernyataan (pokok soal)
adalah kalimat yang berisi keterangan atau pemberitahuan
tentang suatu materi tertentu yang belum lengkap dan harus
dilengkapi dengan memilih alternatif jawaban yang tersedia.
Kunci jawaban adalah salah satu alternative jawaban yang
merupakan pilihan benar yang merupakan jawaban yang
diinginkan, sedangkan pengecoh adalah alternative yang bukan
merupakan kunci jawaban.
4) Bentuk Menjodohkan
Soal bentuk menjodohkan atau memasangkan terdiri dari suatu
premis, suatu daftar kemungkinan jawaban dan suatu petunjuk
untuk menjodohkan masing-masing premis itu dengan satu
kemungkinan jawaban. Biasanya nama, tanggal/tahun, istilah,
frase, pernyataan, bagian dari diagram, dan yang sejenisnya
digunakan sebagai premis.
5) Bentuk Isian singkat/melengkapi
Bentuk isian singkat ditandai dengan adanya tempat kosong yang
28
sesuai dengan petunjuk. Ada tiga jenis soal bentuk ini, yaitu:
jenis pertanyaan, jenis melengkapi atau isian, dan jenis
identifikasi atau asosiasi.
6) Uraian/essay
Bentuk tes ini menuntut kemampuan peserta didik untuk
menyampaikan, memilih, menyusun dan memadukan gagasan
atau ide yang telah dimilikinya dengan menggunakan kata-kata
sendiri.
b. Prosedur penyusunan alat Evaluasi
Salah satu kemampuan yang dimiliki oleh setiap guru ialah
kemampuan merencanakan dan melaksanakan evaluasi hasil belajar
dengan baik termasuk kemampuan menyusun tes.
Kisi-kisi merupakan hal yang sangat penting dalam
penyusunan soal Ulangan. Kisi-kisi merupakan format atau matriks
yang memuat informasi yang dapat dijadikan pedoman untuk
menulis atau merakit soal menjadi tes. Penulis soal bila menyusun
kisi-kisi soal akan dapat menghasilkan soal-soal yang sesuai dengan
tujuan tes dan perakit tes dapat menyusun perangkat tes dengan
mudah. Oleh karena itu, kisi-kisi harus disiapkan sebaik mungkin
dan dikerjakan oleh orang yang betul-betul ahli di bidang
pengukuran dan mata pengukuran dan mata pelajaran yang diujikan.
Kisi-kisi yang baik mendorong penulis soal yang berbeda
29
tingkat kedalaman maupun cakupan materi yang ditanyakan.
Djemari Mardapi (2004: 90) berpendapat bahwa ada empat langkah
dalam mengembangkan kisi-kisi tes, yaitu:
1) Menulis tujuan umum pelajaran;
2) membuat daftar pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang akan
diujikan;
3) menentukan indikator;
4) menentukan jumlah soal tiap pokok bahasan dan subpokok
bahasan.
Hasil tes dapat memberikan informasi yang benar mengenai
kemampuan peserta didik apabila instrumen tes yang disusun baik.
Badrun Kartowagiran (2006: 4), menjelaskan langkah-langkah yang
harus dilalui untuk dapat menyusun instrumen yang baik, adapun
langkah-langkah itu adalah: 1) menyusun kisi-kisi, 2) menulis
butir-butir pertanyaan, 3) menelaah butir-butir, 4) merevisi, 5) melakukan uji
coba, 6) menganalisis, 7) merevisi, dan 8) merakit soal.
Zainul dan Nasoetion (1994: 116) menjelaskan bahwa
penyusunan butir soal Ulangan atau soal tes menjadi suatu perangkat
tes haruslah mempertimbangkan beberapa hal yang memungkinkan
peserta tes dapat mengerahkan kemampuan terbaiknya dalam
mengerjakan tes tersebut. Untuk itu, penyusun soal tes perlu untuk
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
30
b) Butir tes disusun mulai dari pokok bahasan yang dibahas paling
awal ke pokok bahasan yang dibahas terakhir.
c) Tingkat kesukaran disusun mulai dari yang termudah meningkat
terus sampai kepada yang sukar, dalam arti bahwa butir soal yang
mudah diletakkan pada awal naskah sedangkan butir soal yang
sukar diletakkan pada akhir naskah.
d) Butir tes yang setipe hendaknya dikelompokkan dalam satu
kelompok. Jadi jangan sampai ada satu tipe tes tersebar di
beberapa kelompok. Misalnya tes pilihan ganda biasa
dicampurkan dengan pilihan ganda kompleks, dsb.
e) Tulislah petunjuk pengerjaan tes secara jelas, sehingga tidak
seorangpun perlu bertanya lagi tentang cara mengerjakan tes
tersebut atau bertanya tentang apa yang perlu dilakukan.
f) Penyusunan butir tes tersebut hendaknya diatur sedemikian rupa
sehingga tidak menimbulkan kesan mudahkan peserta tes untuk
membacanya. berdesak-desak. Setiap butir tes hendaklah diatur
sehingga me
g) Susunlah setiap butir tes sehingga item dan seluruh optionnya
terletak dalam satu halaman yang sama.
h) Wacana (passage) yang digunakan sebagai rujukan bagi suatu
atau beberapa butir tes diletakkan di atas butir tes yang
bersangkutan.
31
Bentuk soal yang digunakan dalam ulangan akhir semester
SMP Negeri 2 Godean Sleman selama ini berbentuk soal pilihan
ganda dalam mengukur aspek kognitif dalam mata pelajaran
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Pedoman untuk
pembuatan tes diperlukan agar soal pilihan berganda dan uraian yang
dibuat dapat berkualitas baik.
Penyusunan soal pilihan berganda menurut Ngalim Purwanto
(2010:42-43) perlu memperhatikan hal-hal sebgai berikut:
a) soal diberi petunjuk dalam pengerjaan dan jumlahnya sesuai
dengan tabel spesifikasi yang telah ditentukan sebelumnya.
b) Kalimat yang digunakan dalam penyusunan soal harus jelas,
menggunakan kalimat positif, dan tidak ambigu.
c) Pembuatan alternative jawaban juga harus homogen, hindarkan
jawaban yang tidak ada hubungannya dengan soal.
d) Usahakan agar soal-soal dalam tes yang disusun mencakup
berbagai aspek penalaran seperti pengetahuan hafalan, pengertian
atau pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Pelaksanaan penyusunan soal idealnya dilakukan oleh
guru-guru terpilih dan terlatih yang didampingi oleh para ahli di bidang
pengukuran. Selanjutnya soal ini ditelaah, soal yang baik kemudian
diujicoba dan soal yang buruk dibuang. Soal yang akan digunakan
untuk ulangan umum bersama masternya digandakan dan digunakan
32
b. Analisis Butir Soal
Berangkat dari fungsi tes sebagai alat ukur, maka sebuah tes
baru dapat dianggap berhasil menjalankan fungsinya jika ia mampu
memberikan informasi yang sesuai dengan keadaan sebenarnya dari
objek yang diukur. Tes yang tidak mampu memberikan informasi
yang diinginkan tidak lebih dari sampah. Oleh karena itu, sebelum
digunakan tes hasil belajar harus dianalisis terlebih dahulu sehingga
dapat memberikan hasil yang memuaskan.
Menurut Ngalim Purwanto (2010:118-120) Analisis soal tes
ialah mencari soal tes mana yang baik dan mana yang tidak baik, dan
mengapa soal itu dikatakan baik atau tidak baik. Dengan mengetahui
soal-soal yang tidak baik itu selanjutnya kita dapat mencari
kemungkinan sebab-sebab mengapa soal itu tidak baik. Dengan
membuat analisis soal, sedikitknya kita dapat mengetahui tiga hal
penting yang dapat di peroleh dari tiap soal, yaitu :
a) Sampai di mana tingkat atau taraf kesukaran soal itu (defficulty
level of an item)
b) Apakah soal itu mempunyai daya beda (discriminating power)
sehingga dapat membedakan kelompok peserta didik yang pandai
dengan kelompok peserta didik yang bodoh
c) Apakah semua alternatif jawaban (options) menarik
jawaban-jawaban, ataukah ada yang demikian tidak menarik sehingga tidak
perlu dimasukkan ke dalam soal.
Menurut Ngalim Purwanto (2010:119) untuk menghitung taraf
33
terlebih dahulu mengelompokkan hasil tes tersebut menjadi tiga
kelompok berdasarkan peringkat dari keseluruhan skir yang kita
peroleh. Ketiga kelompok yang di maksud ialah :
a) kelompok pandai atau upper group (25% dari peringkat bagian
atas)
b) kelompok kurang atau lower group (25% dari peringkat bagian
bawah)
c) kelompok sedang atau middle group (50% dari peringkat bagian
tengah).
Yang diperlukan dalam analisis soal selanjutnya ialah
kelompok pandai (upper group) dan kelompok kurang (lower group)
, sedangkat kelompok sedang (middle group) di biarkan
a) Taraf Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak
terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk
mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu
sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak
mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar
jangkauannya.
Untuk menghitung taraf kesukaran soal dari suatu tes
dipergunakan rumus :
T L U
TK
34 Keterangan :
TK : indeks TK atau tingkat/taraf kesukaran yang dicari.
U : Jumlah peserta didik yang termasuk kelompok pandai (upper group) yang menjawab benar untuk tiap soal
L : Jumlah peserta didik yang termasuk kelompok kurang (lower group) yang menjawab benar untuk tiap soal
T : Jumlah peserta didik dari kelompok pandai dan kelompok kurang (jumlah upper group dan lower group).
Untuk pilihan ganda dengan option 5, jika tingkat
kesukarannya sama atau lebih kecil dari 0,27 , dikategorikan soal
yang sukar, sedangkan jika tingkat kesukarannya sama atau lebih
besar dari 0,73 , dikategorikan soal yang mudah.
Alternatif lain untuk melihat indeks kesukaran adalah besarnya
indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran
ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran
ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran
0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks
1,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu mudah
0,00 0,1
sukar mudah
Di dalam istilah evaluasi, indeks kesukaran ini diberi simbol P
35
Sumber : Suharsimi Arikunto (2013 : 222-225)
Keterangan :
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran
sering diklarifikasikan sebagai berikut :
P : Indeks kesukaran
Dilihat dari dua sumber di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa Suharsimi Arikunto (2013 : 222-225) dapat menjadi acuan
yang dipakai oleh penulis.
b)Daya beda (discriminating power) suatu soal
Daya beda soal tes ialah bagaimana kemampuan soal itu untuk
membedakan peserta didik -peserta didik yang termasuk kelompok
pandai (upper group) dengan peserta didik -peserta didik yang
termasuk kelompok kurang (lower group). Daya pembeda suatu soal
tes dapat dihitung dengan menggunakan rumus seperti berikut :
Sumber : Ngalim Purwanto (2010 : 120-124)
Keterangan :
DP : indeks DP atau daya pembeda yang dicari
U : Jumlah peserta didik yang termasuk kelompok pandai (upper group) yang menjawab benar untuk tiap soal
1. Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar 2. Soal dengan P 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang 3. Soal dengan P 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah
36
L : Jumlah peserta didik yang termasuk kelompok kurang (lower group) yang menjawab benar untuk tiap soal
T : Jumlah peserta didik dari kelompok pandai dan kelompok kurang (jumlah upper group dan lower group)
Jika daya pembeda soal itu adalah 0 (nol) atau negatif (minus)
maka soal itu perlu direvisi/diperbaiki.
Teknik lain untuk menentukan nilai daya beda adalah dengan
menggunakan teknik korelasi phi. Anas Sudijono (2013: 391)
menuliskan rumus tentang teknik korelasi phi sebagai berikut :
adalah angka indeks diskriminasi phi yang dianggap sebagai
angka indeks diskriminasi butir. PH adalah proporsi orang yang
menjawab benar kelompok atas. PL adalah proporsi orang yang
menjawab benar kelompok bawah. p adalah proporsi seluruh peserta
tes yang menjawab betul dan q adalah 1 dikurangi p.
Alternatif lain untuk melihat indeks daya beda adalah
dibedakan antara kelompok kecil (kurang dari 100) dan kelompok
besar (100 orang ke atas).
1) Untuk Kelompok kecil
Seluruh kelompok testee dibagi dua sama besar, 50%
37
2) Untuk Kelompok besar
Mengingat biaya dan waktu untuk menganalisis, maka untuk
kelompok besar biasanya hanya diambil kedua kutubnya saja, yaitu
27% skor keatas sebagai kelompok atas (Ja) dan 27% skor terbawah
sebagai kelompok bawah (Jb).
Ja = Jumlah kelompok atas Jb = Jumlah kelompok bawah
Sumber : Suharsimi Arikunto (2013 : 227-232)
Keterangan :
J = Jumlah peserta tes
Ja = Banyaknya peserta kelompok atas Jb = Banyaknya peserta kelompok bawah
Ba= Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
Bb= Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
Pa = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (ingat, P sebagai indeks kesukaran)
Pb = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.
Suharsimi Arikunto (2013 : 232) memberikan patokan untuk
menentukan daya beda yang dapat diterima sebagai berikut :
Besarnya angka
Indeks daya beda Klasifikasi Interpretasi
38
Indeks daya beda (D) : Negatif, semua nya tidak baik. Jadi
semua butir soal yang mempunyao nilai D negatif sebaiknya di
buang saja.
Dilihat dari dua sumber di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa Ngalim Purwanto (2013 : 227-232) dijadikan acuan yang
dipakai oleh penulis
c) Validitas
Tes hasil belajar yang baik selain reliabel juga harus valid.
Sebuah tes dikatakan valid jika ia memang mengukur apa yang
seharusnya diukur. Suharsimi Arikunto (2013: 80) dalam bahasa
yang hampir sama menyatakan bahwa validitas adalah ukuran
seberapa cermat suatu tes melakukan fungsi ukurnya.
Validitas, jika dikaitkan dengan bidang psikologi, dapat
dijumpai dalam tiga konteks yaitu validitas penelitian, validitas soal
dan validitas alat ukur. Validitas penelitian merupakan derajat
kesesuaian hasil penelitian dengan keadaan sebenarnya. Validitas
soal berkaitan dengan kesesuaian antara suatu soal dengan soal lain.
Sedangkan validitas alat ukur merujuk pada kecermatan ukurnya
suatu tes (Sumadi Suryabrata, 2004: 40).
Penelitian ini membahas tentang karakteristik butir, oleh
karena itu jenis validitas yang menjadi pembahasan utama adalah
39
dapat dibagi kedalam empat kelompok utama yaitu: a. validitas isi
(content validity), b. validitas konstruk (construct validity), c.
validitas kriteria (criterion related validity), dan d.validitas prediksi
(predictive validity).
Validitas isi menunjuk pada sejauh mana isi perangkat soal
tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Suharsimi Arikunto
(2013: 82), dalam kaitannya dengan kegiatan pembelajaran, validasi
isi suatu tes harus menjawab pertanyaan “sejauh mana item test itu
mencakup keseluruhan situasi yangingin diukur oleh tes tersebut.”.
Validitas konstruk merujuk pada sejauhmana suatu tes
mengukur suatu konstruk teoretik atau trait yang hendak diukurnya
(Ngalim Purwanto, 2010: 138) konstruk dalam pengertian ini adalah
berkaitan dengan aspek-aspek psikologi seseorang khususnya aspek
kognitif, afektif dan psikomotor.
Validitas kriteria merupakan validitas yang disusun
berdasarkan kriteria yang telah ada sebelumnya. Kesahihan alat
ukur, dalam validitas kriteria, dilihat dari sejauhmana hasil
pengukuran tersebut sama dengan hasil pengukuran alat lain yang
40
C. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan sebagai bahan pendukung dalam
pelaksanaan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Djemari
Mardapi dan Toto Kuwato yang berjudul Studi Pengembangan Sistem
Ulangan Berkesinambungan Sekolah Menengah Umum pada tahun 1999.
Berkait dengan pelaksanaan sistem evaluasi hasil belajar di sekolah,
penelitian dalam jangka waktu 1994 - 1999 yang sempat dihimpun
menunjukkan kenyataan yang belum menggembirakan.
1. Penelitian Toto Kuwato dan Djemari Mardapi (1999: 116) yang
diselenggarakan di Propinsi DIY, Sumatera Barat, dan Kalimantan Barat
menunjukkan hasil sebagai berikut:
a. Sistem Ulangan yang ada selama ini belum seperti yang diharapkan.
Masih banyak guru yang belum secara rutin menyusun kisi-kisi
Ulangan, menelaah soal, menganalisis butir soal, menganalisis hasil
Ulangan umum, menginformasikan kegagalan peserta didik kepada
orang tua, dan belum sepenuhnya menidaklanjuti kegagalan peserta
didik melalui program perbaikan. Guru belum diwajibkan menyusun
kisi-kisi Ulangan, hanya baru disarankan.
b. Dalam menyiapkan pelajaran umumnya para guru hanya mencontoh
rencana pelajaran dan analisis materi pelajaran (AMP) yang disusun
oleh musyawarah guru mata pelajaran (MGMP).
c. Soal-soal Ulangan SMP belum dikalibrasi, agar dapat membandingkan
41
d. Faktor finansial menjadi kendala pengembangan bank soal di tingkat
wilayah.
e. Mutu alat tes belum baik karena tidak selalu disertai dengan
penyusunan kisi-kisi soal. Mutu soal secara kualitatif juga belum baik,
karena banyak yang belum memenuhi persyaratan baik dari aspek
materi, konstruksi dan bahasa. Hasil tes belum sepenuhnya
menggambarkan tercapainya pelaksanaan kurikulum.
f. Keterkaitan antara Ulangan harian, semester awal dan akhir semester
belum baik akibat tidak adanya kisi-kisi Ulangan.
g. Program perbaikan belum dilaksanakan secara terencana. Hanya
sekedar menyelenggarakan ulangan susulan dalam selang waktu yang
sangat pendek tanpa ada tindakan pembelajaran lagi oleh guru.
h. Kurangnya dorongan dari pihak kepala sekolah kepada guru yang telah
mengikuti pelatihan untuk menerapkan pengetahuannya di sekolah.i.
Informasi hasil Ulangan bagi pihak-pihak terkait, baik peserta
didik , orang tua peserta didik , sekolah, dan Dinas Pendidikan Propinsi
maupun Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota sendiri, belum dapat
diperoleh secara lengkap. Kalaupun ada dokumen, belum dapat
dimanfaatkan secara optimal.
2. Hasil penelitian lain yang mendukung penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan oleh Djemari Mardapi, dkk (2008: 87) yang berjudul
Survei Kegiatan Guru Dalam Melakukan Penilaian Di Kelas. Adapun
42
a. Masih ada sebagian kecil guru SD, SLTP, dan SMU yang menyatakan
tidak memiliki buku pedoman penilaian dan juga tidak tersedia di
sekolah. Sebagian besar buku pedoman penilaian yang dimiliki oleh
sekolah ataupun guru dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah.
b. Pada umumnya perencanaan Ulangan harian yang dilakukan guru
cukup baik, kecuali dalam pembuatan kisi-kisi yang masih tergolong
rendah.
c. Ulangan akhir semester di tiap daerah persiapannya bervariasi antar
wilayah, sesuai dengan pedoman kebijakan Dinas Pendidikan setempat.
Meskipun ada edaran resmi tentang larangan penyelenggaraan UAS,
beberapa sekolah berinisiatif ntuk mengkoordinasi soal Ulangan akhir
semester secara bersama-sama.
d. Penilaian yang dilakukan di kelas didasarkan pada kegiatan peserta
didik di kelas, pekerjaan rumah, Ulangan harian, Ulangan tengah
semester dan Ulangan akhir semester yang dikoordinaasikan antar
beberapa sekolah se wilayah.
e. Teknik penilaian yang dilakukan adalah tes dan nontes, termasuk
didalamnya tes diagnostik, namun demikian tes diagnostik belum
sepenuhnya dilaksanakan oleh para guru di lapangan. Guru juga belum
membiasakan diri menggunaan angket dan skala sikap dalam teknik
43
f. Bentuk soal Ulangan harian yang terbanyak untuk jenjang SD adalah
isian, uraian terbuka, pilihan berganda, dan menjodohkan, untuk jenjang
SLTP terbanyak adalah uraian terstruktur, uraian objektif, dan isian
singkat, dan untuk jenjang SMU adalah uraian terstruktur, uraian
terbuka, dan uraian objektif.
g. Sebagian besar guru membuat pedoman penilaian sebelum
melaksanakan Ulangan dan sebagian kecil melaksanakan Ulangan
ketrampilan laboratorium.
h. Kemampuan guru-guru di lapangan dalam mengembangkan AMP lebih
rendah daripada kemampuan guru yang ditugasi untuk mengembangkan
soal-soal EBTANAS.
i. Laporan hasil Ulangan belum disampaikan secara periodik ke kepala
sekolah, kecuali bila diminta, dan dokumen soal-soal Ulangan belum
diarsip dengan baik.
j. Kisi-kisi soal Ulangan agak sulit dilacak arsipnya, terutama untuk
Ulangan harian, dan guru pada sekolah kategori tinggi cenderung
melakukan sendiri telaah kisi-kisi dan telaah soal, tidak bersama-sama
melalui forum MGMP.
k. Untuk Ulangan semester gasal tidak dilaksanakan bersama sekolah
lain, kisi-kisi soal dibuat sendiri oleh guru, sedang semester genap
diselenggarakan dalam bentuk ulangan umum bersama dibuat oleh