PENINGKATAN
METODE BERCERITA DENGAN GAMBAR PADA ANAK KELOMPOK A
Diajukan kepada Fakultas Ilmu
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
i
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK MELALUI BERCERITA DENGAN GAMBAR PADA ANAK KELOMPOK A DI TK PKK GEDONGKIWO
MANTRIJERON YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Citra Ihtiar NIM 11111241046
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
DESEMBER 2015
MELALUI BERCERITA DENGAN GAMBAR PADA ANAK
DI TK PKK GEDONGKIWO
v MOTTO
Dan ketika dibacakan Kitab Al-Qur’an, maka dengarkan dan perhatikan agar kalian diberikan rahmat.
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
vii
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK MELALUI METODE BERCERITA DENGAN GAMBAR PADA ANAK
KELOMPOK A DI TK PKK GEDONGKIWO MANTRIJERON YOGYAKARTA
Oleh Citra Ihtiar NIM 11111241046
ABSTRAK
Keterampilan menyimak harus dikuasai oleh anak sebagai dasar keterampilan berbahasa yang lain. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menyimak melalui metode bercerita dengan gambar pada anak Kelompok A di TK PKK Gedongkiwo, Mantrijeron, Yogyakarta.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas, yang dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dan guru kelas. Subjek penelitian sebanyak 17 anak, yang terdiri dari 9 anak perempuan dan 8 anak laki-laki. Objek penelitian adalah keterampilan menyimak cerita melalui metode bercerita dengan gambar. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, sedangkan teknik analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila rata-rata kelas keterampilan menyimak anak telah mencapai persentase sebesar ≥80%.
Peningkatan tersebut dapat diketahui dari adanya peningkatan persentase rata-rata kelas keterampilan menyimak pada setiap siklusnya. Peningkatan hasil persentase saat pelaksanaan pratindakan yaitu 46,31% yang tergolong pada kriteria mulai berkembang. Pada Siklus I, rata-rata persentase sebesar 57,22% yang termasuk dalam kriteria berkembang sesuai harapan dan pada Siklus II, rata-rata persentase menunjukkan peningkatan yaitu 81,36% yang termasuk dalam kriteria berkembang sangat baik.Berdasarkan perolehan data, dapat disimpulkan bahwa keterampilan menyimak pada anak Kelompok A di TK PKK Gedongkiwo mengalami peningkatan mencapai indikator yang diinginkan yaitu ≥80%. Adapun proses pembelajarannya dengan menggunakan isi cerita dan gambar yang lebih menarik bagi anak, memberikan kesempatan anak menyimak dengan rileks, memberi kesempatan untuk menceritakan kembali isi cerita dengan bahasa sendiri, dan mengungkapkan pendapat tentang cerita.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpakan segala berkah, rahmat, serta hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “Peningkatan
Keterampilan Menyimak melalui Metode Bercerita dengan Gambar pada Anak
Kelompok A di TK PKK Gedongkiwo Mantrijeron Yogyakarta”.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan, motivasi, dan
nasehat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Dekan dan Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Yogyakarta yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk
menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta dan Penasehat Akademik penulis, yang telah
memberikan kesempatan untuk memaparkan gagasan dalam bentuk tugas
akhir skripsi.
3. Ibu Dr. Christina Ismaniati, M. Pd. selaku dosen pembimbing pertama dan Ibu
Eka Sapti C., MM., M. Pd. selaku dosen pembimbing kedua yang dengan
penuh kesabaran telah membimbing penulis sampai pengerjaan tugas akhir
ix
4. Kepala Sekolah dan Ibu/Bapak guru TK PKK Gedongkiwo, Mantrijeron,
Yogyakarta yang telah memberikan izin, bantuan, dan dukungan kepada
penulis untuk mengambil data dan melakukan penelitian.
5. Kedua orang tua dan keluarga besar yang telah tulus memberikan doa,
semangat, dan dukungan baik dalam bentuk materi maupun moral dalam
menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.
6. Sahabat-sahabat penulis yang dengan tulus selalu memberikan semangat,
dukungan, doa, dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir
skripsi ini.
7. Seluruh teman-teman PG-PAUD FIP UNY angkatan 2011 khususnya Kelas
A, serta teman-teman sebimbingan yang telah memberikan semangat kepada
penulis dan sama-sama berjuang dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyelesaian skripsi
ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis berharap semoga segala doa, bantuan, dan dukungan yang telah
diberikan menjadi amal yang dapat diterima dan mendapat balasan dari Allah
SWT. Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya dalam memberikan konstribusi
terhadap pengembangan pendidikan anak usia dini.
Yogyakarta, Oktober 2015
x DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL ……….... i
HALAMAN PERSETUJUAN ………. ii
HALAMAN PERNYATAAN ………. iii
HALAMAN PENGESAHAN ……….. iv
MOTTO ……….………. v
B. Identifikasi Masalah ………..………... 6
C. Pembatasan Masalah ……….... 7
D. Rumusan Masalah ……….………...………...… 7
E. Tujuan Penelitian ……….… 7
F. Manfaat Penelitian ……….……….. 7
G. Definisi Operasional ... 8
BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Menyimak pada Anak Usia Dini ... 10
1. Pengertian Keterampilan Menyimak ... 10
2. Karakteristik Keterampilan Menyimak... 11
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Menyimak .... 12
4. Tahapan Menyimak ... 15
xi
6. Manfaat Menyimak ... 20
7. Pembelajaran Keterampilan Menyimak pada AnakUsia Taman Kanak-kanak ... 22
8. Keterampilan Menyimak Anak Usia 4-5 Tahun ... 24
B. Anak Taman Kanak-kanak ... 25
1. Pengertian Anak Taman Kanak-kanak ... 25
2. Karakteristik Anak Taman Kanak-kanak ... 26
3. Prinsip Pembelajaran Anak Taman Kanak-kanak ... 28
C. Metode Bercerita dengan Gambar ... 29
1. Pengertian Metode Bercerita dengan Gambar ... 29
2. Jenis Cerita untuk Anak Usia Taman Kanak-kanak ... 30
3. Manfaat Cerita dengan Gambar untuk Anak Taman Kanak-kanak ... 31
4. Karakteristik Cerita untuk Anak ... 33
5. Langkah Pembelajaran Metode Bercerita dengan Gambar ... 35
D. Teori Belajar ... 37
E. Kerangka Berpikir ... 39
F. Hipotesis ... 41
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ……… 42
B. Subjek dan Objek Penelitian ……….. 43
C. Prosedur Penelitian ……… 43
D. Metode Pengumpulan Data ……….. 46
E. Instrumen Penelitian ……… 47
F. Teknik Analisis Data ……….. 48
xii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ……… 50
1. Deskripsi Pelaksanaan Pratindakan ...………. 50
2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ……….. 52
3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II....………. 64
B. Pembahasan Hasil Penelitian ………... 75
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ……….. 83
B. Saran ……….…… 84
DAFTAR PUSTAKA ……….. 86
xiii
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Keterampilan Berbahasa Anak ... 24
Tabel 2. Kisi-kisi Observasi Keterampilan Menyimak ... 47
Tabel 3. Persentase Kriteria Keberhasilan ...…... 49
Tabel 4. Hasil Pratindakan Keterampilan Menyimak ...…………... 49
Tabel 5. Data Hasil Observasi Siklus I Keterampilan Menyimak ...…... 61
Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Keterampilan Menyimak pada Pratindakan dan Siklus I ... 62
Tabel 7. Data Hasil Observasi Siklus II Keterampilan Menyimak ... 73
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Surat Pernyataan Validasi ……….... 88
Lampiran 2. Instrumen Penelitian ...…...…………... 92
Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian ... 94
Lampiran 4. Rencana Kegiatan Harian (RKH) ………... 97
Lampiran 5. Hasil Observasi ...………..……... 102
Lampiran 6. Rekapitulasi Hasil Observasi ... 110
Lampiran 7. Foto Penelitian ………... 112
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan gejala semesta dan berlangsung sepanjang hayat
manusia, dimana ada kehidupan manusia, di situ pasti ada pendidikan (Dwi
Siswoyo, 2011: 32). Pendidikan merupakan usaha yang terencana untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia. Jenjang pendidikan di
Indonesia dimulai dari pendidikan anak usia dini sampai perguruan tinggi. Dalam
Undang-undang No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 No.14,
pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan Anak Usia Dini diarahkan untuk memfasilitasi setiap anak
dengan lingkungan dan bimbingan belajar yang tepat agar anak dapat berkembang
sesuai kapasitas genetisnya. Pada usia dini pertumbuhan dan perkembangan
fisik-motorik, perkembangan moral (termasuk kepribadian, watak, dan akhlak), sosial,
emosional, intelektual, dan bahasa pada anak berlangsung sangat pesat. Anak usia
dini (usia 0-8 tahun) disebut usia emas atau the golden age yang memiliki karakteristik berbeda dengan anak usia di atasnya sehingga pendidikannya
dipandang perlu untuk dikhususkan yaitu melalui pendidikan anak usia dini
2
Pendidikan anak usia dini dipandang sebagai suatu langkah yang strategis
dalam rangka menyiapkan generasi mendatang yang unggul dan tangguh. Pada
masa emas, anak akan mudah menerima, mengikuti, melihat dan mendengar
segala sesuatu yang dicontohkan, diperdengarkan dan diperlihatkan. Semua
informasi itu disimpan dalam memori otak anak secara tahan lama. Oleh
karenanya, pendidikan anak usia dini harus memperhatikan seluruh potensi yang
dimiliki anak untuk dikembangkan secara optimal (Harun Rasyid, 2009: 48).
Bidang pengembangan pada pendidikan anak usia dini yang harus
dikembangkan secara optimal mencakup bidang pengembangan pembentukan
perilaku dan bidang pengembangan kemampuan dasar. Bidang pengembangan
pembentukan perilaku meliputi nilai-nilai agama dan moral serta
sosial-emosional. Bidang pengembangan dasar meliputi bahasa, kognitif, dan fisik.
Berkaitan dengan masalah, salah satu pengembangan dasar yang akan
dikembangkan dalam penelitian ini adalah aspek perkembangan bahasa.
Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain
(Syamsu Yusuf, 2007: 118). Perkembangan bahasa pada anak sangat dibutuhkan
untuk berinteraksi dengan manusia dan lingkungannya. Aspek perkembangan
bahasa yang harus dikuasai anak yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis. Aspek menyimak merupakan kemampuan paling awal dalam kehidupan
sebelum berbicara, membaca, dan menulis. Pengembangan keterampilan
menyimak pada anak bertujuan agar anak dapat mengidentifikasikan konsep
3
langsung, dan membantu anak untuk merespon komunikasi ketika berinteraksi
dengan lingkungan sekitar.
Anak usia 4-5 tahun setidaknya sudah mempunyai tingkat pencapaian
perkembangan bahasa yang meliputi menerima bahasa, mengungkapkan
bahasa,dan keaksaraan (Nurbiana Dhieni, 2008: 3.1). Keterampilan menyimak
merupakan keterampilan bahasa yang termasuk dalam bahasa reseptif yang
artinya keterampilan menyimak harus dikuasai oleh anak sebagai dasar
keterampilan berbahasa yang lain. Dalam permendiknas No. 58 keterampilan
menyimak yang seharusnya sudah dikuasai anak usia 4-5 tahun meliputi
menyimak perkataan orang lain, memahami cerita yang dibacakan, dan
menceritakan kembali cerita/dongeng yang pernah didengar.
Sesuai dengan perkembangan bahasa yang sudah harus dicapai anak, maka
kegiatan-kegiatan yang dilakukan di TK harus diarahkan untuk meningkatkan
keterampilan menyimak. Dengan kesempatan dan latihan yang berulang
diharapkan keterampilan menyimakpada anak akan dapat berkembangdengan
baik. Keterampilan menyimak akan mengembangkan kemampuan berbicara dan
berkomunikasi dengan lebih baik.
Berdasarkan hasil observasi, keterampilan menyimak pada anak Kelompok
A di PKK Gedongkiwo belum berkembang secara optimal. Hal ini dapat dilihat
saat observasi, terdapat 11 anak dari 17 anak yang sedang dibacakan cerita tidak
benar-benar menyimak dan berusaha memahami isi cerita. Anak-anak duduk
dibangku namun mengganggu teman lain, terdapat anak yang lesu dan
4
berkaitan dengan bahasa, khususnya menyimak cerita, anak Kelompok A TK
PKK Gedongkiwo menunjukkan hasil yang belum baik. Hal ini dapat dilihat saat
anak-anak diberi pertanyaan lisan yang berhubungan dengan apa yang disimak
atau yang disampaikan guru sebelumnya, anak-anak masih belum merespon dan
belum bisa menjawab sesuai apa yang disampaikan guru.
Kegiatan menyimak tidak sama dengan kegiatan mendengar ataupun
mendengarkan. Kegiatan menyimak terjadi karena faktor kesengajaan, perhatian,
dan usaha untuk memahami sesuatu yang disimak. Ada berbagai cara untuk
mengembangkan keterampilan menyimak pada anak TK, seperti metode
simak-ulang ucap, simak-kerjakan, simak-terka, menjawab pertanyaan, parafrase,
merangkum, dan bisik berantai (Nurbiana Dhieni, Lara Fridani, Gusti Yarmi, &
Nany Kusniaty. 2005: 4.14-4.15).
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas, kegiatan untuk
meningkatkan keterampilan menyimak jarang dilakukan. Seharusnya anak lebih
banyak dilatih untuk melakukan beberapa kegiatan yang melibatkan
pengembangan bahasa khususnya menyimak. Jika ada waktu yang luang, guru
cenderung mengisi dengan kegiatan yang mendukung perkembangan kemampuan
kognitif seperti mengerjakan majalah anak yang berisi lembar kerja anak (LKA).
Selain itu, metode pengembangan bahasa yang digunakan guru kelas kurang
bervariasi terutama dalam kegiatan yang menunjang pengembangan bahasa
sehingga keterampilan menyimak anak belum optimal.
Berdasarkan permasalahan yang ada perlu adanya perbaikan dalam
5
keterampilan menyimak pada anak, perlu adanya proses pembelajaran yang
menyenangkan dan menarik salah satunya yaitu bercerita. Kegiatan bercerita sudah dilakukan di TK namun sebatas cerita yang guru sampaikan secara lisan.
Kegiatan cerita seperti menceritakan hasil karya, bercerita menggunakan buku
atau gambar masih jarang dilakukan. Dalam memanfaatkan media buku, guru
sebatas memberikan buku untuk dibuka oleh anak dan tanpa tindak lanjut. Padahal
dalam kegiatan bercerita, penggunaan buku dengan gambar akan sangat
membantu agar cerita lebih menarik dan anak-anak lebih tertarik. Pada dasarnya,
dengan bercerita dengan gambar guru dapat membuat variasi dalam penyampaian
cerita untuk melatih keterampilan menyimak salah satunya melalui kegiatan
bercerita dengan gambar.
Metode bercerita merupakan kegiatan yang menarik dan menyenangkan
bagi anak-anak. Bahan yang diperlukan dalam kegiatan bercerita dapat
memanfaatkan bahan yang ada di sekitar. Proses dalam penyampaiannya cukup
sederhana namun harus ekspresif. Bercerita juga akan menambah wawasan,
informasi baru, dan kosa kata bagi anak.
Melalui kegiatan bercerita dengan gambar, anak-anak akan lebih tertarik
dan dapat melatih keterampilan menyimak. Anak berlatih memahami konsep
sederhana, mendengar cerita dan menceritakan kembali, merespon cerita yang
sedang dibacakan, dan menceritakan apa yang sedang dialami sendiri. Dalam
kegiatan bercerita dengan gambar diperlukan keterampilan menyimak cerita yang
disampaikan agar anak dapat memahami apa yang diceritakan, merespon, dan
6
bercerita dengan gambar diharapkan dapat meningkatkan keterampilan menyimak
anak.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasi beberapa masalah
sebagai berikut:
1. Keterampilan menyimak pada anak Kelompok A TK PKK Gedongkiwo yang
masih rendah dilihat saat kegiatan pembelajaran.
2. Kurangnya variasi dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, sehingga
kesempatan bagi anak untuk mengasah keterampilan menyimak anak masih
kurang.
3. Terdapat 11 anak dari 17 anak tidak menunjukkan respon ketika dibacakan
cerita.
4. Media dalam pembelajaran bercerita masih belum dikembangkan sehingga
menyebabkan keterampilan menyimak menjadi rendah.
5. Kegiatan untuk mengembangkan keterampilan menyimak masih jarang
dilakukan, lebih banyak kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan kognitif.
C. Pembatasan Masalah
Sesuai dengan identifikasi masalah yang diuraikan di atas, penulis
7
menyimak pada anak Kelompok A di TK PKK Gedongkiwo yang masih rendah
dilihat saat kegiatan pembelajaran.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, maka dalam
penelitian ini dapat diajukan rumusan masalah yaitu “Bagaimana meningkatkan
keterampilan menyimak melalui metode bercerita dengan gambar pada anak
Kelompok A di TK PKK Gedongkiwo Mantrijeron Yogyakarta?”.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan
keterampilan menyimak pada Kelompok A di TK PKK Gedongkiwo Mantrijeron
Yogyakarta melalui metode bercerita dengan gambar.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan sejumlah manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Penelitian ini dapat digunakan untuk memperbaiki dan
menyempurnakan proses pembelajaran khususnya kegiatan pembelajaran di
TK PKK Gedongkiwo yang berhubungan dengan keterampilan menyimak.
Selain itu juga memberikan pengetahuan tentang variasi dalam
8
meningkatkan keterampilan menyimak menggunakan metode bercerita dengan
gambar.
2. Bagi Sekolah
Memberikan masukan kepada Kepala Sekolah untuk mengembangkan
kualitas sekolah dengan pengelolaan pembelajaran, sehingga tujuan
pembelajaran tercapai dengan maksimal. Memberikan kesempatan bagi guru
untuk meningkatkan pengetahuan dalam rangka mengoptimalkan
perkembangan anak salah satunya keterampilan menyimak dengan berbagai
kegiatan yang variatif.
G. Definisi Operasional
Untuk memberikan batasan yang jelas dalam penelitian ini maka
dikemukakan definisi operasional variabel, sebagai berikut:
1. Keterampilan menyimak
Keterampilan menyimak merupakan keterampilan dalam proses
mendengarkan dengan penuh perhatian, memahami isi atau makna yang
disampaikan, dan merespon isi dalam bentuk interaksi yang komunikatif.
2. Metode bercerita dengan gambar
Metode bercerita dengan gambar adalah metode bercerita menggunakan
alat bantu atau media gambar yang digunakan dalam penyampaian cerita untuk
9 BAB II KAJIAN TEORI
A. Keterampilan Menyimak pada Anak Taman Kanak-kanak 1. Pengertian Keterampilan Menyimak
Keterampilan menyimak adalah salah satu keterampilan bahasa yang
reseptif artinya menyimak adalah menerima informasi dari kegiatan berbicara.
Dalam proses pembelajaran keterampilan menyimak memiliki peranan yang
dominan pada aktivitas anak. Menyimak sangat diperlukan untuk pengembangan
aspek bahasa yang lain. Kegiatan menyimak sering disamakan dengan kegiatan
mendengar atau mendengarkan yang sebenarnya memiliki makna yang berbeda.
Mendengar adalah proses reseptif pasif dan terjadi secara alamiah karena
seseorang memiliki indera pendengaran, sedangkan mendengarkan adalah
kegiatan yang dilakukan dengan sengaja penuh kesadaran, dan dengan tujuan
tertentu (Henry Guntur T, 2008: 13). Menyimak terjadi karena unsur kesengajaan,
perhatian, dan usaha memahami sesuatu yang disimak (Nurbiana Dhieni, dkk.,
2005: 4.4). Dalam kegiatan mendengarkan belum ada upaya untuk memahami apa
yang didengar berbeda dengan menyimak.
Saleh Abbas (2006: 63) mendefinisikan bahwa menyimak adalah proses
mengorganisasikan apa yang didengar dan menempatkan pesan suara yang
didengar, kemudian ditangkap menjadi makna-makna yang dapat diterima.
Menurut Henry Guntur T. (2008: 31) mendefinisikan pengertian menyimak adalah
suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh
10
menangkap isi, atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah
disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Sedangkan
Anderson (Henry Guntur T, 2008: 30) mengungkapkan menyimak memiliki
makna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa menyimak merupakan kegiatan yang yang
berhubungan dengan proses mendengarkan dengan penuh perhatian, memahami
makna yang disampaikan, dan merespon dalam bentuk interaksi yang
komunikatif. Dalam menyimak membutuhkan bahan untuk disimak yang dapat
mengasah keterampilan menyimak, salah satunya adalah cerita. Kegiatan
menyimak cerita dilakukan dengan mendengarkan cerita, berusaha memahami
makna cerita yang disampaikan, dan merespon isi cerita.
Dari pengertian yang disampaikan oleh para ahli, pengertian keterampilan
menyimak dalam penelitian ini adalah keterampilan dalam proses mendengarkan
cerita dengan penuh perhatian, mampu memahami isi cerita, bahkan mampu
merespon isi cerita yang telah disampaikan dengan interaksi yang komunikatif.
2. Karakteristik Keterampilan Menyimak
Keterampilan menyimak merupakan keterampilan seorang anak dalam
menyimak dengan penuh perhatian, mampu memahami isi yang disampaikan,
bahkan mampu merespon isi dengan bahasa yang komunikatif. Hal ini sejalan
dengan tujuan dari cerita itu sendiri, yaitu bertujuan agar anak mampu
mendengarkan dengan seksama terhadap apa yang disampaikan orang lain, anak
dapat bertanya apabila tidak memahaminya, anak dapat menjawab pertanyaan,
11
6.7). Dapat disimpulkan karakteristik atau ciri-ciri khusus dalam keterampilan
menyimak pada anak berkaitan dengan proses dan dampak saat anak dibacakan
cerita.
Dalam penelitian ini karakteristik yang diamati adalah saat anak
menyimak cerita dengan penuh perhatian yang ditunjukkan dengan mendengarkan
dengan penuh perhatian yaitu tidak ramai saat dibacakan cerita. Selain itu
keterampilan menyimak dapat dilihat dari karakteristik menyimak cerita yaitu
memahami makna yang disampaikan dalam cerita. Hal ini dilihat dari kemampuan
anak menjawab pertanyaan yang diajukan sehubungan dengan cerita, misalnya
penokohan, setting, dan lain-lain. Selain itu anak dapat dikatakan memahami apa yang disampaikan diamati saat anak menceritakan kembali isi cerita secara runtut.
Kemampuan merespon isi cerita dengan bahasa yang komunikatif pada anak
dinyatakan dengan mengungkapkan pendapat tentang cerita yang telah
disampaikan.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Menyimak
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keefektivan menyimak. Henry
Guntur T. (2008: 106-110) mengemukakan faktor yang mempengaruhi
keterampilan menyimak, yaitu:
a. Faktor fisik
Kesehatan dan kesejahteraan fisik merupakan modal penting yang
menentukan bagi tiap penyimak. Ruangan yang digunakan dipersiapkan dari
12
tenang dan tidak mudah mendatangkan gangguan ataupun selingan dalam
kegiatan menyimak.
b. Faktor psikologis
Faktor psikologis yang sering terjadi dalam kegiatan menyimak adalah
faktor yang berhubungan dengan sikap-sikap dan sifat pribadi seseorang.
Faktor tersebut antara lain prasangka dan kurangnya simpati, keegosentrisan,
kepicikan, kebosanan, dan kejenuhan, serta sikap yang tidak layak yang akan
mengganggu kegiatan menyimak. Faktor psikologis yang positif akan
mendukung kegiatan menyimak, misalnya menyimak dengan penuh perhatian.
c. Faktor pengalaman
Sikap-sikap yang dihasilkan merupakan hasil dari pertumbuhan dan
perkembangan serta pengalaman. Kurangnya minat menyimak merupakan
salah satu akibat dari pengalaman yang kurang atau tidak ada sama sekali pada
bidang yang akan disimak.
Bromley (Nurbiana Dhieni, 2008: 3.12) menjelaskan jenis faktor yang
berpengaruh terhadap kemampuan menyimak anak yaitu faktor penyimak, faktor
situasi, dan faktor pembicara. Keterampilan menyimak melibatkan banyak faktor
dalam prosesnya, beberapa faktor yang mempengaruhi keterampilan menyimak
adalah sebagai berikut:
1. Acuity, yaitu kesadaran akan adanya suara yang diterima oleh telinga. Misalnya, mendengar ibu guru membacakan cerita.
13
3. Auding, yaitu proses dimana terdapat asosiasi antara arti dengan pesan yang diungkapkan. Proses ini melibatkan pemahaman terhadap isi dan maksud
kata-kata yang diungkapkan.
Ketiga faktor tersebut dapat dilihat dalam penelitian ketika anak
melakukan kegiatan menyimak cerita. Faktor acuity dapat dilihat saat anak mau dan mulai tertarik menerima suara dari pembaca cerita serta memperhatikan
dengan sungguh-sungguh. Faktor auditory discrimination ditunjukkan dengan anak mengenali dan bisa membedakan suara atau bunyi yang ada dalam cerita,
sehingga anak mampu membedakan suara antartokoh maupun ciri-ciri tokoh yang
disampaikan. Faktor auding ditunjukkan dengan kemampuan anak memahami isi dan makna cerita sehingga dapat menjawab atau merespon pertanyaan terkait
cerita serta dapat mengomunikasikan dengan menceritakan kembali cerita yang
disimak.
Faktor yang memengaruhi keterampilan menyimak dalam penelitian ini
yaitu faktor fisik yang dilihat dari ketersediaan ruang yang belum memadai.
Kegiatan menyimak terganggu karena ruangan kelas berdekatan dengan ruang
kelas lain yang hanya disekat almari. Sedangkan faktor psikologis yang terlihat di
saat awal penelitian yaitu faktor psikologis negatif misalnya mengganggu teman
lain yang sedang menyimak. Hal ini diatasi dengan menyampaikan isi cerita yang
menarik dan dengan gambar yang menarik. Faktor pengalaman sangat terlihat
ketika sedang dibacakan cerita dan anak-anak mengaitkan dengan kejadian yang
14 4. Tahapan Menyimak
Ruth G. Strickland (Henry Guntur T, 2008: 31) menyimpulkan adanya
sembilan tahapan menyimak, mulai dari menyimak berkala atau yang tidak tentu
sampai pada menyimak secara aktif atau yang sungguh-sungguh, yaitu:
a) Menyimak berkala, terjadi saat anak merasakan keterlibatan langsung dalam
pembicaraan mengenai dirinya;
b) Menyimak dengan perhatian dangkal karena mendapat gangguan dengan
adanya selingan perhatian pada hal di luar pembicaraan;
c) Setengah menyimak, karena terganggu kegiatan menunggu kesempatan untuk
mengekspresikan isi hati dan pendapat anak;
d) Menyimak serapan, anak menyerap dan mengabsorpsi hal-hal yang kurang
penting;
e) Menyimak sekali-sekali, menyimak sesekali apa yang disampaikan, perhatian
terbagi dengan keasyikan lain;
f) Menyimak asosiatif, hanya mengingat pengalaman pribadi secara konstan,
yang mengakibatkan penyimak tidak memberikan reaksi terhadap pesan yang
disampaikan pembicara;
g) Menyimak dengan reaksi berkala, memberikan komentar dan mengajukan
pertanyaan kepada penyampai pesan;
h) Menyimak secara seksama, sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran
penyampai pesan;
i) Menyimak secara aktif, untuk mendapatkan dan menemukan pikiran, pendapat,
15
Kegiatan menyimak merupakan sebuah proses yang bertahap dan terus
berlanjut sampai tahap akhir. Jika berhenti pada tahap tertentu, maka keterampilan
menyimak belum sempurna. Menurut Henry Guntur T (2008:63), menyimak
merupakan kegiatan yang membutuhkan proses sehingga memerlukan beberapa
tahap-tahap sebagai berikut:
1) Tahap mendengarkan (hearing), dalam tahap ini anak harus mendengarkan segala sesuatu yang disampaikan pembicara dalam ujaran atau
pembicaraannya.
2) Tahap memahami (understanding), setelah mendengar maka ada keinginan untuk mengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan
oleh pembicara.
3) Tahap menginterpretasi (interpreting), penyimak yang cermat dan teliti belum puas hanya mendengar dan memahami isi yang disampaikan, dia ingin
menafsirkan setiap apa yang disampaikan pembicara.
4) Tahap mengevaluasi (evaluating), setelah memahami dan dapat menafsir isi pembicaaraan, sang penyimak mulai menilai pendapat ataupun gagasan
pembicara dengan keunggulan dan kelemahan pembicara.
5) Tahap menanggapi (responding), tahap terakhir dalam kegiatan menyimak, penyimak menyambut menyerap, dan menerima gagasan atau ide yang
dikemukakan sang pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya.
Berdasarkan pendapat di atas diambil kesimpulan bahwa seorang anak
yang menyimakdengan baik jika anak dapat melakukan tahap-tahap sebagai
16
pesan, dan menanggapi. Anak dikatakan terampil menyimak cerita jika mampu
menerima pesan yang ada dalam cerita maupun yang disampaikan pembaca cerita,
anak memahami isi pesan tersebut, serta anak mengingat pesan dan menanggapi
pesan dari cerita yang telah disampaikan.
5. Jenis-jenis Menyimak
Ragam atau jenis menyimak dapat dibedakan melalui tujuan dari kegiatan
menyimak itu sendiri. Dengan adanya tujuan umum dan khusus, maka
menyebabkan adanya ragam menyimak. Jenis-jenis menyimak menurut Herry
Hermawan (2012: 43-47), yaitu:
a. Menyimak secara pasif
Menyimak yang dilakukan tanpa adanya evaluasi terhadap pesan-pesan
yang disampaikan pembicara.
b. Menyimak secara kritis
Menyimak dengan berupaya mencari kesalahan, kekeliruan, dan
kekurangan dari pesan-pesan yang disampaikan pembicara.
c. Menyimak secara aktif
Menyimak dengan menunjukkan kepedulian terhadap pembicara,
berusaha memahami dan mengingat apa yang didengar, dan memberikan
17
Ragam menyimak menurut Henry Guntur Tarigan (2008: 38-53)
berdasarkan tujuan menyimak, yaitu:
1) Menyimak ekstensif
Menyimak ekstensif adalah sejenis kegiatan menyimak mengenai hal-hal
umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran. Kegiatan menyimak ekstensif
memberi kesempatan dan kebebasan bagi anak untuk mendengar dan
menyimak kosa kata baru yang telah disimak. Bercerita merupakan salah satu
contoh bagi kegiatan menyimak secara ekstensif karena anak mendapat
berbagai informasi dan kosa kata baru dari apa yang terkandung dalam isi
cerita. Beberapa kegiatan menyimak yang termasuk kegiatan menyimak
ekstensif:
a) Menyimak sosial
Menyimak sosial atau menyimak sopan berlangsung dalam situasi
sosial saat orang mengobrol hal yang menarik perhatian, yang dikatakan
seorang teman (Dawson, et., al., 1963: 153). Ada dua hal dalam kegiatan
menyimak sosial yaitu menyimak secara sopan santun, penuh perhatian,
dan menyimak serta memahami peranan-peranan pembicara dan
penyimak dalam komunikasi tersebut.
b) Menyimak sekunder
Menyimak sekunder adalah sejenis kegiatan menyimak secara
kebetulan dan ekstensif. Menyimak sekunder ini dilakukan bersama
18 c) Menyimak estetik
Menyimak estetik ataupun yang disebut menyimak apresiatif
adalah fase terakhir dari kegiatan menyimak kebetulan dan termasuk
menyimak ekstensif. Mencakup kegiatan menyimak musik, puisi, drama,
dan menikmati cerita, puisi, teka-teki, dan lain-lain.
2) Menyimak intensif
Menyimak intesif lebih diarahkan pada kegiatan menyimak secara lebih
bebas dan umum dan tidak perlu di bawah bimbingan para guru. Menyimak
intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang diawasi dan dikontrol terhadap
satu hal tertentu. Termasuk dalam kegiatan menyimak intensif yaitu:
a) Menyimak kritis
Menyimak kritis adalah sejenis kegiatan menyimak yang berupa
mencari kesalahan atau kekeliruan pembicara.
b) Menyimak konsentratif
Menyimak dengan menelaah sebuah informasi atau pesan.
c) Menyimak kreatif
Kegiatan menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan
rekontruksi imajinatif terhadap apa yang disimaknya.
d) Menyimak eksplorasif
Menyimak eksplorasif adalah sejenis kegiatan menyimak intensif
dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah dan lebih
19 e) Menyimak interogatif
Kegiatan menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan
seleksi pemusatan perhatian, yang kemudian penyimak mengajukan
pertanyaan.
f) Menyimak selektif
Menyimak dengan memahami ciri-ciri bahasa yang berurutan yaitu
nada suara, bunyi-bunyi asing, bunyi yang bersamaan, kata-kata dan frase,
dan bentuk ketatabahasaan.
Jenis menyimak yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu menyimak
secara aktif yang ditunjukkan dengan adanya kepedulian atau perhatian anak-anak
terhadap pembaca cerita, anak berusaha memahami dan mengingat apa yang
didengar, juga memberikan tanggapan terhadap apa yang disampaikan pembaca
cerita. Sedangkan tujuan utama menyimak dalam penelitian ini termasuk dalam
ragam menyimak ekstensif estetik yang memberikan kesempatan pada anak untuk
mendengar dan menyimak kosa kata baru dari apa yang disampaikan melalui
metode bercerita dengan gambar.
6. Manfaat Menyimak
Tujuan dari pembelajaran keterampilan menyimak untuk anak yaitu agar
dapat memahami pesan singkat (sederhana).Nuerbiana Dhieni, dkk. (2005: 4.7)
menyatakan fungsi menyimak yaitu sebagai dasar belajar bahasa, pengembangan
bahasa tulis, penunjang keterampilan bahasa lainnya, pelancar komunikasi lisan,
dan penambah informasi atau pengetahuan.Manfaat dari menyimak sendiri yaitu
20
merupakan dasar bagi proses belajar bahasa. Menyimak merupakan keterampilan
bahasa yang paling dasar dan harus dimiliki setiap anak. Bromley, 1991 (dalam
Nurbiana Dhieni, 2009: 3.21) juga menjelaskan fungsi dari keterampilan
menyimak, sebagai berikut (1) memberikan kesempatan pada anak untuk
mengapresiasi dan menikmati lingkungan sekitar mereka; (2) membantu anak
memahami keinginan dan kebutuhan mereka sehubungan dengan kebutuhannya
untuk bersosialisasi; (3) mengubah dan mengontrol perilaku maupun sikap
pembicara, dimana cara menyampaikan pesan akan berdampak pada isi dan
bentuk pesan yang diterima; (4) membantu perkembangan kognitif anak, melalui
belajar menerima informasi dan mendapatkan pengetahuan baru; (5) memberikan
pengalaman pada anak untuk berinteraksi secara langsung dengan orang lain; dan
(6) membantu anak mengekspresikan keunikan dirinya sebagai individu yang
berfikir dan memperhatikan orang lain.
Sedangkan manfaat dari cerita itu sendiri yaitu dapat menumbuhkan
kesadaran menghargai dan mencintai makna yang terkandung dalam cerita,
menanamkan budi pekerti pada anak, menumbuhkan jiwa sosial pada anak,
memberi hiburan pada anak, meningkatkan minat baca, dan menanamkan
kebiasaan menyimak cerita (Nur Mustakim, 2005: 71-87). Manfaat dari
menyimak dan cerita saling terkait dan memberikan dampak yang positif bagi
perkembangan anak melalui kegiatan menyimak cerita. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sri Muryanti (2014: 105) bahwa keterampilan menyimak cerita
berpengaruh pada beberapa hal, antara lain (1) anak mulai menunjukkan
21
menirukan kembali 3-4 urutan kata; (3) anak dapat mendengarkan cerita dan
menceritakan kembali isi cerita secara sederhana; (4) anak lebih termotivasi dan
aktif dalam mengikuti pembelajaran menyimak dengan cerita
bergambar; dan (5) anak tidak merasa bosan mengikuti selama proses
pembelajaran, karena media gambar menarik bagi anak.
Melalui kegiatan menyimak cerita tersebut dapat diperoleh manfaat agar
anak terampil berbahasa khususnya menyimak dan menyampaikan pesan yang
ada dalam cerita. Manfaat menyimak cerita yaitu dapat mengembangkan
keterampilan dan pengembangan bahasa, mengembangkan keterampilan membaca
dan menulis, memperlancar komunikasi, dan menambah pengetahuan yang
disampaikan melalui kegiatan bercerita.
7. Pembelajaran Keterampilan Menyimak pada Anak Taman Kanak-kanak Terdapat banyak teknik dan metode untuk mengembangkan keterampilan
menyimak pada tingkat pemula, terutama anak usia Taman Kanak-kanak.
Beberapa teknik pembelajaran keterampilan menyimak tingkat pemula yaitu
demonstrasi, dikte, permainan kartu kata, wawancara, permainan memori,
biografi, dan manajemen kelas (Iskandarwassid, 2013: 286). Metode lain yang
dapat mengembangkan keterampilan menyimak untuk anak Taman Kanak-kanak
yaitu simak-ulang ucap, simak-kerjakan, simak-terka, menjawab pertanyaan,
parafrase, merangkum, dan bisik berantai (Nurbiana Dhieni, dkk, 2005:
4.18-4.20). Simak ulang ucap biasanya digunakan dalam memperkenalkan bunyi
tertentu. Simak kerjakan yaitu ucapan guru berupa kalimat perintah dan anak
22
untuk menebak atau menerka benda yang belum diperlihatkan. Menjawab
pertanyaan digunakan dalam cerita, guru menyiapkan bahan simakan berupa
cerita lalu guru mengajukan pertanyaan sehubungan dengan cerita. Metode
parafrase digunakan dengan menyimak puisi yang dibacakan guru kemudian guru
memberi kesempatan anak menceritakan kembali isi puisi dengan bahasa sendiri.
Merangkum yaitu dilakukan dengan guru menyiapkan cerita dan kemudian anak
diminta menceritakan kembali isi dari cerita dengan bahasa sendiri. Metode bisik
berantai dilakukan dengan membisikkan kata ke anak, kemudian anak tersebut
membisikkan ke anak lain, dan seterusnya.
Berdasarkan metode yang dikemukakan di atas, ada beberapa metode yang
dapat dilakukan saat kegiatan bercerita yaitu metode simak kerjakan, menjawab
pertanyaan, dan merangkum. Simak kerjakan ditunjukkan dengan reaksi anak saat
guru membacakan cerita. Menjawab pertanyaan dilakukan dengan memberi
pertanyaan yang berhubungan dengan cerita dan diberikan setelah anak
mendengarkan cerita. Merangkum yaitu ketika anak diminta menceritakan
23
8. Keterampilan Menyimak Anak Usia 4-5 Tahun
Keterampilan berbahasa meliputi keterampilan menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis. Perkembangan bahasa anak bermula dengan belajar
menyimak bahasa, kemudian berbicara, setelah itu membaca dan menulis yang
merupakan satu kesatuan (Henry Guntur T, 2008: 4). Berikut penjelasan dalam
tabel keterampilan berbahasa anak:
Tabel 1. Keterampilan Berbahasa Anak
MENYIMAK Lisan (hasil kegiatan: BERBICARA)
MEMBACA Reseptif informasi dari sumber) (menerima Tulisan (hasil kegiatan: MENULIS)
Anak usia dini, khususnya usia 4-5 tahun dapat mengembangkan kosa kata
secara mengagumkan dan rata-rata dapat menggunakan 9000 sampai 1000 kosa
kata yang berbeda (Nurbiana Dhieni, 2008: 3.1). Anak-anak menyerap kosa kata
baru dari lingkungan sekitarnya. Keterampilan menyimak merupakan salah satu
kemampuan bahasa reseptif di mana secara aktif anak memproses dan memahami
apa yang disimak sehingga kosa kata anak dapat meningkat. Keterampilan
menyimak dan membaca adalah keterampilan menerima informasi. Sedangkan
berbicara dan menulis adalah keterampilan menyampaikan pesan atau pendapat.
Keterampilan menyimak merupakan keterampilan dasar bagi perkembangan
bahasa dan untuk menunjang keterampilan berbahasa yang lain.
Berdasarkan teori perkembangan bahasa, anak usia 4-5 tahun atau
kelompok A berada dalam tahap pengembangan tata bahasa yang artinya anak
sudah mampu membuat kalimat dengan S-P-O. Pada tahap ini anak sudah mampu
24
dengan mendengarkan cerita, anak usia 4-5 tahun diharapkan mampu memahami
isi cerita yang disampaikan dengan sederhana.
B. Anak Taman Kanak-kanak
1. Pengertian Anak Taman Kanak-kanak
Menurut NAEYC (National Assosiation Education for Young Children), anak usia dini adalah sekelompok individu yang berada pada rentang usia antara
0–8 tahun(Sofia Hartati, 2005: 7).SedangkanmenurutUndang-Undang No. 20
Tahun 2003, anak usia dini adalah anak yang berusia antara 0 - 6 tahun. Anak usia
dini disebut usia emas atau the golden age yang dipandang memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak usia di atasnya sehingga pendidikannya dipandang
perlu untuk dikhususkan yaitu melalui PAUD (Slamet Suyanto, 2005: 6).
Pada masa usia emas, pertumbuhan otak sedang mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Anak usia dini sedang berada pada tahap
pertumbuhan dan perkembangan baik fisik ataupun mental yang paling pesat.
Pertumbuhan dan perkembangan tersebut telah terjadi sejak prenatal, sejak dalam
kandungan. Otak anak terus berkembang yaitu terjadi hubungan antarsel saraf
otak. Masa usia dini sangat penting, karena pada usia empat tahun 50 %
kecerdasan anak telah tercapai dan 80 % saat usia delapan tahun (Trianto,
2011:14).
Masa usia dini dimanfaatkan untuk mengembangkan seluruh potensi yang
ada dalam diri anak. Selain itu juga memaksimalkan pertumbuhan dan
25
meliputi perkembangan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, serta nilai agama
dan moral. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pendidikan bagi anak usia dini
dikhususkan dan memiliki tujuan agar anak berkembang secara optimal.
Pendidikan anak usia dini dilakukan untuk menciptakan generasi unggul di masa
datang sehingga dilakukan dengan serius melalui pendidikan yang sesuai dengan
tumbuh kembang anak.
2. Karakteristik Anak Taman Kanak-kanak
Pendidikan anak usia dini yang sangat penting diselenggarakan tanpa
meninggalkan hakekat anak sebagai individu yang berbeda, unik, dan memiliki
karakteristik tersendiri sesuai dengan tahapan usianya. Maka, upaya
pengembangan potensi dan seluruh aspek perkembangan anak melalui kegiatan
pembelajaran tidak dilakukan sembarang, namun dengan prinsip-prinsip
pembelajaran anak usia dini termasuk dengan mengutamakan karakteristik anak.
Dengan mengutamakan karakteristik anak kegiatan pembelajaran yang
diselenggarakan akan mengembangkan potensi anak sesuai tahapan usia. Menurut
Cucu Eliyawati (2005: 2) karakteristik anak usia dini, yaitu:
a. Anak bersifat unik. Setiap anak memiliki bawaan, minat, kemampuan, dan latar
belakang kehidupan masing-masing meskipun terdapat pola umum
perkembangan yang dapat diperkirakan.
b. Anak bersifat egosentris. Anak cenderung melihat dan memahami segala
26
c. Anak bersifat aktif dan energik. Anak-anak melakukan berbagai aktivitas
secara terus menerus. Aktivitas ini bertambah ketika dihadapkan pada kondisi
yang menantang dengan rasa keingintahuannya.
d. Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias pada banyak hal. Rasa
ingin tahu ini diungkapkan anak dengan banyak memperhatikan,
membicarakan, dan mempertanyakan apa yang anak lihat dan didengarnya.
e. Anak bersifat eksploratif. Dengan rasa ingin tahu yang kuat, anak menjadi
senang menjelajah, mencoba, dan mempelajari hal baru.
f. Ekspresi perilaku anak spontan. Perilaku yang ditampilkan anak bersifat relatif
asli dan tidak ditutup-tutupi. Ketika anak marah, maka seketika itu akan
menampakkan atau mengekspresikan kemarahannya secara langsung. Dalam
hal ini peran pengendalian emosi sangat penting untuk ditingkatkan dan diasah.
g. Anak senang berkhayal/berfantasi. Anak menyukai dunia imajinatif yang
terkadang tidak dimengerti orang lain.
h. Anak mudah frustasi. Anak mudah kecewa terhadap beberapa hal yang tidak
memuaskan anak. Kecenderungan perilaku ini terkait dengan sifat anak yang
egosentris.
i. Anak kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu. Dalam melakukan
aktivitasnya anak tidak memikirkan akibat yang akan terjadi.
j. Anak memiliki daya perhatian yang pendek. Anak masih sangat sulit
berkonsentrasi dengan jangka waktu yang lama.
k. Anak banyak belajar dari pengalaman. Anak belajar melalui lingkungan
27
l. Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman. Semakin banyak
pengalaman dengan dunia luar anak mulai menunjukkan kerjasama dan
hubungan dengan teman-temannya.
Pembelajaran anak usia dini tidak hanya harus sesuai dengan karakteristik
anak, namun juga melibatkan berbagai unsur lain agar pembelajaran terselenggara
dengan baik. Unsur tersebut dijabarkan dalam prinsip pembelajaran PAUD yang
didasarkan pada hakekat anak usia dini.
3. Prinsip Pembelajaran di Taman Kanak-kanak
Pembelajaran anak usia dini tidak seperti pembelajaran pada orang
dewasa. Penyelenggaraan pembelajaran bagi anak didasarkan pada karakteristik
dan perkembangan anak usia dini. Prinsip pembelajaran anak usia dini yaitu
berorientasi pada kebutuhan anak, belajar melalui bermain, lingkungan yang
kondusif, pembelajaran terpadu, mengembangkan kecakapan hidup,
menggunakan lingkungan sebagai sumber dan media belajar, pendekatan
konstrutivisme, pendekatan kreatif dan inovatif, mengembangkan semua aspek
kecerdasan, pemanfaatan teknologi informasi, dan dilakukan secara bertahap dan
berulang (Trianto, 2011: 25). Prinsip yang ada harus dijalankan secara
menyeluruh agar pembelajaran optimal dan mengembangkan setiap individu.
Menurut Muhammad Fadlillah (2012: 77) pelaksanaan program pendidikan untuk
PAUD sendiri harus mengacu pada prinsip umum sebagai berikut:
a. Nondiskriminasi, semua anak mengenyam pendidikan tanpa membedakan suku
bangsa, jenis kelamin, bahasa, agama, tingkat sosial, serta kebutuhan khusus
28
b. Dilakukan untuk kebaikan terbaik untuk anak, bentuk pengajaran, kurikulum
yang sesuai perkembangan anak.
c. Mengakui hak hidup, kelangsungan hidup, daan perkembangan yang sudah
melekat dalam diri anak.
d. Penghargaan terhadap pendapat anak, perlunya tanggapan dan perhatian untuk
anak.
C. Metode Bercerita dengan Gambar
1. Pengertian Metode Bercerita dengan Gambar
Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar
bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan
(Moeslichatoen,2004:157). Melalui cerita pendidik dapat menyampaikan ide atau
pesan melalui serangkaian penataan yang baik dengan tujuan agar pesan menjadi
lebih mudah diterima dan memberikan dampak yang lebih luas dan banyak pada
sasaran (Bachtiar, 2005: 17). Pesan yang ada dalam cerita diharapakan dapat
sampai dan memberi dampak yang positif terhadap pengalaman siswa.Cerita
dapat disampaikan dengan lisan maupun dengan tulisan. Cerita dapat diselipkan
dalam pembelajaran agar memudahkan pendidik menyampaikan materi pada
anak. Agar penyampaian pesan dalam cerita lebih menarik, mudah diterima, dan
mengkonkritkan apa yang diceritakan, maka cerita dilengkapi dengan alat atau
media berupa gambar.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan metode cerita dengan gambar
29
diharapkan agar pesan mudah diterima dan memberikan dampak yang positif bagi
pendengar cerita. Metode cerita dengan gambar dilakukan dengan memberikan
cerita tentang lingkungan sekitar anak dan kejadian menarik di sekitar anak.
Penyampaian cerita disertai gambar-gambar yang mendukung isi cerita dan
menarik bagi anak.
2. Jenis Cerita untuk Anak Taman Kanak-kanak
Cerita bagi anak usia dini adalah sesuatu yang menarik. Namun tidak
semua cerita dapat disampaikan pada anak dan perlu dikemas agar sesuai dengan
karakteristik anak. Menurut Tadkiroatun Musfiroh (2008: 69-80), ada tiga jenis
cerita yang sesuai dengan anak Taman Kanak-kanak, yaitu:
a. Cerita rakyat
Cerita rakyat adalah cerita yang tersebar dari mulut ke mulut yang
berkaitan dengan cerminan kebudayaan di lingkungan masyarakat tertentu
sehingga mempengaruhi tingkah laku mereka.
b. Cerita fiksi modern
Cerita fiksi modern merupakan cerita imajinatif yang diciptakan oleh
seseorang mengenai kehidupan sehari-hari. Ada dua bentuk cerita fiktif
modern yaitu:
1) Cerita fiksi popular adalah cerita yang menampilkan peri kehidupan
sehari-hari melalui tokoh manusia maupun rekaan (binatang atau tokoh
khayal dengan bentuk tertentu).
2) Cerita fiksi ilmiah adalah cerita yang mengandung unsur-unsur keilmiahan
30
Cerita fiksi ilmiah mengandung nilai kebenaran yang dapat dibuktikan di
alam nyata.
c. Cerita faktual
Cerita faktual adalah cerita yang didasarkan pada peristiwa nyata yang
telah dialami seseorang atau sekelompok orang. Cerita ini biasanya berbentuk
buku sejarah dan berisi tentang peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh.
Jenis cerita yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cerita fiksi modern
dengan bentuk cerita fiksi popular yang menampilkan tentang peri kehidupan atau
nilai-nilai kehidupan sehari-hari yang digambarkan oleh tokoh manusia.
Nilai-nilai kehidupan yang disampaikan yaitu tentang menghargai orang lain, saling
berbagi, dan kejujuran. Cerita yang disampaikan disesuaikan dengan kehidupan di
sekitar anak.
3. Manfaat Cerita dengan Gambar untuk Anak Taman Kanak-kanak
Cerita memiliki makna yang luas, dari segi bentuk cerita dapat dimaknai
bahwa cerita adalah fantasi/hayalan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat
(folklore), cerita yang benar-benar terjadi dalam sejarah (history), dan cerita dalam imajinasi penulis (fiction) (Nur Mustakim, 2005: 12). Isi cerita dapat dikaitkan dengan kehidupan anak agar anak mudah memahami isi cerita. Cerita
harus diupayakan dapat memberikan perasaan, gembira, lucu, dan mengasyikkan
(Moeslichatoen, 2004: 157). Jadi dengan cerita diharapkan anak-anak dapat
mengembangkan daya imajinasi dan membentuk nilai moral pada anak.
Cerita yang disampaikan dengan menarik dan baik akan memberikan
31
mengaplikasikannya dalam dunia nyata. Manfaat dari cerita itu sendiri menurut
Tadkiroatun Musfiroh (2008: 81-97), yaitu:
a. Membantu pembentukan pribadi dan moral anak,
b. Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi,
c. Memacu kemampuan verbal anak,
d. Merangsang minat menulis anak,
e. Merangsang minat baca anak, dan
f. Membuka cakrawala pengetahuan anak.
Bachtiar S. Bachri (2005: 11) menyatakan bahwa manfaat bercerita adalah
dapat memperluas wawasan dan cara berpikir anak, sebab dalam bercerita anak
mendapat tambahan pengalaman yang bisa jadi merupakan hal baru
baginya.Selain manfaat cerita itu sendiri, manfaat bercerita dengan gambar yaitu
untuk membantu menambahkan ilustrasi gambar sehingga anak dapat
mengkonkritkan apa yang disampaikan, menarik perhatian anak agar lebih lama,
dan memperjelas pesan-pesan yang dituturkan dalam cerita (Moeslichatoen, 2004:
158). Selain itu manfaat bagi pendidik yaitu agar lebih terampil dan kreatif dalam
penyampaian cerita dan membantu guru fokus juga mengingat alur cerita.
Berdasarkan pendapat di atas manfaat cerita dengan gambar untuk anak
Taman Kanak-kanak yaitu membantu memberikan daya imajinatif dan fantasi
sehingga lebih konkrit, mengasah kemampuan bahasa anak seperti komunikasi
melalui membaca atau menebak gambar, menambah wawasan juga memudahkan
32 4. Karakteristik Cerita untuk Anak
Cerita yang disampaikan pada anak-anak memiliki karakteristik tertentu.
Musfiroh (2008: 33) Muh. Nur Mustakim (2005: 20) menjelaskan karakteristik
cerita untuk anak meliputi:
a. Latar
Latar cerita adalah unsur cerita yang menunjukkan dimana dan kapan
terjadinya cerita yang disampaikan. Dalam cerita anak, latar boleh terjadi
dalam situasi apapun dan dimanapun asalkan disesuaikan dengan
perkembangan kognisi dan moral anak.
b. Sudut pandang
Sudut pandang dibedakan menjadi dua, yaitu sudut pandang pertama dan
sudut pandang orang ke tiga. Sudut pandang ke tiga memudahkan anak
memahami isi cerita.
c. Tokoh dan penokohan
Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami berbagai peristiwa dalam
cerita. Anak TK memerlukan tokoh cerita yang jelas dan sederhana (flat character). Tokoh sederhana akan membantu anak mengidentifikasi tokoh jahat dan tokoh baik. Tokoh sederhana hanya memiliki satu sifat saja. Anak
usia TK masih memiliki sifat egosentris sehingga mereka hanya mampu
melihat permasalahan dari sudut pandang tunggal. Anak mengenal tokoh cerita
dari sudut pandang positif dan negatif, baik dan buruk, pahlawan dan penjahat,
33 d. Alur cerita
Alur adalah peristiwa-peristiwa naratif yang disusun dalam serangkaian
waktu. Cerita untuk anak usia Taman Kanak-kanak memiliki alur yang
sederhana, tidak terlalu rumit yaitu dengan alur maju dari hal yang tidak baik
ke hal yang baik (progresif). Alur cerita yang cenderung dihindari adalah alur mundur (regresif) yang dapat membuat anak berkutat pada alur cerita. Bagian awal cerita biasanya berisi tentang pengenalan tokoh. Pada klimaks cerita,
anak-anak akan memberikan reaksi tertentu seperti menjerit, menutup mata,
dan tertegun.
e. Tema
Tema adalah makna yang terkandung dalam sebuah cerita. Tema yang
sesuai bagi anak usia Taman Kanak-kanak sebaiknya memiliki tema yang
tunggal, berupa tema sosial maupun tema ketuhanan.
f. Sarana kebahasaan
Dalam bercerita untuk anak, bahasa yang digunakan berbeda dengan
cerita untuk orang dewasa. Bahasa yang digunakan sebaiknya sesuai dengan
tahap perkembangan bahasa anak, yaitu menggunakan bahasa yang sederhana
agar mudah dicerna dan diingat oleh anak.
Sedangkan menurut Tadkiroatun Musfiroh (2008: 33), karakteristik cerita
meliputi tema, amanat, plot dan alur cerita, tokoh dan penokohan, sudut pandang,
latar, dan amanat. Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan
oleh pengarang cerita, baik ditampilkan secara eksplisit (jelas) dan dapat
34
oleh tokoh maupun oleh pencerita (Tadkiroatun Musfiroh, 2008: 42).Karakteristik
cerita untuk anak yaitu harus memiliki karakter yang jelas dalam penokohan, alur,
setting, dan lain-lain. Selain itu memuat pesan nilai dan moral yang akan
disampaikan pada anak. Cerita untuk anak harus disesuaikan dengan tahap
perkembangan anak dan disajikan dengan metode bercerita yang menarik, salah
satunya adalah metode bercerita dengan gambar.
5. Langkah Pembelajaran Metode Bercerita dengan Gambar
Bercerita dengan gambar adalah kegiatan bercerita menggunakan satu atau
lebih gambar sebagai media atau alat bantu. Gambar yang digunakan dapat berupa
gambar lepas maupun gambar seri yang digunakan untuk meluruskan dan
mendukung jalannya cerita. Terdapat ketentuan dalam bercerita dengan
menggunakan media gambar, yaitu (Nurbiana Dhieni, dkk., 2005: 6.35): a) Judul
cerita singkat dan menarik bagi anak, b) Cerita sarat dengan nilai-nilai kehidupan
yang ada di lingkungan anak, c) Menggunakan gaya bahasa anak, d) Gambar tidak
terlalu kecil, e) Gambar menggambarkan tokoh yang sedang beraksi, f) Gambar
sesuai dengan tahap perkembangan anak, g) Warna gambar menarik dan tidak
mengaburkan imajinasi anak, h) Isi cerita dapat ditulis dibagian belakang gambar
untuk memudahkan penyampaian cerita. Nurbiana Dhieni (2005: 6.35)
menjelaskan langkah-langkah pembelajaran bercerita dengan gambar:
1) Pendidik menyiapkan cerita yang akan disampaikan sesuai dengan tema atau
sesuai dengan apa yang akan diajarkan.
35
3) Pendidik membimbing anak mengatur posisi tempat duduk dan
mengkondisikan anak agar fokus. Tidak hanya memfokuskan anak, namun
pendidik memotivasi anak agar tertarik dengan cerita yang disampaikan.
4) Pendidik memberi kesempatan pada anak untuk terlibat dalam menciptakan
aturan main.
5) Pendidik membuka cerita dengan kata-kata yang menggugah minat dan
membuat penasaran.
6) Pendidik memulai bercerita dengan pernyataan kesiapan dari anak, pendidik
bercerita dengan memunculkan tokoh dan dengan ekspresi emosi yang ada.
Gambar yang diperlihatkan adalah gambar yang sedang diceritakan.
7) Setelah cerita selesai, pendidik menutup kegiatan bercerita dengan
memperlihatkan semua gambar yang ada dan memberi kesempatan pada anak
menyimpulkan isi cerita.
Seddangkan langkah-langkah pembelajaran bercerita dengan gambar pada
penelitian ini yaitu:
1) Pendidik menyiapkan cerita sesuai dengan tema atau sesuai dengan apa yang
akan diajarkan.
2) Pendidik menyiapkan gambar yang menarik dan sesuai dengan isi cerita.
3) Pendidik mengatur posisi tempat duduk dan mengkondisikan anak agar fokus.
Pendidik memotivasi anak dengan yel-yel agar tertarik dengan cerita yang
36
4) Pendidik memulai bercerita dengan pernyataan kesiapan dari anak, pendidik
bercerita dengan memunculkan tokoh dan dengan ekspresi emosi yang ada.
Gambar yang diperlihatkan adalah gambar yang sedang diceritakan.
5) Setelah cerita selesai, pendidik menutup kegiatan bercerita dengan
memperlihatkan semua gambar yang ada. Pendidik memberi kesempatan pada
anak menyimpulkan isi cerita dengan menceritakan kembali isi cerita dan
mengungkapkan pendapat tentang cerita. Pendidik juga memberikan
pertanyaan terkait isi cerita.
D. Teori Belajar
Masa usia dini merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang
paling penting untuk mengoptimalkan semua potensi anak. Salah satu kemampuan
yang dikembangkan adalah kemampuan bahasa anak termasuk aspek menyimak.
Keterampilan menyimak dalam penelitian ini difokuskan pada keterampilan
menyimak cerita yang akan disampaikan oleh pendidik melalui metode bercerita
dengan alat bantu gambar. Pada kegiatan menyimak cerita dengan gambar terjadi
proses kognitif dan pemrosesan informasi saat anak memahami isi dan unsur
dalam cerita. Sehingga dalam kegiatan menyimak cerita dengan gambar ini
melibatkan beberapa teori yaitu:
1. Teori Kognitif
Tokoh kognitif, Piaget, menempatkan anak usia 2-7 tahun berada pada
pikiran pra-operasional dimana anak-anak belajar berpikir menggunakan
37
(Santrock, 2007: 246). Pada masa ini anak-anak berpikir konvergen menuju ke
suatu jawaban yang paling mungkin dan paling benar terhadap suatu persoalan,
namun cara kerja pikiran anak belum matang (Rita Eka I., 2008: 88). Anak-anak
masih menggunakan dunianya untuk menyimpulkan berbagai hal. Pemikiran anak
masih kacau dan belum terorganisasi dengan baik.
Pada tahap pra-operasional, anak-anak memiliki kemampuan penguasaan
bahasa, kemampuan menggunakan simbol, dan meniru meskipun disertai dengan
cara pemikiran yang egosentris, memusat, dan tidak dapat dibalik (Trianto, 2011:
16). Sehubungan dengan perkembangan bahasa yang pesat pada masa
pra-operasional, perkembangan kognitif anak perlu distimulasi oleh orang dewasa di
sekitarnya melalui pengenalan pengetahuan di lingkungan sekitar anak.
Pengembangan penguasaan berbahasa anak, termasuk keterampilan menyimak
dapat dilakukan dengan berbagai metode yaitu melalui bercerita, menceritakan
kembali, bermain sosiodrama, dan lain-lain. Dalam hal ini bercerita merupakan
salah satu metode yang dapat mengasah kemampuan berbahasa anak. Cerita itu
sendiri dapat mengantarkan anak ke dalam dunia imajinasi yang akan
mengkonkritkan apa yang diangan-angan anak.
Pada keterampilan menyimak cerita terjadi proses kognitif yang bekerja
ketika anak-anak berfikir kreatif, bebas, dan penuh imajinasi. Cerita itu sendiri
dibangun atas elemen-elemen yang mengait satu sama lain dan untuk memahami
isi serta unsur dalam cerita anak harus mempergunakan kemampuan kognitif
(Tadkiroatun Musfiroh, 2005: 72-73). Untuk mengukur tingkat kerja kognitif
38
menyimak cerita. Hal ini dilakukan dengan melakukan tanya jawab mengenai isi
cerita atau menceritakan kembali isi cerita secara sederhana.
2. Teori Pemrosesan Informasi
Saat kegiatan menyimak cerita, anak-anak tidak hanya mendengarkan
namun juga terjadi proses menerima informasi. Selain proses kognitif yang terjadi
saat anak menyimak cerita, terjadi pula pemrosesan informasi. Proses menerima
informasi ini berkaitan dengan perhatian, memori, dan proses berpikir (Santrock,
2007: 277). Saat kegiatan bercerita, perhatian terjadi ketika anak mulai tertarik
dan menikmati cerita yang dibacakan. Anak-anak yang memperhatikan dapat
dilihat dari perilaku yang dapat diamati yaitu tidak ramai dan tidak berbicara pada
teman atau orang lain saat cerita dibacakan. Sedangkan memori berkaitan dengan
apa yang diingat anak setelah kegiatan bercerita selesai yaitu menjawab
pertanyaan dan menceritakan kembali isi cerita. Proses berpikir terjadi ketika anak
mengumpulkan informasi berkaitan dengan cerita yang dibacakan. Saat kegiatan
menyimak cerita anak-anak memroses informasi yang didengar dan akan diolah
dalam memori.
E. Kerangka Berpikir
Pada masa usia dini adalah masa yang krusial dalam perkembangan anak
yang hanya satu kali dan tidak bisa ditunda waktunya. Semua aspek
perkembangan perlu adanya stimulus agar berkembang optimal. Salah satunya
adalah aspek perkembangan bahasa khususnya dalam keterampilan menyimak.
39
dimiliki anak. Adanya penelitian ini yaitu untuk mengembangkan salah satu aspek
atau kemampuan bahasa anak, yaitu keterampilan menyimak anak.
Keterampilan menyimak adalah keterampilan untuk memahami
penggunaan bahasa yang diungkapkan secara lisan dengan penuh perhatian,
pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap
isi cerita, dan memahami makna pesan yang disampaikan. Tujuan meningkatkan
keterampilan menyimak pada anak yaitu agar anak dapat berbahasa dengan baik
dan benar sesuai dengan perkembangan bahasa anak. Keterampilan menyimak
memberikan manfaat pada anak, anak yang menyimak dengan penuh perhatian
akan mendapatkan berbagai pengetahuan di sekitarnya.
Berdasarkan hasil observasi, keterampilan menyimak anak Kelompok A di
PKK Gedongkiwo belum berkembang secara optimal. Hal ini dapat dilihatsaat
observasi, hanya 6 anak dari 17 anak yang sedang dibacakan cerita benar-benar
menyimak yaitu dengan memperhatikan guru dan berusaha memahami isi cerita.
Metode pengembangan bahasa yang digunakan guru kelas kurang bervariasi
terutama dalam kegiatan yang menunjang pengembangan bahasa. Hal ini
mengakibatkan keterampilan menyimak anak belum optimal sehingga diperlukan
metode yang tepat untuk meningkatkan keterampilan menyimak cerita pada anak
yaitu menggunakan metode bercerita dengan gambar.
Pembelajaran dengan cerita adalah sarana menyampaikan pesan tentang
suatu kejadian atau peristiwa yang dialami di sekitar anak yang dikemas dengan
menarik agar pesan dapat diterima oleh anak-anak. Cerita dapat disampaikan
40
akan sangat membantu anak untuk mengkonkretkan isi dan makna cerita yang
disampaikan. Media yang digunakan pendidik akan mengaitkan antara kata-kata
yang diucapkan dengan isi cerita sehingga anak dapat melihat secara konkret.
Maka dari itu salah satu media yang digunakan untuk kegiatan menyimak yaitu
cerita dengan gambar.
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, maka kerangka berpikir
dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 1. Kerangka Berpikir
F. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan,
peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: keterampilan menyimak pada anak
Kelompok A di TK PKK Gedongkiwo dapat ditingkatkan melalui metode
bercerita dengan gambar. Proses pembelajaran melibatkan anak secara langsung
dalam kegiatan bercerita. Kemampuan
Awal Tindakan Hasil
Keterampilan menyimak anak
kurang optimal
Penggunaan metode bercerita
dengan gambar dalam kegiatan pembelajaran