• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK MELALUI METODE BERCERITA DENGAN GAMBAR PADA ANAK KELOMPOK A DI TK PKK GEDONGKIWO MANTRIJERON YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK MELALUI METODE BERCERITA DENGAN GAMBAR PADA ANAK KELOMPOK A DI TK PKK GEDONGKIWO MANTRIJERON YOGYAKARTA."

Copied!
160
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN

METODE BERCERITA DENGAN GAMBAR PADA ANAK KELOMPOK A

Diajukan kepada Fakultas Ilmu

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

i

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK MELALUI BERCERITA DENGAN GAMBAR PADA ANAK KELOMPOK A DI TK PKK GEDONGKIWO

MANTRIJERON YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Citra Ihtiar NIM 11111241046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

DESEMBER 2015

MELALUI BERCERITA DENGAN GAMBAR PADA ANAK

DI TK PKK GEDONGKIWO

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

Dan ketika dibacakan Kitab Al-Qur’an, maka dengarkan dan perhatikan agar kalian diberikan rahmat.

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

(7)

vii

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK MELALUI METODE BERCERITA DENGAN GAMBAR PADA ANAK

KELOMPOK A DI TK PKK GEDONGKIWO MANTRIJERON YOGYAKARTA

Oleh Citra Ihtiar NIM 11111241046

ABSTRAK

Keterampilan menyimak harus dikuasai oleh anak sebagai dasar keterampilan berbahasa yang lain. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menyimak melalui metode bercerita dengan gambar pada anak Kelompok A di TK PKK Gedongkiwo, Mantrijeron, Yogyakarta.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas, yang dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dan guru kelas. Subjek penelitian sebanyak 17 anak, yang terdiri dari 9 anak perempuan dan 8 anak laki-laki. Objek penelitian adalah keterampilan menyimak cerita melalui metode bercerita dengan gambar. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, sedangkan teknik analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila rata-rata kelas keterampilan menyimak anak telah mencapai persentase sebesar ≥80%.

Peningkatan tersebut dapat diketahui dari adanya peningkatan persentase rata-rata kelas keterampilan menyimak pada setiap siklusnya. Peningkatan hasil persentase saat pelaksanaan pratindakan yaitu 46,31% yang tergolong pada kriteria mulai berkembang. Pada Siklus I, rata-rata persentase sebesar 57,22% yang termasuk dalam kriteria berkembang sesuai harapan dan pada Siklus II, rata-rata persentase menunjukkan peningkatan yaitu 81,36% yang termasuk dalam kriteria berkembang sangat baik.Berdasarkan perolehan data, dapat disimpulkan bahwa keterampilan menyimak pada anak Kelompok A di TK PKK Gedongkiwo mengalami peningkatan mencapai indikator yang diinginkan yaitu ≥80%. Adapun proses pembelajarannya dengan menggunakan isi cerita dan gambar yang lebih menarik bagi anak, memberikan kesempatan anak menyimak dengan rileks, memberi kesempatan untuk menceritakan kembali isi cerita dengan bahasa sendiri, dan mengungkapkan pendapat tentang cerita.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT yang telah melimpakan segala berkah, rahmat, serta hidayah-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “Peningkatan

Keterampilan Menyimak melalui Metode Bercerita dengan Gambar pada Anak

Kelompok A di TK PKK Gedongkiwo Mantrijeron Yogyakarta”.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan, motivasi, dan

nasehat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Dekan dan Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Yogyakarta yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk

menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Yogyakarta dan Penasehat Akademik penulis, yang telah

memberikan kesempatan untuk memaparkan gagasan dalam bentuk tugas

akhir skripsi.

3. Ibu Dr. Christina Ismaniati, M. Pd. selaku dosen pembimbing pertama dan Ibu

Eka Sapti C., MM., M. Pd. selaku dosen pembimbing kedua yang dengan

penuh kesabaran telah membimbing penulis sampai pengerjaan tugas akhir

(9)

ix

4. Kepala Sekolah dan Ibu/Bapak guru TK PKK Gedongkiwo, Mantrijeron,

Yogyakarta yang telah memberikan izin, bantuan, dan dukungan kepada

penulis untuk mengambil data dan melakukan penelitian.

5. Kedua orang tua dan keluarga besar yang telah tulus memberikan doa,

semangat, dan dukungan baik dalam bentuk materi maupun moral dalam

menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.

6. Sahabat-sahabat penulis yang dengan tulus selalu memberikan semangat,

dukungan, doa, dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir

skripsi ini.

7. Seluruh teman-teman PG-PAUD FIP UNY angkatan 2011 khususnya Kelas

A, serta teman-teman sebimbingan yang telah memberikan semangat kepada

penulis dan sama-sama berjuang dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyelesaian skripsi

ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga segala doa, bantuan, dan dukungan yang telah

diberikan menjadi amal yang dapat diterima dan mendapat balasan dari Allah

SWT. Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya dalam memberikan konstribusi

terhadap pengembangan pendidikan anak usia dini.

Yogyakarta, Oktober 2015

(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ……….... i

HALAMAN PERSETUJUAN ………. ii

HALAMAN PERNYATAAN ………. iii

HALAMAN PENGESAHAN ……….. iv

MOTTO ……….………. v

B. Identifikasi Masalah ………..………... 6

C. Pembatasan Masalah ……….... 7

D. Rumusan Masalah ……….………...………...… 7

E. Tujuan Penelitian ……….… 7

F. Manfaat Penelitian ……….……….. 7

G. Definisi Operasional ... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Menyimak pada Anak Usia Dini ... 10

1. Pengertian Keterampilan Menyimak ... 10

2. Karakteristik Keterampilan Menyimak... 11

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Menyimak .... 12

4. Tahapan Menyimak ... 15

(11)

xi

6. Manfaat Menyimak ... 20

7. Pembelajaran Keterampilan Menyimak pada AnakUsia Taman Kanak-kanak ... 22

8. Keterampilan Menyimak Anak Usia 4-5 Tahun ... 24

B. Anak Taman Kanak-kanak ... 25

1. Pengertian Anak Taman Kanak-kanak ... 25

2. Karakteristik Anak Taman Kanak-kanak ... 26

3. Prinsip Pembelajaran Anak Taman Kanak-kanak ... 28

C. Metode Bercerita dengan Gambar ... 29

1. Pengertian Metode Bercerita dengan Gambar ... 29

2. Jenis Cerita untuk Anak Usia Taman Kanak-kanak ... 30

3. Manfaat Cerita dengan Gambar untuk Anak Taman Kanak-kanak ... 31

4. Karakteristik Cerita untuk Anak ... 33

5. Langkah Pembelajaran Metode Bercerita dengan Gambar ... 35

D. Teori Belajar ... 37

E. Kerangka Berpikir ... 39

F. Hipotesis ... 41

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ……… 42

B. Subjek dan Objek Penelitian ……….. 43

C. Prosedur Penelitian ……… 43

D. Metode Pengumpulan Data ……….. 46

E. Instrumen Penelitian ……… 47

F. Teknik Analisis Data ……….. 48

(12)

xii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ……… 50

1. Deskripsi Pelaksanaan Pratindakan ...………. 50

2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ……….. 52

3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II....………. 64

B. Pembahasan Hasil Penelitian ………... 75

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ……….. 83

B. Saran ……….…… 84

DAFTAR PUSTAKA ……….. 86

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Keterampilan Berbahasa Anak ... 24

Tabel 2. Kisi-kisi Observasi Keterampilan Menyimak ... 47

Tabel 3. Persentase Kriteria Keberhasilan ...…... 49

Tabel 4. Hasil Pratindakan Keterampilan Menyimak ...…………... 49

Tabel 5. Data Hasil Observasi Siklus I Keterampilan Menyimak ...…... 61

Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Keterampilan Menyimak pada Pratindakan dan Siklus I ... 62

Tabel 7. Data Hasil Observasi Siklus II Keterampilan Menyimak ... 73

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Surat Pernyataan Validasi ……….... 88

Lampiran 2. Instrumen Penelitian ...…...…………... 92

Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian ... 94

Lampiran 4. Rencana Kegiatan Harian (RKH) ………... 97

Lampiran 5. Hasil Observasi ...………..……... 102

Lampiran 6. Rekapitulasi Hasil Observasi ... 110

Lampiran 7. Foto Penelitian ………... 112

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan gejala semesta dan berlangsung sepanjang hayat

manusia, dimana ada kehidupan manusia, di situ pasti ada pendidikan (Dwi

Siswoyo, 2011: 32). Pendidikan merupakan usaha yang terencana untuk

mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia. Jenjang pendidikan di

Indonesia dimulai dari pendidikan anak usia dini sampai perguruan tinggi. Dalam

Undang-undang No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 No.14,

pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada

anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki

pendidikan lebih lanjut.

Pendidikan Anak Usia Dini diarahkan untuk memfasilitasi setiap anak

dengan lingkungan dan bimbingan belajar yang tepat agar anak dapat berkembang

sesuai kapasitas genetisnya. Pada usia dini pertumbuhan dan perkembangan

fisik-motorik, perkembangan moral (termasuk kepribadian, watak, dan akhlak), sosial,

emosional, intelektual, dan bahasa pada anak berlangsung sangat pesat. Anak usia

dini (usia 0-8 tahun) disebut usia emas atau the golden age yang memiliki karakteristik berbeda dengan anak usia di atasnya sehingga pendidikannya

dipandang perlu untuk dikhususkan yaitu melalui pendidikan anak usia dini

(17)

2

Pendidikan anak usia dini dipandang sebagai suatu langkah yang strategis

dalam rangka menyiapkan generasi mendatang yang unggul dan tangguh. Pada

masa emas, anak akan mudah menerima, mengikuti, melihat dan mendengar

segala sesuatu yang dicontohkan, diperdengarkan dan diperlihatkan. Semua

informasi itu disimpan dalam memori otak anak secara tahan lama. Oleh

karenanya, pendidikan anak usia dini harus memperhatikan seluruh potensi yang

dimiliki anak untuk dikembangkan secara optimal (Harun Rasyid, 2009: 48).

Bidang pengembangan pada pendidikan anak usia dini yang harus

dikembangkan secara optimal mencakup bidang pengembangan pembentukan

perilaku dan bidang pengembangan kemampuan dasar. Bidang pengembangan

pembentukan perilaku meliputi nilai-nilai agama dan moral serta

sosial-emosional. Bidang pengembangan dasar meliputi bahasa, kognitif, dan fisik.

Berkaitan dengan masalah, salah satu pengembangan dasar yang akan

dikembangkan dalam penelitian ini adalah aspek perkembangan bahasa.

Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain

(Syamsu Yusuf, 2007: 118). Perkembangan bahasa pada anak sangat dibutuhkan

untuk berinteraksi dengan manusia dan lingkungannya. Aspek perkembangan

bahasa yang harus dikuasai anak yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan

menulis. Aspek menyimak merupakan kemampuan paling awal dalam kehidupan

sebelum berbicara, membaca, dan menulis. Pengembangan keterampilan

menyimak pada anak bertujuan agar anak dapat mengidentifikasikan konsep

(18)

3

langsung, dan membantu anak untuk merespon komunikasi ketika berinteraksi

dengan lingkungan sekitar.

Anak usia 4-5 tahun setidaknya sudah mempunyai tingkat pencapaian

perkembangan bahasa yang meliputi menerima bahasa, mengungkapkan

bahasa,dan keaksaraan (Nurbiana Dhieni, 2008: 3.1). Keterampilan menyimak

merupakan keterampilan bahasa yang termasuk dalam bahasa reseptif yang

artinya keterampilan menyimak harus dikuasai oleh anak sebagai dasar

keterampilan berbahasa yang lain. Dalam permendiknas No. 58 keterampilan

menyimak yang seharusnya sudah dikuasai anak usia 4-5 tahun meliputi

menyimak perkataan orang lain, memahami cerita yang dibacakan, dan

menceritakan kembali cerita/dongeng yang pernah didengar.

Sesuai dengan perkembangan bahasa yang sudah harus dicapai anak, maka

kegiatan-kegiatan yang dilakukan di TK harus diarahkan untuk meningkatkan

keterampilan menyimak. Dengan kesempatan dan latihan yang berulang

diharapkan keterampilan menyimakpada anak akan dapat berkembangdengan

baik. Keterampilan menyimak akan mengembangkan kemampuan berbicara dan

berkomunikasi dengan lebih baik.

Berdasarkan hasil observasi, keterampilan menyimak pada anak Kelompok

A di PKK Gedongkiwo belum berkembang secara optimal. Hal ini dapat dilihat

saat observasi, terdapat 11 anak dari 17 anak yang sedang dibacakan cerita tidak

benar-benar menyimak dan berusaha memahami isi cerita. Anak-anak duduk

dibangku namun mengganggu teman lain, terdapat anak yang lesu dan

(19)

4

berkaitan dengan bahasa, khususnya menyimak cerita, anak Kelompok A TK

PKK Gedongkiwo menunjukkan hasil yang belum baik. Hal ini dapat dilihat saat

anak-anak diberi pertanyaan lisan yang berhubungan dengan apa yang disimak

atau yang disampaikan guru sebelumnya, anak-anak masih belum merespon dan

belum bisa menjawab sesuai apa yang disampaikan guru.

Kegiatan menyimak tidak sama dengan kegiatan mendengar ataupun

mendengarkan. Kegiatan menyimak terjadi karena faktor kesengajaan, perhatian,

dan usaha untuk memahami sesuatu yang disimak. Ada berbagai cara untuk

mengembangkan keterampilan menyimak pada anak TK, seperti metode

simak-ulang ucap, simak-kerjakan, simak-terka, menjawab pertanyaan, parafrase,

merangkum, dan bisik berantai (Nurbiana Dhieni, Lara Fridani, Gusti Yarmi, &

Nany Kusniaty. 2005: 4.14-4.15).

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas, kegiatan untuk

meningkatkan keterampilan menyimak jarang dilakukan. Seharusnya anak lebih

banyak dilatih untuk melakukan beberapa kegiatan yang melibatkan

pengembangan bahasa khususnya menyimak. Jika ada waktu yang luang, guru

cenderung mengisi dengan kegiatan yang mendukung perkembangan kemampuan

kognitif seperti mengerjakan majalah anak yang berisi lembar kerja anak (LKA).

Selain itu, metode pengembangan bahasa yang digunakan guru kelas kurang

bervariasi terutama dalam kegiatan yang menunjang pengembangan bahasa

sehingga keterampilan menyimak anak belum optimal.

Berdasarkan permasalahan yang ada perlu adanya perbaikan dalam

(20)

5

keterampilan menyimak pada anak, perlu adanya proses pembelajaran yang

menyenangkan dan menarik salah satunya yaitu bercerita. Kegiatan bercerita sudah dilakukan di TK namun sebatas cerita yang guru sampaikan secara lisan.

Kegiatan cerita seperti menceritakan hasil karya, bercerita menggunakan buku

atau gambar masih jarang dilakukan. Dalam memanfaatkan media buku, guru

sebatas memberikan buku untuk dibuka oleh anak dan tanpa tindak lanjut. Padahal

dalam kegiatan bercerita, penggunaan buku dengan gambar akan sangat

membantu agar cerita lebih menarik dan anak-anak lebih tertarik. Pada dasarnya,

dengan bercerita dengan gambar guru dapat membuat variasi dalam penyampaian

cerita untuk melatih keterampilan menyimak salah satunya melalui kegiatan

bercerita dengan gambar.

Metode bercerita merupakan kegiatan yang menarik dan menyenangkan

bagi anak-anak. Bahan yang diperlukan dalam kegiatan bercerita dapat

memanfaatkan bahan yang ada di sekitar. Proses dalam penyampaiannya cukup

sederhana namun harus ekspresif. Bercerita juga akan menambah wawasan,

informasi baru, dan kosa kata bagi anak.

Melalui kegiatan bercerita dengan gambar, anak-anak akan lebih tertarik

dan dapat melatih keterampilan menyimak. Anak berlatih memahami konsep

sederhana, mendengar cerita dan menceritakan kembali, merespon cerita yang

sedang dibacakan, dan menceritakan apa yang sedang dialami sendiri. Dalam

kegiatan bercerita dengan gambar diperlukan keterampilan menyimak cerita yang

disampaikan agar anak dapat memahami apa yang diceritakan, merespon, dan

(21)

6

bercerita dengan gambar diharapkan dapat meningkatkan keterampilan menyimak

anak.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasi beberapa masalah

sebagai berikut:

1. Keterampilan menyimak pada anak Kelompok A TK PKK Gedongkiwo yang

masih rendah dilihat saat kegiatan pembelajaran.

2. Kurangnya variasi dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, sehingga

kesempatan bagi anak untuk mengasah keterampilan menyimak anak masih

kurang.

3. Terdapat 11 anak dari 17 anak tidak menunjukkan respon ketika dibacakan

cerita.

4. Media dalam pembelajaran bercerita masih belum dikembangkan sehingga

menyebabkan keterampilan menyimak menjadi rendah.

5. Kegiatan untuk mengembangkan keterampilan menyimak masih jarang

dilakukan, lebih banyak kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan

kemampuan kognitif.

C. Pembatasan Masalah

Sesuai dengan identifikasi masalah yang diuraikan di atas, penulis

(22)

7

menyimak pada anak Kelompok A di TK PKK Gedongkiwo yang masih rendah

dilihat saat kegiatan pembelajaran.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, maka dalam

penelitian ini dapat diajukan rumusan masalah yaitu “Bagaimana meningkatkan

keterampilan menyimak melalui metode bercerita dengan gambar pada anak

Kelompok A di TK PKK Gedongkiwo Mantrijeron Yogyakarta?”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan

keterampilan menyimak pada Kelompok A di TK PKK Gedongkiwo Mantrijeron

Yogyakarta melalui metode bercerita dengan gambar.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan sejumlah manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Penelitian ini dapat digunakan untuk memperbaiki dan

menyempurnakan proses pembelajaran khususnya kegiatan pembelajaran di

TK PKK Gedongkiwo yang berhubungan dengan keterampilan menyimak.

Selain itu juga memberikan pengetahuan tentang variasi dalam

(23)

8

meningkatkan keterampilan menyimak menggunakan metode bercerita dengan

gambar.

2. Bagi Sekolah

Memberikan masukan kepada Kepala Sekolah untuk mengembangkan

kualitas sekolah dengan pengelolaan pembelajaran, sehingga tujuan

pembelajaran tercapai dengan maksimal. Memberikan kesempatan bagi guru

untuk meningkatkan pengetahuan dalam rangka mengoptimalkan

perkembangan anak salah satunya keterampilan menyimak dengan berbagai

kegiatan yang variatif.

G. Definisi Operasional

Untuk memberikan batasan yang jelas dalam penelitian ini maka

dikemukakan definisi operasional variabel, sebagai berikut:

1. Keterampilan menyimak

Keterampilan menyimak merupakan keterampilan dalam proses

mendengarkan dengan penuh perhatian, memahami isi atau makna yang

disampaikan, dan merespon isi dalam bentuk interaksi yang komunikatif.

2. Metode bercerita dengan gambar

Metode bercerita dengan gambar adalah metode bercerita menggunakan

alat bantu atau media gambar yang digunakan dalam penyampaian cerita untuk

(24)

9 BAB II KAJIAN TEORI

A. Keterampilan Menyimak pada Anak Taman Kanak-kanak 1. Pengertian Keterampilan Menyimak

Keterampilan menyimak adalah salah satu keterampilan bahasa yang

reseptif artinya menyimak adalah menerima informasi dari kegiatan berbicara.

Dalam proses pembelajaran keterampilan menyimak memiliki peranan yang

dominan pada aktivitas anak. Menyimak sangat diperlukan untuk pengembangan

aspek bahasa yang lain. Kegiatan menyimak sering disamakan dengan kegiatan

mendengar atau mendengarkan yang sebenarnya memiliki makna yang berbeda.

Mendengar adalah proses reseptif pasif dan terjadi secara alamiah karena

seseorang memiliki indera pendengaran, sedangkan mendengarkan adalah

kegiatan yang dilakukan dengan sengaja penuh kesadaran, dan dengan tujuan

tertentu (Henry Guntur T, 2008: 13). Menyimak terjadi karena unsur kesengajaan,

perhatian, dan usaha memahami sesuatu yang disimak (Nurbiana Dhieni, dkk.,

2005: 4.4). Dalam kegiatan mendengarkan belum ada upaya untuk memahami apa

yang didengar berbeda dengan menyimak.

Saleh Abbas (2006: 63) mendefinisikan bahwa menyimak adalah proses

mengorganisasikan apa yang didengar dan menempatkan pesan suara yang

didengar, kemudian ditangkap menjadi makna-makna yang dapat diterima.

Menurut Henry Guntur T. (2008: 31) mendefinisikan pengertian menyimak adalah

suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh

(25)

10

menangkap isi, atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah

disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Sedangkan

Anderson (Henry Guntur T, 2008: 30) mengungkapkan menyimak memiliki

makna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa menyimak merupakan kegiatan yang yang

berhubungan dengan proses mendengarkan dengan penuh perhatian, memahami

makna yang disampaikan, dan merespon dalam bentuk interaksi yang

komunikatif. Dalam menyimak membutuhkan bahan untuk disimak yang dapat

mengasah keterampilan menyimak, salah satunya adalah cerita. Kegiatan

menyimak cerita dilakukan dengan mendengarkan cerita, berusaha memahami

makna cerita yang disampaikan, dan merespon isi cerita.

Dari pengertian yang disampaikan oleh para ahli, pengertian keterampilan

menyimak dalam penelitian ini adalah keterampilan dalam proses mendengarkan

cerita dengan penuh perhatian, mampu memahami isi cerita, bahkan mampu

merespon isi cerita yang telah disampaikan dengan interaksi yang komunikatif.

2. Karakteristik Keterampilan Menyimak

Keterampilan menyimak merupakan keterampilan seorang anak dalam

menyimak dengan penuh perhatian, mampu memahami isi yang disampaikan,

bahkan mampu merespon isi dengan bahasa yang komunikatif. Hal ini sejalan

dengan tujuan dari cerita itu sendiri, yaitu bertujuan agar anak mampu

mendengarkan dengan seksama terhadap apa yang disampaikan orang lain, anak

dapat bertanya apabila tidak memahaminya, anak dapat menjawab pertanyaan,

(26)

11

6.7). Dapat disimpulkan karakteristik atau ciri-ciri khusus dalam keterampilan

menyimak pada anak berkaitan dengan proses dan dampak saat anak dibacakan

cerita.

Dalam penelitian ini karakteristik yang diamati adalah saat anak

menyimak cerita dengan penuh perhatian yang ditunjukkan dengan mendengarkan

dengan penuh perhatian yaitu tidak ramai saat dibacakan cerita. Selain itu

keterampilan menyimak dapat dilihat dari karakteristik menyimak cerita yaitu

memahami makna yang disampaikan dalam cerita. Hal ini dilihat dari kemampuan

anak menjawab pertanyaan yang diajukan sehubungan dengan cerita, misalnya

penokohan, setting, dan lain-lain. Selain itu anak dapat dikatakan memahami apa yang disampaikan diamati saat anak menceritakan kembali isi cerita secara runtut.

Kemampuan merespon isi cerita dengan bahasa yang komunikatif pada anak

dinyatakan dengan mengungkapkan pendapat tentang cerita yang telah

disampaikan.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Menyimak

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keefektivan menyimak. Henry

Guntur T. (2008: 106-110) mengemukakan faktor yang mempengaruhi

keterampilan menyimak, yaitu:

a. Faktor fisik

Kesehatan dan kesejahteraan fisik merupakan modal penting yang

menentukan bagi tiap penyimak. Ruangan yang digunakan dipersiapkan dari

(27)

12

tenang dan tidak mudah mendatangkan gangguan ataupun selingan dalam

kegiatan menyimak.

b. Faktor psikologis

Faktor psikologis yang sering terjadi dalam kegiatan menyimak adalah

faktor yang berhubungan dengan sikap-sikap dan sifat pribadi seseorang.

Faktor tersebut antara lain prasangka dan kurangnya simpati, keegosentrisan,

kepicikan, kebosanan, dan kejenuhan, serta sikap yang tidak layak yang akan

mengganggu kegiatan menyimak. Faktor psikologis yang positif akan

mendukung kegiatan menyimak, misalnya menyimak dengan penuh perhatian.

c. Faktor pengalaman

Sikap-sikap yang dihasilkan merupakan hasil dari pertumbuhan dan

perkembangan serta pengalaman. Kurangnya minat menyimak merupakan

salah satu akibat dari pengalaman yang kurang atau tidak ada sama sekali pada

bidang yang akan disimak.

Bromley (Nurbiana Dhieni, 2008: 3.12) menjelaskan jenis faktor yang

berpengaruh terhadap kemampuan menyimak anak yaitu faktor penyimak, faktor

situasi, dan faktor pembicara. Keterampilan menyimak melibatkan banyak faktor

dalam prosesnya, beberapa faktor yang mempengaruhi keterampilan menyimak

adalah sebagai berikut:

1. Acuity, yaitu kesadaran akan adanya suara yang diterima oleh telinga. Misalnya, mendengar ibu guru membacakan cerita.

(28)

13

3. Auding, yaitu proses dimana terdapat asosiasi antara arti dengan pesan yang diungkapkan. Proses ini melibatkan pemahaman terhadap isi dan maksud

kata-kata yang diungkapkan.

Ketiga faktor tersebut dapat dilihat dalam penelitian ketika anak

melakukan kegiatan menyimak cerita. Faktor acuity dapat dilihat saat anak mau dan mulai tertarik menerima suara dari pembaca cerita serta memperhatikan

dengan sungguh-sungguh. Faktor auditory discrimination ditunjukkan dengan anak mengenali dan bisa membedakan suara atau bunyi yang ada dalam cerita,

sehingga anak mampu membedakan suara antartokoh maupun ciri-ciri tokoh yang

disampaikan. Faktor auding ditunjukkan dengan kemampuan anak memahami isi dan makna cerita sehingga dapat menjawab atau merespon pertanyaan terkait

cerita serta dapat mengomunikasikan dengan menceritakan kembali cerita yang

disimak.

Faktor yang memengaruhi keterampilan menyimak dalam penelitian ini

yaitu faktor fisik yang dilihat dari ketersediaan ruang yang belum memadai.

Kegiatan menyimak terganggu karena ruangan kelas berdekatan dengan ruang

kelas lain yang hanya disekat almari. Sedangkan faktor psikologis yang terlihat di

saat awal penelitian yaitu faktor psikologis negatif misalnya mengganggu teman

lain yang sedang menyimak. Hal ini diatasi dengan menyampaikan isi cerita yang

menarik dan dengan gambar yang menarik. Faktor pengalaman sangat terlihat

ketika sedang dibacakan cerita dan anak-anak mengaitkan dengan kejadian yang

(29)

14 4. Tahapan Menyimak

Ruth G. Strickland (Henry Guntur T, 2008: 31) menyimpulkan adanya

sembilan tahapan menyimak, mulai dari menyimak berkala atau yang tidak tentu

sampai pada menyimak secara aktif atau yang sungguh-sungguh, yaitu:

a) Menyimak berkala, terjadi saat anak merasakan keterlibatan langsung dalam

pembicaraan mengenai dirinya;

b) Menyimak dengan perhatian dangkal karena mendapat gangguan dengan

adanya selingan perhatian pada hal di luar pembicaraan;

c) Setengah menyimak, karena terganggu kegiatan menunggu kesempatan untuk

mengekspresikan isi hati dan pendapat anak;

d) Menyimak serapan, anak menyerap dan mengabsorpsi hal-hal yang kurang

penting;

e) Menyimak sekali-sekali, menyimak sesekali apa yang disampaikan, perhatian

terbagi dengan keasyikan lain;

f) Menyimak asosiatif, hanya mengingat pengalaman pribadi secara konstan,

yang mengakibatkan penyimak tidak memberikan reaksi terhadap pesan yang

disampaikan pembicara;

g) Menyimak dengan reaksi berkala, memberikan komentar dan mengajukan

pertanyaan kepada penyampai pesan;

h) Menyimak secara seksama, sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran

penyampai pesan;

i) Menyimak secara aktif, untuk mendapatkan dan menemukan pikiran, pendapat,

(30)

15

Kegiatan menyimak merupakan sebuah proses yang bertahap dan terus

berlanjut sampai tahap akhir. Jika berhenti pada tahap tertentu, maka keterampilan

menyimak belum sempurna. Menurut Henry Guntur T (2008:63), menyimak

merupakan kegiatan yang membutuhkan proses sehingga memerlukan beberapa

tahap-tahap sebagai berikut:

1) Tahap mendengarkan (hearing), dalam tahap ini anak harus mendengarkan segala sesuatu yang disampaikan pembicara dalam ujaran atau

pembicaraannya.

2) Tahap memahami (understanding), setelah mendengar maka ada keinginan untuk mengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan

oleh pembicara.

3) Tahap menginterpretasi (interpreting), penyimak yang cermat dan teliti belum puas hanya mendengar dan memahami isi yang disampaikan, dia ingin

menafsirkan setiap apa yang disampaikan pembicara.

4) Tahap mengevaluasi (evaluating), setelah memahami dan dapat menafsir isi pembicaaraan, sang penyimak mulai menilai pendapat ataupun gagasan

pembicara dengan keunggulan dan kelemahan pembicara.

5) Tahap menanggapi (responding), tahap terakhir dalam kegiatan menyimak, penyimak menyambut menyerap, dan menerima gagasan atau ide yang

dikemukakan sang pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya.

Berdasarkan pendapat di atas diambil kesimpulan bahwa seorang anak

yang menyimakdengan baik jika anak dapat melakukan tahap-tahap sebagai

(31)

16

pesan, dan menanggapi. Anak dikatakan terampil menyimak cerita jika mampu

menerima pesan yang ada dalam cerita maupun yang disampaikan pembaca cerita,

anak memahami isi pesan tersebut, serta anak mengingat pesan dan menanggapi

pesan dari cerita yang telah disampaikan.

5. Jenis-jenis Menyimak

Ragam atau jenis menyimak dapat dibedakan melalui tujuan dari kegiatan

menyimak itu sendiri. Dengan adanya tujuan umum dan khusus, maka

menyebabkan adanya ragam menyimak. Jenis-jenis menyimak menurut Herry

Hermawan (2012: 43-47), yaitu:

a. Menyimak secara pasif

Menyimak yang dilakukan tanpa adanya evaluasi terhadap pesan-pesan

yang disampaikan pembicara.

b. Menyimak secara kritis

Menyimak dengan berupaya mencari kesalahan, kekeliruan, dan

kekurangan dari pesan-pesan yang disampaikan pembicara.

c. Menyimak secara aktif

Menyimak dengan menunjukkan kepedulian terhadap pembicara,

berusaha memahami dan mengingat apa yang didengar, dan memberikan

(32)

17

Ragam menyimak menurut Henry Guntur Tarigan (2008: 38-53)

berdasarkan tujuan menyimak, yaitu:

1) Menyimak ekstensif

Menyimak ekstensif adalah sejenis kegiatan menyimak mengenai hal-hal

umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran. Kegiatan menyimak ekstensif

memberi kesempatan dan kebebasan bagi anak untuk mendengar dan

menyimak kosa kata baru yang telah disimak. Bercerita merupakan salah satu

contoh bagi kegiatan menyimak secara ekstensif karena anak mendapat

berbagai informasi dan kosa kata baru dari apa yang terkandung dalam isi

cerita. Beberapa kegiatan menyimak yang termasuk kegiatan menyimak

ekstensif:

a) Menyimak sosial

Menyimak sosial atau menyimak sopan berlangsung dalam situasi

sosial saat orang mengobrol hal yang menarik perhatian, yang dikatakan

seorang teman (Dawson, et., al., 1963: 153). Ada dua hal dalam kegiatan

menyimak sosial yaitu menyimak secara sopan santun, penuh perhatian,

dan menyimak serta memahami peranan-peranan pembicara dan

penyimak dalam komunikasi tersebut.

b) Menyimak sekunder

Menyimak sekunder adalah sejenis kegiatan menyimak secara

kebetulan dan ekstensif. Menyimak sekunder ini dilakukan bersama

(33)

18 c) Menyimak estetik

Menyimak estetik ataupun yang disebut menyimak apresiatif

adalah fase terakhir dari kegiatan menyimak kebetulan dan termasuk

menyimak ekstensif. Mencakup kegiatan menyimak musik, puisi, drama,

dan menikmati cerita, puisi, teka-teki, dan lain-lain.

2) Menyimak intensif

Menyimak intesif lebih diarahkan pada kegiatan menyimak secara lebih

bebas dan umum dan tidak perlu di bawah bimbingan para guru. Menyimak

intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang diawasi dan dikontrol terhadap

satu hal tertentu. Termasuk dalam kegiatan menyimak intensif yaitu:

a) Menyimak kritis

Menyimak kritis adalah sejenis kegiatan menyimak yang berupa

mencari kesalahan atau kekeliruan pembicara.

b) Menyimak konsentratif

Menyimak dengan menelaah sebuah informasi atau pesan.

c) Menyimak kreatif

Kegiatan menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan

rekontruksi imajinatif terhadap apa yang disimaknya.

d) Menyimak eksplorasif

Menyimak eksplorasif adalah sejenis kegiatan menyimak intensif

dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah dan lebih

(34)

19 e) Menyimak interogatif

Kegiatan menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan

seleksi pemusatan perhatian, yang kemudian penyimak mengajukan

pertanyaan.

f) Menyimak selektif

Menyimak dengan memahami ciri-ciri bahasa yang berurutan yaitu

nada suara, bunyi-bunyi asing, bunyi yang bersamaan, kata-kata dan frase,

dan bentuk ketatabahasaan.

Jenis menyimak yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu menyimak

secara aktif yang ditunjukkan dengan adanya kepedulian atau perhatian anak-anak

terhadap pembaca cerita, anak berusaha memahami dan mengingat apa yang

didengar, juga memberikan tanggapan terhadap apa yang disampaikan pembaca

cerita. Sedangkan tujuan utama menyimak dalam penelitian ini termasuk dalam

ragam menyimak ekstensif estetik yang memberikan kesempatan pada anak untuk

mendengar dan menyimak kosa kata baru dari apa yang disampaikan melalui

metode bercerita dengan gambar.

6. Manfaat Menyimak

Tujuan dari pembelajaran keterampilan menyimak untuk anak yaitu agar

dapat memahami pesan singkat (sederhana).Nuerbiana Dhieni, dkk. (2005: 4.7)

menyatakan fungsi menyimak yaitu sebagai dasar belajar bahasa, pengembangan

bahasa tulis, penunjang keterampilan bahasa lainnya, pelancar komunikasi lisan,

dan penambah informasi atau pengetahuan.Manfaat dari menyimak sendiri yaitu

(35)

20

merupakan dasar bagi proses belajar bahasa. Menyimak merupakan keterampilan

bahasa yang paling dasar dan harus dimiliki setiap anak. Bromley, 1991 (dalam

Nurbiana Dhieni, 2009: 3.21) juga menjelaskan fungsi dari keterampilan

menyimak, sebagai berikut (1) memberikan kesempatan pada anak untuk

mengapresiasi dan menikmati lingkungan sekitar mereka; (2) membantu anak

memahami keinginan dan kebutuhan mereka sehubungan dengan kebutuhannya

untuk bersosialisasi; (3) mengubah dan mengontrol perilaku maupun sikap

pembicara, dimana cara menyampaikan pesan akan berdampak pada isi dan

bentuk pesan yang diterima; (4) membantu perkembangan kognitif anak, melalui

belajar menerima informasi dan mendapatkan pengetahuan baru; (5) memberikan

pengalaman pada anak untuk berinteraksi secara langsung dengan orang lain; dan

(6) membantu anak mengekspresikan keunikan dirinya sebagai individu yang

berfikir dan memperhatikan orang lain.

Sedangkan manfaat dari cerita itu sendiri yaitu dapat menumbuhkan

kesadaran menghargai dan mencintai makna yang terkandung dalam cerita,

menanamkan budi pekerti pada anak, menumbuhkan jiwa sosial pada anak,

memberi hiburan pada anak, meningkatkan minat baca, dan menanamkan

kebiasaan menyimak cerita (Nur Mustakim, 2005: 71-87). Manfaat dari

menyimak dan cerita saling terkait dan memberikan dampak yang positif bagi

perkembangan anak melalui kegiatan menyimak cerita. Hal ini sesuai dengan

pendapat Sri Muryanti (2014: 105) bahwa keterampilan menyimak cerita

berpengaruh pada beberapa hal, antara lain (1) anak mulai menunjukkan

(36)

21

menirukan kembali 3-4 urutan kata; (3) anak dapat mendengarkan cerita dan

menceritakan kembali isi cerita secara sederhana; (4) anak lebih termotivasi dan

aktif dalam mengikuti pembelajaran menyimak dengan cerita

bergambar; dan (5) anak tidak merasa bosan mengikuti selama proses

pembelajaran, karena media gambar menarik bagi anak.

Melalui kegiatan menyimak cerita tersebut dapat diperoleh manfaat agar

anak terampil berbahasa khususnya menyimak dan menyampaikan pesan yang

ada dalam cerita. Manfaat menyimak cerita yaitu dapat mengembangkan

keterampilan dan pengembangan bahasa, mengembangkan keterampilan membaca

dan menulis, memperlancar komunikasi, dan menambah pengetahuan yang

disampaikan melalui kegiatan bercerita.

7. Pembelajaran Keterampilan Menyimak pada Anak Taman Kanak-kanak Terdapat banyak teknik dan metode untuk mengembangkan keterampilan

menyimak pada tingkat pemula, terutama anak usia Taman Kanak-kanak.

Beberapa teknik pembelajaran keterampilan menyimak tingkat pemula yaitu

demonstrasi, dikte, permainan kartu kata, wawancara, permainan memori,

biografi, dan manajemen kelas (Iskandarwassid, 2013: 286). Metode lain yang

dapat mengembangkan keterampilan menyimak untuk anak Taman Kanak-kanak

yaitu simak-ulang ucap, simak-kerjakan, simak-terka, menjawab pertanyaan,

parafrase, merangkum, dan bisik berantai (Nurbiana Dhieni, dkk, 2005:

4.18-4.20). Simak ulang ucap biasanya digunakan dalam memperkenalkan bunyi

tertentu. Simak kerjakan yaitu ucapan guru berupa kalimat perintah dan anak

(37)

22

untuk menebak atau menerka benda yang belum diperlihatkan. Menjawab

pertanyaan digunakan dalam cerita, guru menyiapkan bahan simakan berupa

cerita lalu guru mengajukan pertanyaan sehubungan dengan cerita. Metode

parafrase digunakan dengan menyimak puisi yang dibacakan guru kemudian guru

memberi kesempatan anak menceritakan kembali isi puisi dengan bahasa sendiri.

Merangkum yaitu dilakukan dengan guru menyiapkan cerita dan kemudian anak

diminta menceritakan kembali isi dari cerita dengan bahasa sendiri. Metode bisik

berantai dilakukan dengan membisikkan kata ke anak, kemudian anak tersebut

membisikkan ke anak lain, dan seterusnya.

Berdasarkan metode yang dikemukakan di atas, ada beberapa metode yang

dapat dilakukan saat kegiatan bercerita yaitu metode simak kerjakan, menjawab

pertanyaan, dan merangkum. Simak kerjakan ditunjukkan dengan reaksi anak saat

guru membacakan cerita. Menjawab pertanyaan dilakukan dengan memberi

pertanyaan yang berhubungan dengan cerita dan diberikan setelah anak

mendengarkan cerita. Merangkum yaitu ketika anak diminta menceritakan

(38)

23

8. Keterampilan Menyimak Anak Usia 4-5 Tahun

Keterampilan berbahasa meliputi keterampilan menyimak, berbicara,

membaca, dan menulis. Perkembangan bahasa anak bermula dengan belajar

menyimak bahasa, kemudian berbicara, setelah itu membaca dan menulis yang

merupakan satu kesatuan (Henry Guntur T, 2008: 4). Berikut penjelasan dalam

tabel keterampilan berbahasa anak:

Tabel 1. Keterampilan Berbahasa Anak

MENYIMAK Lisan (hasil kegiatan: BERBICARA)

MEMBACA Reseptif informasi dari sumber) (menerima Tulisan (hasil kegiatan: MENULIS)

Anak usia dini, khususnya usia 4-5 tahun dapat mengembangkan kosa kata

secara mengagumkan dan rata-rata dapat menggunakan 9000 sampai 1000 kosa

kata yang berbeda (Nurbiana Dhieni, 2008: 3.1). Anak-anak menyerap kosa kata

baru dari lingkungan sekitarnya. Keterampilan menyimak merupakan salah satu

kemampuan bahasa reseptif di mana secara aktif anak memproses dan memahami

apa yang disimak sehingga kosa kata anak dapat meningkat. Keterampilan

menyimak dan membaca adalah keterampilan menerima informasi. Sedangkan

berbicara dan menulis adalah keterampilan menyampaikan pesan atau pendapat.

Keterampilan menyimak merupakan keterampilan dasar bagi perkembangan

bahasa dan untuk menunjang keterampilan berbahasa yang lain.

Berdasarkan teori perkembangan bahasa, anak usia 4-5 tahun atau

kelompok A berada dalam tahap pengembangan tata bahasa yang artinya anak

sudah mampu membuat kalimat dengan S-P-O. Pada tahap ini anak sudah mampu

(39)

24

dengan mendengarkan cerita, anak usia 4-5 tahun diharapkan mampu memahami

isi cerita yang disampaikan dengan sederhana.

B. Anak Taman Kanak-kanak

1. Pengertian Anak Taman Kanak-kanak

Menurut NAEYC (National Assosiation Education for Young Children), anak usia dini adalah sekelompok individu yang berada pada rentang usia antara

0–8 tahun(Sofia Hartati, 2005: 7).SedangkanmenurutUndang-Undang No. 20

Tahun 2003, anak usia dini adalah anak yang berusia antara 0 - 6 tahun. Anak usia

dini disebut usia emas atau the golden age yang dipandang memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak usia di atasnya sehingga pendidikannya dipandang

perlu untuk dikhususkan yaitu melalui PAUD (Slamet Suyanto, 2005: 6).

Pada masa usia emas, pertumbuhan otak sedang mengalami

perkembangan yang sangat pesat. Anak usia dini sedang berada pada tahap

pertumbuhan dan perkembangan baik fisik ataupun mental yang paling pesat.

Pertumbuhan dan perkembangan tersebut telah terjadi sejak prenatal, sejak dalam

kandungan. Otak anak terus berkembang yaitu terjadi hubungan antarsel saraf

otak. Masa usia dini sangat penting, karena pada usia empat tahun 50 %

kecerdasan anak telah tercapai dan 80 % saat usia delapan tahun (Trianto,

2011:14).

Masa usia dini dimanfaatkan untuk mengembangkan seluruh potensi yang

ada dalam diri anak. Selain itu juga memaksimalkan pertumbuhan dan

(40)

25

meliputi perkembangan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, serta nilai agama

dan moral. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pendidikan bagi anak usia dini

dikhususkan dan memiliki tujuan agar anak berkembang secara optimal.

Pendidikan anak usia dini dilakukan untuk menciptakan generasi unggul di masa

datang sehingga dilakukan dengan serius melalui pendidikan yang sesuai dengan

tumbuh kembang anak.

2. Karakteristik Anak Taman Kanak-kanak

Pendidikan anak usia dini yang sangat penting diselenggarakan tanpa

meninggalkan hakekat anak sebagai individu yang berbeda, unik, dan memiliki

karakteristik tersendiri sesuai dengan tahapan usianya. Maka, upaya

pengembangan potensi dan seluruh aspek perkembangan anak melalui kegiatan

pembelajaran tidak dilakukan sembarang, namun dengan prinsip-prinsip

pembelajaran anak usia dini termasuk dengan mengutamakan karakteristik anak.

Dengan mengutamakan karakteristik anak kegiatan pembelajaran yang

diselenggarakan akan mengembangkan potensi anak sesuai tahapan usia. Menurut

Cucu Eliyawati (2005: 2) karakteristik anak usia dini, yaitu:

a. Anak bersifat unik. Setiap anak memiliki bawaan, minat, kemampuan, dan latar

belakang kehidupan masing-masing meskipun terdapat pola umum

perkembangan yang dapat diperkirakan.

b. Anak bersifat egosentris. Anak cenderung melihat dan memahami segala

(41)

26

c. Anak bersifat aktif dan energik. Anak-anak melakukan berbagai aktivitas

secara terus menerus. Aktivitas ini bertambah ketika dihadapkan pada kondisi

yang menantang dengan rasa keingintahuannya.

d. Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias pada banyak hal. Rasa

ingin tahu ini diungkapkan anak dengan banyak memperhatikan,

membicarakan, dan mempertanyakan apa yang anak lihat dan didengarnya.

e. Anak bersifat eksploratif. Dengan rasa ingin tahu yang kuat, anak menjadi

senang menjelajah, mencoba, dan mempelajari hal baru.

f. Ekspresi perilaku anak spontan. Perilaku yang ditampilkan anak bersifat relatif

asli dan tidak ditutup-tutupi. Ketika anak marah, maka seketika itu akan

menampakkan atau mengekspresikan kemarahannya secara langsung. Dalam

hal ini peran pengendalian emosi sangat penting untuk ditingkatkan dan diasah.

g. Anak senang berkhayal/berfantasi. Anak menyukai dunia imajinatif yang

terkadang tidak dimengerti orang lain.

h. Anak mudah frustasi. Anak mudah kecewa terhadap beberapa hal yang tidak

memuaskan anak. Kecenderungan perilaku ini terkait dengan sifat anak yang

egosentris.

i. Anak kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu. Dalam melakukan

aktivitasnya anak tidak memikirkan akibat yang akan terjadi.

j. Anak memiliki daya perhatian yang pendek. Anak masih sangat sulit

berkonsentrasi dengan jangka waktu yang lama.

k. Anak banyak belajar dari pengalaman. Anak belajar melalui lingkungan

(42)

27

l. Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman. Semakin banyak

pengalaman dengan dunia luar anak mulai menunjukkan kerjasama dan

hubungan dengan teman-temannya.

Pembelajaran anak usia dini tidak hanya harus sesuai dengan karakteristik

anak, namun juga melibatkan berbagai unsur lain agar pembelajaran terselenggara

dengan baik. Unsur tersebut dijabarkan dalam prinsip pembelajaran PAUD yang

didasarkan pada hakekat anak usia dini.

3. Prinsip Pembelajaran di Taman Kanak-kanak

Pembelajaran anak usia dini tidak seperti pembelajaran pada orang

dewasa. Penyelenggaraan pembelajaran bagi anak didasarkan pada karakteristik

dan perkembangan anak usia dini. Prinsip pembelajaran anak usia dini yaitu

berorientasi pada kebutuhan anak, belajar melalui bermain, lingkungan yang

kondusif, pembelajaran terpadu, mengembangkan kecakapan hidup,

menggunakan lingkungan sebagai sumber dan media belajar, pendekatan

konstrutivisme, pendekatan kreatif dan inovatif, mengembangkan semua aspek

kecerdasan, pemanfaatan teknologi informasi, dan dilakukan secara bertahap dan

berulang (Trianto, 2011: 25). Prinsip yang ada harus dijalankan secara

menyeluruh agar pembelajaran optimal dan mengembangkan setiap individu.

Menurut Muhammad Fadlillah (2012: 77) pelaksanaan program pendidikan untuk

PAUD sendiri harus mengacu pada prinsip umum sebagai berikut:

a. Nondiskriminasi, semua anak mengenyam pendidikan tanpa membedakan suku

bangsa, jenis kelamin, bahasa, agama, tingkat sosial, serta kebutuhan khusus

(43)

28

b. Dilakukan untuk kebaikan terbaik untuk anak, bentuk pengajaran, kurikulum

yang sesuai perkembangan anak.

c. Mengakui hak hidup, kelangsungan hidup, daan perkembangan yang sudah

melekat dalam diri anak.

d. Penghargaan terhadap pendapat anak, perlunya tanggapan dan perhatian untuk

anak.

C. Metode Bercerita dengan Gambar

1. Pengertian Metode Bercerita dengan Gambar

Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar

bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan

(Moeslichatoen,2004:157). Melalui cerita pendidik dapat menyampaikan ide atau

pesan melalui serangkaian penataan yang baik dengan tujuan agar pesan menjadi

lebih mudah diterima dan memberikan dampak yang lebih luas dan banyak pada

sasaran (Bachtiar, 2005: 17). Pesan yang ada dalam cerita diharapakan dapat

sampai dan memberi dampak yang positif terhadap pengalaman siswa.Cerita

dapat disampaikan dengan lisan maupun dengan tulisan. Cerita dapat diselipkan

dalam pembelajaran agar memudahkan pendidik menyampaikan materi pada

anak. Agar penyampaian pesan dalam cerita lebih menarik, mudah diterima, dan

mengkonkritkan apa yang diceritakan, maka cerita dilengkapi dengan alat atau

media berupa gambar.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan metode cerita dengan gambar

(44)

29

diharapkan agar pesan mudah diterima dan memberikan dampak yang positif bagi

pendengar cerita. Metode cerita dengan gambar dilakukan dengan memberikan

cerita tentang lingkungan sekitar anak dan kejadian menarik di sekitar anak.

Penyampaian cerita disertai gambar-gambar yang mendukung isi cerita dan

menarik bagi anak.

2. Jenis Cerita untuk Anak Taman Kanak-kanak

Cerita bagi anak usia dini adalah sesuatu yang menarik. Namun tidak

semua cerita dapat disampaikan pada anak dan perlu dikemas agar sesuai dengan

karakteristik anak. Menurut Tadkiroatun Musfiroh (2008: 69-80), ada tiga jenis

cerita yang sesuai dengan anak Taman Kanak-kanak, yaitu:

a. Cerita rakyat

Cerita rakyat adalah cerita yang tersebar dari mulut ke mulut yang

berkaitan dengan cerminan kebudayaan di lingkungan masyarakat tertentu

sehingga mempengaruhi tingkah laku mereka.

b. Cerita fiksi modern

Cerita fiksi modern merupakan cerita imajinatif yang diciptakan oleh

seseorang mengenai kehidupan sehari-hari. Ada dua bentuk cerita fiktif

modern yaitu:

1) Cerita fiksi popular adalah cerita yang menampilkan peri kehidupan

sehari-hari melalui tokoh manusia maupun rekaan (binatang atau tokoh

khayal dengan bentuk tertentu).

2) Cerita fiksi ilmiah adalah cerita yang mengandung unsur-unsur keilmiahan

(45)

30

Cerita fiksi ilmiah mengandung nilai kebenaran yang dapat dibuktikan di

alam nyata.

c. Cerita faktual

Cerita faktual adalah cerita yang didasarkan pada peristiwa nyata yang

telah dialami seseorang atau sekelompok orang. Cerita ini biasanya berbentuk

buku sejarah dan berisi tentang peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh.

Jenis cerita yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cerita fiksi modern

dengan bentuk cerita fiksi popular yang menampilkan tentang peri kehidupan atau

nilai-nilai kehidupan sehari-hari yang digambarkan oleh tokoh manusia.

Nilai-nilai kehidupan yang disampaikan yaitu tentang menghargai orang lain, saling

berbagi, dan kejujuran. Cerita yang disampaikan disesuaikan dengan kehidupan di

sekitar anak.

3. Manfaat Cerita dengan Gambar untuk Anak Taman Kanak-kanak

Cerita memiliki makna yang luas, dari segi bentuk cerita dapat dimaknai

bahwa cerita adalah fantasi/hayalan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat

(folklore), cerita yang benar-benar terjadi dalam sejarah (history), dan cerita dalam imajinasi penulis (fiction) (Nur Mustakim, 2005: 12). Isi cerita dapat dikaitkan dengan kehidupan anak agar anak mudah memahami isi cerita. Cerita

harus diupayakan dapat memberikan perasaan, gembira, lucu, dan mengasyikkan

(Moeslichatoen, 2004: 157). Jadi dengan cerita diharapkan anak-anak dapat

mengembangkan daya imajinasi dan membentuk nilai moral pada anak.

Cerita yang disampaikan dengan menarik dan baik akan memberikan

(46)

31

mengaplikasikannya dalam dunia nyata. Manfaat dari cerita itu sendiri menurut

Tadkiroatun Musfiroh (2008: 81-97), yaitu:

a. Membantu pembentukan pribadi dan moral anak,

b. Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi,

c. Memacu kemampuan verbal anak,

d. Merangsang minat menulis anak,

e. Merangsang minat baca anak, dan

f. Membuka cakrawala pengetahuan anak.

Bachtiar S. Bachri (2005: 11) menyatakan bahwa manfaat bercerita adalah

dapat memperluas wawasan dan cara berpikir anak, sebab dalam bercerita anak

mendapat tambahan pengalaman yang bisa jadi merupakan hal baru

baginya.Selain manfaat cerita itu sendiri, manfaat bercerita dengan gambar yaitu

untuk membantu menambahkan ilustrasi gambar sehingga anak dapat

mengkonkritkan apa yang disampaikan, menarik perhatian anak agar lebih lama,

dan memperjelas pesan-pesan yang dituturkan dalam cerita (Moeslichatoen, 2004:

158). Selain itu manfaat bagi pendidik yaitu agar lebih terampil dan kreatif dalam

penyampaian cerita dan membantu guru fokus juga mengingat alur cerita.

Berdasarkan pendapat di atas manfaat cerita dengan gambar untuk anak

Taman Kanak-kanak yaitu membantu memberikan daya imajinatif dan fantasi

sehingga lebih konkrit, mengasah kemampuan bahasa anak seperti komunikasi

melalui membaca atau menebak gambar, menambah wawasan juga memudahkan

(47)

32 4. Karakteristik Cerita untuk Anak

Cerita yang disampaikan pada anak-anak memiliki karakteristik tertentu.

Musfiroh (2008: 33) Muh. Nur Mustakim (2005: 20) menjelaskan karakteristik

cerita untuk anak meliputi:

a. Latar

Latar cerita adalah unsur cerita yang menunjukkan dimana dan kapan

terjadinya cerita yang disampaikan. Dalam cerita anak, latar boleh terjadi

dalam situasi apapun dan dimanapun asalkan disesuaikan dengan

perkembangan kognisi dan moral anak.

b. Sudut pandang

Sudut pandang dibedakan menjadi dua, yaitu sudut pandang pertama dan

sudut pandang orang ke tiga. Sudut pandang ke tiga memudahkan anak

memahami isi cerita.

c. Tokoh dan penokohan

Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami berbagai peristiwa dalam

cerita. Anak TK memerlukan tokoh cerita yang jelas dan sederhana (flat character). Tokoh sederhana akan membantu anak mengidentifikasi tokoh jahat dan tokoh baik. Tokoh sederhana hanya memiliki satu sifat saja. Anak

usia TK masih memiliki sifat egosentris sehingga mereka hanya mampu

melihat permasalahan dari sudut pandang tunggal. Anak mengenal tokoh cerita

dari sudut pandang positif dan negatif, baik dan buruk, pahlawan dan penjahat,

(48)

33 d. Alur cerita

Alur adalah peristiwa-peristiwa naratif yang disusun dalam serangkaian

waktu. Cerita untuk anak usia Taman Kanak-kanak memiliki alur yang

sederhana, tidak terlalu rumit yaitu dengan alur maju dari hal yang tidak baik

ke hal yang baik (progresif). Alur cerita yang cenderung dihindari adalah alur mundur (regresif) yang dapat membuat anak berkutat pada alur cerita. Bagian awal cerita biasanya berisi tentang pengenalan tokoh. Pada klimaks cerita,

anak-anak akan memberikan reaksi tertentu seperti menjerit, menutup mata,

dan tertegun.

e. Tema

Tema adalah makna yang terkandung dalam sebuah cerita. Tema yang

sesuai bagi anak usia Taman Kanak-kanak sebaiknya memiliki tema yang

tunggal, berupa tema sosial maupun tema ketuhanan.

f. Sarana kebahasaan

Dalam bercerita untuk anak, bahasa yang digunakan berbeda dengan

cerita untuk orang dewasa. Bahasa yang digunakan sebaiknya sesuai dengan

tahap perkembangan bahasa anak, yaitu menggunakan bahasa yang sederhana

agar mudah dicerna dan diingat oleh anak.

Sedangkan menurut Tadkiroatun Musfiroh (2008: 33), karakteristik cerita

meliputi tema, amanat, plot dan alur cerita, tokoh dan penokohan, sudut pandang,

latar, dan amanat. Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan

oleh pengarang cerita, baik ditampilkan secara eksplisit (jelas) dan dapat

(49)

34

oleh tokoh maupun oleh pencerita (Tadkiroatun Musfiroh, 2008: 42).Karakteristik

cerita untuk anak yaitu harus memiliki karakter yang jelas dalam penokohan, alur,

setting, dan lain-lain. Selain itu memuat pesan nilai dan moral yang akan

disampaikan pada anak. Cerita untuk anak harus disesuaikan dengan tahap

perkembangan anak dan disajikan dengan metode bercerita yang menarik, salah

satunya adalah metode bercerita dengan gambar.

5. Langkah Pembelajaran Metode Bercerita dengan Gambar

Bercerita dengan gambar adalah kegiatan bercerita menggunakan satu atau

lebih gambar sebagai media atau alat bantu. Gambar yang digunakan dapat berupa

gambar lepas maupun gambar seri yang digunakan untuk meluruskan dan

mendukung jalannya cerita. Terdapat ketentuan dalam bercerita dengan

menggunakan media gambar, yaitu (Nurbiana Dhieni, dkk., 2005: 6.35): a) Judul

cerita singkat dan menarik bagi anak, b) Cerita sarat dengan nilai-nilai kehidupan

yang ada di lingkungan anak, c) Menggunakan gaya bahasa anak, d) Gambar tidak

terlalu kecil, e) Gambar menggambarkan tokoh yang sedang beraksi, f) Gambar

sesuai dengan tahap perkembangan anak, g) Warna gambar menarik dan tidak

mengaburkan imajinasi anak, h) Isi cerita dapat ditulis dibagian belakang gambar

untuk memudahkan penyampaian cerita. Nurbiana Dhieni (2005: 6.35)

menjelaskan langkah-langkah pembelajaran bercerita dengan gambar:

1) Pendidik menyiapkan cerita yang akan disampaikan sesuai dengan tema atau

sesuai dengan apa yang akan diajarkan.

(50)

35

3) Pendidik membimbing anak mengatur posisi tempat duduk dan

mengkondisikan anak agar fokus. Tidak hanya memfokuskan anak, namun

pendidik memotivasi anak agar tertarik dengan cerita yang disampaikan.

4) Pendidik memberi kesempatan pada anak untuk terlibat dalam menciptakan

aturan main.

5) Pendidik membuka cerita dengan kata-kata yang menggugah minat dan

membuat penasaran.

6) Pendidik memulai bercerita dengan pernyataan kesiapan dari anak, pendidik

bercerita dengan memunculkan tokoh dan dengan ekspresi emosi yang ada.

Gambar yang diperlihatkan adalah gambar yang sedang diceritakan.

7) Setelah cerita selesai, pendidik menutup kegiatan bercerita dengan

memperlihatkan semua gambar yang ada dan memberi kesempatan pada anak

menyimpulkan isi cerita.

Seddangkan langkah-langkah pembelajaran bercerita dengan gambar pada

penelitian ini yaitu:

1) Pendidik menyiapkan cerita sesuai dengan tema atau sesuai dengan apa yang

akan diajarkan.

2) Pendidik menyiapkan gambar yang menarik dan sesuai dengan isi cerita.

3) Pendidik mengatur posisi tempat duduk dan mengkondisikan anak agar fokus.

Pendidik memotivasi anak dengan yel-yel agar tertarik dengan cerita yang

(51)

36

4) Pendidik memulai bercerita dengan pernyataan kesiapan dari anak, pendidik

bercerita dengan memunculkan tokoh dan dengan ekspresi emosi yang ada.

Gambar yang diperlihatkan adalah gambar yang sedang diceritakan.

5) Setelah cerita selesai, pendidik menutup kegiatan bercerita dengan

memperlihatkan semua gambar yang ada. Pendidik memberi kesempatan pada

anak menyimpulkan isi cerita dengan menceritakan kembali isi cerita dan

mengungkapkan pendapat tentang cerita. Pendidik juga memberikan

pertanyaan terkait isi cerita.

D. Teori Belajar

Masa usia dini merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang

paling penting untuk mengoptimalkan semua potensi anak. Salah satu kemampuan

yang dikembangkan adalah kemampuan bahasa anak termasuk aspek menyimak.

Keterampilan menyimak dalam penelitian ini difokuskan pada keterampilan

menyimak cerita yang akan disampaikan oleh pendidik melalui metode bercerita

dengan alat bantu gambar. Pada kegiatan menyimak cerita dengan gambar terjadi

proses kognitif dan pemrosesan informasi saat anak memahami isi dan unsur

dalam cerita. Sehingga dalam kegiatan menyimak cerita dengan gambar ini

melibatkan beberapa teori yaitu:

1. Teori Kognitif

Tokoh kognitif, Piaget, menempatkan anak usia 2-7 tahun berada pada

pikiran pra-operasional dimana anak-anak belajar berpikir menggunakan

(52)

37

(Santrock, 2007: 246). Pada masa ini anak-anak berpikir konvergen menuju ke

suatu jawaban yang paling mungkin dan paling benar terhadap suatu persoalan,

namun cara kerja pikiran anak belum matang (Rita Eka I., 2008: 88). Anak-anak

masih menggunakan dunianya untuk menyimpulkan berbagai hal. Pemikiran anak

masih kacau dan belum terorganisasi dengan baik.

Pada tahap pra-operasional, anak-anak memiliki kemampuan penguasaan

bahasa, kemampuan menggunakan simbol, dan meniru meskipun disertai dengan

cara pemikiran yang egosentris, memusat, dan tidak dapat dibalik (Trianto, 2011:

16). Sehubungan dengan perkembangan bahasa yang pesat pada masa

pra-operasional, perkembangan kognitif anak perlu distimulasi oleh orang dewasa di

sekitarnya melalui pengenalan pengetahuan di lingkungan sekitar anak.

Pengembangan penguasaan berbahasa anak, termasuk keterampilan menyimak

dapat dilakukan dengan berbagai metode yaitu melalui bercerita, menceritakan

kembali, bermain sosiodrama, dan lain-lain. Dalam hal ini bercerita merupakan

salah satu metode yang dapat mengasah kemampuan berbahasa anak. Cerita itu

sendiri dapat mengantarkan anak ke dalam dunia imajinasi yang akan

mengkonkritkan apa yang diangan-angan anak.

Pada keterampilan menyimak cerita terjadi proses kognitif yang bekerja

ketika anak-anak berfikir kreatif, bebas, dan penuh imajinasi. Cerita itu sendiri

dibangun atas elemen-elemen yang mengait satu sama lain dan untuk memahami

isi serta unsur dalam cerita anak harus mempergunakan kemampuan kognitif

(Tadkiroatun Musfiroh, 2005: 72-73). Untuk mengukur tingkat kerja kognitif

(53)

38

menyimak cerita. Hal ini dilakukan dengan melakukan tanya jawab mengenai isi

cerita atau menceritakan kembali isi cerita secara sederhana.

2. Teori Pemrosesan Informasi

Saat kegiatan menyimak cerita, anak-anak tidak hanya mendengarkan

namun juga terjadi proses menerima informasi. Selain proses kognitif yang terjadi

saat anak menyimak cerita, terjadi pula pemrosesan informasi. Proses menerima

informasi ini berkaitan dengan perhatian, memori, dan proses berpikir (Santrock,

2007: 277). Saat kegiatan bercerita, perhatian terjadi ketika anak mulai tertarik

dan menikmati cerita yang dibacakan. Anak-anak yang memperhatikan dapat

dilihat dari perilaku yang dapat diamati yaitu tidak ramai dan tidak berbicara pada

teman atau orang lain saat cerita dibacakan. Sedangkan memori berkaitan dengan

apa yang diingat anak setelah kegiatan bercerita selesai yaitu menjawab

pertanyaan dan menceritakan kembali isi cerita. Proses berpikir terjadi ketika anak

mengumpulkan informasi berkaitan dengan cerita yang dibacakan. Saat kegiatan

menyimak cerita anak-anak memroses informasi yang didengar dan akan diolah

dalam memori.

E. Kerangka Berpikir

Pada masa usia dini adalah masa yang krusial dalam perkembangan anak

yang hanya satu kali dan tidak bisa ditunda waktunya. Semua aspek

perkembangan perlu adanya stimulus agar berkembang optimal. Salah satunya

adalah aspek perkembangan bahasa khususnya dalam keterampilan menyimak.

(54)

39

dimiliki anak. Adanya penelitian ini yaitu untuk mengembangkan salah satu aspek

atau kemampuan bahasa anak, yaitu keterampilan menyimak anak.

Keterampilan menyimak adalah keterampilan untuk memahami

penggunaan bahasa yang diungkapkan secara lisan dengan penuh perhatian,

pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap

isi cerita, dan memahami makna pesan yang disampaikan. Tujuan meningkatkan

keterampilan menyimak pada anak yaitu agar anak dapat berbahasa dengan baik

dan benar sesuai dengan perkembangan bahasa anak. Keterampilan menyimak

memberikan manfaat pada anak, anak yang menyimak dengan penuh perhatian

akan mendapatkan berbagai pengetahuan di sekitarnya.

Berdasarkan hasil observasi, keterampilan menyimak anak Kelompok A di

PKK Gedongkiwo belum berkembang secara optimal. Hal ini dapat dilihatsaat

observasi, hanya 6 anak dari 17 anak yang sedang dibacakan cerita benar-benar

menyimak yaitu dengan memperhatikan guru dan berusaha memahami isi cerita.

Metode pengembangan bahasa yang digunakan guru kelas kurang bervariasi

terutama dalam kegiatan yang menunjang pengembangan bahasa. Hal ini

mengakibatkan keterampilan menyimak anak belum optimal sehingga diperlukan

metode yang tepat untuk meningkatkan keterampilan menyimak cerita pada anak

yaitu menggunakan metode bercerita dengan gambar.

Pembelajaran dengan cerita adalah sarana menyampaikan pesan tentang

suatu kejadian atau peristiwa yang dialami di sekitar anak yang dikemas dengan

menarik agar pesan dapat diterima oleh anak-anak. Cerita dapat disampaikan

(55)

40

akan sangat membantu anak untuk mengkonkretkan isi dan makna cerita yang

disampaikan. Media yang digunakan pendidik akan mengaitkan antara kata-kata

yang diucapkan dengan isi cerita sehingga anak dapat melihat secara konkret.

Maka dari itu salah satu media yang digunakan untuk kegiatan menyimak yaitu

cerita dengan gambar.

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, maka kerangka berpikir

dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Kerangka Berpikir

F. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan,

peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: keterampilan menyimak pada anak

Kelompok A di TK PKK Gedongkiwo dapat ditingkatkan melalui metode

bercerita dengan gambar. Proses pembelajaran melibatkan anak secara langsung

dalam kegiatan bercerita. Kemampuan

Awal Tindakan Hasil

Keterampilan menyimak anak

kurang optimal

Penggunaan metode bercerita

dengan gambar dalam kegiatan pembelajaran

Gambar

Gambar 1. Kerangka Berpikir
Gambar 2. Model Penelitian Tindakan Kelas dari Kemmis dan Mc. Taggart
Tabel 2. Kisi-kisi Observasi Keterampilan Menyimak
Tabel 6. Hasil Pratindakan Keterampilan Menyimak Rata-rata
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan kemampuan koordinasi mata dan tangan anak saat melakukan gerak manipulatif pada siklus I dan siklus II meliputi 3,70% pada kriteria belum berkembang, 40,74% pada

Pada siklus II kecerdasan interpersonal anak pada kriteria Berkembang Sangat Baik (BSB) mengalami peningkatan dengan persentase 90,91% anak berhasil

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kreativitas anak pada siklus I sebesar 60% meningkat pada siklus II menjadi 77% dari hasil penelitian berupa persentase

Hal ini terlihat dari adanya peningkatan rata-rata hasil belajar dari 14,3% pada kondisi awal, menjadi 64,3% pada siklus I, dan 93,9% pada siklus II, dan peningkatan

Adapun penerapan metode bercerita untuk meningkatkan keterampilan menyimak anak pada Kelompok B1 RA Persis 250 Cihamerang Banjaran Kabupaten Bandung yaitu pada siklus

Dari gambar 2 menunjukkan peningkatan keterampilan motorik halus anak pra tindakan sebesar 26,66% pasca Siklus I sebesar 53,33% dan pasca Siklus II sebesar

Rekapitulasi Hasil Keterampilan Anak Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II No Kriteria Pra Tindakan Siklus I Siklus II Jumlah Anak Persentase Jumlah Anak Persentase Jumlah Anak

Peningkatan keterampilan motorik kasar anak dapat ditunjukkan dari data keterampilan motorik kasar pada kondisi awal kriteria berkembang sesuai harapan BSH dan berkembang sangat baik