• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Multimedia Pembelajaran Terpadu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Multimedia Pembelajaran Terpadu"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

1 1. Judul Penelitian

Penerapan Multimedia Pembelajaran Terpadu Untuk Meningkatkan Self Motivated Learning Mahasiswa PGSD FIP UNY.

2. Mata Kuliah

Pembelajaran Terpadu 3. Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah menerapkan multimedia pembelajaran terpadu untuk meningkatkan kemandirian belajar (self motivated learning) mahasiswa PGSD FIP UNY. Permasalahan yang dihadapi pada mata kuliah pembelajaran terpadu selama ini adalah rendahnya motivasi dan inisiatif mahasiswa untuk mencari referensi dan memperdalam wawasan tentang materi perkuliahan selain yang diberikan dosen pengampu mata kuliah, disisi lain penggunaan sumber belajar yang dapat menarik minat dan memperkaya wawasan mahasiswa masih sangat minim. Mendasarkan pada permasalahan tersebut maka perlu disediakan sumber belajar berbasis komputer (multimedia) yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar mandiri oleh mahasiswa.

(2)

2 4. Latar Belakang Masalah

Tantangan kehidupan yang semakin kompleks, menghajatkan setiap individu sekarang ini untuk meningkatkan kapasitas akademik, ketrampilan, dan kemampuan lain yang bersifat non akademis untuk bisa memenangkan persaingan. Kondisi tersebut mengakibatkan pula pergeseran paradigma dalam pembelajaran. Pembelajaran harus mampu mengembangkan kemampuan peserta didik tanpa harus terhalangi oleh sistem dan keterbatasan fasilitas. Pada masa sekarang ini satu segi yang menguntungkan adalah tersedianya sumber-sumber belajar yang dapat dipelajari sendiri, tanpa perlu bantuan orang lain. Sumber-sumber terutama berupa buku yang berbentuk teks ataupun digital dan media pembelajaran berbasis komputer.

(3)

3

mengesplorasi kemampuannya baik secara mandiri maupun melalui pendampingan terutama saat mereka akan praktik mengajar disekolah kelak.

Dalam kurikulum Pendidikan Guru Sekolah Dasar telah disepakati ada satu komponen keterpaduan yang dituangkan dalam mata kuliah Pembelajaran Terpadu. Secara konseptual, prinsip-prinsip keterpaduan pembelajaran akan terliput di dalam setiap mata kuliah. Posisi Pembelajaran Terpadu dalam kurikulum Pendidikan Guru Sekolah Dasar menjadi titik kulminasi dari prinsip-prinsip mata kuliah sebelumnya, sebagai wahana praktik yang secara utuh bernuansakan dunia kehidupan sekolah dasar (Tim Pengembang PGSD,1996: 3).

Mata kuliah ini tergolong dalam kompetensi pedagogik dan terdiri atas 2 sks. Kompetensi yang harus dikuasai mahasiswa adalah mampu memahami, merencanakan, dan melaksanakan model-model pembelajaran terpadu untuk mendukung mata kuliah pada semester berikutnya yaitu Praktik Perkuliahan Lapangan (PPL) dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Sekolah Dasar.

(4)

4

35,5% mahasiswa kurang mempunyai inisiatif untuk mencari atau memperdalam wawasan tentang pembelajaran terpadu melalui referensi lain selain yang diberikan oleh dosen.

Permasalahan lain adalah, ketersediaan sumber belajar di perpustakaan tentang Pembelajaran Terpadu hanya ada 2 buku teks. Dimana 1 buku teks terbitan tahun 1994 sehingga contoh-contoh yang diberikan kurang up to date misalnya dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran belum mengacu pada kurikulum KTSP. Buku teks lainnya merupakan buku pegangan mata kuliah yang ditulis oleh salah satu dosen pembelajaran terpadu. Hal ini semakin memperkuat permasalahan kurang berminat dan rendahnya inisiatif mahasiswa pada mata kuliah pembelajaran terpadu.

Belajar mandiri merupakan kemampuan dasar manusia, bisa terganggu dan tidak berkembang disebabkan oleh penyelenggaraan sistem pendidikan

formal tradisional, yang bersifat’ guru sentris’. Penggalian kemampuan

potensial dapat dilakukan dengan penginkorporasian strategi pembelajaran, beraneka sumber belajar, yang memungkinkan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Keaktifan ini secara berantai akan menimbulkan kegembiraan belajar menumbuhkan niat atau motivasi belajar, dan hasil belajar. Meningkatnya hasil belajar, dalam arus baliknya akan menumbuhkan kegembiraan dalam belajar, untuk belajar lebih lanjut. Keseluruhan proses pembelajaran dapat melatih kemampuan belajar mandiri peserta didik (Haris mujiman, 2009)

(5)

5 5. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah bagaimana menerapkan multimedia pembelajaran terpadu untuk meningkatkan kemandirian belajar (self motivated learning) mahasiswa PGSD FIP UNY?

6. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini meningkatnya kemandirian belajar (self motivated learning) mahasiswa PGSD FIP UNY pada mata kuliah pembelajaran terpadu.

7. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, baik lembaga PGSD maupun pendidik.

1. Lembaga PGSD

Hasil penelitian dapat bermanfaat dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di Program Studi PGSD FIP UNY melalui penerapan multimedia pembelajaran berbasis komputer.

2. Bagi Dosen selaku pendidik

(6)

6

b. Hasil penelitian dapat memberikan informasi ilmiah tentang keefektifan multimedia pembelajaran berbasis komputer dalam meningkatkan kemandirian belajar (self motivated learning) mahasiswa.

3. Bagi mahasiswa

Penelitian ini akan dapat meningkatkan kemandirian belajar (self motivated learning) mahasiswaPGSD FIP UNY khususnya pada mata kuliah Pembelajaran Terpadu.

8. Tinjauan Pustaka

1. Kajian tentang Multimedia Pembelajaran

a. Pengertian Multimedia

Istilah multimedia berkenaan dengan penggunaan berbagai jenis/bentuk media secara berurutan maupun simultan dalam menyajikan suatu informasi. Merril et.al (1996: 168) memberikan pengertian multimedia merupakan kombinasi dari berbagai jenis media seperti teks, grafik, suara, animasi dan video dalam aplikasi komputer. Pengertian yang sama diungkapkan oleh Steven Hackbarth (1996: 229) yaitu:

(7)

7

including text, still or animated graphic, movie segments, video, and audio. Hypertext is a non-linier organized and accessed screens of text and static diagrams, pictures, and tables.

Vaughan (2006: 2) mengatakan bahwa multimedia merupakan kombinasi teks, seni, suara, animasi, dan video yang disampaikan kepada seorang (peserta didik) dengan komputer atau peralatan manipulasi elektronik dan digital yang lain. Melalui gabungan media-media ini pengalaman belajar menjadi sesuatu yang interaktif yang mencerminkan suatu pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.

Sementara Hofstetter yang dikutip Suyanto (2005: 21) multimedia adalah pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggunakan teks, grafik, audio, gambar bergerak (video dan animasi) dengan menggabungkan link dan tool yang memungkinkan pemakai melakukan navigasi, berinteraksi, dan berkomunikasi.

(8)

8

Apabila salah satu komponen tidak ada, maka bukan multimedia dalam arti yang luas. Misalnya tidak ada komputer untuk berinteraksi, maka namanya media campuran, bukan multimedia. Kalau tidak ada alat navigasi yang memungkinkan kita memilih jalannya suatu tindakan maka namanya film, bukan multimedia. Demikian juga jika kita tidak mempunyai ruang untuk berkreasi dan menyumbangkan ide sendiri, maka namanya televisi bukan multimedia.

Perangkat multimedia dibedakan menjadi perangkat keras dan perangkat lunak. Alat perangkat keras multimedia adalah alat pengolah data yang bekerja secara elektronis dan outomatis. Perangkat keras multimedia dapat bekerja apabila ada unsur manusia yang mengerti tentang alat itu dan dapat bekerja menggunakan alat itu. Multimedia merupakan suatu sistem karena merupakan objek yang berhubungan dan bekerjasama untuk menghasilkan suatu yang diinginkan.

Sistem perangkat keras multimedia terdiri atas empat unsur utama dan satu unsur tambahan. empat unsur utama terdiri dari; (1) Input Unit; (2) Central Processing Unit (CPU), (3) Strotage/Memory; (4) Output Unit, dan unsur tambahannya adalah Comunication Link.

(9)

9

berkomunikasi dengan dunia luar. Unsur Multimedia ditunjukkan pada gambar berikut (Suyanto, 2005: 52).

CENTRAL

Memasukan data dalam komputer multimedia dilakukan dengan menggunakan sepuluh cara: melalui keyboard, alat penunjuk (poin device), alat pembaca optis atau magnetis, alat pembaca suara, sistem vision input, kamera digital, scanner, camcorder, snappy dan kamera web.

(10)

10

seluruh peralatan komputer multimedia jadi terkontrol serta mengatur dan membuat pekerjaan agar yang berkaitan dengan multimedia lebih efisien.

Berkaitan dengan media pembelajaran untuk membantu pemahaman peserta didik, komputer dapat dimanfaatkan dalam berbagai hal, yakni dengan penemuan dan pemanfaatan mesin mengajar (teaching machine) untuk menerapkan pengajaran terprogram pada tahun 1950-1960-an hingga kemajuan bidang teknik komputer mampu menerjemahkan aplikasi kedalam program CAL (Computer-Assisted Learning), CAI (Computer-Assisted Instruction), CBT (Computer-Basic Training), dan sebagainya. Semua program tersebut bertujuan sebagai bantuan dalam pembelajaran.

b. Manfaat multimedia

Media berbasis komputer tentu memiliki manfaat dalam proses pembelajaran. Yusufhadi Miarso (2004: 473-474) Menyatakan bahwa suatu media digunakan berdasarkan beberapa asumsi dasar, asumsi tersebut:

1) Penggunaanya tidak hanya menambah atau memperkaya pengalaman belajar, tetapi menyajikan bahan-bahan pelajaran yang merupakan bagian integral kurikulum.

2) Bahan-bahan pembelajaran yang akan diberikan harus diprogram sedemikian rupa hingga memungkinkan peserta belajar untuk memilih dan menentukan kemajuan pelajarannya sendiri saat diperlukan.

(11)

11

Berdasarkan beberapa asumsi di atas, maka pembelajaran berbasis komputer dikembangkan karena memiliki manfaat dalam proses pembelajaran yang dilakukan baik pembelajaran individual maupun pembelajaran di bawah bimbingan. Ch. Ismaniati (2001: 26-28) mengungkapkan beberapa manfaat dari pembelajaran berbasis komputer. Manfaat tersebut antara lain:

1) Komputer dapat meningkatkan motivasi peserta didik.

2) Komputer mampu memberikan informasi tentang kesalahan dan jumlah waktu belajar serta waktu untuk mengerjakan soal-soal kepada peserta didik.

3) Pembelajaran berbantuan komputer dapat dijadikan salah satu alternatif untuk mengatasi kelemahan pada pembelajaran berkelompok.

4) Pembelajaran berbantuan komputer dapat membantu peserta didik untuk trampil memilih bagian-bagian pelajaran yang hendak dipelajarinya. 5) Pembelajaran berbantuan komputer bermanfaat bagi peserta didik yang

seringkali merasa kesulitan untuk mengikuti pembelajaran tradisional. 6) Dengan pembelajaran berbantuan komputer peserta didik tidak merasa

malu jika melakukan kesalahan, karena dalam pembelajaran berbantuan komputer dialog yang terjadi adalah dialog perseorangan antara peserta belajar dengan komputer.

(12)

12

Multimedia komputer memungkinkan peserta didik untuk lebih mengenal dan terbiasa dengan komputer yang saat ini sudah sangat dikenal dan digunakan oleh banyak orang. Komputer merupakan media penyampai pembelajaran yang efektif. Hasil riset Beerman, Kathy (1996) menyebutkan bahwa menggunakan komputer mempunyai efek yang positif terhadap peserta didik, selengkapnya dikemukakan:

Computer technology offers a powerful and versatile tool that can dramaticaly change teaching and learning. Research indicates that instruction via computers results in higher test scores compared to the conventional method,as well as greater long term retention

Keunggulan pembelajaran dengan menggunakan media berbasis komputer diungkapkan oleh Latuheru (1988: 122) antara lain: (1) menimbulkan motivasi bagi mereka untuk lebih menekuni materi yang disajikan; (2) dengan adanya warna, musik, grafik, yang dianimasi dapat menambahkan realisme, dan merangsang untuk mengadakan latihan-latihan kerja, kegiatan laboratorium dan simulasi; (3) kecepatan dalam menaggapi respon pembelajar, sesuatu yang mengandung nilai-nilai penguat; (4) kemampuan mengingat secara cepat, tepat, dicatat dengan baik untuk merencanakan langkah selanjutnya; (5) kemampuan komputer dalam menyimpan dokumen secara aman, pembelajaran individual dapat dijalankan dengan baik.

(13)

13

lebih meningkatkan prestasi belajar dibanding dengan paket paket pengajaran lainnya. Hal ini sesuai hasil penelitian Rasch, Thorrsten (2009)

According to the results, adding pictures to text was neither beneficial nor harmful for learning. In terms of learning efficiency, however,learning from text only was more successful than learning from text and pictures. Interactivity was beneficial for one learning task, but not for the other

task. The visualization format affected participant’s interaction with

pictures, but not the learning outcomes; however this effect was not influenced by the interactivity. Implication for multimedia design and for further research are pointed out.

Namun Richard Clark dalam Herman (1995) mengkritik bahwa program pengajaran seperti CAI bisa saja efektif tetapi dengan hanya menempatkan materi pelajaran ke dalam komputer secara asal, tidaklah akan meningkatkan efektivitas pengajaran. Oleh karena itu Simonson dan Thompson dalam Herman (1995) menyarankan agar pembuatan CAI harus direncanakan dengan baik dan usaha penelitian saat ini sebaiknya difokuskan pada pemakaian CAI untuk situasi khusus dan untuk mata pelajaran khusus pula.

Pendapat para pakar media diatas dapat disintesis bahwa media pembelajaran komputer memegang peranan yang penting dan menjadi salah satu faktor penentu akan berhasilnya suatu pembelajaran.

(14)

14 a. Pengertian

Pembelajaran Terpadu merupakan suatu aplikasi salah satu strategi pembelajaran berdasarkan pendekatan kurikulum terpadu yang bertujuan untuk menciptakan atau membuat proses pembelajaran secara relevan dan bermakna bagi anak (Atkinson dalam Rbaryans, 2008). Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam Pembelajaran Terpadu didasarkan pada pendekatan inquiry, yaitu melibatkan peserta didik mulai dari merencanakan, mengeksplorasi, dan brainstorming dari peserta didik. Dengan pendekatan terpadu peserta didik didorong untuk berani bekerja secara kelompok dan belajar dari hasil pengalamannya sendiri. Collins dan Dixon dalam Rbaryans (2008) menyatakan tentang Pembelajaran Terpadu sebagai berikut: integrated learning occurs when an authentic event or exploration of a topic in the driving force in the curriculum. Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pelaksanaannya anak dapat diajak berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi topik atau kejadian, peserta didik belajar proses dan isi (materi) lebih dari satu bidang studi pada waktu yang sama.

(15)

15

program DAP yang dikemukakan Bredekamp dalam Rbaryans (2008) pada proses pembelajaran hendaknya menyediakan berbagai aktivitas dan bahan-bahan yang kaya serta menawarkan pilihan bagi peserta didik sehingga peserta didik dapat memilihnya untuk kegiatan kelompok kecil maupun mandiri dan memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk berinisiatif sendiri, melakukan keterampilan atas prakarsa sendiri sebagai aktivitas yang dipilihnya.

Pembelajaran Terpadu juga menekankan integrasi berbagai aktivitas untuk mengeksplorasi objek, topik, atau tema yang merupakan kejadian-kejadian, fakta, dan peristiwa yang otentik. Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu pada dasarnya agar kurikulum itu bermakna bagi anak. Hal ini dimaksudkan agar bahan ajar tidak digunakan secara terpisah-pisah, tetapi merupakan suatu kesatuan bahan yang utuh dan cara belajar yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan peserta didik.

b. Model Pembelajaran Terpadu di Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Robin Fogarty (1991: xv) menyebutkan ada 10 model pembelajaran terpadu yaitu; (1) Fragmented model, (2) Connected model, (3) Nested Model, (4) Sequenced model, (5) Shared model, (6) Webbed model, (7) Threaded model, (8) Integrated model, (9) Immersed model, (10) Networked model. Dari 10 model tersebut hanya tiga model yang memiliki kesusuaian dengan program studi PGSD yaitu connected model, webbed model dan integrated model.

(16)

16

Model ini memfokuskan pada pembuatan hubungan yang jelas dengan tiap pelajaran, menghubungkan satu topik ke topik berikutnya, menghubungkan satu konsep dengan konsep lainnya, menghubungkan satu keterampilan dengan keterampilan yang lain, menghubungkan pekerjaan satu ke hari berikutnya, atau bahkan ide satu semester dengan semester berikutnya. Kunci model ini adalah usaha untuk menghubungkan kurikulum dengan disiplin ilmu dengan asumsi bahwa peserta didik akan mengerti hubungan secara otomatis. Robin Fogarty (1991: 13) menyatakan “within each subject area, course content is connected topic to topic, concept to concept, one

year’s work to the next and relates idea(s) explicitly.

Gambar

Model Connected menurut Robin Forgaty (1991: 14)

(17)

17

model ini dalam kelas atau menyusun tingkatan kelas yang dapat menjadi strategi yang penuh keberhasilan untuk mendorong bagi penyatuan model-model yang komplek lebih lanjut.

2) Model Webbed

Kurikulum webbed menggambarkan pendekatan tematik untuk mengintegrasikan materi pokok. Secara khas, pendekatan tematik ini untuk mengembangkan kurikulum yang dimulai dengan tema. Tim lintas bidang studi membuat sebuah keputusan yang menggunakan tema untuk subyek yang berbeda. Dalam penerapannya yang lebih rumit, bagian yang berbelit-belit dalam pelajaran dapat dibangun menjadi terpadu dalam bidang yang relevan. Robin Fogarty (1991: 53) menyatakan ”A fertile theme is webbwd to curriculum contents and disciplines; subjects use the theme to sift out appropriate concepts, topics, and ideas. Model webbed dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar

Model Webbed menurut Robin Forgaty (1991: 54)

(18)

18

Model kurikulum yang menunjukkan pendekatan dari antar cabang ilmu pengetahuan mirip dengan model shared. Model ini menekankan pada empat disiplin mayor dengan menata prioritas kurikulum pada setiap bagian dan menemukan skill, konsep dan sikap dalam empat bagian. Seperti pada model shared, pemaduan adalah hasil dari penyaringan ide dari isi suatu materi pelajaran, bukan meletakkan ide pada subyek-subyek itu seperti yang ada dalam pendekatan tema webbed. Robin Fogarty (1991: 75) menyatakan model integrated ”this interdisciplinary approach matches subjects for overlaps in topics and concepts with some team teaching in an authentic integrated model. Konsep model integrated secara utuh dapat lihat pada gambar berikut ini:

Gambar

Model Integrated menurut Robin Forgaty (1991: 76)

3. Kajian Motivasi Belajar Mandiri

(19)

19

dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki. Wedemeyer (1973) dalam Deni (2008:168) menjelaskan bahwa belajar mandiri adalah cara belajar yang memberikan derajat kebebasan, tanggung jawab dan kewenangan yang lebih besar kepada pembelajar dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan belajarnya.

(20)

20

Konstrutivisme

Motivasi

Belajar

Belajar Aktif Kompetensi

Gambar Anatomi konsep belajar mandiri Haris Mudjiman (2008:10)

Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam pendidikan dengan sisitem belajar mandiri, peserta didik diberikan kemandirian (baik kelompok maupun individu) dalam menentukan, (1) tujuan belajarnya (apa yang harus docapai), (2) apa saja yang harus dipelajari dan dari mana sember belajarnya (materi dan sumber belajarnya), (3) Bagaimana mencapainya (strategi belajar) dan (4) kapan serta bagaimana keberhasilan belajarnya diukur (dievaluasi).

(21)

21

tinggi derajat sistem belajar mandiri yang diberikan oleh suatu lembaga pendidikan tersebut.

Moore (1997) yang di kutip oleh Keegan (1990) menyatakan derajat kemandirian belajar yang di berikan kepada peserta didik dapat dilihat dari tiga aspek, (1) kemandirian dalam menentukan tujuan, apakah penentuan tujuan belajar ditentukan oleh pendidik atau peserta didik, (2) kemandirian dalam menentukan metode belajar dan media serta (3) kemandirian dalam mengevaliasi hasil belajar.

9. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) pada mata kuliah pembelajaran terpadu jurusan pendidikan guru sekolah dasar FIP UNY.

2. Model Penelitian

(22)

22

Gambar 3. Proses Penelitian Tindakan

Penelitian direncanakan dalam tiga siklus, setiap siklus terdiri dari: 1. Perencanaan,

2. Tindakan dan Observasi, 3. Refleksi.

Uraian mengenai ketiga aspek pokok dalam siklus penelitian tindakan kelas di atas akan dipaparkan dalam penjelasan berikut ini:

1. Perencanaan

Tahap perencanaan dimulai dari penemuan masalah yang terjadi di lapangan dengan mendasarkan pada belajar mengajar dan hasil belajar pada semester sebelumnya, dan kemudian merancang tindakan yang akan dilakukan. Langkah berikutnya dengan merencanakan langkah-langkah

Keterangan rencana penelitian: Siklus I: 1. Perencanaan I

2. Tindakan dan Observasi I 3. Refleksi I

Siklus II : 4. Revisi Rencana I dan Perencanaan II 5. Tindakan dan Observasi II

6. Refleksi II

Siklus III: 7. Rencana Revisi II dan Perencanaan III 8. Tindakan dan Observasi III

(23)

23

belajar mengajar (menyusun RPP) dan merancang instrumen berupa angket, dan soal.

Pada tahap ini, dosen akan mendiskusikan dan merencanakan bersama materi yang akan disampaikan dengan menggunakan multimedia pembelajaran. Setelah itu, bersama-sama peneliti dan mahasiswa sebagai kolaborator.

2. Tindakan dan observasi

Dalam Suwarsih Madya (1994) mengatakan bahwa tindakan dilaksanakan pemecahan masalah sebagaimana yang telah direncanakan. Tindakan ini dipandu oleh perencanaan yang telah dibuat dalam arti perencanaan tersebut dilihat sebagai rasional dari segala tindakan itu. Namun, perencanaan yang dibuat tadi harus bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan dalam pelaksanaannya. Jadi, tindakan bersifat tidak tetap dan dinamis, yang memerlukan keputusan yang cepat tentang apa yang diperlukan.

(24)

24

dilakukan dan kendala tindakan semuannya dicatat dalam kegiatan observasi yang terencana secara fleksibel dan terbuka.

Masalah yang penting diobservasi adalah tentang kemandirian belajar mahasiswa untuk meningkatkan kompetensi mereka dengan menggunakan multimedia yang telah dikembangkan sebelumnya.

3. Refleksi

Dalam Suwarsih Madya (1994), refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan strategik. Refleksi mempertimbangkan ragam perspektif yang mungkin ada dalam situasi sosial, dan memahami persoalan dan keadaan tempat timbulnya persoalan itu. Refleksi memiliki aspek evaluatif yang meminta peneliti tindakan untuk menimbang-nimbang pengalamannya untuk menilai apakah pengaruh (persoalan yang timbul) memang diinginkan, dan memberikan saran-saran tentang cara-cara untuk meneruskan pekerjaan.

Refleksi dilakukan oleh dosen dan mahasiswa sebagai upaya untuk saling mengkoreksi beberapa kegagalan yang terjadi selama pelaksanan tindakan dalam siklus I. Pada tahap dosen juga merencakan kembali materi yang akan disampaikan pada siklus berikutnya.

(25)

25

Pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan tes masing-masing materi yang disampaikan, dan pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan teknik observasi. Penjelasan tes dan teknik observasi akan dipaparkan berikut ini.

1. Tes

Tes dalam penelitian ini dilakukan setelah dosen selesai menyampaikan suatu materi. Tes bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep suatu materi yang berhubungan dengan materi pembelajaran terpadu yang telah disampaikan dengan menggunakan multimedia pembelajaran berbasis komputer.

Teknik observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara, yaitu yang pertama adalah pengamatan proses belajar mengajar secara langsung yang dilakukan oleh dosen yang sekaligus bertindak sebagai peneliti. Cara observasi kedua adalah pengamatan mahasiswa terhadap proses belajar mengajar yang menggunakan multimedia. Pengamatan mahasiswa dilakukan dengan cara mengisi angket yang telah disediakan oleh peneliti. Angket terdiri dari pertanyaan tertulis yang memerlukan jawaban tertulis.

4. Instrumen Penelitian

(26)

26

mahasiswa yang diperoleh melalui observasi selama tindakan berlangsung dengan menggunakan instrumen angket. Wawancara dilakukan hanya sebagai informasi tambahan.

Data-data yang diambil untuk menilai aspek kemandirian belajar mahasiswa, yaitu :

1. Pengamatan langsung di lapangan (di dalam kelas) oleh guru, peneliti, dan mahasiswa sebagai kolaborator.

2. Melalui angket atau kuesioner yang dibagikan kepada siswa.

3. Melakukan wawancara langsung dengan siswa.

5. Teknik dan Analisis Data

(27)

27

Penyajian data Pengumpulan

data

Reduksi

data kesimpulan Penarikan

Gambar 4: Komponen-komponen Analisis Data

(28)

28 BAB IV

Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Deskripsi subyek penelitian

Pembelajaran Terpadu merupakan salah satu mata kuliah wajib tempuh oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FIP UNY. Mata kuliah ini tergolong dalam kompetensi pedagogik dan terdiri atas 2 sks. Setiap mahasiswa PGSD akan mendapatkan mata kuliah pembelajaran terpadu yaitu pada semester VII, namun dalam penelitian kali ini subyek penelitian hanya dibatasi pada kelas VII B dengan jumlah mahasiswa 43 orang yang terdiri dari 23 mahasiswa perempuan dan 20 mahasiswa laki-laki.

Chart jenis kelamin

(29)

29 B. Hasil Penelitian

1. Pengamatan Awal dan Perencanaan

Sebelum dilakukan tindakan, peneliti melakukan analisis permasalahan. Pengamatan awal dilakukan sebagai suatu studi kelayakan untuk mengetahui apakah permasalahan yang akan diteliti merupakan masalah riil dan benar-benar ada di lapangan yang menuntut untuk segera diselesaikan. Permasalahan tersebut adalah kemampuan belajar mandiri mahasiswa diawal masih menunjukkan prosentasi 35,5 persen dalam hal mencari sumber informasi selain yang diberikan dosen. Berdasarkan hasil wawancara diawal, mahasiswa belajar hanya jika ada tugas atau ujian. Kemauan untuk memahami dan maenganalisis materi lebih lanjut secara mandiri masih rendah.

Selain melakukan pengamatan awal, untuk memudahkan dalam pelaksanaan tindakan maka dibuatlah suatu perencanaan. Perencanaan pembelajaran yang dibuat tertuang dalam bentuk RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) meliputi: menentukan kompetensi dasar yang akan dicapai, menentukan indikator atau tujuan pembelajaran yang akan dicapai, pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, materi pelajaran yang akan disampaikan, memilih strategi atau metode pembelajaran yang efektif serta menentukan media atau sumber belajar yang digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran dalam hal ini multimedia pembelajaran .

(30)

30

tindakan yang dilaksanakan. Perencanaan juga dapat dijadikan panduan dalam pelaksanaan tindakan, sehingga penelitian yang dilakukan tidak jauh melenceng dari tujuan penelitian untuk mengimplementasikan sebuah pendekatan pembelajaran dalam rangka meningkatkan aktivitas belajar mandiri mahasiswa.

2. Siklus 1

a. Hipotesis tindakan

Pada siklus pertama, hipotesis tindakan yang diajukan adalah sebagai berikut: 1) Melalui penerapan multimedia pada mata kuliah pembelajaran terpadu

akan meningkatkan motivasi belajar mahasiswa

2) Melalui penerapan multimedia pada mata kuliah pembelajaran terpadu akan meningkatkan kemampuan belajar mandiri mahasiswa.

b. Pelaksanaan siklus 1

1) Pertemuan 1

Pertemuan ke-1 dilaksanakan pada hari Rabu, 21 April 2010 pada jam 11.00 s/d 12.40. Adapun deskripsi dari pelaksanaan tindakan pada siklus pertama pertemuan ke-1 ini adalah sebagai berikut:

(31)

31

kepada mahasiswa sebagi sumber belajar yang bisa dipelajari sendiri dirumah atau dikampus jika mereka memiliki waktu luang. Hal ini untuk menstimulus kemampuan belajar mandiri mahasiswa

Mahasiswa cukup antusias dengan multimedia yang diberikan, karena baru pertama kali menggunakannya sebagai sumber belajar yang biasanya hanya buku teks. Pada pertemuan pertama dosen masih memberikan materi tentang konsep dasar pembelajaran terpadu sambil menunjukkan tentang cara penggunaan multimedia.

Mahasiswa tampak antusias untuk membuka menu-menu lain, sambil bertanya bagaimana menggunakannya. Pada akhir perkuliahan dosen memberikan pertanyaan tentang materi yang belum mereka pahami, mahasiswa tidak ada yang bertanya, kemudian dosen memberi tugas untuk membaca bab berikutnya yaitu model-model pembelajaran terpadu yaitu conected, webbed, dan integrated.

(32)

32

Pertemuan ke-2 dilaksanakan pada hari Rabu, 28 April 2010 pada jam 11.00 s/d 12.40. Adapun deskripsi dari pelaksanaan tindakan pada siklus pertama pertemuan ke-2 ini adalah sebagai berikut:

Dosen pada awal perkuliahan memberikan apersepsi dengan menanyakan materi yang telah dipelajari minggu lalu. Sebagian mahasiswa bisa menjawab, sebagaian yang lain lupa. Kemudian dosen bertanya lagi apakah mereka sudah mempelajari multimedia yang diberikan. Ternyata hampir semua mahasiswa menjawab belum. Hal ini mengindikasikan bahwa mereka kurang mempunyai kesadaran belajar yang tinggi. Kemudian dosen mengajak mahasiswa belajar di laboratorium komputer dan meminta mereka untuk mempelajari terlebih dahulu materi tentang model-model pembelajaran terpadu. Tampilan materi seperti berikut ini

Gambar

(33)

33

bertanya, mereka merasa sudah bisa memahami. Karena tidak ada pertanyaan dari mahasiswa. Dosen menjelaskan kembali dan merangkum tentang model-model pembelajaran terpadu. Beberapa mahasiswa terlihat kurang antusias dan ada yang mengantuk.

3) Pertemuan 3

Pertemuan ke-3 dilaksanakan pada hari Rabu, 5 Mei 2010 pada jam 11.00 s/d 12.40. Adapun deskripsi dari pelaksanaan tindakan pada siklus pertama pertemuan ke-3 ini adalah sebagai berikut:

Dosen merencanakan pembelajaran untuk mengaktifkan mahasiswa setelah melihat kurangnya antusiasme dalam mengikuti perkuliahan dan membaca materi yang telah ada di multimedia. Maka pada pertemuan ini dosen memberi tugas untuk membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) seperti yang telah dicontohkan dalam multimedia. Dosen mendampingi sambil mengecek pemahaman mereka apakah sudah bisa menganalisis masing-masing perbedaan antar model.

(34)

34 4) pertemuan 4

Pertemuan ke-4 dilaksanakan pada hari Rabu, 12 Mei 2010 pada jam 11.00 s/d 12.40. Adapun deskripsi dari pelaksanaan tindakan pada siklus pertama pertemuan ke-4 ini adalah sebagai berikut:

Pada awal perkuliahan dosen memberikan apersepsi dengan bertanya apa perbedaan masing-masing model pembelajaran terpadu, secara konsep sebagian besar mahasiswa bisa menjawab dengan benar. Hanya pada implementasi pembuatan RPP mereka masih banyak yang bingung dengan model integrated. Dosen mmberikan penjelasan kembali tentang model tersebut. Mahasiswa yang mendapat undian untuk membuat RPP model integrated meminta waktu untuk merevisi karena masih salah. Dosen

bertanya “mengapa tidak bertanya pada rentang waktu 1 minggu kemarin”,

mereka menjawab “karena baru mengerjakan kemarin bu”.

Pada pertemuan ini dosen ingin memastikan juga bahwa mahasiswa telah benar-benar mempelajari materi-materi yang telah diberikan beberapa minggu lalu. Dosen memerintahkan mahasiswa menuliskan materi – materi yang telah dipahami dikertas masing-masing dalam waktu 15 menit. Sampai pada waktu 15 menit ternyata hanya beberapa mahasiswa yang menuliskan itupun hanya beberapa kalimat. Ketika dosen

bertanya “ apakah mereka lupa dengan materi-materi yang telah dipelajari,

serentak mereka menjawab “iya bu, karena kami tidak membaca”. Dosen

bertanya mengapa tidak membaca? Mereka mengatakan “ agak ribet bu

(35)

35

harus pinjamke teman terlebih dahulu”. Dosen memberikan motivasi

untuk membaca paling tidak ketika akan kuliah, agar apa yang belum bisa dipahami bisa ditanyakan saat perkuliahan. Kemudian dosen meminta tugas RPP untuk dkumpulkan.

c. Observasi dan hasil

Setelah dilakukan pengamatan dari hasil pelaksanaan tindakan siklus pertama, dapat diperoleh hal-hal sebagai berikut:

Berdasarkan hasil pengamatan pada pelaksanaan tindakan siklus pertama menunjukkan bahwa kemandirian mahasiswa masih rendah, tetapi motivasi diri mereka tergolong tinggi. Hal ini bisa dilihat dari tabel indikator sebagai

(36)

36

No Item Prosentase (%)

Tidak Kadang Ya 1 Memperoleh nilai bagus merupakan

sesuatu yang saya harapkan 5 Menyelesaikan membaca CD merupakan

hal yang memuaskan

25,7 57,1 17,1 6 Materi pembelajaran terpadu bermanfaat

bagi saya

0 5,7 94,3

7 Menghabiskan banyak waktu untuk belajar 2,9 91,4 5,7 8 Yang terpentig bagi saya adalah ilmu

bukan nilai

0 20 80

Pada siklus pertama ini, mahasiswa ternyata belum menunjukkan kemauan belajar yang tinggi bisa dilihat dari prosentase intensitas mengagendakan untuk belajar hanya 22,9%, yang lain hanya kadang-kadang bahkan tidak sama sekali. Dalam proses perkuliahan dosen memberikan sumber belajar berupa multimedia dengan harapan mahasiswa bisa mempelajari sendiri dan mempermudah mereka dalam belajar. Multimedia ini telah diteliti sebelumnya dan hasilnya mampu meningkatkan motivasi belajar.

Kemauan membaca materi merupakan hal penting bagi mahasiswa untuk bisa memahami materi. Hasil dari angket kemauan membaca mahasiswa juga masih tergolong rendah hal ini bisa dilihat dari prosentase yang menyempatkan membaca hanya 5,7 % dan antusiasme dalam membaca hanya 20% bahkan ketika akan kuliah pun hanya 37% yang mau membaca.

(37)

37

kurang memuaskan. Mahasiswa yang mempunyai pemahaman materi yang baik hanya 20%. Jika melihat kemauan mereka bertanya jika ada kesulitan dengan dosen hanya 2,9%. Mahasiswa lebih suka berdiskusi dengan temannnya. Sementara banyak mahasiswa atau temannya masih belum bisa memahami materi sepenuhnya.

Secara umum hasil dari kemampuan belajar mandiri mahasiswa yang berada ditingkat sedang sebanyak 65,7%, sedangkan yang mempunyai kemampuan belajar mandiri tinggi sebesar 34,3%. Seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini:

83.21 53.16% 73.33

46.84%

Mean

100.00

80.00

60.00

40.00

20.00

Motivated Learning 0.00

(38)

38 d. Refleksi

Setelah siklus pertama penelitian tindakan ini dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan refleksi. Langkah refleksi dilakukan dengan melakukan perenungan terhadap semua yang terjadi selama tindakan dilaksanakan. Hal itu bisa dilakukan dengan cara membandingkan antara keadaan sebelum dan setelah dilakukan tindakan. Apakah terjadi suatu peningkatan hasil belajar mahasiswa dan kemandirian belajarnya. Refleksi juga dilakukan melalui sebuah perenungan apakah dengan penggunaan multimedia terjadi peningkatan kemandirian belajar mahasiawa.

Dari hasil refleksi yang telah dilakukan, ada beberapa hal yang didapatkan selama pelaksanaan tindakan pada siklus pertama. Beberapa hal tersebut terkait dengan kriteria keberhasilan tindakan. Kriteria tersebut digunakan untuk mempertimbangkan dan memberikan makna terhadap apa yang telah dicapai setelah pelaksanaan tindakan. Sesuai dengan kriteria penelitian yang telah ditentukan maka dapat ditemukan hal-hal sebagai berikut selama penelitian tindakan ini dilakukan:

(39)

39

karena harus membuka komputer terlebih dahulu, berbeda dengan buku yang bisa dibawa kemana-mana.

Permasalahan lain disebabkan pada siklus pertama dosen belum menerapkan variasi strategi, jadi hanya menggunakan multimedia sebagai sumber belajar utama. Peggunaan metode ceramah dan tanya jawab masih mendominasi dalam perkuliahan. Hal ini berdampak pada antusiasme mahasiswa dalam pembelajaran.

3. Siklus 2

a. Hipotesis tindakan

Pada siklus kedua, hipotesis tindakan yang diajukan adalah sebagai berikut: 1) Melalui penerapan multimedia dengan berbagai variasi metode akan

meningkatkan keaktifan dan kemauan belajar mahasiswa dalam proses perkuliahan.

2) Melalui penambahan penugasan untuk memperkuat konsep pembelajaran terpadu maka akan meningkatkan pemahaman dan hasil belajar mahasiswa.

b. Pelaksanaan siklus 2

(40)

40

Adapun kompetensi dasar yang akan dicapai mahasiswa pada siklus kedua ini yaitu mengimplementasikan model-model pembelajaran terpadu. Dari kompetensi dasar tersebut, indikator atau tujuan pembelajaran yang ingin dicapai adalah: (1) Mahasiswa mampu mengimplementasikan pembelajaran terpadu model webbed; (2) Mahasiswa mampu mengimplementasikan pembelajaran terpadu model connected; (3) Maha siswa mampu mengimplementasikan pembelajaran terpadu model integrated.

Waktu yang dialokasikan dalam pelaksanaan siklus kedua ini adalah 4 kali pertemuan. Adapun deskripsi dari masing-masing kegiatan dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Pertemuan 1

Pertemuan ke-1 dilaksanakan pada hari Rabu, 26 mei 2010 pada jam 11.00 s/d 12.40. Adapun deskripsi dari pelaksanaan tindakan pada siklus kedua pertemuan ke-1 ini adalah sebagai berikut:

(41)

41

Mahasiswa diminta menganalisis dari tayangan video tersebut, dan mendiskusikan secara kelompok. Tujuan dari menayangkan video ini adalah untuk memberikan contoh konkrit bagaimana mengajar dengan model webbed atau tematik. Hasil diskusi kelompok adalah mahasiswa mengkritisi bahwa pelaksanaannya sepertinya akan sulit nantinya di SD karena masih terjadwal sesuai mata pelajaran bukan berbasis tema. Maka solusinya adalah tetap membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dalam bentuk tematik tapi pelaksanaannya tetap mengacu jadwal mata pelajaran. Tayangan video tersebutjuga untuk memberikan contoh untuk simulasi minggu berikutnya.

2) Pertemuan 2

Pertemuan ke-2 dilaksanakan pada hari Rabu, 2 Juni 2010 pada jam 11.00 s/d 12.40. Adapun deskripsi dari pelaksanaan tindakan pada siklus kedua pertemuan ke-2 ini adalah sebagai berikut:

(42)

42

praktik telah menunjukkan performance yang cukup bagus, hal ini ditunjukkan dari pemilihan metode dan media yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditulis dalam rencana pembelajaran. Mahasiswa lain yang bermain peran sebagai siswa pun cukup antusias dalam merespon. Walaupun masih ada catatan dalam rencana pembelajarannya dan masih perlu dibenahi.

Gambar simulasi mahasiswa

3) Pertemuan 3

Pertemuan ke-3 dilaksanakan pada hari Rabu, 9 juni 2010 pada jam 11.00 s/d 12.40. Adapun deskripsi dari pelaksanaan tindakan pada siklus kedua pertemuan ke-3 ini adalah sebagai berikut:

(43)

43

konkrit tentang bagaimana perencanaan dan pelaksanaan pembelajarannya. Sehingga kekurangan bisa diminimalisir. Walaupun tetap masih ada mahasiswa yang salah karena kurang memperhatikan. Tetapi secara umum semuanya sudah cukup bagus dan sesuai dengan rambu-rambu pelaksanaannya.

Melalui praktik mengajar dengan menggunakan tiga model pembelajaran tersebut, mahasiswa lebih antusias dalam pembelajaran dan merasa tidak monoton. Mereka bahkan mendapat inspirasi untuk mengajar kelak ketika pelaksanaan PPL di sekolah. Dampak lainnya adalah adanya sikap kompetisi yang sehat karena masing-masing ingin menunjukkan yang terbaik, maka mereka berusaha untuk membuat pembelajaran semenarik mungkin misalnya dengan bermain peran sehingga melibatkan partisipasi siswa, kemudian dengan menggunakan juga media kartu dan gambar.

4) Pertemuan 4

(44)

44

Pencapaian kompetensi mahasiswa dalam mengimplementasikan model-model pembelajaran terpadu sudah cukup bagus. Hanya peneliti perlu memastikan pemahaman mereka secara teoritik karena melihat indikasi dari hasil siklus 1 bahwa mereka kurang bisa memahami apa yang telah tertulis dalam multimedia. Dalam hal ini peneliti menggunakan strategi active learning dengan teknik say your knows kepada teman sebangkunya. Jadi mereka harus memberi tahu apa saja yang telah mereka pahami dalam multimedia tersebut kepada temannya secara berpasangan.

Setelah mereka menjelaskan apa yang mereka pahami dari materi multimedia secara bergantian. Kemudian masing-masing memberikan pertanyaan sebanyak 5. Hal ini dimaksudkan juga untuk mengetahui sejauhmana kemampuan analisis mereka. Setelah selesai, peneliti bertanya pada mahasiswa siapa yang mampu menjawab semuanya benar. Ternyata ada 4 pasang yang berhasil menjawab semua pertanyaan. Kemudia dari 4 pasang ini diambil 2 yang terbaik untuk berkompetisi. Kompetisi ini adalah saling memberi pertanyaan pada lawan. Akhirnya kompetisi ini dimenangkan oleh tim kanan yang diwakili oleh saudari isnaini.

(45)

45

dapat dipahami dengan baik hanya beberapa materi saja. Indikator lain adalah terjadinya pengulangan pertanyaan saat berpasangan, kompetisi 4 pasang, dan kompetisi antar kelompok.

Peneliti kemudian bertanya, apakah mereka sering membaca secara mandiri multimedia yang telah diberikan. Hampir semuanya menjawab kadang-kadang. Bahkan ketika pelaksaan praktik mengajar, mereka hampir tidak pernah membuka, dengan alasan karena mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran dan media yang harus mereka buat. Maka untuk mengatasi hal ini, peneliti memberikan tugas untuk membuat peta konsep untuk mempertajam pemahaman mereka dengan kreasi masing-masing supaya mudah dalam belajar. Hasilnya dikumpulkan minggu berikutnya.

c. Observasi dan hasil

Setelah dilakukan pengamatan dari hasil pelaksanaan tindakan siklus pertama, dapat diperoleh hal-hal sebagai berikut:

(46)

46

mandiri mahasiswa yaitu mahasiswa yang berada pada kemampuan sedang sebesar 42,9 % dan yang berada pada kemampuan tinggi sebesar 57,1% .

No Item Prosentase (%) darimasing-masing item. Dilihat dari prosentase intensitas mengagendakan justru turun menjadi 17,1%, yang lain hanya kadang-kadang bahkan tidak sama sekali. Dalam proses perkuliahan dosen memberikan sumber belajar berupa multimedia dengan harapan mahasiswa bisa mempelajari sendiri dan mempermudah mereka dalam belajar. Multimedia ini telah diteliti sebelumnya dan hasilnya mampu meningkatkan motivasi belajar.

(47)

47

Pada siklus kedua ini kompetensi yang ditekankan adalah Kemampuan untuk mengimplementasikan model-model pembelajaran terpadu,dari hasil simulasi diperoleh nilai rata-rata 75. Dari aspek tersebut sebenarnya kemampuan belajar mahasiswa cukup baik, hanya jika dilihat dari kemauan dan antusiasme belajar belum menunjukkan hasil yang memuaskan.

d. Refleksi

Seperti siklus sebelumnya, pada siklus kedua setelah semua langkah dalam penelitian tindakan dilaksanakan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan refleksi. Sesuai dengan kriteria ketercapaian tindakan yang telah ditentukan maka dapat ditemukan sebagai berikut selama penelitian tindakan siklus kedua ini dilakukan:

1) Kenaikan prosentase pada item antusiasme dalam membaca, kemamuan membaca jika ada tugas kuliah, dan bertanya dengan dosen jika ada kesulitan.

2) Secara rata-rata kemampuan belajar mandiri mahasiswa terjadi kenaikan dari 34,3 % menjadi 57,1 %.

3) Hasil belajar mahasiswa jika dilihat dari kompetensi mengimplementasikan model-model pembelajaran terpadu nilai rata-ratanya adalah 75.

(48)

48 C. Pembahasan

Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan total pertemuan sebanyak 8 (delapan) kali pertemuan. Siklus pertama dilaksanakan dengan total pertemuan sebanyak 4 (empat) kali pertemuan dan siklus kedua dilaksanakan dengan total pertemuan sebanyak 4 (empat) kali pertemuan. Berikut ini akan dibahas beberapa hal terkait dengan penerapan multimedia pembelajaran terpadu untuk meningkatkan kemandirian belajar mahasiswa PGSD

1. Motivasi belajar mahasiswa

Motivasi belajar merupakan prasyarat bagi berjalannya belajar mandiri. Motivasi belajar dibedakan menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Pada instrumen yang diberikan untuk mahasiswa, motivasi instrinsik menanyakan pada kebutuhan dan ketertarikan pada materi yang diajarkan. Motivasi ekstrinsik adalah dengan menggunakan multimedia apakah bisa mendorong mereka untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan pada mata kuliah tersebut. Dari hasil siklus 1 dan 2 menunjukkan bahwa motivasi belajar mereka cukup tinggi yaitu 91,4 %. Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah bahwa perolehan nilai dan IPK yang bagus merupakan hal yang penting buat mereka. Seperti yang diungkapkan oleh AW “rasanya puas kalau dapat nilai bagus, tentu saja kita akan berupaya mendapatkanya”. Apakah hanya sekedar nilai yang dicari oleh mahasiswa? Sebagian besar menjawab tidak, karena

ilmu juga penting. Seperti yang diungkapkan oleh UK “karena kita akan

(49)

49

itu hanya dampak saja dari kesungguhan kita”. Faktor ekternal yang lebih

banyak mempengaruhi adalah karena mata kuliah ini nanti akan memberikan bekal untuk PPL terutama untuk praktik mengajar dikelas rendah, sehingga kompetensinya relevan. Penggunan multimedia sebagai sumber belajar merupakan penambah referensi yang mereka butuhkan.

Seperti yang diungkapkan NT “multimedia ini bagus, karena ada video,

animasi dan gambar-gambarnya” hal senada juga diungkapakan oleh ST

bahwa “ ini merupakan sesuatu yang baru, hanya bahasa kurang

komunikatif”.

2. Kemandirian belajar mahasiswa

Kemampuan dasar belajar mandiri terdiri dari;

(1) kemampuan melakukan pengembangan motivasi belajar, hal ini telah ditunjukkan prosentase yang cukup tinggi pada mahasiswa

(2) kemampuan teknis belajar untuk mencapai tujuan belajar atau kompetensi yang telah ditetapkan. Dari hasil angket telah diketahui bahwa kemampuan belajar mandiri mahasiswa adalah 57,1%, angka tersebut belum bisa dikatakan memuaskan karena jika dilihat dari item kemauan dan antusiasme mereka masih banyak dipengaruhi oleh arahan dosen yaitu dengan pemberian tugas-tugas, baru mereka belajar. Hal ini diakui oleh

BW”saya belajar jika ada tugas, jarang menyempatkan membuka

multimedianya”. Hal senada juga diungkapkan oleh PW” banyak tugas

(50)

50

Perbandingan kemampuan belajar mandiri pada siklus 1 dan 2 bisa dilihat pada tabel berikut ini:

No Item Siklus 1 Siklus 2

Tdk kdg ya Tdk kdg ya

1 Menyempatkan membaca CD

22,9 65,7 11,4 22,9 65,7 11,4

2 Antusias membaca CD 20 65,7 14,3 20 65,7 14,3

3 Selalu menyempatkan refleksi

5,7 94,3 0 5,7 94,3 0

4 Mengagendakan untuk belajar

10 Menggunakan referensi hanya dari CD

68,6 11,4 20 68,6 11,4 20

(3) kemampuan melakukan refleksi memerlukan kemampuan-kemampuan lain yaitu; (a) kemampuan menerima kesalahan sebagai sesuatu yang wajar, (b) kemampuan menerima kesalahan sebagai masukan guna pencegahan terjadinya perbuatan yang sama (c) kemampuan menerimakeberhasilan bukan semata-mata sebagai sesuatu yang dibanggakan. Dari hasil angket yang diperoleh 94,3% mahasiswa hanya kadang-kadang melakukan kegiatan refleksi. Ketika dikonfirmasi mengapa hanya kadang-kadang merefleksi diri terkait dengan perkuliahan, sebagian besar mahasiswa menjawab karena padatnya perkuliahan. Seperti yang

(51)

51

ditambah dengan adanya kegiatan mikroteaching, sehingga cukup menyita

waktu”.

3. Hasil belajar mahasiswa

(52)

52

Tabel nilai diatas menggambarkan nilai UAS dan rata-rata akhir setelah digabungkan dengan nilai yang lain yaitu keaktifan,tugas, dan mid semester. Jika mengacu pada angka kelulusan yaitu minimal C,maka tidak ada mahasiswa yang tidak lulus,minimal nilai yang diperoleh adalah B- hanya 2 orang sehingga bisa dikatakan bahwa kemampuan belajar mahasiswa sudah baik.

(53)

53 BAB V

Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Melalui penerapan multimedia pembelajaran terpadu dapat dilihat hasilnya sebagai berikut, motivasi belajar mahasiswa 91,4 % , kemampuan belajar mandiri mahasiswa naik dari 34,3 % menjadi 57,1 %.

2. Kemampuan belajar mandiri mahasiswa masih dominan dipengaruhi oleh faktor ekternal misalnya, jika ada tugas dari dosen.

3. Semakin meningkatnya kemandirian belajar mahasiswa berpengaruh positif terhadap peningkatan hasil belajar mahasiswa. Hal ini bisa dilihat dari rata-rata nilainya adalah B.

B. Saran

Dari kesimpulan yang telah diuraikan di muka, ada beberapa saran yang dapat diberikan tentang penerapan multimedia pada mata kuliah pembelajaran terpadu sebagai berikut:

1. Penerapan multimedia sangat relevan diterapkan dalam pembelajaran terpadu karena merupakan sesuatau yang baru dalam perkuliahan

(54)

54

3. Perlunya membangun hubungan yang intensif antara dosen dan mahasiswa sehingga terjadi komunikasi yang efektif dalam pembelajaran.

4. Perlunya membangun suasana kelas yang kondusif

5. Perlu adanya penghargaan dan punishment, sebagai bahan untuk merefleksi diri yang masih jarang dilakukan mahasiswa.

C. Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan-keterbatasan yang ada dalam penelitian ini yaitu:

(55)

55 DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rohani. (1997). Media instruksional educatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Alessi, S.M. & Trollip, S.R. (2001). Multimedia for learning: methods and development (3th ed.). Massachusetts: Ally & Bacon A Pearson Education Company.

Beerman (Januari 1996). Computer based multimedia: new derections in teaching and learning. Journal of nutrition education. Diakses Maret 2009 dari

http://proquest.umi.com/pqdweb.

Blackwell John. (1997). SEED: Multimedia applications in education: http//web.viu.ca/seed/mm/index.html. diakses tanggal 20 Juni 2009.

Departemen Pendidikan Nasional. (1996). Pembelajaran terpadu. Jakarta: Departemen Pendidikan Tinggi.

Dewi Salma P. (2007). Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: universitas Negeri Jakarta.

Dick, W. & Carey, L. (2005). The systematic design of instruction (6rd ed.). Glecview, Ilinois: Scott, Foresman and Company.

Dryden, Gordon & Jeannette Vos. (2003). The learning revolution. Bandung: Kaifa.

Fogarty Robin. (1991). How to Integrate the curricula. Illions:IRI/Skylight Publishing, Inc.

(56)

56

Hannafin, Micheal J. (198). The design, development and evaluation of instructional software. New York: Macmillan Publishing Company.

(57)

57

LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL PENELITIAN DOSEN YUNIOR ANGGOTA PUSAT STUDI

1. Judul Penelitian : Pengembangan Multimedia

Pembelajaran Untuk Mata Kuliah

Pembelajaran Terpadu di PGSD FIP UNY

2. Ketua peneliti

a. Nama lengkap : Unik Ambar Wati, M.Pd

b. Jabatan : Asisten Ahli

c. Jurusan : Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar

(PPSD)

d. Alamat surat : Jur. PPSD, Kampus Karang malang FIP

UNY

e. Telp/ HP : 0811268163

f. Faksimili : -

g. E-mail : unikwati@yahoo.com

3. Tema Payung Penelelitian : Managemen dan Teknologi Pendidikan

4. Skim Penelitian : Lemlit

(58)

58

6. Bidang Keilmuan/ Peneliti : Pendidikan

7. Tim Peneliti

No Nama Badang Keahlian

1 Deni Hardianto, M.Pd

NIP. 19810605 200501 1

003

Pembelajaran Berbasis

Komputer

8. Mahasiswa yang terlibat

No Nama NIM

1

9. Lokasi Penelitian : FIP UNY

10.Waktu Penelitian : 6 Bulan

11.Dana yang diusulkan : Rp. 5.000.000,-

Mengetahui Yogyakarta, 11

Maret 2010

Kepala Pusat Studi Ketua Tim Peneliti

Pendidikan Dasar dan Menengah

Dr. Ishartiwi Unik Ambar Wati,

M.Pd

Mengetahui,

Ketua Lembaga Penelitian

Prof. Sukardi, Ph. D

(59)

59

PROPOSAL PENELITIAN

Pengembangan Multimedia Pembelajaran Untuk Mata Kuliah

Pembelajaran Terpadu di PGSD FIP UNY

UNIK AMBAR WATI

PUSAT STUDI PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

LEMBAGA PENELITIAN

Gambar

gambar berikut (Suyanto, 2005: 52).
Model Gambar  Connected menurut Robin Forgaty (1991: 14)
 Model Gambar  Webbed menurut Robin Forgaty (1991: 54)
Model Gambar  Integrated menurut Robin Forgaty (1991: 76)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu terdapat beberapa hal utama yang harus diperhatikan dalam melakukan umpan yaitu kecepatan bola, sasaran umpan, ketepatan waktu melakukan umpan, teknik

Yaitu dengan membuat analisis sistem, batasan sistem, DAD , dan flowchart yang akan digunakan untuk membangun atau mengembangkan perangkat lunak

Atkočiūnienė pranešime „Mokslo komunikacija: Lietuvos valstybės remiamų mokslinių žurnalų redaktorių po- žiūris“ pristatė Lietuvos valstybės biudžeto lėšomis

Alternatif yang layak untuk dijalankan ialah alternatif 1 karena suku bunga yang ditawarkan lebih dari faktor diskon, sedangkan alternatif 2 dan alternatif 3 tidak layak karena

Pada penelitian ini dilakukan kajian untuk merumuskan arahan pengendalian berdasarkan tipologi perubahan penggunaan hutan mangrove sehingga dapat digunakan sebagai acuan

Teori Arsitektur: 1) Arsitektur ialah struktur dari elemen-elemennya, yang dikatagorikan dalam aspek Fungsi-bentuk-makna. 2) Aspek Fungsi berupa kegiatan atau kumpulan

Tabel di atas menunjukan bahwa se- tiap item pertanyaan/pernyataan sikap suka terhadap bahasa Inggris, rata-rata kese- luruhan jawaban yang di dapat dari pejabat senior di

Data yang dikumpulkan pada pre test dan post test ini berupa data tekanan darah, didapatkan dengan cara peneliti melakukan observasi langsung tekanan darah pada