• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK OSEANOGRAFI FISIKA PANTAI PANDAN TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KARAKTERISTIK OSEANOGRAFI FISIKA PANTAI PANDAN TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK OSEANOGRAFI FISIKA PANTAI PANDAN TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA

By

Sakkeus Harahap1), Mubarak2), Musrifin Galib2) ABSTRACT

This research was conducted from 14 – 28, May 2009 at Kelurahan Pandan Central Tapanuli of North Sumatra Province. The method used in this research is survey method. research results indicate that the characteristics of waves in coastal waters there is Pandan wave breaking before reaching the coastline and affected by the shallow depth and tide, the flow velocity at the time of pairs ranged from 0,04 to 0,23 m / s and at low tide ranged from 0,11 – 0,48 m / s. Type of tide in coastal waters is a type of mixed biased doubles daily. In a day happens twice for both tide and ebb with the different of time and height. Pandan beach slope is gently sloping beach that ranges from 0.9 - 1.9%.

Keywords : Characteristic, wave, current and tide

Peneliti pada laboratorium Oceanografi Fisika Faperika Universitas Riau

I. PENDAHULUAN

Kondisi oseanografi fisika di kawasan pesisir dan laut dapat digambarkan oleh terjadinya fenomena alam seperti terjadinya pasang surut, arus, gelombang, perubahan suhu dan salinitas laut serta angin. Fenomena

tersebut memberikan kekhasan

karakteristik pada kawasan pesisir dan lautan sehingga menyebabkan terjadinya kondisi fisik perairan yang berbeda-beda.

Lingkungan pantai merupakan

daerah yang selalu mengalami

perubahan, karena merupakan daerah pertemuan kekuatan yang berasal darat dan laut. Perubahan ini dapat terjadi secara lambat hingga cepat bergantung pada daya imbang antara topografi, batuan, dan sifatnya dengan gelombang, arus, pasang surut dan angin. Oleh sebab itu di dalam pengelolaan daerah pesisir diperlukan suatu kajian keruangan mengingat perubahan ini bervariasi antar suatu tempat dengan tempat lain.

Perairan pantai Pandan merupakan daerah yang berada di wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah yang digunakan untuk berbagai kegiatan

seperti perikanan tangkap, budidaya, pariwisata, pelayaran, pemukiman maupun kegiatan perdagangan. Dengan dasar pemikiran tersebut, dirasakan perlu untuk diketahui kondisi oseaonografi perairan, khususnya dalam penelitian ini adalah karakteristik oseonografi fisika pantai, seperti gelombang, arus, pasang surut, kemiringan pantai, suhu dan salinitas. Salah satu cara untuk mengetahui gelombang, arus pasang surut serta kemiringan pantai dalam ruang lingkup studi penelitian adalah dengan melakukan pengambilan data lapangan, kemudian dianalisis. Dengan ini dapat diketahui karakteristik oseanografi fisika yang terjadi di perairan Pantai Pandan ini.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik oseanografi fisika, seperti karakteristik gelombang, arus, pasang surut, serta kemiringan pantai yang ada di wilayah perairan pantai Pandan.

II. Bahan dan Metode 2.1. Bahan

(2)

galah berskala, curent meter, GPS, thermometer dan hendratraktometer.

Metode dalam penelitian ini adalah metode survei. Beberapa data diperoleh dari pengukuran langsung di lapangan yaitu; data gelombang, kecepatan arus, kemiringan pantai dengan mengukur kedalaman pantai.

Untuk pengamatan dan

pengukuran karakteristik gelombang ditentukan sebanyak 4 stasiun. Pengamatan tinggi pasang surut dilakukan di satu stasiun dan secara geografis terletak pada 1°40,36’.08" LU

dan 98°49,37’68“ BT. Pemilihan lokasi

pengamatan tinggi pasang surut dilakukan dengan pertimbangan, bahwa daerah ini lebih terlindung dan relatif tenang dari gangguan ombak dan gelombang yang ditimbulkan oleh perahu

bermotor yang dapat menggangu

pembacaan papan skala.

2.2. Analisis Data

Data yang didapat disajikan dalam bentuk tabel dan selanjutnya data dianalisis dan ditampilkan dalam bentuk kurva kemudian dibahas secara deskriptif. Data tinggi pasang surut dianalisis dengan menggunakan metode yang merupakan pengembangan dari metode harmonis Laplace dan Kelvin yang kemudian disempurnakan oleh G. Darwin dan Lord Rayleigh. Tipe pasang surut suatu perairan dapat ditentukan oleh perbandingan antara amplitudo unsur-unsur pasang surut tunggal utama dengan amplitudo unsur-unsur surut ganda utama. Perbandingan ini dikenal sebagai bilangan Formhalz dengan rumus sebagai berikut :

2 disebabkan gaya tarik Bulan

K1 = Amplitudo komponen Pasang surut tunggal utama yang disebabkan gaya tarik Surya M2 = Amplitudo komponen ganda

utama yang disebabkan gaya tarik Bulan

S2 = Amplitudo komponen Pasang surut ganda utama yang disebabkan gaya tarik Surya. Dengan demikian jika nilail F berada antara :

< 0,25 : Pasang surut bertipe ganda 0,25-1,50 : Pasang surut bertipe

campuran dengan tipe ganda yang menonjol 1,50-3,00 : Pasang surut bertipe

campuran dengan tipe tunggal Yang menonjol >3,00 :Pasang surut bertipe tunggal

Untuk menentukan tinggi muka air pasang-surut digunakan rumus :

- Range Pasang surut atau rata-rata selisih antara kedudukan air tinggi dan kedudukan air rendah adalah Range = pasang tertinggi - surut

terendah

- Mean Low Water Level (MLWL) atau kedudukan rata-rata air rendahi adalah

MLW = MSL – ( Range / 2) - Mean High Water Level (MHWL) adalah

MHW = MSL + ( Range /2)

III. Hasil dan Pembahasan 3.1. Tinggi Gelombang

Gelombang yang merambat ke pantai atau perairan laut yang dangkal

berasal dari gelombang yang

(3)

gelombang yang merambat tersebut dipengaruhi oleh gesekan dari dasar laut yang dirambati oleh gelombang tersebut. Pengaruh utama dari dasar adalah untuk memindahkan energi

sistem gelombang untuk satu

kecepatan angin, fetch, dan durasi menghasilkan tinggi gelombang dan periode gelombang signifikan yang secara cepat berkurang dengan semakin berkurangnya kedalaman air.

Pengukuran tinggi gelombang didapat dari jarak vertikal antara puncak gelombang dengan lembah gelombang. Dari hasil pengukuran tinggi gelombang pada setiap stasiun selama tujuh hari pengamatan didapat

hasil yang bervariasi. Tinggi

gelombang pada saat surut relatif lebih tinggi dibandingkan dengn tinggi gelombang pada waktu pasang. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.

Tinggi gelombang pada saat pasang pada perairan pantai Pandan berkisar antara 0,19-0,28 m dan pada saat pasang menuju surut tinggi gelombangnya berkisar antara 0,76-0,81 m. Pada saat surut menuju pasang gelombang relatif kecil, tinggi gelombang pada saat surut menuju pasang pada stasiun IV lebih tinggi dan pada stasiun III tinggi gelombangnya lebih rendah. Pada saat pasang menuju surut tinggi gelombang relatif lebih besar lebih besar dibandingkan pada saat surut, terlihat jelas bahwa pada stasiun II gelombangnya paling tinggi dan pada stasiun IV lebih rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.

Perbandingan antara tinggi gelombang pada saat surut menuju pasang dan pasang menuju surut terlihat tinggi maksimum gelombang terjadi pada saat surut. Di sini terlihat jelas pengaruh pasang surut dan angin sangat besar terhadap tinggi gelombang di perairan pantai Pandan.

3.2. Periode gelombang

Periode gelombang dipengaruhi oleh angin dan akan mempengaruhi panjang atau pendeknya lintasan gelombang yang menghampiri pantai. Teori pembangkit gelombang angin telah kemukakan oleh Sverdrup et al dalam Rahayu (2000) menyatakan

pada umumnya sebuah puncak

gelombang sebagai halangan bagi aliran dan menimbulkan muka tinggi pada muka belakangnya dan tekanan rendah pada muka depannya.

Periode gelombang merupakan interval waktu yang dibutuhkan oleh partikel air untuk kembali ke kedudukan semula dengan kedudukan sebelumnya. Hasil pengukuran rata-rata periode gelombang pada perairan pantai Pandan bervariasi antara pasang dan surut. Pada saat surut menuju pasang periode gelombang berkisar antara 0,35-0,42 m/s dan pada saat

pasang menuju surut periode

gelombang berkisar antara 0,70-0,72 m/s. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.

Pada saat surut menuju pasang gelombang relatif kecil dibanding dengan periode gelombang pada saat pasang menuju surut. Perbedaan periode gelombang pada saat surut menuju pasang dan pasang menuju surut sangat jelas pada setiap

stasiunnya. Namun demikian

perbedaan pada setiap stasiunnya dengan pengukuran waktu yang sama tidak terlalu signifikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.

3.3. Cepat Rambat Gelombang

(4)

pasang menuju surut cepat rambat gelombang berkisar antara 3,13-4,32 m/s. Dapat dilihat pada tabel 2.

Perhitungan cepat rambat

gelombang sangat besar pengaruh kedalaman perairan. Pada saat surut menuju pasang dan pasang menuju surut cepat rambat gelombang lebih besar dimana pada stasiun IV memiliki kedalaman lebih besar maka cepat rambat gelombangnya lebih besar dan pada stasiun II kedalamannya lebih

rendah maka cepat rambat

gelombangnya lebih kecil. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.

Cepat rambat pada saat surut menuju pasang lebih besar dari pada cepat rambat pada saat pasang menuju surut karena kedalaman pada saat surut menuju pasang lebih dalam. Seperti yang dikemukakan oleh Yusfi (2005) menyatakan bahwa semakin besar panjang gelombang maka semakin cepat gelombang yang merambat ke pantai sehingga hantaman ke garis pantai semakin kuat. Hal ini membuat cepat rambat yang sampai ke pantai sangat mempengaruhi pembentukan garis pantai.

3.4. Panjang Gelombang

Panjang gelombang adalah jarak antara dua puncak gelombang atau jarak antara dua lembah gelombang.

Dari hasil pengukuran panjang

gelombang pada daerah penelitian

menunjukkan adanya nilai yang

bervariasi antara panjang gelombang pada saat surut menuju pasang dengan panjang gelombang pada saat pasang menuju surut. Pada saat surut menuju pasang panjang gelombangnya berkisar antara 1,29-2,01 m dan pada waktu

pasang menuju surut panjang

gelombangnya lebih tinggi dari panjang gelombang pada waktu pasang yaitu berkisar antara 1,32-2,72 m.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.

Pengukuran panjang gelombang pada saat surut menuju pasang dan pasang menuju surut sangat jelas

perbedaannya, namun sama-sama pada stasiun II memiliki panjang gelombang yang rendah dan pada stasiun IV memiliki panjang gelombang yang tertinggi. Untuk lebih jelasnya perbedaan panjang gelombang pada saat surut menuju pasang dan pasang menuju surut dapat dilihat pada Gambar 4.

Apabila suatu gelombang

mendekati perairan dangkal, maka gelombang akan pecah sehingga panjang gelombang akan semakin kecil. Dalam hal ini sesuai dengan menuju surut, ini terjadi karena periode dan kelandaian pantainya lebih besar dibandingkan dengan stasiun I, II dan III.

3.5. Kemiringan Gelombang

Kemiringan gelombang

merupakan hasil yang diperoleh dari perbandingan antara tinggi gelombang dengan panjang gelombang, semakin

besar panjang gelombang maka

semakin kecil kemiringan gelombang. Dari hasil penghitungan kemiringan gelombang pada daerah penelitian ini memiliki karakteristik yang berbeda. Pada saat surut menuju pasang kemiringan gelombang berkisar antara 0,12-0,16 dan pada waktu pasang menuju surut kemiringan gelombang berkisar antara 0,28-0,61. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.

(5)

pada stasiun IV kemiringannya lebih

kecil. Untuk lebih jelasnya

perbandingan kemiringan gelombang dapat dilihat pada Gambar 5.

Gelombang ini tidak pecah sebelum mencapai garis pantai, gelombang ini termasuk ke dalam kategori Very Shallw Water Waves.

Umumnya gelombang yang lebih

curam dari nilai kemiringan tersebut akan menjadi masalah bagi kapal (Galib dalam Yusfi, 2005). Gelombang

ini mengalami perubahan dari

gelombang perairan dalam menjadi

perairan dangkal (shoaling

transformation). Disebutkan bahwa shoaling transformation ini dimulai ketika kemiringan gelombang kurang dari 0,5.

3.6. Energi Gelombang

Tinggi gelombang, panjang gelombang, densitas perairan dan gravitasi bumi berpengaruh terhadap besarnya energi gelombang. Dari hasil peghitungan energi gelombang pada perairan pantai Pandan bervariasi antara pada saat surut menuju pasang dan pada saat pasang menuju surut. Pada saat surut menuju pasang energi gelombang berkisar antara 0,15-0,20 J/m2 dan pada saat pasang menuju surut energi gelombang berkisar antara 1,10-1,99 J/m2. dapat dilihat pada Tabel 2.

Pada saat surut menuju pasang stasiun IV memiliki energi yang lebih besar dan pada stasiun II memiliki energi lebih kecil. Sama halnya dengan pada saat surut menuju pasang pada pasang menuju surut stasiun IV memiliki energi yang lebih besar dan pada stasiun II energinya lebih kecil. Dapat dilihat pada Gambar 6.

Dari hasil perhitungan energi gelombang, diperoleh bahwa pada saat surut menuju pasang energi gelombang mencapai nilai tertinggi yakni mencapai 1,99 J/m2 pada stasiun IV. Tingginya energi gelombang pada stasiun IV disebabkan oleh panjang gelombang

yang lebih besar di stasiun ini bila dibandingkan dengan stasiun lainnya.

3.7. Karakteristik Arus

Arus merupakan gerakan

mengalir suatu massa air yang dapat disebabkan oleh tiupan angin, perbedaan dalam densitas air laut, maupun oleh gerakan gelombang panjang, misalnya pasang surut. Hasil dari pengukuran kecepatan arus pada saat surut menuju pasang dan pasang menuju surut yang dilakukan didapat diketahui bahwa kecepatan arus pada saat pasang menuju surut lebih besar dibandingkan dengan kecepatan arus pada saat surut menuju pasang. Dari pengukuran kecepatan arus di perairan pantai Pandan berfluktuasi, pada saat surut menuju pasang kecepatan arusnya berkisar antara 0,04-0,23 m/s dan pada saat surut kecepatan arusnya berkisar antara 0,11-0,48 m/s (Lampiran 2). Pengukuran kecepaan arus yang dilakukan didapat bahwa stasiun V merupakan kecepatan arus tertinggi yaitu sebesar 0.48 m/s dan terjadi pada saat pasang menuju surut stasiun ini berada di depan mulut muara sungai Pandan. Sedangkan yang terendah terdapat pada stasiun 2,3,9,14 yaitu sebesar 0,05 m/s dan terjadi pada saat surut menuju pasang. Untuk lebih jelasnya mengenai kisaran kecepatan arus pasang pada perairan pantai Pandan dapat dilihat pada Gambar 7.

Arah arus surut menuju pasang ke pantai arah utara dan timur. Untuk melihat pola dan arah pergerakan arus pasang yang terjadi pada perairan pantai Pandan dapat dilihat pada Gambar 8 .

(6)

dan Tenggara. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 9.

3.8. Komponen Pasang Surut

Komponen utama yang dihitung dalam penelitian ini adalah amplitudo dan fase dari komponen M2, S2, N2, K1, O1, M4, MS4, K2, dan P1. Dari hasil analisi data penelitian selama 15 hari yaitu dari tanggal 14 Mei sampai 28 Mei 2009. Untuk lebih jelasnya disajikan dalam tabel 3.

3.9. Tinggi Elevasi Muka Air laut

Dari hasil penelitian yang dilakukan di perairan pantai Pandan mulai dari tanggal 14-28 Mei 2009 tercataat bahwa pasang tertinggi di perairan pantai Pandan terjadi mulai pada tanggal 24-28 Mei 2009 dengan ketinggian yang sama pada waktu yang

berbeda dengan ketinggian air

mencapai 1,3 m. Pada saat surut terendah terjadi mulai pada tanggal 25-27 Mei 2009 dengan ketinggian yang sama dalam waktu yang berbeda dengan ketinggian 0,2 m. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.

Selisih tinggi dari pasang tertinggi dengan surut terendah 1.1 m. Dengan mengetahui range of tide dan amplitudo tiap komponen pasang surut maka dapat dihitung Mean Low Water Level (MLWL) dan Mean High Water Level (MHWL):

 Mean Low Water Level (MLWL) atau kedudukan rata-rata air terendah adalah : MLWL = MSL –

(Range/2)

= 69,9 - 1,1/2 = 69,35

 Mean High Water Level (MHWL) atau kedudukan rata-rata air tertinggi adalah : MHWL = MSL –

(Range/2)

= 69,9 + 1,1/2 = 70,45

3.10. Tipe Pasang Surut

Tipe pasang surut ditentukan oleh frekuensi air pasang dan surut setiap harinya, secara kuantitatif tipe

pasang surut ditentukan oleh

perbandingan antara amplitudo (tinggi gelombang) unsure-unsur pasang surut tunggal utama (K1 dan O1) dan unsure-unsur pasang surut ganda utama (M2 dan S2) dengan persamaan : diperoleh nilai bilangan formzal untuk perairan pantai Pandan sebagai berikut :

F = (8,2 + 18,1) / (25,8 + 9,2) = 0,72

Dari hasil perhitunngan didapat nilai F = 0,72 menggambarkan tipe pasang surut di perairan pantai Pandan adalah campuran harian ganda, yang berarti setiap hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang berbeda tinggi dan waktunya ( Dinas Hidri-Oseanografi TNI AL,2009). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 10.

Dari tabel komponen harmonik terlihat bahwa perairan pantai Pandan memiliki harga amplitudo harmonik M2 sebesar 25,8cm dan fasenya -1970 merupakan komponen yang dominan.

Komponen S2 adalah 9,2 cm

merupakan komponen terbesar setelah M2. komponen lainnya adalah N2 yang nilainya 8 cm, K2 dengan nilai 2,1 cm, K1 dengan nilai 18,1 cm, O1 dengan harmonik lainnya, hal ini membuktikan

bahwa besarnya pengaruh gaya

gravitasi bulan jika dibandingkan dengan gaya gravitasi matahari. Seperti yang diungkapkan oleh Triatmodjo

(1999) bahwa pasang surut

(7)

lebih besar dari pada gaya tarik

matahari. Gaya tarik bulan

mempengaruhi bumi 2,2 kali lebih besar daripada gaya tarik matahari.

Dari pola arus di perairan pantai

Pandan komponen M2 sangat

dipengaruhi oleh gelombang Pasang surut yang berasal dari Samudera Hindia. Ini dapat dilihat dari peta pola arus yang sudah dibuat. Mihardja dan Setiadi (1989) menyatakan bahwa amplitudo komponen harmonik pasang surut bervarisi dari bulan ke bulan.

Berdasarkan hasil penelitian dengan analisis bilangan Formzhal diketahui bahwa tipe pasang surut yang terjadi di perairan pantai Pandan adalah campuran harian ganda, yang berarti setiap harinya terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang berbeda dalam tinggi dan waktunya. Pasang surut tipe campuran harian ganda dapat dijumpai di perairan bagian barat Sumatera yaitu lautan Hindia dan juga perairan Indonesia Timur (Nontji, 2002).

Pasang surut tidak hanya mempengaruhi lapisan di bagian teratas saja, melainkan seluruh massa air. Energinya pun sangat besar. Dengan energi yang kuat ini pasang surut dapat mangakibatkan proses sedimentasi sehingga mengakibatkan perubahan garis pantai. Tenaga pasang surut dapat mengangkut sedimen dasar perairan sehingga dapat juga mempengaruhi tofografi dasar perairan.

3.11. Kemiringan Pantai

Kemiringan pantai berpengaruh pada saat dimana gelombang itu akan pecah. Pengukuran dilakukan pada saat surut menuju pasang dan pasang menuju surut. Hasil dari pengukuran kemiringan pantai di perairan pantai Pandan pada saat surut menuju pasang berkisar anatara 0,9-2,3 %.

Hasil penelitian menunjukkan, pada saat surut menuju pasang dan surut kemiringan paling besar yaitu substasiun 13 dan kemiringan paling

kecil substasiun 12. untuk lebih jelasnya dapat dilihat Gambar 11.

Di lokasi penelitian,

kemiringan pantai paling besar baik pada surut menuju pasang maupun pasang menuju surut, yaitu terdapat pada staiun 13. Kemiringan pantai paling kecil terdapat pada substasiun 12. Tingginya kemiringan pantai pada substasiun 13 disebabkan oleh pola arus yang terdapat di perairan ini. Bila dilihat dari pola arus di substasiun ini, arus bergerak dari arah Barat menuju pantai dan melewati substasiun ini sehingga mengakibatkan terjadinya proses sedimentasi. Selain itu juga substasiun ini lebih jauh dari muara sungai yang terdapat di daerah penelitian dari pada substasiun yang lainnya, sehingga proses sedimentasi yang terjadi di substasiun ini sangat kecil. Sementara itu rendahnya kemiringan pantai yang terdapat pada substasiun 12 diakibatkan proses sedimentasi yang terdapat di substasiun ini sangat tinggi dan bila dilihat dari Tetapi bila dilihat dari kedalaman substasiun 5 memiliki kedalaman lebih rendah tetapi jarak substasiun ini lebih dekat dengan garis pantai. Penyebab rendahnya kemiringan pada substasiun 12 proses sedimentasi yang terdapat pada substasiun ini sangat tinggi. Dilihat dari pola arus, pergerakan arus yang terjadi mengarah ke lokasi ini pada saat surut menuju pasang,

sehingga terjadi pengangkutan

(8)

tidak jauh berbeda pada setiap stasiunnya. Pada saat surut menuju pasang suhu perairan pantai Pandan berkisar antara 27,3-28,90 C dan pada saat surut suhu perairan pantai Pandan berkisar antara 26-28,60 C (Lampiran 1). Pada saat surut menuju pasang suhu tertinggi terdapat pada substasiun 6,10 dan 13 dan suhu terendah terdapat pada substasiun 2, sedangkan pada saat pasang menuju surut suhu tertinggi terdapat pada stasiun 15 dan suhu terendah terdapat pada substasiun 2. Untuk lebih jelasnya sebaran suhu di perairan pantai pandan dapat dilihat pada Gambar 12 .

3.13. Salinitas

Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan aliran air sungai. Di perairan lepas pantai yang dalam, angin dapat pula melakukan pengadukan lapisan atas hingga membentuk lapisan homogen sampai kira-kira 50-70 m atau lebih bergantung pada intensitas

pengadukan. Di lapisan dengan

salinitas homogen, suhu juga biasanya homogen, baru di bawahnya terdapat lapisan pegat dergan degradasi densitas

yang besar yang menghambat

pencampuran antara lapisan atas dengan lapisan bawah (Nontji, 1993)

Salinitas permukaan air laut sangat erat kaitannya dengan proses penguapan, dimana garam-garam akan mengendap dan terkonsentrasi. Daerah-daerah yang mengalami penguapan yang sangat tinggi akan mengakibatkan salinitas tinggi. Berbeda dengan keadaan suhu yang relatif kecil variasinya, salinitas air laut dapat berbeda secara geografis akibat pengaruh hujan lokal, banyaknya air sungai yang masuk ke laut, penguapan dan edaran massa air (King, 1963).

Hasil penggukuran salinitas permukaan di perairan pantai Pandan pada saat surut menuju pasang

salinitasnya tidak terlalu bervariasi yaitu berkisar antara 30-32 ‰ dan pada saat pasang menuju surut salinitas berkisar antara 26-31 ‰ (Lampiran 2). Pada saat surut menuju pasang kisaran rata-rat salinitas pada setiap stasiun hampir sama. Pada saat pasang menuju surut salinitas terendah terdapat pada stasiun 5. Hal ini terjadi disebabkan oleh stasiun ini terdapat pada mulut muara sungai, sehingga pengaruh air tawar sangat besar.

Menurut Nybakken (1992)

daerah estuaria dicirikan dengan berfluktuasinya salinitas yang pola gradiennya bergantung pada musim, tofografi estuaria, pasang surut dan jumlah air tawar. Selain itu, salinitas juga berpengaruh terhadap padatan

tersuspensi yang menyebabkan

flokulasi yaitu terjadinya

penggumpalan partikel-partikel

tersuspensi menjadi yang lebih besar dan lebih berat sehingga mengendap di dasar perairan.

IV. Kesimpulan

Dari hasil data pengukuran dan penganalisaan karakteristk gelombang yang terdapat di perairan pantai Pandan ini adalah very shallow waves yaitu gelombang pecah sebelum mencapai garis pantai, aktivitas gelombang dipenagaruhi oleh kedalaman yang dangkal dan dasar perairan yang landai. Gelombang pecah yang terjadi di lokasi penelitian termasuk dalam spilling. Gelombang yang terjadi juga mengalami perubahan dari gelombang

perairan laut dalam menjadi

gelombang perairan dangkal (shoaling transformation).

(9)

Dari hasil pengukuran, kemiringan pantai pandan merupakan pantai yang landai. Dan fluktuasi suhu dan salinitas di perairan pantai Pandan tidak terlalu mencolok.

Daftar Pustaka

King, C. A. M. 1974. Coast in

Geomorphology in

Environmental Management : Vol. 9. Mc Graw-Hill. New York.

Nontji, A.. 2002. Laut Nusantara.

Cetakan Kedua. Penerbit

Djambatan

Nyabakken, J. W.. 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Diterjemahkan Oleh H. M.

Eidman, Koesbiono, M.

Hutomo, D. G. Bengen dan S. Sukardjo. Gramedia. Jakarta. 459 hal.

Triadmodjo, B. 1999. Teknik Pantai. Beta Offset. Yogyakarta.

Yusfi, S. M. 2005. Studi Gelombang dan Arus Serta Topografi Desa

Bantan Tengah Kecamatan

Bantan Kabupaten Bengkalis. Skripsi. FAPERIKA-UNRI. 53 hal.

Tabel

Tabel 1. Daftar Bahan dan Alat-Alat Penelitian

No. Bahan dan Alat Kegunaan

1. Air laut Sebagai sampel air

2. Galah berskala Mengukur tinggi gelombang dan

Pasang surut 3. Current drogue, stopwatch dan

kompas

Mengukur kecepatan dan arah arus

4. GPS (Global Positioning System) Menentukan Stasiun dan kedalaman

5. Tali berskala Mengukur kemiringan pantai

6. Themometer Mengukur suhu

7. Handrefractometer Mengukur salinitas

Tabel 2. Tinggi rata-rata gelombang, Periode rata-rata gelombang, Cepat rambat rata-rata gelombang, Panjang rata-rata gelombang, Kemiringan rata-rata gelombang, Energi rata-rata gelombang di perairan pantai Pandan pada saat pasang dan surut.

Stasiun

Tinggi rata-rata gelombang

Periode rata-rata gelombang

Cepat rambat rata-rata gelombang

Panjang rata-rata gelombang

Kemiringan rata-rata gelombang

Energi rata-rata gelombang Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut I 0.26 0.79 0.41 0.71 4.08 3.57 1.68 1.84 0.15 0.43 0.15 1.44 II 0.21 0.81 0.36 0.72 3.57 3.13 1.29 1.32 0.16 0.61 0.06 1.10 III 0.19 0.78 0.35 0.71 4.54 4.08 1.57 2.33 0.12 0.33 0.08 1.79 IV 0.28 0.76 0.42 0.70 4.75 4.32 2.01 2.72 0.14 0.28 0.20 1.99

Sumber : Data Primer

Tabel 3 . Hasil akhir pengukuran konstanta harmonik pasang surut di perairan pantai Pandan

Satuan So M2 S2 N2 K2 K1 O1 P1 M4 MS4

A(cm 70.2 26.1 9.2 7.5 2.1 17.7 7.8 5.8 1.1 1.2

g(0) -197 207 -317 207 359 -255 359 -335 -242

(10)

F : Formzal

A : Amplitudo

g (0) : Fase Perlambatan

S0 : Muka Laut Rata-Rata (Mean Sea Level)

M2 : Konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh bulan S2 : Konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh matahari

N2 : Konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh perubahan jarak bulan K2 : Konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh perubahan jarak matahari O1 : Konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh deklinasi bulan

P1 : Konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh deklinasi matahari

K1 : Konstanta harmonik yang dipengaruhi oleh deklinasi bulan dan matahari MS4 : Konstanta harmonik karena interaksi antara M2 dan S2

M4 : Konstanta harmonik karena ganda M2

Tabel 4. Pasang tertinggi dan Surut terendah harian di perairan pantai Pandan 14 - 28 Mei 2009.

No. Tanggal Pasang Tertinggi

(m)

Surut Trendah (m)

Tinggi Pasang Surut (m)

1. 14/05/2009 1,11 0,49 0,70

2. 15/05/2009 1,01 0,49 0,70

3. 16/05/2009 1,03 0,5 0,69

4. 17/05/2009 0,9 0,5 0,69

5. 18/05/2009 0,9 0,5 0,69

6. 19/05/2009 0,9 0,5 0,69

7. 20/05/2009 0,91 0,4 0,70

8. 21/05/2009 1 0,4 0,69

9. 22/05/2009 1,1 0,3 0,70

10. 23/05/2009 1,2 0,3 0,71

11. 24/05/2009 1,3 0,3 0,72

12. 25/05/2009 1,3 0,2 0,72

13. 26/05/2009 1,3 0,2 0,73

14. 27/05/2009 1,3 0,2 0,71

15. 28/05/2009 1,3 0,3 0.71

Sumber : Data Primer

Gambar

(11)

Gambar 2. Kurva rata-rata periode gelombang di perairan pantai Pandan

Gambar 3. Kurva cepat rambat rata-rata gelombang di perairan pantai Pandan

Gambar 4. Kurva panjang rata-rata gelombang di perairan pantai Pandan

(12)

Gambar 6. Kurva energi rata-rata gelombang di perairan pantai Pandan

Gambar 7. Kurva kecepatan arus pasang dan surut di perairan pantai Pandan

(13)

Gambar 9. Peta pola arus surut di perairan pantai Pandan.

Gambar 10. Kurva fluktuasi pasang surut di perairan pantai Pandan

(14)

Gambar 12. Kurva Suhu pasang di perairan pantai Pandan

(15)

Lampiran 2 . Tabel Suhu dan Salinitas Perairan Pantai Pandan

Stasiun Suhu Salinitas

Pasang Surut Pasang Surut

1. 28 27 31 28

2. 27,3 26 31 30

3. 27,6 28 30 30

4. 28,4 27 32 31

5. 28,5 28,3 31 26

6. 28,9 28,4 32 28

7. 28,7 28,1 30 30

8. 29,2 28 30 30

9. 28,5 27,9 31 29

10. 28,9 27,3 30 29

11. 28,1 27,4 31 30

12. 28,7 27,7 30 31

13. 28,9 28 31 30

14. 28,1 28,3 32 30

15. 28,4 28,6 31 31

Gambar

Tabel Tabel 1. Daftar Bahan dan Alat-Alat Penelitian
Tabel 4. Pasang tertinggi dan Surut terendah harian di perairan pantai Pandan 14 -  28 Mei 2009
Gambar 4. Kurva  panjang rata-rata gelombang di perairan pantai Pandan
Gambar 6. Kurva  energi rata-rata gelombang di perairan pantai Pandan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, untuk percobaan pengaruh epoch terhadap generalisasi digunakan jumlah hidden neuron sebesar 10 dan 20, karena pada saat hidden neuron 10 dan 20

Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa peningkatan produksi keripik pare ke depan lebih menjanjikan dari pada keripik sayur lainnya, disamping pula ada

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan summary berjudul “Pengaruh Independensi

Untuk download soal dan pembahasan UN dan SBMPTN silakan kunjungi blog www.m4th-lab.net dan jangan lupa ikuti beberapa media sosial m4th-lab sebagai berikut untuk

,engingatkan kembali ke&#34;ada ibu tentang &#34;ers/nal $ygiene &#34;ada balita  dengan membiasakan kebiasaan 9u9i tangan setela$ melakukan aktiitas?.

 Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati, pemerintah daerah dan DPRD membahas Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati, pemerintah daerah dan DPRD membahas

Kedua ciri ini dapat diamati dengan mata telanjang (Gandahusada, 1998). Waktu keaktifan mencari darah dari masing - masing nyamuk berbeda – beda, nyamuk yang aktif

bandeng, kakap putih dan kerapu macan, juga telah berhasil dipijahkan dan diproduksi benihnya antara lain berbagai jenis kerapu kerapu lumpur (E. corallicola),