• Tidak ada hasil yang ditemukan

J.D.I.H. - Dewan Perwakilan Rakyat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "J.D.I.H. - Dewan Perwakilan Rakyat"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

NOMOR 2 TAHUN 1 9 9 2

TENTANG

USAHA PERASURANSIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa unt uk mewuj udkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, pembangunan di segala bidang perlu dilaksanakan secara berkesinambungan;

b. bahwa dalam pelaksanaan pembangunan dapat t erj adi berbagai ragam dan j enis risiko yang perlu dit anggulangi oleh masyarakat ;

c. bahwa usaha perasuransian yang sehat merupakan salah sat u upaya unt uk menanggulangi risiko yang dihadapi anggot a masyarakat dan sekaligus merupakan salah sat u lembaga penghimpun dana masyarakat , sehingga memiliki kedudukan st rat egis dalam pembangunan dan kehidupan perekonomian, dalam upaya memaj ukan kesej aht eraan umum;

d. bahwa dalam rangka meningkat kan peranan usaha perasuransian dalam pembangunan, perlu diberikan kesempat an yang lebih luas bagi pihak-pihak yang ingin berusaha di bidang perasuransian, dengan t idak mengabaikan prinsip usaha yang sehat dan bert anggung j awab, yang sekaligus dapat mendorong kegiat an perekonomian pada umumnya;

(2)

menet apkan Undang-undang t ent ang Usaha Perasuransian;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), dan Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;

2. Kit ab Undang-undang Hukum Perdat a (St aat sblad Tahun 1847 Nomor 23);

3. Kit ab Undang-undang Hukum Dagang (St aat sblad Tahun 1847 Nomor 23) sebagaimana t elah beberapa kali diubah, t erakhir dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1971 t ent ang Perubahan dan Penambahan at as Ket ent uan Pasal 54 Kit ab Undang-undang Hukum Dagang (Lembaran Negara Tahun 1971 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2959);

4. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1967 t ent ang Pokok-pokok Per-koperasian(Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2832);

5. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969 t ent ang Penet apan Perat uran Pemerint ah Penggant i Undang-undang Nomor 1 Tahun 1969 t ent ang Bent uk-bent uk Usaha Negara (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2890) Menj adi Undang-undang (Lembaran NegaraTahun 1969 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2904);

Dengan perset uj uan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

(3)

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan

1. Asuransi at au Pert anggungan adalah perj aniian ant ara dua pihak at au lebih, dengan mana pihak penanggung mengikat kan diri kepada t ert anggung, dengan menerima premi asuransi, unt uk memberikan penggant ian kepada t ert anggung karena kerugian, kerusakan at au kehilangan keunt ungan yang diharapkan, at au t anggung j awab hukum kepada pihak ket iga yang mungkin akan diderit a t ert anggung, yang t imbul dari suat u perist iwa yang t idak past i, at au unt uk memberikan suat u pembayaran yang didasarkan at as meninggal at au hidupnya seseorang yang dipert anggungkan. 2. Obyek Asuransi adalah benda dan j asa, j iwa dan raga, kesehat an

manusia, t anggung j awab hukum, sert a semua kepent ingan lainnya yang dapat hilang, rusak, rugi, dan at au berkurang nilainya.

3. Program Asuransi Sosial adalah program asuransi yang diselenggarakan secara waj ib berdasarkan suat u Undang-undang, dengan t uj uan unt uk memberikan perlindungan dasar bagi kesej aht eraan masyarakat .

4. Perusahaan Perasuransian adal ah Perusahaan Asuransi Kerugian, Perusahaan Asuransi Jiwa, Perusahaan Reasuransi, Perusahaan Pialang Asuransi, Perusahaan Pialang Reasuransi, Agen Asuransi, Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi dan Perusahaan Konsult an Akt uria,

5. Perusahaan Asuransi Kerugian adalah perusahaan yang memberikan j asa dalam penanggulangan risiko at as kerugian, kehilangan manf aat , dan t anggung j awab hukum kepada pihak ket iga, yang t imbul dari perist iwa yang t idak past i.

(4)

dalam penanggulangan risiko yang dikait kan dengan hidup at au meninggalnya seseorang yang dipert anggungkan.

7. Perusahaan Reasuransi adalah perusahaan yang memberikan j asa dalam pert anggungan ulang t erhadap risiko yang dihadapi oleh Perusahaan Asuransi Kerugian dan at au Perusahaan Asuransi Jiwa. 8. Perusahaan Pialang Asuransi adalah perusahaan yang memberikan

j asa keperant araan dalam penut upan asuransi dan penanganan penyelesaian gant i rugi Asuransi dengan bert indak unt uk kepent ingan t ert anggung.

9. Perusahaan Pialang Reasuransi adalah perusahaan yang memberikan j asa keperant araan dalam penempat an reasuransi dan penanganan penyelesaian gant i rugi reasuransi dengan bert indak unt uk kepent ingan perusahaan asuransi.

10. Agen Asuransi adalah sescorang at au badan hukum yang kegiat annya memberikan j asa dalam memasarkan j asa asuransi unt uk dan at as nama penanggung.

11. Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi adalah perusahaan yang memberikan j asa penilaian t erhadap kerugian pada obyek asuransi yang dipert anggungkan.

12. Perusahaan Konsult an Akt uria adal ah perusahaan yang memberikan j asa akt uria kepada perusahaan asuransi dan dana pensiun dalam rangka pembent ukan dan pengelolaan suat u program asuransi dan at au program pensiun.

(5)

BAB II

BIDANG USAHA PERASURANSIAN

Pasal 2

Usaha perasuransian merupakan kegiat an usaha yang bergerak di bidang:

a. Usaha asuransi, yait u usaha j asa keuangan yang dengan menghimpun dana masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi memberikan perlindungan kepada anggot a masyarakat pemakai j asa asuransi t erhadap kemungkinan t imbulnya kerugian karena suat u perist iwa yang t idak past i at au t erhadap hidup at au meninggalnya seseorang.

b. Usaha penunj ang usaha asuransi, yang menyelenggarakan j asa keperant araan, penilaian kerugian asuransi dan j asa akt uria.

BAB III

JENIS USAHA PERASURANSIAN

Pasal 3

Jenis usaha perasuransian meliput i: a. Usaha asuransi t erdiri dari:

1. Usaha asuransi kerugian yang memberikan j asa dalam penanggulangan risiko at as kerugian, kehilangan manf aat , dan t anggung j awab hukum kepada pihak ket iga, yang t imbul dari perist iwa yang t idak past i;

2. Usaha asuransi j iwa yang memberikan j asa dalam penanggulangan risiko yang dikait kan dengan hidup at au meninggalnya seseorang yang dipert anggungkan.

(6)

ulang t erhadap risiko yang dihadapi oleh Perusahaan Asuransi Kerugian dan at au Perusahaan Asuransi Jiwa.

b. Usaha penunj ang usaha asuransi t erdiri dari:

1. Usaha pialang asuransi yang memberikan j asa keperant araan dalam penut upan asuransi dan penanganan penyelesaian gant i rugi asuransi dengan bert indak unt uk kepent ingan t ert anggung; 2. Usaha pialang reasuransi yang memberikan j asa keperant araan

dalam penempat an reasuransi dan penanganan penyelesaian gant i rugi reasuransi dengan bert indak unt uk kepent ingan perusahaan asuransi;

3. Usaha penilai kerugian asuransi yang memberikan j asa penilaian t erhadap kerugian pada obyek asuransi yang dipert anggungkan; 4. Usaha konsult an akt uria yang memberikan j asa konsult asi

akt uria;

5. Usaha Agen Asuransi yang memberikan j asa keperant araan dalam rangka pemasaran j asa asuransi unt uk dan at as nama penanggung.

BAB IV

RUANG LINGKUP USAHA PERUSAHAAN PERASURANSIAN

Pasal 4

Usaha asuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a hanya dapat dilakukan oleh perusahaan perasuransian, dengan ruang lingkup kegiat an sebagai berikut :

a. Perusahaan Asuransi Kerugian hanya dapat menyelenggarakan usaha dalam bidang asuransi kerugian, t ermasuk reasuransi;

(7)

dalam bidang asuransi j iwa, dan asuransi keschat an, asuransi kecelakaan diri, dan usaha anuit as, sert a menj adi pendiri dan pengurus dana pensiun sesuai dengan perat uran perundang-undangan dana pensiun yang berlaku;

c. Perusahaan Reasuransi hanya dapat menyelenggarakan usaha pert anggungan ulang.

Pasal 5

Usaha penunj ang usaha asuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b hanya dapat dilakukan oleh perusahaan perasuransian dengan ruang lingkup kegiat an usaha sebagai berikut :

a. Perusahaan Pialang Asuransi hanya dapat menyclenggarakan usaha dengan bert indak mewakili t ert anggung dalam rangka t ransaksi yang berkait an dengan kont rak asuransi;

b. Perusahaan Pialang Reasuransi hanya dapat menyelenggarakan usaha dengan bert indak mewakili perusahaan asuransi dalam rangka t ransaksi yang berkait an dengan kont rak reasuransi;

c. Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi hanya dapat menyelenggarakan usaha j asa penilaian kerugian at as kehilangan at au kerusakan yang t erj adi pada obyek asuransi kerugian;

d. Perusahaan Konsult an Akt uria hanya dapat menyelenggarakan usaha j asa di bidang akt uria;

(8)

BAB V

PENUTUPAN OBYEK ASURANSI

Pasal 6

(1) Penut upan asuransi at as obyek asuransi harus didasarkan pada kebebasan memilih penanggung, kecuali bagi Program Asuransi Sosial.

(2) Penut upan obyek asuransi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dilakukan dengan memperhat ikan daya t ampung perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi di dalam negeri. (3) Pengat uran lebih lanj ut mengenai ket ent uan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (2) diat ur dengan Perat uran Pemerint ah.

BAB VI

BENTUK HUKUM USAHA PERASURANSIAN

Pasal 7

(1) Usaha perasuransian hanya dapat dilakukan oleh badan hukum yang berbent uk:

a. Perusahaan Perseroan (PERSERO); b. Koperasi;

c. Usaha Bersama (Mut ual).

(2) Dengan t idak mengurangi ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (l), usaha konsult an akt uria dan usaha agen asuransi dapat dilakukan olch perusahaan perorangan.

(9)

BAB VII

KEPEMILIKAN PERUSAHAAN PERASURANSIAN

Pasal 8

(1) Perusahaan Perasuransian hanya dapat didirikan oleh:

a. Warga negara Indonesia dan at au badan hukum Indonesia yang sepenuhnya dimiliki warga negara Indonesia dan at au badan hukum Indonesia;

b. Perusahaan perasuransian yang pemiliknya sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dengan perusahaan perasuransian yang t unduk pada hukum asing.

(2) Perusahaan perasuransian yang didirikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b harus merupakan:

a. Perusahaan perasuransian yang mempunyai kegiat an usaha sej enis dengan kegiat an usaha dari Perusahaan perasuransian yang mendirikan at au memilikinya;

b. Perusahaan Asuransi Kerugian at au Perusahaan Reasuransi, yang para pendiri at au pemilik perusahaan t ersebut adalah Perusahaan Asuransi Kerugian dan at au Perusahaan Reasuransi. (3) Ket ent uan lebih lanj ut mengenai kepemilikan Perusahaan

Perasuransian sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diat ur dengan Perat uran Pemerint ah.

BAB VIII PERIZINAN USAHA

Pasal 9

(10)

menyelenggarakan Program Asuransi Sosial.

(2) Unt uk mendapat kan izin usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dipenuhi persyarat an mengenai:

a. Anggaran dasar; b. Susunan organisasi; c. Permodalan;

d. Kepemilikan;

e. Keahlian di bidang perasuransian; f . Kelayakan rencana kerj a;

g. Hal-hal lain yang diperlukan unt uk mendukung pert umbuhan usaha perasuransian secara sehat .

(3) Dalam hal t erdapat kepemilikan pihak asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b, maka unt uk memperolch izin usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) waj ib dipenuhi persyarat an sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) sert a ket ent uan mengenai bat as kepemilikan dan kepengurusan pihak asing.

(4) Ket ent uan lebih lanj ut mengenai persyarat an izin usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) diat ur dengan Perat uran Pemerint ah.

BAB IX

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 10

(11)

Pasal 11

(1) Pembinaan dan pengawasan t erhadap usaha perasuransian meliput i

a. Kesehat an keuangan bagi Perusahaan Asuransi Kerugian, Perusahaan Asuransi Jiwa dan Perusahaan Reasuransi, yang t erdiri dari:

1. Bat as t ingkat solvabilit as; 2. Ret ensi sendiri;

3. Reasuransi; 4. Invest asi;

5. Cadangan t eknis; dan

6. Ket ent uan-ket ent uan lain yang berhubungan dengan kesehat an keuangan;

b. Penyelenggaraan usaha, yang t erdiri dari: 1. Syarat -syarat polis asuransi;

2. t ingkat premi; 3. Penyelesaian klaim;

4. Persyarat an keahlian di bidang perasuransian; dan

5. Ket ent uan-ket ent uan lain yang berhubungan dengan penyelenggaraan usaha.

(2) Set iap Perusahaan Perasuransian waj ib memelihara kesehat an sesuai dengan ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sert a waj ib melakukan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip asuransi yang sehat .

(12)

Pasal 12

Perusahaan Pialang Asuransi dilarang menempat kan penut upan asuransi pada perusahaan asuransi yang t idak mempunyai izin usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9.

Pasal 13

(1) Perusahaan Pialang Asuransi dilarang menempat kan penut upan asuransi kepada suat u perusahaan asuransi yang merupakan Af iliasi dari Perusahaan Pialang Asuransi yang bersangkut an, kecuali apabila calon t ert anggung t elah t erlebih dahulu diberit ahu secara t ert ulis dan menyet uj ui mengenai adanya Af iliasi t ersebut .

(2) Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi dilarang melakukan penilaian kerugian at as obyek asuransi yang diasuransikan kepada Perusahaan Asuransi Kerugian yang merupakan Af iliasi dari Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi yang bersangkut an.

(3) Perusahaan Konsult an Akt uaria dilarang memberikan j asa kepada Perusahaan Asuransi Jiwa at au dana pensiun yang merupakan Af iliasi dari Perusahaan Konsult an Akt uaria yang bersangkut an. (4) Agen Asuransi dilarang bert indak sebagai agen dari perusahaan

asuransi yang t idak mempunyai izin usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9.

Pasal 14

(1) Program Asuransi Sosial hanya dapat diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara.

(13)

Pasal 15

(1) Dalam melakukan pembinaan dan pengawasan, Ment eri melakukan pemeriksaan berkala at au set iap wakt u apabila diperlukan t erhadap usaha perasuransian.

(2) Set iap perusahaan perasuransian waj ib memperlihat kan buku, cat at an, dokumen, dan laporan-laporan, sert a memberikan ket erangan yang diperlukan dalam rangka pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Pasal 16

(1) Set iap Perusahaan Asuransi Kerugian, Perusahaan Asuransi Jiwa, Perusahaan Reasuransi, Perusahaan Pialang Asuransi dan Perusahaan Pialang Reasuransi waj ib menyampaikan neraca dan perhit ungan laba rugi perusahaan besert a penj elasannya kepada Ment eri.

(2) Set iap perusahaan perasuransian waj ib menyampaikan laporan operasional kepada Ment eri.

(3) Set iap Perusahaan Asuransi Kerugian, Perusahaan Asuransi Jiwa, dan Perusahaan Reasuransi waj ib mengumumkan neraca dan perhit ungan laba rugi perusahaan dalam surat kabar harian di Indonesia yang memiliki peredaran yang luas.

(4) Selain kewaj iban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), set iap Perusahaan Asuransi Jiwa waj ib menyampaikan laporan invest asi kepada Ment eri.

(14)

Pasal 17

(1) Dalam hal t erdapat pelanggaran t erhadap ket ent uan dalam Undang-undang ini at au perat uran pelaksanaannya, Ment eri dapat melakukan t indakan berupa pemberian peringat an, pembat asan kegiat an usaha, at au pencabut an izin usaha.

(2) Tindakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dit erapkan dengan t ahapan pelaksanaan sebagai berikut :

a. Pemberian peringat an; b. Pembat asan kegiat an usaha; c. Pencabut an izin usaha.

(3) Sebelum pencabut an izin usaha, Ment eri dapat memerint ahkan perusahaan yang bersangkut an unt uk menyusun rencana dalam rangka mengat asi penyebab dari pembat asan kegiat an usahanya. (4) Tat a cara pelaksanaan ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) sert a j angka wakt u bagi perusahaan dalam memenuhi ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diat ur dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 18

(1) Dalam hal t indakan unt uk memenuhi rencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (3) t elah dilaksanakan dan apabila dari pelaksanaan t ersebut dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang bersangkut an t idak mampu at au t idak bersedia menghilangkan hal-hal yang menyebabkan pembat asan t ermaksud, maka Ment eri mencabut izin usaha perusahaan.

(15)

Pasal 19

Dalam ha] perusahaan t elah berhasil melakukan t indakan dalam rangka mengat asi penyebab dari pembat asan kegiat an usahanya dalam j angka wakt u sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (4), maka perusahaan yang bersangkut an dapat melakukan usahanya kembali.

BAB X

KEPAILITAN DAN LIKUIDASI

Pasal 20

(1) Dengan t idak mengurangi berlakunya ket ent uan dalam Perat uran Kepailit an, dalam hal t erdapat pencabut an izin usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, maka Ment eri, berdasarkan kepent ingan umum dapat memint akan kepada Pengadilan agar perusahaan yang bersangkut an dinyat akan pailit . (2) Hak pemegang polis at as pembagian hart a kekayaan Perusahaan

Asuransi Kerugian at au Perusahaan Asuransi Jiwa yang dilikuidasi merupakan hak ut ama.

BAB XI

KETENTUAN PIDANA

Pasal 21

(1) Barang siapa menj alankan at au menyuruh menj alankan kegiat an usaha perasuransian t anpa izin usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, diancam dengan pidana penj ara paling lama 15 (lima belas) t ahun dan denda paling banyak Rp 2. 500. 000. 000, - (dua milyar lima rat us j ut a rupiah).

(16)

rupiah).

(3) Barang siapa menggelapkan dengan cara mengalihkan, menj aminkan, dan at au mengagunkan t anpa hak, kekayaan Perusahaan Asuransi Jiwa at au Perusahaan Asuransi Kerugian at au Perusahaan Reasuransi, diancam dengan pidana penj ara paling lama 15 (lima belas) t ahun dan denda paling banyak Rp 2. 500. 000. 000, - (dua milyar lima rat us j ut a rupiah).

(4) Barang siapa menerima, menadah, membeli, at au mengagunkan, at au menj ual kembali kekayaan perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) yang diket ahuinya at au pat ut diket ahuinya bahwa barang- barang t ersebut adalah kekayaan Perusahaan Asuransi Kerugian at au Perusahaan Asuransi Jiwa at au Perusahaan Reasuransi, diancam dengan pidana penj ara paling lama 5 (lima) t ahun dan denda paling banyak Rp 500. 000. 000, - (lima rat us j ut a rupiah).

(5) Barang siapa secara sendiri-sendiri at au bersama-sama melakukan pemalsuan at as dokumen Perusahaan Asuransi Kerugian at au Perusahaan Asuransi Jiwa at au Perusahaan Reasuransi, diancam dengan pidana penj ara paling lama 5 (lima) t ahun dan denda paling banyak Rp 250. 000. 000, - (dua rat us lima puluh j ut a rupiah).

Pasal 22

(17)

Pasal 23

Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 adalah kej ahat an.

Pasal 24

Dalam hal t indak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dilakukan oleh at au at as nama suat au badan hukum at au badan usaha yang bukan merupakan badan hukum, maka t unt ut an pidana dilakukan t erhadap badan t ersebut at au t erhadap mereka yang memberikan perint ah unt uk melakukan t indak pidana it u at au yang bert indak sebagai pimpinan dalam melakukan t indak pidana it u maupun t erhadap kedua-duanya.

BAB XII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 25

(1) Perusahaan Perasuransian yang t elah mendapat izin usaha dari Ment eri pada saat dit et apkannya Undang-undang ini, dinyat akan t elah mendapat izin usaha berdasarkan Undang-undang ini.

(2) Perusahaan Perasuransian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diwaj ibkan menyesuaikan diri dengan ket ent uan dalam Undang-undang ini.

(18)

Pasal 26

Perat uran perundang-undangan mengenai usaha perasuransian yang t elah ada pada saat Undang-undang ini mulai berlaku, sepanj ang t idak bert ent angan dengan Undang-undang ini, dinyat akan t et ap berlaku sampai perat uran perundang-undangan yang menggant ikannya berdasarkan Undang-undang ini dit et apkan.

BAB XIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 27

Dengan berlakunya Undang-undang ini maka Ordonnannt ie ophet Levensverzekeringbedrij f (St aat sblad Tahun 1941 Nomor 101) dinyat akan t idak berlaku lagi.

Pasal 28

Undang-undang ini mulai berlaku pada t anggal diundangkan.

Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempat annya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakart a

pada t anggal 11 Pebruari 1992

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

t t d

(19)

Diundangkan di Jakart a

pada t anggal 11 Pebruari 1992

MENTERI/ SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA

t t d

(20)

PENJELASAN ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1992

TENTANG

USAHA PERASURANSIAN

UMUM

Sasaran ut ama pembangunan j angka panj ang sebagaimana t ert era dalam Garis-garis Besar Haluan Negara adalah t ercipt anya landasan yang kuat bagi bangsa Indonesia unt uk t umbuh dan berkembang at as kekuat annya sendiri menuj u masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pembangunan ekonomi memerlukan dukungan invest asi dalam j umlah yang memadai yang pelaksanaannya harus berdasarkan kemampuan sendiri dan oleh karena it u diperlukan usaha yang sungguh-sungguh unt uk mengerahkan dana invest asi, khususnya yang bersumber dari t abungan masyarakat . Usaha perasuransian sebagai salah sat u lembaga keuangan menj adi pent ing peranannya, karena dari kegiat an usaha ini diharapkan dapat semakin meningkat lagi pengerahan dana masyarakat unt uk pembiayaan pembangunan.

(21)

t erdapat berbagai risiko yang secara sadar dan rasional dirasakan dapat mengganggu kesinambungan kegiat an usahanya, di lain pihak dunia usaha sering kali t idak dapat menghindarkan diri dari suat u sist im yang memaksanya unt uk menggunakan j asa usaha perasuransian.

Usaha perasuransian t elah cukup lama hadir dalam perekonomian Indonesia dan berperan dalam perj alanan sej arah bangsa berdampingan dengan sekt or kegiat an lainnya. Sej auh ini kehadiran usaha perasuransian hanya didasarkan pada Kit ab Undang-undang Hukum Dagang (KUH Dagang) yang mengat ur asuransi sebagai suat u perj anj ian. Sement ara it u usaha asuransi merupakan usaha yang menj anj ikan perlindungan kepada pihak t ert anggung dan sekaligus usaha ini j uga menyangkut dana masyarakat . Dengan kedua peranan usaha asuransi t ersebut , dalam perkembangan pembangunan ekonomi yang semakin meningkat maka semakin t erasa kebut uhan akan hadirnya indust ri perasuransian yang kuat dan dapat diandalkan. Sehubungan dengan hal-hal t ersebut maka usaha perasuransian merupakan bidang usaha yang memerlukan pembinaan dan pengawasan secara berkesinambungan dari Pemerint ah, dalam rangka pengamanan kepent ingan masyarakat . Unt uk it u diperlukan perangkat perat uran dalam bent uk Undang-undang, sehingga mempunyai kekuat an hukum yang lebih kokoh, yang dapat merupakan landasan, baik bagi gerak usaha dari perusahaan-perusahaan di bidang ini maupun bagi Pemerint ah dalam rangka melaksanakan pembinaan dan pengawasan.

Undang-undang ini pada dasarnya menganut azas spesialisasi usaha dalam j enis-j enis usaha di bidang perasuransian. Hal ini didasarkan pada pert imbangan bahwa usaha perasuransian merupakan usaha yang memerlukan keahlian sert a ket rampilan t eknis yang khusus dalam penyelenggaraannya.

(22)

t ert anggung dalam memilih perusahaan asuransi. Dalam rangka perlindungan at as hak t ert anggung, Undang-undang ini j uga menet apkan ket ent uan yang menj adi pedoman t ent ang penyelenggaraan usaha, dengan mengupayakan agar prakt ek usaha yang dapat menimbulkan konf lik kepent ingan sej auh mungkin dapat dihindarkan, sert a mengupayakan agar j asa yang dit awarkan dapat t erselenggara at as dasar pert imbangan obyekt if yang t idak merugikan pemakai j asa.

PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup j elas

Pasal 2

Cukup j elas

Pasal 3

(23)

Selain pengelompokan menurut j enis usaha, usaha asuransi dapat pula dibagi berdasarkan sif at dari penyelenggaraan usahanya menj adi dua kelompok, yait u yang bersif at sosial dan yang bersif at komersial. Usaha asuransi yang bersif at sosial adalah dalam rangka penyelenggaraan Program Asuransi Sosial, yang bersif at waj ib berdasarkan Undang-undang dan memberikan perlindungan dasar unt uk kepent ingan masyarakat .

Pasal 4

Berdasarkan ket ent uan ini set iap perusahaan perasuransian hanya dapat pula menj alankan j enis usaha yang t elah dit et apkan. Dengan demikian t idak dimungkinkan adanya sebuah perusahaan asuransi yang sekaligus menj alankan usaha asuransi kerugian dan asuransi j iwa.

Selanj ut nya dalam ket ent uan Pasal ini pengert ian dana pensiun t erbat as pada dana pensiun lembaga keuangan.

Pasal 5

Jasa yang dapat diberikan oleh Perusahaan Konsult an Akt uria mencakup ant ara lain konsult asi t ent ang hal-hal yang berkait an dengan analisis dan penghit ungan cadangan, penyusunan laporan akt uria, penilaian kemungkinan t erj adinya risiko dan perancangan produk asuransi j iwa.

Pasal 6

Ayat (1)

(24)

penanggungnya. Hal ini dipandang perlu mengingat t ert anggung adalah pihak yang paling berkepent ingan at as obyek yang dipert anggungkannya sehingga sudah sewaj arnya apabila mereka secara bebas t anpa adanya pengaruh dan t ekanan dari pihak manapun dapat menent ukan sendiri perusahaan asuransi yang akan menj adi penanggungnya.

Ayat (2)

Dalam asas kebebasan unt uk memilih pananggung ini t erkandung maksud bahwa t ert anggung bebas unt uk menempat kan penut upan obyek asuransinya pada Perusahaan Asuransi Jiwa dan Perusahaan Asuransi Kerugian yang memperoleh izin usaha di Indonesia.

Ayat (3)

Agar pelaksanaan dari ket ent uan ini dapat disesuaikan dengan perkembangan usaha perasuransian di Indonesia, maka ket ent uan lebih lanj ut mengenai penut upan asuransi dan at au penempat an reasuransinya diat ur dalam perat uran pelaksanaan dari Undang-undang ini.

Pasal 7

Ayat (1) Cukup j elas

Ayat (2) Cukup j elas

Ayat (3)

(25)

Bersama (Mut ual) belum ada, maka unt uk sement ara ket ent uan t ent ang usaha perasuransian yang berbent uk Usaha Bersama (Mut ual) akan diat ur dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 8

Ayat (1)

Dalam ayat ini dit ent ukan bahwa warga negara Indonesia dan at au badan hukum Indonesia dapat menj adi pendiri perusahaan perasuransian, baik dengan pemilikan sepenuhnya maupun dengan membent uk usaha pat ungan dengan pihak asing. Termasuk dalam pengert ian badan hukum Indonesia ant ara lain adalah Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Koperasi, dan Badan Usaha Milik Swast a.

Ayat (2)

Perusahaan perasuransian yang didirikan at au dimiliki oleh perusahaan perasuransian dalam negeri dan perusahaan perasuransian asing yang mempunyai kegiat an usaha sej enis dimaksudkan unt uk menumbuhkan penyelenggaraan kegiat an usaha perasuransian yang lebih prof esional. Selain it u kerj asama perusahaan perasuransian yang sej enis j uga dimaksudkan unt uk lebih memungkinkan t erj adinya proses alih t eknologi.

(26)

Cont oh mengenai hal t ersebut adalah sebegai berikut :

a. Perusahaan Reasuransi luar negeri dengan Perusahaan Asuransi Kerugian dalam negeri dapat mendirikan Perusahaan Asuransi Kerugian at au Perusahaan Reasuransi.

b. Perusahaan Asuransi Kerugian luar negeri dengan Perusahaan Reasuransi dalam negeri dapat mendirikan Perusahaan Asuransi Kerugian at au Perusahaan Reasuransi.

Ayat (3) Cukup j elas

Pasal 9

Ayat (1)

Khusus bagi Badan Usaha Milik Negara yang menyelenggarakan Program Asuransi Sosial, f ungsi dan t ugas sebagai penyelenggara program t ersebut dit uangkan dalam Perat uran Pemerint ah.

Hal ini berart i bahwa Pemerint ah memang menugaskan Badan Usaha Milik Negara yang bersangkut an unt uk melaksanakan suat u Program Asuransi Sosial yang t elah diput uskan unt uk dilaksanakan oleh Pemerint ah. Dengan demikian bagi Badan Usha Milik Negara t ermaksud t idak diperlukan adanya izin usaha dari Ment eri.

Ayat (2)

(27)

Yang dimaksud dengan keahlian di bidang perasuransian dalam ket ent uan ini mencakup ant ara lain keahlian di bidang akt uaria, underwrit ing, manaj emen risiko. penilai kerugian asuransi, dan sebagainya, sesuai dengan kegiat an usaha perasuransian yang dij alankan.

Ayat (3)

Dalam pengert ian ist ilah ket ent uan mengenai bat as kepemilikan dan kepengurusan pihak asing, t ermasuk pula pengert ian t ent ang proses Indonesianisasi. Dengan adanya ket ent uan ini diharapkan indust ri perasuransian nasional semakin dapat bert umpu pada kekuat an sendiri.

Ayat (4) Cukup j elas

Pasal 10

Cukup j elas

Pasal 11

Ayat (1)

(28)

at au Perusahaan Reasuransi yang bersangkut an.

Reasuransi merupakan bagian pert anggungan yang dipert anggungkan ulang pada perusahaan asuransi lain dan at au Perusahaan Reasuransi.

Dalam hubungannya dengan invest asi, yang akan diat ur adalah kebij aksanaan invest asi Perusahaan Asuransi Kerugian, Perusahaan Asuransi Jiwa dan Perusahaan Reasuransi dalam menent ukan invest asinya pada j enis invest asi yang aman dan produkt if .

Sesuai dengan sif at usaha asuransi di mana t imbulnya beban kewaj iban t idak menent u, maka Perusahaan Asuransi Kerugian, Perusahaan Asuransi Jiwa, dan Perusahaan Reasuransi perlu membent uk dan memelihara cadangan yang diperhit ungkan berdasarkan pert imbangan t eknis asuransi dan dimaksudkan unt uk menj aga agar perusahaan yang bersangkut an dapat memenuhi kewaj ibannya kepada pemegang polis.

Asuransi adalah perj anj ian at au kont rak yang dit uangkan dalam bent uk polis. Sebagai suat u perj anj ian at au kont rak maka ket ent uan-ket ent uan yang diat ur didalamnya t idak boleh merugikan kepent ingan pemegang polis.

Unt uk melindungi kepent ingan masyarakat luas, penet apan t ingkat premi harus t idak memberat kan t ert anggung, t idak mengancam kelangsungan usaha penanggung, dan t idak bersif at diskriminat if .

(29)

Salah sat u ket ent uan yang berhubungan dengan penyelenggaraan usaha adalah mengenai pembayaran premi asuransi kepada penanggung at as risiko yang dit ut upnya, sesuai dengan perj anj ian yang t elah dibuat .

Ayat (2) Cukup j elas

Ayat (3) Cukup j elas

Pasal 12

Cukup j elas

Pasal 13

Ayat (1) Cukup j elas

Ayat (2) Cukup j elas

Ayat (3) Cukup j elas

Ayat (4) Cukup j elas

Pasal 14

(30)

Ayat (2)

Perusahaan yang menyelenggarakan Program Asuransi Sosisal sebenarnya menyelenggarakan salah sat u j enis asuransi, yait u asuransi j iwa at au asuransi kerugian at au kombinasi ant ara keduanya. Oleh karena it u, t erlepas dari perat uran perundang-undangan yang membent uknya, Ment eri sebagai pembina dan pengawas usaha perasuransian berwenang dan berkewaj iban unt uk melakukan pembinaan dan pengawasan t erhadap perusahaan yang menyelenggarakan usaha asuransi sosial t ersebut , sedangkan mengenai pembinaan dan pengawasan t erhadap Program Asuransi Sosial dilakukan oleh Ment eri t eknis yang bersangkut an berdasarkan Undang-undang yang mengat ur Program Asuransi Sosial dimaksud.

Pasal 15

Ayat (1)

Pemeriksaan dimaksudkan unt uk menelit i secara langsung kebenaran laporan yang disampaikan perusahaan, baik kesehat an keuangan maupun prakt ek penyelenggaraan usaha, sesuai dengan ket ent uan Undang-undang. Pemeriksaan dimaksud dapat dilakukan secara berkala maupun set iap saat apabila dipandang perlu dengan t uj uan agar perl indungan t erhadap masyarakat dapat dij amin dan penyimpangan yang t erj adi pada perusahaan dapat diket ahui sedini mungkin.

Ayat (2) Cukup j elas

(31)

Pasal 16

Ayat (1) Cukup j elas

Ayat (2) Cukup j elas

Ayat (3) Cukup j elas

Ayat (4) Cukup j elas

Ayat (5) Cukup j elas

Pasal 17

Ayat (1)

Keput usan mengenai pemberian peringat an, pembat asan kegiat an usaha, dan pencabut an izin usaha merupakan t ahapan t indakan yang dapat diberlakukan pada perusahaan yang melakukan pelanggaran t erhadap ket ent uan Undang-undang ini. Dalam hal t ert ent u Ment eri dapat mendengar pendapat pihak-pihak yang diperlukan.

Ayat (2)

(32)

menyelenggarakan Program Asuransi Sosial, ket ent uan Pasal 17 ayat (2) huruf b dan huruf c t idak dapat dit erapkan. Hal ini mengingat bahwa apabila t erj adi hal-hal yang dapat menganggu kelangsungan usaha dari Badan Usaha Milik Negara t ersebut , maka t indak lanj ut nya didasarkan pada perat uran perundang-undangan mengenai Program Asuransi Sosial t ersebut sert a perat uran perundang-undangan t ent ang pembent ukan Badan Usaha Milik Negara yang bersangkut an.

Ayat (3)

Tergant ung pada t ingkat dan j enis pelanggaran yang dilakukan, Ment eri dapat memberikan kesempat an bagi perusahaan unt uk melakukan upaya pembenahan dengan memerint ahkan dilakukannya t indakan yang dianggap perlu yang diikut i perkembangannya secara t erus-menerus, t anpa mengorbankan perlindungan t erhadap perusahaan at aupun t ert anggung.

Dalam perat uran pelaksanaan yang mengat ur t at a cara pengenaan sanksi, akan dit et apkan bat as wakt u maksimum yang disediakan bagi perusahaan yang bersangkut an unt uk menyusun rencana kerj a sebagaimana dimaksud dalam ayat ini unt uk diaj ukan kepada Ment eri. Bat as wakt u t ersebut t idak dapat melebihi 4 bulan sej ak dimulainya masa pembat asan kegiat an usaha. Rencana kerj a yang t elah diaj ukan selanj ut nya akan dipergunakan sebagai salah sat u pert imbangan dalam menet apkan t indak lanj ut pengenaan sanksi.

Ayat (4) Cukup j elas

Pasal 18

(33)

Dalam hal Ment eri mempert imbangkan bahwa upaya yang dilakukan t idak menunj ukkan perbaikan at au dalam hal perusahaan t idak melakukan usaha unt uk mengupayakan perbaikan, maka Ment eri akan mencabut izin usaha perusahaan yang bersangkut an.

Ayat (2) Cukup j elas

Pasal 19

Cukup j elas

Pasal 20

Ayat (1)

Apabila suat u perusahaan asuransi t elah dicabut izin usahanya, maka kekayaan perusahaan t ersebut perlu dilindungi agar para pemegang polis t et ap dapat memperoleh haknya secara proporsional. Unt uk melindungi kepent ingan para pemegang polis t ersebut , Ment eri diberi wewenang berdasarkan Undang-undang ini unt uk memint a Pengadilan agar perusahaan asuransi yang bersangkut an dinyat akan pailit , sehingga kekayaan perusahaan t idak dipergunakan unt uk kepent ingan pengurus at au pemilik perusahaan t anpa mengindahkan kepent ingan para pemegang polis.

Selain it u, dengan adanya kewenangan unt uk mengaj ukan permint aan pailit t ersebut , maka Ment eri dapat mencegah berlangsungnya kegiat an t idak sah dari perusahaan yang t elah dicabut izin usahanya, sehingga kemungkinan t erj adinya kerugian yang lebih luas pada masyarakat dapat dihindarkan.

(34)

Hak ut ama dalam ayat ini mengandung pengert ian bahwa dalam hal kepailit an, hak pemegang polis mempunyai kedudukan yang lebih t inggi daripada hak pihak-pihak lainnya, kecuali dalam hal kewaj iban unt uk negara, sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 21

Ayat (1) Cukup j elas

Ayat (2) Cukup j elas

Ayat (3) Cukup j elas

Ayat (4) Cukup j elas

Ayat (5) Cukup j elas

Pasal 22

Cukup j elas

Pasal 23

Cukup j elas

(35)

Cukup j elas

Pasal 25

Ayat (1) Cukup j elas

Ayat (2) Cukup j elas

Ayat (3)

Jangka wakt u yang diperlukan unt uk mengadakan penyesuaian berdasarkan ket ent uan ayat ini adalah 1 (sat u) t ahun.

Pasal 26

Cukup j elas

Pasal 27

Cukup j elas

Pasal 28

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Surat Penetapan Pemenang E-Lelang Sederhana Pascakualifikasi Nomor : PEN / 13 / V / 2017 tanggal 10 Mei 2017, maka diumumkan kepada para Peserta E-Lelang

Sehubungan dengan Pelelangan Paket Peker jaan PENGADAAN MOBILER PERPUSTAKAAN DESA pada KANTOR ARSIP DAN PERPUSTAKAAN KABUPATEN ACEH TENGGARA Sumber Dana APBK - OTSUS Tahun Anggar

[r]

[r]

The next step is to prove that the first-player consistent rule s assigns to each airport problem the modified nucleolus of the associated airport game2. First we

[r]

[r]

Latar belakang penulisan ini adalah tentang strategi atraksi, amenitas, aksesibilitas, dan atraksi pengembangan obyek wisata Curug Sewu di desa Curug Sewu, Kecamatan