• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian | Makalah Dan Jurnal Gratis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian | Makalah Dan Jurnal Gratis"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN 1858-1226

JURNAL

ILMU-ILMU PERTANIAN

Volume 7, Nomor 2, Desember 2011

Diterbitkan Oleh :

Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang

(2)

JURNAL ILMU.ILMU PERTANTAN

ISSN 1858-1226

Terbit Dua Kali Setahun pada Bulan Juli dan Desember, Berisi Artikel Ilmiah Hasil Penelitian dan Pemikiran di Bidang Pemberdayaan Sosial, Ekonomi dan Teknik Pertanian Terapan

Ketua Penyunting M. Adlan Larisu Penyunting Pelaksana

R. Hermawan Ananti Yekti Miftakhul Arifin

Agus Warlapa Mitra Bestari Masyhuri (Universitas Gadj

ah Mada)

Aziz Pruwantoro (Universitas Gadjah Mada)

E. W Tr iNugroho (Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa) Sapto Husodo (Sekolah Tinggi Penluluhan Peftanian Magelang)

Zulkamain (Univers itas J ambi ) Sekretariat

Asnuri Galuh H.E. Akoso

Abdul Hamid

Alamat Penyunting dan Sekretariat : Redaksi Ilmu-ilmu Pertanian, Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STPP) Jurusan Penyuluhan Perlanian Yogyakarta, Jalan Kusumanegara No. 2 Yogyakarta Kode Pos 55167 Telpon(0274)3'73479 Faximile (0271)375528 E-Mail. jurnal@stppyogyakarta.com

JURNAL ILMU-ILMU PERTANIAN diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Penyrluhan Perlanian \lagclang Jurusan Pcnluluhan Peftanian di Yogyakarta.

Pcnyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam penerbitan lain. \askah diketik atas kertas HVS kuarlo spasi ganda sepanjang lebih kurang 20 halaman, dengan tbnnat seperti tercantum pada halaman kulit dalam belakang (pedoman penulisan naskah). Naskah vans masuk akan dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format, istilah dan tata penulisan lainnya tanpa merubah esensi naskah. Penulis yang arlikelnya dimuat akan mendapatkan lima cksplar cetak lepas dan safu nomor bukti pemuatan. Artikel ),ang tidak dirnuat tidak akan tlikembalikan.

(3)

JURNAL

ILMU-ILMU PERTANIAN

Volume 8, Nomor 2, Desember

2011

rssN 18s8-1226

DAFTAR ISI

Implikasi Pelatihan Penguatan Kapasitas Kelompok Dalam Mengembangkan 85-104 Kemandirian Usaha (Suatu Kasus di Propinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah)

Surachman Suwardi

Analisis Produktivitas Padi Sawah Di Kupang Timur, Nusa Tenggara Timur (Rl'ce 105-114 Fields Productivity Anulisis in Kupang Timur, East Nuss Tenggara)

Mohamad Taufik, Rajiman dan R. Hermawan

Hubungan Kecerdasan Emosional Dan Spiritual (f,SQ) Dengan Nilai Dasar ll5-128 Budaya Kerja Penyuluh Pertanian (The Correlation of Emotional and Spiritual

Quotient (ESQ) with The Based values of The Performance culture (BVPC) for The Ag r ic ultural Extensio n Wor ker s)

Sapto Husodo dan Miftakhul Arifin

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peran Media Komunikasi dalam Seleksi 129-137 Konsumsi Produk Pertanian Factors (Influencing of Communication Media's Role

o n S electin g Agric ultural P ro d u ct)

Alia Bihrajihant Raya, Harsoyo, Roso Ll/itjal<sono, Yuli Sarmiasih

Penambahan Salak Jawa Sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas 138-150 Jenang Salak Pondoh

Nurul Hidayati

Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian Di Provinsi Maluku 15l-165 Rahima Kalilry, Sunaruu Samsi Hariyadi, Sri Peny Wastutiningsih,

P. Wiryono Priyotamtomo

Aplikasi Model Pendampingan Berbasis Among Dalam Penyuluhan Pertanian 166'176 Padi "Sri" Di Mutihan Prambanan

("Among" Model Application in Agriculture Extension of "Sri" Paddy in Mutihan, Prambanan)

(4)

Sapto l{usodo d\<k - Ilubungan ESQ dengan Nilai Dasar Budal,a Kerja Penl'uluh Pertanian I 1 5

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN SPIRITUAL (ESQ)

DENGAN NILAI DASAR BUDAYA KERJA PENYULUH PERTANIAN

Sapto Husodo dan Miftakhul Arifin

ABSTRACT

This study qimed at revealing the Emotional and Spiritual Quotient (ESQ) and The Based Values of The Performance Culture (BVPC), also the association between The ESQ with The BVPC for The Agricultural Extension Workers (AEWs) This study was descriptive-correlational in nature involving the AEWs and The Extension Center for Agriculture, Fisheries and Forestry Leaders in the District of Sleman, Yogyakarta Province. The data was collected by questionnaire method, and analyzed by descriptive technique and Kendall's Tau Corcelation Test. The result of studies are as follows, (1) the condition of Emotional Quotient(EQ) result was in the low category, (2) the condition of Spiritual Quotient (SQ) result was in the high category, Q) the BVPC result was good, (4) there was no significant correlation between the EQ and the BVPC , and (5) ) there was no significant correlation between the SQ and the BVPC). This implied that the EQ must be increased in order to increase the performance of the AElls. However, both were not signifcantly correlated because the performance culture were determined by commitment, especially the leader's commitmenL

Key words: Emotional Quotient, Spiritttal Quotient, performance culture.

PENDAHULUAN

Dalam pembangunan sektor pertanian, penyuluh pertanian menrpakan salah satu aparat pertanian yang menjadi ujung tombak atau yang langsung menjadi mitra bagi petani. Kemampuan para penyuluh pertanian menjadi sangat vital untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan. Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa kemampuan penyuluh pertanian pada umumnya masih harus ditingkatkan. Kualitas para penyuluh masih sangat bervariasi. Pusat Pengkajian Sumber Daya Manusia Pertanian (2001) menyatakan bahwa penyuluh pertanian sekarang sedang mengalami krisis jati diri.

Pada berbagai tulisan dan pandangan petani banyak yang mengungkapkan bahwa kinerja penyuluh pertanian semakin menurun dibandingkan pada era sebelumnya. Padahal

pembinaan dalam bentuk pendidikan formal dan kediklatan telah difasiltasi baik oleh Pemda maupun Pemerintah Pusat, bahkan sebagian besar para penyuluh telah menyandang gelar sarjana. Akan tetapi dalam kenyataan belum dapat mendongkrak kinerja secara signifikan. Menurut Mawardi (2005), makin merosotnya kapasitas dan kemampuan manajerial penyuluh, akibatnya frekuensi penyelenggaraan penyuluhan menjadi rendah.

(5)

t 1 6 Jurnal llmu-ilmu Pertanian. Volume 8. Nomor 2. Desember 201I

kualitas SDM kita yang masih rendah kinerjanya, kemudian menjadi pertanyaan ada apakah yang kurang dalam pendidikan kita sehingga menghasilkan SDM yang kurang memadai kinerjanya.

Hasil penelitian Goleman (1995) dan beberapa riset di Amerika memperlihatkan bahwa kecerdasan intelektual hanya memberi kontribusi 20 persen terhadap kesuksesan hidup seseorang. Sisanya 80 persen bergantung pada kecerdasan emosi, kecerdasan sosial dan kecerdasan spiritualnya. Bahkan dalam hal keberhasilan kerja, kecerdasan intelektual hanya berkontribusi empat persen.

Kinerja seorang maupun kelompok juga saling mempengaruhi secara timbal balik dengan budaya kerja. Menurut Biro OKE Deptan (2009), budaya kerja merupakan sikap dan perilaku individu dan kelompok aparatur negara yang didasari atas nilai-nilai yang dimiliki, diyakini kebenarannya dan telah menjadi sifat serta kebiasaan dalam melaksanakan tugas dan pekejaannya sehari-hari. Dengan kecerdasan Emosinal dan Kecerdasan Spiritual seseorang akan mampu menangkap nilai-nilai positif, kemudian selanjutnya akan mampu memberikan sikap dan perilaku dalam kehidupan secara positif, yang akhimya dalam jangka lama secara konsisten mampu baik secara individu maupun kelompok membentuk budaya kerja dalam lingkungan kerja atau organisasi

Dari hasil indentifikasi dan pembatasan masalah maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: (1) Kondisi kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual yang dimiliki para penyuluh pertanian, (2)

Kondisi kualitas budaya kerja para penyuluh pertanian, dan (3) Hubungan antara kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual dengan kualitas budaya kerja penyuluh pertanian.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Kondisi kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual yang dimiliki para penyuluh pertanian, (2) Kondisi kualitas budaya kerja para penyuluh perlanian, dan (3) Hubungan antara kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual dengan kualitas budaya kerja.

Agustian (2009) dalam sebuah buku "Emotional Spiritual Quotient (ESQ" meminjam instilah Ali Shariati, bahwa manusia adalah makhluk dua dimensi yang membutuhkan penyelarasan kebutuhan akan kepentingan jasmani dan ruhani. Oleh karena itu manusia harus memiliki konsep duniawi atau kepekaan emosi serta intelegensi yang baik (Emotional Quotien/EQ plus Intellectual Quotient/IQ), dan penting pula penguasaan ruhiah vertikal atau Spiritual Quotient (SQ).

(6)

Sapto Husodo dW - Hubungan ESQ dengan Nilai Dasar Budaya Kerja Penyuluh Pertanian ll7

dan (5) Mampu membina (keterampiian sosial).

Menurut Yunita (2009), tidak ada standar test EQ yang resmi dan baku. Namun kecerdasan emosi dapat ditingkatkan, baik terukur maupun tidak. Tetapi dampaknya dapat dirasakan baik oleh diri sendiri rnaupun orang lain. ABD (dalam Kompas.com, 2008), telah menyajikan cara mengukur kecerdasan emosi. Memang, tidak satu pun alat tes yang bisa dipakai unfuk mengukur kecerdasan emosi seseorang secara tepat, tetapi ada banyak situasi dimana gejolak emosi yang dirasakan dapat diukur.

Menurut Zohar (2000), kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang bertumpu pada bagian daiam diri kita yang berhubungan dengan kearifan diluar ego atau jiwa sadar. Pandangan lain juga dikemukakan oleh Zuhri, bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan manusia yang digunakan unfuk berhubungan dengan Tuhan. Asumsinya adalah jika seseorang hubungan dengan Tuhannya baik maka bisa dipastikan hubungan dengan sesama manusiapun akan baik pula.

Lima karakteristik orang yang cerdas secara spiritual menurut Roberts A. Emmons (dalam Yosep, 2005), (l) kemampuan untuk mentransendensikan yang fisik dan material; (2) kemampuan untuk mengalami tingkat kesadaran yang memuncak; (3) kemampuan untuk mensakralkan pengalaman sehari-hari; (4) kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber spiritual buat menyelesaikan masalah; dan (5) kemampuan untuk berbuat baik.

Budaya Kerja adalah suatu falsafah dengan didasari pandangan hidup sebagai

nilar-hubungan sosial nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan juga pendorong yang dibudayakan dalam suatu kelompok dan tercermin dalam sikap menjadi perilaku, cita-cita, pendapat, pandangan serta tindakan yang teruujud sebagai kerja (Gering Supriyadi & Tri Guno dalam Karoska,2010)

Budaya kerja aparatur negara adalah sikap dan perilaku individu dan kelompok aparatur negara yang didasari atas nilai-nilai yang dimiliki, diyakini kebenarannya dan telah menjadi sifat serta kebiasaan dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya sehari-hari. Nilai-nilai dasar budaya kerja aparatur negara (Kepmenpan no.25lkeplm.pan/ 412002) terdiri dari 34 Unsur/l7 Pasang yaitu meliputi sebagai berikut : (1) Komitmen dan konsisten, (2) Wewenang dan tanggung jawab, (3) Keiklasan dan kejujuran, (4) Integritas dan profesionalisme, (5) Kreatifitas dan kepekaan, (6) Kepemimpinan dan keteladanan, (7) Kebersamaan dan dinamika kelompok kerja, (8) Ketepatan dan kecepatan, (9) Rasionalitas dan kecerdasan, (10) Keteguhan dan ketegasan, (11) Displin dan keteraturan kerja, (12) Keberanian dan kearifan, (13) Dedikasi dan loyalitas, (14) Semangat dan motivasi, (15) Ketekunan dan kesabaran, (16) Keadilan dan keterbukaan, dan (11) Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

(7)

I 1 8 Jurnal llmu-ilmu Pertanian. Volume 8, Nomor 2, Desember 20I l

X1 : Kecerdasan Emosional

X2 : Kecerdasan Spiritual

Gambar 1. Bagan alur pikir penelitian Seorang penyuluh pertanian dalam

bekerja ditenrukan oleh kemampuan-kemampuan yang dimiliki, baik yang menyangkut secara pribadi maupun unfuk berhubungan dengan orang lain. Kebiasaan dalam bekerja penyuluh baik secara individu maupun kelompok sangat dipengaruhi kemampuan dan sikap, kemudian membentuk budaya kerja di dalam maupun di luar lingkungan kerja. Untuk membentuk budaya kerja ini tidak terlepas dari nilai-nilai yang dianut para penyuluh pertanian.

Sepanjang perjalanan kehidupan seorang penyuluh pertanian akan terbentuk berbagai kecerdasan. Kecerdasan-kecerdasan ini dibentuk dari hasil pendidikan dan pengalaman selama kehidupan. Penyuluh dalam bekerja tidak lepas dari keberadaan kemampuan atau kecerdasan intelektual yang dimiliki. Kecerdasan intelektual ini digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerj aan yang berhubungan dengan ranah-ranah pengetahuan dan keterampilan. Disamping itu penyuluh pertanian dalam bekerja juga berhubungan dengan ranah-ranah sosial, sehingga memerlukan kecerdasan emosional. Dari kedua kecerdasan ini sebenarnya bersumber dan bermuara pada kecerdasan yang lebih komprehensif yaitu kecerdasan spiritual.

Dengan keberadaan tiga kecerdasan ini dalam kehidupan seseorang, dan menjadi dasar yang menentukan pola dan tingkah laku seseorang dalam bersikap dan berperilaku, maka selanjutnya secara individu maupun kelompok dalam lingkungan pekerjaan akan membentuk budaya kerja. Telah banyak pengamat dan praktisi memberikan gambaran pentingnya ketiga kecerdasan ini untuk menghasilkan kineda yang optimal. Akan tetapi dalam kenyataan kecerdasan intelektual menjadi prioritas dalam pembinaan kepegawaian, sedangkan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual kurang mendapatkan pembinaan yang memadai.

Dengan keadaan demikian, maka dalam penelitian ini perlu diketahui apakah memang kondisi kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual yang dimiliki penyuluh pertanian belum proporsional untuk kebutuhan pencapaian kinerja yang memadai, dan apakah kedua kecerdasan ini berhubungan dengan nilai dasar budaya kerja penyuluh pertanian selama ini.

(8)

Sapto llusodo dkk - Huhungan ESQ dengan Nilai Dasar Budal'a Kerja Penyuluh Pertanian I 1 9

Tabel L Deskripsi variabel dan instrumen penelitian.

(1) Memahami emosi-emosi sendiri, (2) Mampu mengelola emosi-emosi sendiri, (3) Memotivasi diri sendiri, (4)

Memahami emosi-emosi orang lain, dan (5) Mampu membina hubungan sosial.

(1) kemampuan untuk mentransendensikan yang fisik dan material; (2) kemampuan untuk mengalami tingkat kesadaran yang mernuncak; (3) kemampuan untuk mensakralkan pengalaman sehari-hari; (4) kemampuan untuk menggunakan sumber-sum-ber spiritual buat menyelesaikan masalah (5) kemampuan untuk berbuat baik.

(l) Komitmen dan konsisten, (2) Wewenang dan tanggung jawab, (3) Keiklasan dan kejujuran, (4) Integrit dan profesionalisme, (5) Kreatifitas dan kepekaan, (6) Kepemimpinan dan keteladanan. (7) Kebersamaan dan dinamika kelompok, (8) Ketepatan dan kecepatan, (9) Rasionalitas dan kecerdasan, (10) Keteguhan dan ketegasan, (l 1) Displin dan keteraturan kerja, (12) Keberanian dan kearifan, (13) Dedikasi dan loyalitas, (14) Semangat dan motivasi, (15) Ketekunan dan kesabaran, (16) Keadilan dan keterbukaan. dan (17)

Angket diadopsi dari ABD (dalam Kompas.com, 2008)

Angket diadopsi dari Khalil A Khavari (dalam Dewiobenk, 2008).

Angket diadopsi dari Kepmenpan no.25keplm.pan/ 4/2002 (Biro OKE Deptan, 2009) Kecerdasan

Emosional

Kecerdasan Spiritual

Nilai dasar budaya kerja

Dengan memperhatikan teori dan kerangka pemikiran, maka pertanyaan penelitian dapat disusun sebagai berikut: (1) Bagaimanakah kondisi kecerdasan emosional yang dimiliki para penyrrluh pertanian?, (2) Bagaimanakah kondisi kecerdasan spiritual yang dimiliki para penl'uluh pertanian?, (3) Bagaimanakah kondisi nilai dasar budaya kerja para pen)'uluh pertanian?, (4) Apakah ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan nilai dasar budaya kerja penluluh pertanian?, dan (5) Apakah ada hubungan antara kecerdasan spiritual dengan nilai dasar budaya kerja penyuluh pertanian?

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan sejak pembuatan proposal sampai pembuatan laporan pada bulan Mei s/d September 2010. Lokasi penelitian di Balai Penyuluhan Pertanian,

Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Wilayah Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif-korelasional. Menurut Suharsimi Arikunto (1990), penelitian deskriptif mempakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan infonnasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel. Besar atau tingginya hubungan antar variabel dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi. Didalam penelitian dekriptif, koefisien korelasi menerangkan sejauh mana dua atau lebih variabel berkoreiasi.

[image:8.516.35.466.53.304.2]
(9)

I20 Jtt'nal llmu-ilmu Pertanian. Volunrc 8, Nomor 2, Desemher 201I

budaya kerja menggunakan responden para penluluh pertanian yang dapat ditemui di setiap Kantor BP3K yarLg terdapat di Wilayah Kabupaten Sleman. Jumlah responden berdasarkan kuota yang ditetapkan sesuai dengan anggaran yang ada yaitu sebanyak 40 orang.

Untuk mendapatkan data tentang kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan nilai dasar budaya kerja menggunakan metode angket. Teknik pelaksanaan angket dilakukan dengan cara menyebar angket secara langsung kepada setiap responden di setiap Kantor BP3K di Wilayah Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Untuk mengukur kecerdasan emosional menggunakan alat ukur (instrumen angket) yang diadopsi dari ABD (dalam Kompas.com,, 2008). Oleh karena hasil pengukuran ini bersifat data interval, maka untuk menyesuaikan dengan data variabel lain perlu diubah ke ordinal yaitu meliputi 5 tingkatan,&ategori: 5 (sangat tinggi), 4 (tinggi), 3 (sedang), 2 (rendah), dan I (sangat rendah).

Untuk mengukur kecerdasan spiritual menggunakan alat ukur (instrumen angket) yang diadopsi dari l(ralil A. Khavari (Dewiobenk, 2008). Pengukuran menggunakan skala Likert yang meliputi 4 kategori: 4 (selalu), 2 (sering), I (kadang-kadang), dan 0 (tidak pemah). Unfuk mengetahui tingkat kecerdasan spiritual maka data hasil pengukuran dibuat 5 kategori yairu 5 (sangat tinggi), 4 (tinggi), 3 (sedang), 2 (rendah), dan I (sangat rendah).

Untuk mengukur nilai dasar budaya kerja menggunakan alat ukur yang tertera dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor:

32lPermentan/OT.I 40 I 612009 Tentang Pedoman Pengukuran Indeks Penerapan Nilai Dasar Budaya Kerja Aparatur Negara di lingkungan Departemen Pertanian. Dalam alat ukur ini menggunakan skala Likert meliputi 5 kategori: 5 (sangat baik), 4 (baik), 3 (cukup baik), 2 (kurang baik), dan I (tidak baik).

Analisis data deskriptif dilakukan untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan nilai dasar budaya kerja penyuluh pertanian. Hasil analisis meliputi daftar distribusi frekuensi, persentase, jumlah, rerata nilai, dan kategori Hasil analisis data ditampilkan dengan tabel dan grafik.

Analisis hubungan arftar variabel dependen (nilai dasar budaya kerja) dan variabel independen (kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual) menggunakan analisis korelasi non parametrik (Kendall's Tau), karena data yang diperoleh diantaranya merupakan data ordinal dan tidak menuntut adanya distribusi normal. Data diolah menggunakan Program SPSS 12,0.

HASIL DAN PEMBAHASAN

(10)

Sapto l:lusodo dkk - Hubungan ESQ dengan Nilai Dasar Budal,a Kerja Penyuluh Pertanian 121

angket dan setelah diolah menghasilkan data meliputi sebagai berikut:

Tingkat Kecerdasan Emosional yang diukur terhadap 39 orang Penyuluh Pertanian

orang (58,97 %) pada kategori rendah' dan rerata skor ternyatajuga pada kategori rendah (76'30).

menunjukkan hasil secara deskriptif padaTabel 2 sebagai berikut:

Hal ini selaras dengan beberapa data empiris yang menunjukkan fakta di lapangan Tabel2. Kondisi tingkat Kecerdasan Emosional Penluluh Pertanian

Dari Tabel 2 ini menunjukkan

bahwa

Bahkan

dalam hal keberhasilan

kerja, Kecerdasan

distribusi

frekuensi tingkat

Kecerdasan

Intelektual hanya berkontribusi empat persen

Emosional

para penyuluh

pertanian

terbanyak

23

(Iyus Yosep,

2005)'

Dari hasil analisis secara deskriptif bahwa kinerja penyuluh pertanian pada umumnya untuk tingkat Kecerdasan Emosional penyuluh masih rendah. Pusat Pengkajian Sumber Daya pertanian menunjukkan rerata pada kategori Manusia Pertanian (2001) menyatakan bahwa rendah. Padahal keberhasilan seseorang dalam penyuluh pertanian sekarang sedang mengalami pekerjaan sangat ditentukan antara lain oleh krisis jati diri. Demikian juga menurut Subejo' Kecerdasan Emosional ini. Hasil penelitian dkk. (2008), kini terjadi penurunan yang terus Goleman (1995 dan 1998) dan beberapa Riset di berlangsung terhadap kapasitas dan kemampuan Amerika memperlihatkan bahwa Kecerdasan managerial dari petugas penluluh pertanian.

Intelektual hanya memberi kontribusi 20 persen

Tingkat kecerdasan spiritual yang

[image:10.516.44.449.141.229.2]

terhadap kesuksesan hidup seseorang. Sisanya 80 diukur terhadap 39 orang penyuluh pertanian persen bergantung pada Kecerdasan Emosi, menunjukkan hasil secara deskriptifpada Tabel 3 Kecerdasan Sosial dan Kecerdasan Spirirualnya. sebagai berikut:

Tabel 3. Kondisi tingkat kecerdasan spiritual penluluh pertanian 0 7,69 28,21 58,97

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah

0 l l 23

2 16r - 200

1 2 l - 1 6 0 8 1 - 1 2 0

4 1 - 8 0 0 - 4 0

5 1 , 2 8

1 5 , 3 9

0

0

I J

2 0

6

0

0

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah

8 1

- r 0 0

6 1 - 8 0

4 t - 6 0

2 1 - 4 0

(11)

I22 Jtrrnal llmu-iltnu Pertanian. Volume 8, Nomor 2, Desember 201I

Dari Tabel 3 ini menunjukkan bahwa distribusi frekuensi tingkat kecerdasan spirifual para penluluh pertanian terbanyak 20 orang (51,28 %) pada kategori tinggi, dan rerata skor ternyatajuga pada kategori tinggi (74,90).

Dengan tingginya Kecerdasan Spiritual ini seharusnya selaras dengan Kecerdasan Emosional, tetapi kenyataannya menunjukkan ketidakselarasan. Kecerdasan Spiritual sebenarnya menjadi dasar kecerdasan lainnya, karena etnosi dan intelektual seseorang sangat ditentukan dengan adanya spirit yang mendorong

bertingkah laku secara emosi dan intelektualnya. Hal ini diperkuat hasil penelitian para psikolog USA menyimpulkan bahwa kesuksesan dan keberhasilan seseorang didalam menjalani kehidupan sangat didukung oleh kecerdasan emosional (EQ - 80 %), sedangkan peranan kecerdasan intelektual (IQ) hanya 20 o/o saja. Dimana ternyata pusatnya IQ dan EQ adalah kecerdasan spiritual (SQ) Qius Yosep, 2005).

[image:11.516.52.462.298.395.2]

Nilai dasar budaya kerja penyuluh pertanian yang dinyatakan menurut persepsi dari 39 orang penyuluh pertanian menunjukkan hasil secara deskriptifpada Tabel 4 sebagai berikut: Tabel 4. Kondisi persepsi penyuluh pertanian terhadap nilai dasar budaya kerja penyuluh pertanlan

0

22

1 4

a

0

0

56,47

3 5 , 9 0

7,69

0

225 - 267

r82 - 224

1 3 9

- 1 8 1

9 6 - 1 3 8

5 3 - 9 5

Sangat baik Baik Cukup Baik Kurang baik Tidak baik

Dari Tabel 4 ini menunjukkan bahwa distribusi frekuensi penyuluh pertanian yang mempunyai persepsi terhadap nilai dasar budaya kerja penyuluh pertanian terbanyak 20 orang (56,4I %) pada kategori baik, dan rerata skor ternyata juga pada kategori baik (182,30). Kemudian dari data tersebut selanjutnya dianalisis setiap pasang unsur yang menjadi dasar penilaian dasar budaya kerja, dan hasilnya tergambar pada tabel berikut: (Lihat tabel 5)

Dari Tabel 5 ini menunjukkan bahwa dari tujuh belas pasang unsur budaya kerja ternyata sebagian besar (terdapat 13 pasang unsur) pada kategori baik, dan terdapat sebagian kecil (4 pasang unsur) pada kategori cukup baik.

Kemudian dianalisis rerata nilai kualitas budaya kerja dari semua pasang unsur budaya kerja ternyata menunjukkan pula pada kategori baik, yaitu pada rerata skor 68,80,

(12)
[image:12.516.45.453.74.307.2]

Sapto Husodo dkk- Ilubungan ESQ dengan Nilai Dasar Budal'a Kerja Perytuluh Pertanian 123

Tabel 5. Kondisi nilai dasar budaya kerja dari setiap pasang unsur budaya kerja

Baik Baik Baik Baik Cukup Baik Baik Baik Cukup Baik Baik Baik Baik Baik Baik Cukup Baik Baik Baik 7 6'7 7 4 6 1 5 7 ? 4 t \ 4 7 7 1 4 1 5 6 1 5 0 1 5 4

J . J /

[image:12.516.38.460.494.609.2]

1 5 1 J , + |

' . L L

' 7 7 4 0

7 1 , 6 0 69,20 70,40 64,40 68,20 69,20 64,60 69,40 7 4 , 8 0 '7t,20 70,00 7 0 , 8 0 67,40 70,20 69.40

Komitmen dan konsisten terhadap visi, misi dan tujuan organisasi

Wewenang dan tanggung jawab Keikhlasan dan kejujuran Inte gritas dan profesionalisme Kreativitas dan kepekaan Kepemimpinan dan keteladanan Kebersamaan dan dinamika kelompok Ketepatan dan kecepatan

Rasionalitas dan kecerdasan Keteguhan dan ketegasan Disiplin dan keteraturan kerja Keberanian dan kearifan Dedikasi dan loyalitas Semangat dan motivasi Ketekunan dan kesabaran Keadilan dan keterbukaan

1 z 3 4 5 6 7 8 9 l 0 l l 1 2 I J 1 4 1 5 1 6 1 7

Dari data yang dihasilkan pada analisls dekriptif kemudian dilanjutkan dengan analisis hubungan antara variabel kecerdasan emosional dan nilai dasar budaya kerja penyuluh pertanian menggunakan uji statistik nonparametrik Kendall's tau-b. Hasil analisis hubungan dapat ditunjukkan pada Tabel 6 sebagai berikut:

Hasil pengujian ternyata menunjukan korelasi positif tetapi sangat lemah (0,022), artinya jauh dari angka l. Hal ini juga dikuatkan dengan angka probabilitas sebesar 0,853 berarti dianggap tidak ada korelasi yang signifikan, karena angka probabilitasnya jauh lebih besar dari 0,05.

Tabel 6. Korelasi antara variabel kecerdasan emosional dan variabel nilai dasar budaya kerja penyuluh pertanian

Koefisien Korelasi Sig. (2-tailed) Jumlah Responden Kendall's tau b

Koefisien Korelasi Sig. (2+ailed) Jumlah Responden Nilai Dasar

Budaya Kerja

Analisis hubungan ini dilanjutkan terhadap semua pasangan unsur budaya kerja, dan hasilnya

(13)
[image:13.516.42.468.81.369.2]

\ 2 4 Jurnal llmu-ilmu Pcrtunian. Y,tlume 8, Notnor 2. Desember 201l

Tabel 7. Korelasi antara unsur-unsur

variabel kecerdasan emosional dan pasangan budaya kerja penyuluh pertanian

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 l T 2 1 3 l 4 1 5 1 6 T 7

Komitmen dan konsistensi Wewenang dan tanggung jawab Keikhlasan dan kejujuran Integritas dan profesionalisme Kreativitas dan kepekaan Kepempinan dan keteladanan Kebersamaan dan dinamika Ketepatan dan kecepatan Rasionalitas dan kecerdasan Keteguhan dan ketegasan Disiplin dan keteraturan ker Keberanian dan kearifan Dedikasi dan ioyalitas Semangat dan motivasi Ketekunan dan kesabara Keadilan dan keterbukaan Penguasaan Iptek

Keterangan: (*) Korelasi pada taraf probabilitas 0,05.(2 ekor) Dari pasangan unsur-unsur budaya kerja yang

dianalisis ternyata terdapat dua pasangan unsur yang berkorelasi dengan kecerdasan emosional yaitu pasangan unsur dedikasi dan loyalitas, dan l)asangau unsur semangat dan motivasi, sedangkan pasangan lainnya tidak menunjukkan l<orelasi yang signifi kan.

Tabel 8. Korelasi antara variabel kecerdasan soiritual

Dari data yang dihasilkan pada analisis dekriptif kemudian dilanjutkan dengan analisis hubungan antara variabel kecerdasan spiritual dan nilai dasar budaya kerja penyuluh menggunakan statistik nonparametrik Kendall's tau_b. Hasil analisis hubungan dapat ditunjukkan pada tabel sebagai berikut: (Lihat Tabel 8) dan variabel nilai dasar budaya kerja penyuluh pertanian

Kendall's tau_b Koefisien Korelasi Sig. (2{ailed) Jumlah Responden

Nilai Dasar Budaya Kerja

Koefisien Korelasi Sig. (2-tailed) Jumlah Responden

[image:13.516.42.469.537.648.2]
(14)

Sapto Fiiisorlo dkJ^ - Iltrhungan ESQ dengan Jlilai Dasar Budaye Kela Penyuluh Pertaniqn 125

Hasil pengujian rernyata ffcnun1ukan korelasi kerja, dan hasilnya dapat ditunjukkan pada Tabel positif yang sangat lemah (0,156), artinya jauh 9 sebagaiberikut:

dari angka 1 tetapi masih lebih kuat daripada Dari pasangan unsur-unsur budaya kerja yang hubungan antara kecerdasan elnosional dan nilai dianalisis ternyata terdapat empat pasangan unsur dasar budaya kerja. Hal ini juga dikuatkan yang berkorelasi dengan kecerdasan spiritual dengan angka probabilitas (Sig.) sebesar 0,170 yaitu pasangan unsur komitmen dan konsistensi, berarti dianggap tidak ada l:orelasi yang pasangan unsur keikhlasan <ian kejujuran,

signifikan, karena angka probabilitasnya lebih pasangan unsur kepemimpinan dan keteladanan, besar dari 0.05. dan pasangan unsur kebersamaan dan dinamika,

Analisis hubungan ini selanjutnya sedangkan pasangan unsur lainnya tidak dianalisis terhadap pasangan unsur-unsur budaya menunjukkan korelasi yang signifikan.

Tabel 9. Korelasi antara variabel kecerdasan spiritual dan pasangan unsur-unsur budaya kerja penyuluh pertanian

0.370(* *) 0.244 0 . 2 6 r ( * ) 0 . 0 5 5 0 . 0 5 7 0.364(*+)

0.267(*) 0 . 1 0 9 0 . 1 0 4 0 . 1 4 4 0.13',7 0.129 0.073 0 . 0 6 9 - 0 . 0 1 9 -0.005 -0.074

0.002 0 . 0 5 1 0.034 0.64'l 0.648 0.004 0.034 0 . 3 7 8 0 . 3 8 7 0.256 0.248 0.290 0 . 5 5 9 0 . 5 7 4 0 . 8 7 8 0.9'70 0 . 5 4 3

Komitmen dan konsistensi Wewenang dan tanggung jawab Keikhlasan dan kejujuran lntegritas dan profesionalisme Kreativitas dan kepekaan Kepempinan dan keteladanan Kebersamaan dan dinamika Ketepatan dan kecepatan Rasionalitas dan kecerdasan Keteguhan dan ketegasan Disiplin dan keteraturan ker Keberanian dan kearifan Dedikasi dan loyalitas Semangat dan motivasi Ketekunan dan kesabara Keadilan dan keterbukaan Penguasaan Iptek

1 2 3 4 5 6 7 8

o

l 0 1 l t 2 1 3 t 4 1 5 1 6 t'l

Keterangan: (*) Korelasi pada taraf probabilitas 0,05 (2 ekor) (**) Korelasi pada taraf probabilitas 0,01 (2 ekor)

Dari temuan di atas ternyata antara kecerdasan emosional maupun Kecerdasan Spirifual dengan nilai dasar budaya kerja peny'uluh pertanian tidak ada korelasi yang signif,rkan. Hal ini berarti

[image:14.516.44.459.263.547.2]
(15)

t 2 6 Ju'nal llmu-ilmu Pertanian. Volume E, Nomor 2, Desember 201l

Padahal dalam beberapa penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual sangat berhubungan dan bepengaruh dengan kinerja baik secara individu maupun bersama-sama (Trihandini, 20 05 ; Alwani, 2007 ).

Menurut pendapat MangkuPrawira (2009), semua bentuk aktualisasi budaya kerja itu sebenarnya bermakna komitmen. Pada dasarnya melaksanakan komitmen sama saja maknanya dengan menjalankan kewaj iban, tanggung jawab, dan janji yang membatasi kebebasan seseorang untuk melakukan sesuatu. Semakin tinggi derajad komitmen karyawan semakin tinggi pula kinerja yang dicapainya. Namun dalam prakteknya tidak semua karyawan melaksanakan komitmen seutuhnya. Ada komitmen yang sangat tinggi dan ada yang sangat rendah. Faktor-faktor yang mempengamhi derajad komitmen adalah faktor intrinsik dan ekstrinsik karyawan bersangkutan.

Menurut Karosta (2010), munculnya budaya kerja merupakan hasil perpaduan dari semangat kerja semua invidu di perusahaan dengan dipengaruhi oleh semangat terbesar dan terkuat dari salah satu individu di perusahaan itu. Semangat terkuat iru pada umumnya merupakan semangat kerja pemilik atau pemimpin perusahaan. Semangat terkuat itu akan mempengaruhi dan menggerakkan semangat dari individu lainnya, lalu kemudian menyatukannya dalam satu irama kerja yang sama. maka terlahirlah budaya kerja. Demikian juga menurut Riyanto (2010), faktor-faktor determinasi kebudayaan kerja meliputi; komitmen pimpinan; komunikasi; motivasi; lingkungan keqa; perubahan dan disiplin. Kegagalan program

budaya kerja sebagian besar disebabkan oleh kurangnya komitmen pimpinan puncak.

Dari pendapat Sjafri Mangkuprawira, Karosta dan Riyanto di atas memberikan isyarat bahwa budaya kerja tidak hanya dipengaruhi secara individu antara lain berupa kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual seseorang, tetapi ternyata merupakan realisasi suatu komitmen bersama. Komitmen yang utama adalah komitmen yang berasal dari pimpinan, kemudian mempengaruhi seluruh karyawan. Komitmen itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat intrinsik dan ekstrisik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil analisis deskriptif terhadap variabel kecerdasan emosional ternyata menunjukkan tingkat kecerdasan emosional penluluh pertanian yang menjadi responden secara umum pada kategori rendah. Hal ini selaras beberapa data empiris saat ini ysng menyatakan bahwa kemampuan dan kinerja sebagian penyuluh pertanian masih rendah.

Hasil analisis deskriptif terhadap variabel kecerdasan spiritual menunjukkan tingkat kecerdasan spiritual penyuluh pertanian pada kategori tinggi. Hal ini nampak terjadi ketidakselarasan dengan kecerdasan emosional yang rendah, namun kemungkinan besar kecerdasan spirirual tinggi pada level hubungan manusia dengan Tuhannya (ibadah yang bersifat ritual), sedangkan ibadah yang bersifat muammalah (sosial) masih rendah.

(16)

sapto Flusodo dkk - Hubungtn ESQ tlengan Nilai Dusar Butlal,a y"rro Pery:uluh Pertanian 127

dilakukan analisis ternyata kategori ini bervariasi faktor antara lain adanya komitmen, komunikasi, antara level cukup baik sampai baik. Secara motivasi, lingkungan kerja, perubahan dan umum nilai dasar budaya kerja penyuluh disiplin. Kesemua faktor ini menyangkut baik pertanian masih harus ditingkatkan karena belum secara individu mapun secara kolektif. Secara terdapat satupun pasangan nilai dasar budaya individu sangat ditentukan adanya kecerdasan kerja yang sangat baik. baik intelektual, etnosional maupun yang tidak

Hasil analisis korelasi a'rtara variabel kalah penting spiritual,

kecerdasan emosi dan nilai dasar budaya kerja Keberhasilan budaya kerja sangat menunjukkan tidak ada korelasi yang signifikan. ditentukan adanya komitmen pimpinan, maka Sedangkan hasil korelasi dari variabel kecerdasan pimpinan harus dapat berperan untuk emosional dengan masing-masing pasang budaya mempengaruhi dan mernberikan keteladanan kerja ternyata terdapat dua pasang budaya kerja yang baik agar tercipta budaya kerja yang baik. yang berkorelasi yaitu pasangan unsur dedikasi Komitmen pimpinan harus dapat terealisasi dan loyalitas, dan pasangan unsur semangat dan menjadi komitmen bersama dengan karyawan motivasi. Ketidakadaan korelasi dari dua variabel (kolektif, sehingga merupakan kesadaran ini bukan hal yang tidak logis karena buda,va bersama untuk menciptakan budaya kerja yang organisasi dipengaruhi faktor intrinsik, dan faktor baik'

ekstrinsik.

Hasil analisis korelasi antara variabel kecerdasan spiritual dan nilai dasar budaya kerja tidak menunjukkan korelasi yang signifikan. Hal ini juga dapat terjadi karena kecerdasan spiritual sangat berkaitan dengan banyak aspek kehidupan. Sementara budaya kerja sangat ditenfukan oleh adanya unsur komitmen, komunikasi, motivasi, lingkungan kerja, perubahan dan disiplin. Unsur komitmen atasan merupakan unsur yang paling kuat unfuk mempengaruhi keberhasilart budaya kerja.

Unfuk meningkatkan kinerja penluluh pertanian diperlukan upaya untuk meningkatkan Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual, walaupun dari hasil penelitian ini kedua kecerdasan ini tidak berhubungan secara signifikan dengan nilai dasar budaya kerja, namun karena budaya kerja dipengaruhi banyak

DAFTARPUSTAKA

Alwani, A. (2007). Pengaruh Kecerdasan Emosionttl Terhadap Kineria AuditorPada kantor Akuntan Pttblik di Kota Semarang (Skripsi). Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Agustian, Ary Ginanjar (2009). ESQ: Emotional Spiritual Quotien (Cetakan ke 47)t. J akarta. Arga Publi shing.

D a m e r i a ( 2 0 0 5 ) . IGE MOZAIK, Juni 2005] -Pentingnya Pendidikan Kecerdasan Emosional. Diambil dari internet pada t a n g g a l 6 |un 2010 04:06:59 GMT dari: http : //g q n e c a. bl o g s p i r i t. c o m / ar chiv e/ 2 0 05/06/23/ge mozaik iuni 2005 o p2o q

0%

Dewiobenk (2008). Mengukur Kecerdasan Spiritual. Diambil dari internet pada t a n g g a l 3 i M e i 2 0 1 0 1 6 : 0 0 : 0 8 G M T . Dari:

(17)

128 Jurnal llntu-ilmu Pertanian. Volume 8, Nomor 2, Desember 201l

MOZAIK, GE (2005). Pendidikan Kecerdasan Emosional di Amerika Serikat, tersedia

dalam http; //ganeca. blogspirit.com/ Juni

200s1

Goleman, Daniel (1995). Emotional Intelligence. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Yosep, Ilus (2005). Pentingnya Esq (Emosional

& Spiritual Quotion) Bagi Perawat Dalam Manajemen KonJlik. Bandung. Fakultas Ilmu Keperawatan Unpad. Karosta (2010). Budaya Kerja. Diambil dari

intemet pada tanggal 24 Des 2010 13'29-24 GMT dati: http ://karosta.blo gspot. com/20 l0 I 02lbld aya-kerja.html.

Kompas.com (2008). Ukur Kecerdasan Emosi Anda. Diambil dari internet pada tanggal 16 Juni 2010 dari: htpp ://www.kompas.com/

Nunnally, J. C. (1978). Psychometric Theory (Second edition). New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited.

Pusat Pengkajian SDM Pertanian (2001). Kelembagaan dan Mekanisme Kerja Penyuluhan Pertanian di

Kabupaten/Kota Dalam Rangka Otonomi Daerah. Jakarta. Departemen Pertanian.

Yunita, Riny (2009). Kecerdasan Emosi. Diambil dari intemet pada tanggal 15 Juni 2010

2 3 : 0 0 : 1 9

GMT

dari:

http ://rinlirrunita. wordpres s. com/2009/0 1 /25l kecerdasan-emosi/.

Mawardi, Sulton (2005). Persoalan Penyuluhan Pertanian Di Era Otonomi Daerah. Diambil dari intemet pada tanggal 2l Jan 2009 16:22:22 GMT dari: h t tlt : //v.,ryw,. d is ta n.Jynt cla d i!. go. i d/i n d e.r. phplpplk)u: c o nt e n t &ta s k -vi ew &id : 1 2 9

Trihandini, F. M. (2005). Analisis Pengaruh Kecerdasan Intelektual. Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual

Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus di Hotel Horizon Semarang) (Tesis). Program Pascasarj ana IJNDIP, Semarang. Gunawan, Widodo (-) Kecerdasan Emosi Bagi Pelayan-Pelayan Tuhan, tersedia dalam http : //suaraagape. ors/wawas an/Ei2.php Zohar, Danah (2000). Spiritual Intelligence The

(18)

INDEX PENULIS

A

Alia Bihrajihant

Raya, Harsoyo,

Roso Witjaksono,

Yuli Sarmiasih

Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Peran Media Komunikasi dalam Seleksi

Konsumsi Produk Pertanian Factors Qnfluencing of Communication

Media's RoIe

o n S electin

g Agric ult ur al Pr o d u ct)

B

B. Budi Setiawati

Dan Endah

Puspitojati

Evaluasi

Mutu Yogurt Formulasi Susu Jagung Manis - Kedelai

E

Endah Hasrati Dan Rini Rusnawati

Kajian Penggunaan Daging Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn) Terhadap Tekstur Dan Cita Rasa Bakso Daging SaPi

Erlyna Wida R Dan Suminah

Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka Konservasi Lahan Rawan Bencana Longsor Di Kecamatan Jatiyoso Kabupaten Karanganyar

K

Kuswini Tri Ariani dan Sofia RieniApsari

Aplikasi Model Pendampingan Berbasis Among Dalam Penyuluhan Pertanian Padi "Sri" Di Mutihan Prambanan

("Among" Model Application in Agriculture Extension of "sri" Paddy in Mutihan, Prambanan)

M

Mohamad Taufik. Raiiman dan R. Hermawan

Analisis Produktivitas Padi Sawah Di Kupang Timur, Nusa Tenggara Timur (.Rdce Fietds Productivity Analisis in Kupang Timur, East Nusa Tenggara)

N Nurul Hidayati

(19)

P

Pujiati Utami Dan Watemin

Pola Distribusi Benih Padi Bersubsidi Di Kabupaten Purbalingga

R

Rahima Kaliky, Sunamr Samsi Hariyadi, Sri Peny Wastutiningsih, P. Wiryono Priyotamtomo

Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian Di Provinsi Maluku

S

Sapto Husodo dan Miftakhul Arifin

Hubungan Kecerdasan Emosional Dan Spiritual (ESQ) Dengan Nilai Dasar Budaya Kerja Penyuluh Pertanian (The Correlation of Emotional and Spiritual Quotient (ESQ) with The Based Values of The Performance Culture (BVPC) for The

Agricultu ral Exte n sio n Wo r k ers)

Subejo

Babak Baru Penyuluhan Pertanian Dan Pedesaan (New Era Of Agriculturul And Rurul Extension)

Identifikasi Umkm (Usaha Mikro Kecil Menengah) Peternakan Sapi Di Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

Sugiharti Mulya Handayani

Imptikasi Pelatihan Penguatan Kapasitas Kelompok Dalam Mengembangkan Kemandirian Usaha (Suatu Kasus di Propinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah)

Surachman Suwardi

w

Wiwit Rahayu, SP MP

(20)

PEDOMAN PENULISAN NASKAH

DALAM JURNAL ILMU-ILMU

PERTANIAN

Naskah dalam Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa lnggris, dengan gaya bahasa efektif dan akadernis.

Naskah dapat berupa hasil penelitian atau sfudi pustaka yang diketik komputer (MS-Word atauyang kompatibel dengan MS-(MS-Word) menggunakan spasi ganda, tulisan disertai intisari (abstract). Panjang tulisan berkisar antara 16 sampai dengan 20 halaman kuarto (A4)

Naskah hasil penelitian mengikuti susunan sebaQai berikut; halaman judul, nama penulis, a l a m a t p e n u l i s , i n t i s a r i , k a t a k u n c i . pcndahuhlan, bahan dan metode, hasil dan pembahasau, kesimpulan dan saran, daftar pustaka. Naskah konseptual tersusun atas halaman judul, pendahuluan. isi tulisan, penutup, daftarpustaka.

Grafik dan gambar garis dapat gambar dengan tinta cina atau menggunakan program grafik (komputer), grafik dan gambar diutamakan tidak berwarna (hitam putih). Judul gambar diletakkan di bawah gambar, diberi nomor urut sesuai dewan letaknya dan dicetak tebal. Masing-masing gambar diberi keterangan singkat dengan nomor urut diletakkan di luar bidang gambar. Gambar dan grafik diletakkan di dalam naskah.

Gambar fihotografis diutamakan tidak berwama (hitam putih) dan dicctak di atas kertas mengkilap, jelas dan tidak kabur. Nama lain (binomial), kata asing, latin dan bukan kata dalam Bahasa Indonesia dicetak miring.

Judul harus singkat dan jelas menunjukkan identitas subyek, indikasi tujuan studi dan memuat kata-kata kunci. Jumlah kata seyogyanya berkisar antara 6 - 12 buah, dituliskan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Nama atau nama-nama penulis ditulis tanpa gelar.

Abstract (intisari), harus dapat memberi informasi mengenai seluruh isi karangan, ditulis dengan singkat, padat dan jelas dan tidak melebihi 250 kata, ditulis dalam Bahasa I n g g r i s ( u n t u k n a s k a h d a l a m B a h a s a Indonesia) dan Bahasa Indonesia (untuk naskah dalam Bahasa Inggris), intisari disertai kevwords (katakunci).

Pendahuluan, berisi latar belakang, masalah dan tinjauan teori secara riugkas.

M e t o d e p e n e l i t i a n , b e r i s i p e n j e l a s a n mengenai bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian (kalau ada), waktu, tempat dan rancangan percobaan (teknik analisis).

Hasil dan pembahasan, disajikan secara ringkas (dapat dibantu dengan tabel, grafik atau flioto-ftroto). Pembahasan merupakan tinjauan terhadap hasil penelitian secara singkat tetapi jelas dan merujuk pada literatur terkait.

Kesimpulan dan saran, berisi hasil nyata ataupun keputusan dari penelitian yang dilakukan dan saran tindakan lanjut untuk bahan pengembangan penelitian berikutnya.

Daftar pustaka, memuat semua pustaka yang digunakan dalam penulisan karangan. Daftar pustaka ditulis dalam urutan abjad secara kronologis (urut tahun).

Penulisan pustaka untuk buku dengan urutan; nama pokok (keluarga) dan inisial pengarang, tahun terbit, judul, jilid, edisi, nama penerbit dan tempat terbit. Setiap bagian diakhiri dengan tanda titik.

Penulisan pustaka unfuk karangan dalam buku, majalah, surat kabar, proseding atau terbitan lain bukan buku, ditulis dengan urutan; nama pokok dan inisial pengarang, tahun terbit, judul karangan, inisial dan nama editor, judul buku. halaman pefiama dan akhir karangan, nama penerbit dan tempat terbit.

Redaksi mempunyai hak untuk mengubah dan memperbaiki ejaan, tata tulis dan bahasa yang dimuat tanpa mengubah esensi.

Naskah yang telah ditulis dan dengan pedoman penulisan jurnal ilmu-ilmu perlanian diterima paling lambat satu bulan sebelum bulan penerbitan, dalam bentuk hard printing (cetak printer/ dan soft printing(file) .

Gambar

Tabel L Deskripsi variabel dan instrumen penelitian.
Tabel 3. Kondisi tingkat kecerdasan spiritual penluluh pertanian
Tabel 4. Kondisi persepsi penyuluh pertanian terhadap nilai dasar budaya kerja penyuluh pertanlan
Tabel 6. Korelasi antara variabel kecerdasan emosional dan variabelnilai dasar budaya kerja penyuluh pertanian
+3

Referensi

Dokumen terkait

Indonesia Antique adalah karena PT Indonesia Antique terbukti di Pengadilan mempunyai dua kreditur dan tidak mampu membayar hutang-hutangnya kepada kreditur yang telah jatuh tempo

Penelitian ini berfokus pada proses pembelajaran berbasis masalah dan hasil poster dari pembelajaran dibandingkan dengan model pembelajaran yang sebelumnya pernah

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DALAM MERANCANG POSTER DI SANGGAR JANIKA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Seni Rupa pada Fakultas Pendidikan Seni dan Desain. © Aditya Aditama

Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Akuisisi (Pada Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.. Periode

Masalah dalam penelitian ini meliputi bagaimana tema, tanda, pesan dan makna gambar, serta unsur- unsur dasar rupa dan prinsip komposisi seni rupa pada gambar

[r]

Berikut ini yang bukan nama-nama hari kiamat adalah.... Sikap tidak senang apabila melihat orang lain mendapat nikmat dari Allah SWT dan berusaha menghilangkan nikmat itu