• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era modern ini tersedia berbagai media untuk mengekspresikan diri.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pada era modern ini tersedia berbagai media untuk mengekspresikan diri."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era modern ini tersedia berbagai media untuk mengekspresikan diri. Baik secara auditif, visual, maupun penggabungan kedua unsur tersebut. Sebagai insan yang memiliki akal pikiran, manusia mampu membentuk suatu karya kreatif dengan nilai-nilai tersendiri. Esensi dalam suatu karya kreatif ini tentu berbeda-beda bagi setiap manusia. Hal ini terjadi karena nilai suatu karya tergantung pada sudut pandang masing-masing individu. Salah satu karya kreatif dari manusia adalah seni musik. Kita mengenal beberapa jenis musik yang populer di Indonesia seperti, dangdut, campursari, pop, keroncong, rock, jazz, hip-hop, metal, dan sebagainya. Dalam setiap jenis musik tersebut terdapat unsur yang selalu ada. Unsur yang dimaksudkan adalah instrumen musik dan unsur lirik. Berbicara mengenai instrumen musik tentu mengacu pada aspek-aspek bunyi yang diproduksi oleh alat-alat musik seperti gitar, bass, drum, piano, terompet, seruling, kendang, dan alat musik lainnya. Sementara unsur lirik tidak bisa lepas dari aspek bahasa.

Studi musik secara ilmiah dimulai tahun 1880-an. Hal ini dapat diketahui melalui penelusuran karya Guido Adler yang menulis outline tentang studi musik pada tahun 1885. Musik dikatakan memiliki dua divisi utama yakni kesejarahan dan sistematika. Bagian kedua, diuraikan menjadi tiga percabangan dasar (teori, estetika dan pedadogis) (Supanggah, 1995: 5). Salah satu cabang dasarnya yakni

(2)

estetika, dapat dimunculkan melalui keindahan lirik atau pemanfaatan gaya bahasa tertentu.

Musik dapat menggambarkan suatu fenomena, suasana, keadaan, dan nuansa melalui nada-nada yang disenandungkan, namun representasi itu akan menjadi lebih mudah dilakukan khususnya bagi mereka yang tidak memiliki pengetahuan mendalam pada seni musik dengan adanya unsur bahasa sebagai lirik. Sebuah lagu memiliki ide-ide yang ingin dikomunikasikan oleh penulisnya. Komunikasi akan memunculkan situasi saling mengerti sehingga akan menumbuhkan jalinan interaksi yang dinamis. Bahasa adalah media yang paling efektif digunakan karena fungsi bahasa tidak hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai alat pemersatu, adaptasi, hubungan sosial, dan kritik sosial.

Pendapat-pendapat para linguis mengenai fungsi bahasa dapat dikerucutkan menjadi lima fungsi dasar bahasa yang menurut Kinneavy disebut fungsi ekspresi, fungsi informasi, fungsi eksplorasi, fungsi persuasi, dan fungsi entertainment (Michel, 1967 via Chaer, 2003:33). Fungsi informasi adalah fungsi untuk menyampaikan pesan atau amanat kepada orang lain. Fungsi eksplorasi adalah penggunaan bahasa untuk menjelaskan suatu hal, perkara, dan keadaan. Fungsi persuasi adalah penggunaan bahasa yang bersifat mempegaruhi atau mengajak secara baik-baik orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Fungsi entertainment adalah penggunaan bahasa dengan maksud menghibur, menyenangkan, atau memuaskan perasaan bathin. Dalam berkomunikasi, bahasa yang digunakan diharapkan dapat mencapai sasaran. Untuk mencapai sasaran tersebut maka diperlukan penggunaan bahasa secara

(3)

efektif yaitu menggunakan makna setepat mungkin sehingga tidak menimbulkan kerancuan. Selain itu juga harus disesuaikan dengan budaya penuturnya karena setiap bahasa sering dianggap sebagai produk sosial atau produk budaya, bahkan merupakan bagian tak terpisahkan dari kebudayaan itu. Sebagai produk sosial tentu bahasa merupakan wadah aspirasi, kegiatan dan perilaku masyarakat.

Bahasa manusia di mana pun di dunia ini terbentuk dari rangkaian kata-kata atau kelompok kata-kata. Bahasa dalam hidup manusia memainkan peranan penting karena dengan bahasa seseorang dapat berkomunikasi dengan orang lain juga dapat mengekspresikan pikiran, gagasan dan perasaannya. Bahasa sebagai sarana atau alat penting yang dapat digunakan dalam bidang politik, sosial, kebudayaan, ekonomi, dan perdagangan. Bahasa itu dianggap penting selama masih ada orang atau masyarakat yang menggunakannya.

Bahasa yang masih digunakan oleh pemakai bahasa tersebut masuk dalam kategori bahasa hidup (living language), sedangkan bahasa yang tidak digunakan lagi atau tidak dipakai sebagai sarana komunikasi disebut bahasa mati (dead language) (Baught, 1957). Ciri dari bahasa hidup adalah selalu terjadi perubahan, baik dalam tata bahasa maupun kosa kata. Perubahan yang paling menonjol atau yang mudah diketahui yaitu perubahan dalam bidang kosa kata. Banyak kosa kata atau kata-kata baru tercipta dalam segala bidang seperti dalam bidang teknologi, politik, ekonomi dan perdagangan (Barber, 1999 via Sundari, 2008: 2). Kosa kata dalam berbagai bidang ini termasuk dalam kategori content word yang bersifat terbuka. Dengan kata lain, kelas kata ini masih bisa bertambah jumlahnya seiring

(4)

dengan perkembangan zaman dan teknologi. Bahasa yang masuk dalam kategori bahasa hidup pasti mengalami perkembangan dan evolusi.

Perkembangan kata yang ada dalam bahasa berhubungan langsung dengan evolusi intelektual dan sosial manusia. Puluhan bahkan ratusan kata baru tercipta sesuai dengan fungsinya. Kata-kata baru banyak ditemukan dalam dunia bisnis termasuk dalam industri hiburan, khususnya dunia musik yang merupakan salah satu hasil evolusi intelektual atau kreasi manusia. Kreativitas pembentukan kata dalam bidang musik mengalami perkembangan yang begitu pesat, sehingga banyak kata-kata yang lebih menarik, inovatif, kreatif dan terkadang meninggalkan atau memanfaatkan estetika sehingga dapat dengan cepat mempengaruhi konsumen untuk menikmati karya musik tersebut.

Industri musik dewasa ini memang sedang mati suri. Para pelaku seni musik terutama yang berada dalam naungan perusahaan rekaman tertentu lebih memilih menjadi follower asalkan karya mereka laku di pasaran. Kondisi yang latah dan miskin inovasi ini dibiarkan tumbuh dan berkembang oleh produser musik asalkan menghasilkan keuntungan yang signifikan. Batas-batas aturan penciptaaan karya yang tidak jelas memperlihatkan kecenderungan produk-produk yang terikat pada syarat harus laku di pasar sehingga tidak jarang membunuh idealisme para seniman (Kesumah, 1995: 4).

Seperti halnya bahasa, musik juga merupakan tanda eksistensi manusia karena dapat berperan sebagai dasar sosial dan kultural manusia itu sendiri. Eksistensi yang dimaksud di sini tidak hanya sekedar bernafas atau bergerak tetapi juga keadaan manusia ketika menghasilkan, menikmati, dan mendaur

(5)

sesuatu. Tidak mungkin seorang penikmat maupun seniman yang memiliki idealisme tinggi akan mampu mendapatkan kepuasan melalui karya yang sudah terikat aturan “harus laku di pasaran”. Fakta sosial inilah yang menjadi alasan bagi para seniman yang memiliki idealisme tinggi untuk mengeluarkan ganjalan dalam bathin mereka mengenai paradigma penurunan kualitas industri musik Indonesia. Para musisi yang enggan dipaksa meninggalkan gaya bermusik mereka, mencoba mengkreasikan suatu lahan mandiri dengan harapan karya yang mereka lahirkan akan sampai kepada para pendengar dalam wujud dan entitas aslinya.

Kumpulan para musisi yang berpegang teguh pada idealisme, sudut pandang, dan gaya bermusik dikenal dengan nama musisi indie. Kata indie ditengarai berasal dari kata berbahasa Inggris independent yang berarti bebas, merdeka, tanpa ikatan. Kebebasan mengekspresikan ide dan gaya bermusik menjadi ciri utama para musisi indie. Terdapat kemunculan istilah-istilah baru yang lebih variatif dalam lirik lagu band indie baik sebagai judul ataupun terintegrasi dalam liriknya seperti: fatigue, fragment waktu, randevu, song of sabdatama, oxymoron, bhigalika dsb. Istilah-istilah tersebut jarang dijumpai pada media cetak, elektronik, maupun percakapan sehari-hari. Penggunaan istilah-istilah khusus tersebut tentu memiliki fungsi tersendiri. Seperti lagu Bhigalika dari band Narnia berikut ini.

(1) Garudaku terbanglah, tebarkan keluhan ini

Negeri mimpi tinggal cerita di mana kini rimbanya Tangis pahlawan di surga sia-sia jiwanya

Muara duka nurani telah hempaskan buana Apa yang salah dengan warnaku?

(6)

Dapat kita perhatikan melalui penggalan lirik di atas, penggubah lagu menyampaikan sesuatu tidak secara diafan atau lugas apa adanya. Misalnya saja mengibaratkan Indonesia sebagai negeri mimpi. Lunturnya toleransi tidak disampaikan langsung begitu saja namun dengan menyebut muara duka nurani. Sementara itu ras, agama, dan perbedaan lainnya diistilahkan dengan kata warna. Tentu saja penggunaan gaya bahasa pada contoh (1) yang menjadi karakteristik dalam lirik lagu band indie di atas memiliki beberapa alasan yang melandasinya.

Dengan menyimak lagu-lagu band indie Yogyakarta, dapat ditemukan adanya lirik lagu yang berbelit-belit, ada pula lirik lagu yang menggunakan bahasa-bahasa sederhana, singkat, tidak puitis, dan langsung menuju sasaran. Dalam hal ini mengandung kosakata dominan dengan penggunaan kosakata bahasa sehari-hari. Terdapat penyeragaman dengan karya-karya popular lainnya, yakni pada variasi kosakata dan gaya bahasa. Hal ini dikarenakan penikmat musik saat ini diasumsikan lebih menyukai kata-kata yang gamblang dan bukan kias. Selain itu adanya variasi bahasa dalam lirik sebuah lagu yang merupakan bentuk tanggapan dari penggubah lagu untuk menyiasati pasar industri musik. Perlunya mengadakan variasi-variasi bahasa disebabkan oleh fakta bahwa penikmat musik tidak hanya berasal dari kalangan kelas atas tetapi juga berasal dari kalangan menengah ke bawah. Baik itu dalam konteks ekonomi, pendidikan, status sosial, dan sebagainya.

Bahasa memiliki variasi yang cukup rumit karena adanya aturan-aturan yang ditentukan oleh pembicara, lawan bicara, dan hal-hal yang dibicarakan. Secara sosial bahasa mengenal adanya tingkat tutur bahasa yang erat kaitannya

(7)

dengan sejarah perkembangan masyarakat tempat bahasa tersebut berkembang. Bahasa secara umum menyajikan penjelasan tersendiri tentang tingkat tutur kata dalam lapisan masyarakat tradisional. Di sisi lain dalam perkembangan bahasa terbentuk golongan baru yang termasuk kelas atas (pejabat dan orang kaya) yang disegani dan dihormati oleh golongan bawah yang juga tercermin dalam pemakaian bahasanya (Granoka, 1996: 2-3). Begitu halnya dalam penggunaan istilah dalam lirik lagu band indie yang menganggap pemilihan kata dan frase yang tepat sebagai bahan lirik juga menjadi indikasi adanya perbedaan strata sosial. Indikator bahasa dalam lagu dapat menjadi acuan keberadaan suatu status sosial seperti terlihat dalam pilihan kata dalam penggalan lirik berikut.

(2) Sahabatku telah terbang ke negeri seberang Aku tegap melangkah hidupku cemerlang Kini kumampu meninggikan derajat ayahku Beliau tersenyum di hari tuanya

Pilihan kata dalam sebuah lirik lagu memiliki peranan penting dalam penentuan status sosial. Kata beliau pada kutipan lirik lagu Fragment Waktu milik Narnia di atas menunjukkan rasa hormat seorang anak kepada sosok ayah yang diceritakan. Ini merupakan suatu bentuk adaptasi pelaku kebudayaan dalam kehidupan nyata yang mengaplikasikan wawasannya dalam lirik lagu dan menjadikan faktor-faktor sosial yang terdapat dalam kebudayaan masyarakat menjadi konstituen penting dalam sebuah karya seni.

Musik merupakan salah satu hasil kebudayaan manusia yang dewasa ini dimanfaatkan sebagai media interaksi yang universal dan dapat dipergunakan seperti halnya bahasa sebagai alat komunikasi yang efektif dengan orang lain untuk mengungkapkan maksud, gagasan, pikiran, dan perasaan. Berbicara tentang

(8)

musik, memang sejatinya hanya berkaitan dengan bunyi-bunyian yang dikeluarkan oleh alat musik tanpa adanya perpaduan dengan suara manusia. Namun seiring perkembangan zaman, kata musik sudah mengintegrasikan lagu yakni syair dan nada ke dalamnya. Jika seseorang berbicara musik, secara langsung yang dimaksud adalah keseluruhan perpaduan antara bunyi-bunyian yang dihasilkan oleh alat musik, suara manusia, nada, beserta lirik-lirik yang telah disediakan oleh penggubahnya.

Karya-karya band indie Yogyakarta masih mengutamakan keaslian karya yang tidak dibelenggu keinginan label atau perusahaan rekaman. Band indie yang dipilih beranggotakan orang-orang yang berasal dari daerah yang berbeda-beda. Dengan kata lain bahasa lirik lagu band indie ini memiliki keberagaman unsur budaya yang merupakan elemen penting dalam bahasa. Keberagaman unsur budaya yang terkandung dalam masing-masing karya band indie Yogyakarta bukanlah tolok ukur untuk menyatakan bahasa yang digunakan dalam lagu yang satu lebih unggul dari bahasa yang digunakan dalam lagu lainnya. Tidak ada bahasa yang lebih kaya, lebih indah, dan lebih-lebih lainnya. Semua bersifat relatif dalam kata lain tergantung dari sudut mana bahasa atau kebudayaan tersebut dimaknai (Wijana, 2006: 81). Hasil penelitian pada bahasa lirik lagu band indie Yogyakarta ini diharapkan dapat memperkaya khasanah pustaka kajian semantik dan sosiolinguistik.

(9)

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas adalah bahasa yang digunakan dalam lirik lagu band indie Yogyakarta. Untuk membatasi agar penelitian ini lebih terarah, maka yang akan dijabarkan adalah sebagai berikut.

(i) Bagaimana karakteristik bahasa lirik lagu band indie Yogyakarta? (ii) Faktor apa sajakah yang mempengaruhi karakteristik bahasa lirik

lagu band indie Yogyakarta?

(iii) Apa sajakah tema dan fungsi lagu band indie Yogyakarta?

1.3 Tujuan Penelitian

Merujuk dari rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

(i) Mendeskripsikan karakteristik bahasa lirik lagu band indie Yogyakarta.

(ii) Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi bahasa lirik lagu band indie Yogyakarta.

(iii) Mendeskripsikan tema dan fungsi lagu band indie Yogyakarta.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan menghasilkan manfaat yang bersifat teoretis dan manfaat yang bersifat praktis. Manfaat teoretis berkenaan pada pengertian yang lebih dalam terhadap jenis-jenis bahasa musik dalam segi karakteristik, faktor sosial serta berbagai komponen tema dan fungsi bahasa yang

(10)

ada di dalamnya. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah membuka pandangan masyarakat terhadap keunikan-keunikan yang tersirat di dalam setiap bahasa lagu khususnya bagi mereka yang berkecimpung dalam industri musik sehingga memperoleh masukan dalam menentukan istilah-istilah sehingga dapat membentuk karya yang lebih menarik, variatif, inovatif, dan up to date. Selain keuntungan bagi para musisi, penelitian ini juga dapat memberikan pandangan bagi pembaca mengenai kehidupan sosial. Hal ini dapat ditelusuri melalui karakteristik pergaulan yang tertuang di dalam setiap bahasa lirik lagu band indie Yogyakarta. Pandangan-pandangan kehidupan bermasyarakat dari sudut pandang pelaku seni khususnya musisi indie bisa menjadi acuan ketika menghadapi perbedaan pendapat dalam berbagai bidang kehidupan sehari-hari. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk kepentingan perkembangan keilmuan, khususnya semantik dan sosiolinguistik.

1.5 Ruang Lingkup

Dalam tulisan ini akan dikemukakan hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik, faktor sosial, dan tema serta fungsi dalam bahasa lagu band indie Yogyakarta.Untuk mempermudah pembahasan, penulis membatasi ruang lingkup penelitian. Ruang lingkup penelitian ini meliputi data penelitian dan teori yang digunakan untuk menganalisis data. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahasa lirik lagu yang digunakan oleh musisi indie Yogyakarta.

Ruang lingkup bersangkutan dengan batas-batas penelitian yang akan dilaksanakan. Pada penelitian ini akan dibatasi pada penjabaran jenis dan

(11)

kata-kata yang terdapat dalam lagu band indie Yogyakarta. Lirik-lirik tersebut diperoleh dari lagu-lagu milik band Dharma, Narnia, dan Jogja Hip-Hop Foundation.

1.6 Tinjauan Pustaka

Sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian data kebahasaan yang terkandung dalam lirik lagu, penulis melakukan penelurusan terhadap penelitian-penelitian sebelumnya dengan objek dan kajian yang memiliki hubungan dengan kajian bahasa dalam lirik lagu band indie Yogyakarta. Beberapa pustaka berhasil ditemukan, baik dalam disiplin sastra maupun linguistik. Berikut adalah pustaka-pustaka yang penulis jadikan sebagai tinjauan dalam penelitian bahasa lirik lagu band indie Yogyakarta.

Penelitian yang menjadikan lirik lagu sebagai objek sebelumnya sudah dilakukan oleh Imelda Kusumastuty (2011) dalam tesis yang berjudul “Medan Semantik Metafora Nominatif dalam Lirik Lagu Kla Project dan Bon Jovi serta Kaitannya dengan Sistem Ekologi” yang mengkhususkan kajian pada salah satu jenis kiasan bahasa yang sangat umum ditemukan yakni metafora yang kemunculannya tidak hanya dalam bahasa sehari-hari namun juga dalam pola pikir serta pengalaman dalam kaitannya dengan sistem ekologi.

Yuda Prihantoro (2007) dalam skripsinya “Analisis Gaya Bahasa Lirik Lagu Album Rieka Roeslan Becerita Karya Rieka Roeslan”. Skripsi tersebut mengkaji jenis-jenis gaya bahasa yang terdapat pada tiap lirik lagu dalam album

(12)

Rieka Roeslan dan lebih memfokuskan kajian pada efek kepuitisan yang timbul akibat dari penggunaan gaya bahasa tersebut.

Sementara itu ada beberapa penelitian lain yang juga menjadikan lirik lagu sebagai objeknya. Ambar Widiatmoko, mahasiswa jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada tahun 1995 menyusun skripsi berjudul “Lirik Lagu Iwan Fals: Tinjauan Tema dan Bahasa Puisi” yang menggunakan dua metode pendekatan berdasarkan permasalahan yang dibicarakan, yaitu metode pragmatis serta metode struktural. Kedua metode tersebut digunakan dengan tujuan untuk menemukan tema dan gaya bahasa yang digunakan dalam lirik lagu Iwan Fals.

Yunan Helmi (2010) dalam skripsi “Unsur-unsur Kepuitisan Lirik Lagu karya Nazril Ilham: Analisis Struktural Semiotik mengkaji unsur-unsur kepuitisan sekaligus membahas efek-efek dari penggunaan tersebut dan mendapatkan makna yang terkandung di dalamnya.

Penelitian data kebahasaan dalam lirik lagu juga telah dilakukan oleh Nitta Andiastuti (2006) dalam tesis berjudul “Bahasa Lirik Lagu Iwan Fals (Tinjauan Sosiolinguistik)” yang memfokuskan penelitian hanya pada lagu-lagu Iwan Fals yang populer dengan anggapan lirik lagu populer tersebut telah merepresentasikan berbagai karakteristik kebahasaan yang digunakan Iwan Fals dalam lagu-lagunya.

Penelitian mengenai bahasa lirik lagu sebelumnya secara kuantitatif lebih mengacu pada musisi nasional atau seniman yang sudah dikenal oleh khalayak ramai. Sementara penelitian terhadap bahasa dalam lirik lagu band/musisi indie belum banyak dilakukan. Merujuk pada hal tersebut maka penulis memutuskan

(13)

penelitian ini harus dilakukan sebagai bahan pemerkaya penelitian dalam kajian linguistik, seni, dan budaya.

1.7 Landasan Teori

Lagu memiliki kekhasan ketika digunakan sebagai alat komunikasi. Dikatakan demikian karena memiliki ciri-ciri seperti, komunikasi satu arah (tanpa dialog langsung dengan pendengar), berirama, dapat berbahasa padat dapat pula bersifat redundansi, dan bersifat estetik. Sebuah karya musik atau lagu mencakup beberapa dimensi. Pertama, sebuah lagu tentu saja tidak bisa disebut lagu jika tidak melibatkan dimensi seni musik di dalamnya. Seni musik dalam sebuah lagu adalah pondasi awal dari konstruksi keseluruhannya. Kedua, sebuah lagu harus memiliki lirik yang sesuai. Lirik terbentuk dari kata-kata yang bersifat lentur dalam artian mengikuti tema dan gaya dari penggubahnya. Oleh karena menggunakan kata-kata sebagai bagian pembentuknya, maka sebuah lagu tidak lepas kaitannya dengan ilmu linguistik. Ketiga, tidak jarang sebuah lagu memiliki pesan sosial sebagi bentuk respon terhadap fenomena yang ada di masyarakat. Merujuk pada hal ini, maka musik pun bisa dihubungkan dengan kajian sosiolinguistik.

Bahasa memiliki dua unsur utama, yaitu bentuk dan makna. Unsur bentuk adalah bagian dari bahasa yang dapat dideteksi dengan penginderaan. Unsur bentuk ini dapat dipilah lagi menjadi unsur segmental dan unsur suprasegmental. Unsur segmental meliputi fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana. Unsur suprasegmental berkaitan dengan intonasi, tekanan, nada, dan jeda.

(14)

Bagian kedua dari bahasa adalah makna. Makna berkaitan dengan maksud pembicara dan pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman persepsi atau perilaku manusia (Kridalaksana. 2011: 148). Makna suatu bahasa erat kaitannya dengan semantik yang merupakan cabang linguistik yang mengasumsikan bahwa bahasa terdiri dari struktur yang menampakkan makna apabila dihubungkan dengan objek pengalaman dunia manusia (Kambartel via Pateda, 2010: 7).

Studi mengenai makna dalam bidang musik mengacu pada susunan kata-kata yang membentuk sebuah lirik lagu. Hal ini erat kaitannya dengan estetika khususnya berkorelasi dengan gaya bahasa. Gaya bahasa sering dianggap sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian pengguna bahasa (Keraf, 1985: 112). Lagu-lagu band indie Yogyakarta seringkali merupakan sebuah ungkapan emosi, pengalaman, ide, kritik sosial dsb, terhadap fenomena yang terjadi baik di Yogyakarta maupun Indonesia secara luas. Ada yang memilih mengutarakan apa adanya, ada pula yang menyampaikan melalui perumpamaan atau gaya bahasa tertentu.

Pembicaraan mengenai bahasa lirik lagu tidak hanya terbatas pada bagian bentuk dan makna saja, tetapi berkaitan juga dengan kegunaannya. Fungsi atau kegunaan bahasa ini memiliki hubungan dengan tempat bahasa itu tumbuh dan berkembang. Hubungan antara bahasa dengan lingkungan, penutur, dan kegunaannya masuk dalam ranah kajian sosiolinguistik dan pragmatik. Pragmatik memaparkan cara manusia mengaktualisasikan bahasa ke dalam konteks sosial atau kemampuan menggunakan bahasa untuk memperoleh sesuatu di dunia ini (Tyasrinestu, 2013: 28). Pragmatik menjadi landasan seseorang dalam

(15)

menggunakan dan menafsirkan bahasa secara tepat pada situasi-situasi tertentu dalam masyarakat. Kepekaan terhadap situasi sosial yang berubah-ubah tersebut, akan membantu manusia sebagai penutur bahasa akan mudah beradaptasi dan diterima dalam pergaulan sosial. Bahasa berkembang sesuai dengan perubahan masyarakat penuturnya bahkan kemudian membentuk kebudayaan yang merupakan integrasi terpadu dari seluruh aspek kehidupan manusia. Bahasa berhubungan erat dengan masyarakat tempatnya berada (Ohuiwutun, 2007:5).

Menilik karakteristik bahasa tersebut, maka kajian sosiolinguistik sangat diperlukan untuk memudahkan mempelajari hubungan antara keduanya, karena sosiolinguistik berupaya menjelaskan kemampuan manusia menggunakan aturan-aturan berbahasa secara tepat dalam situasi yang bervariasi dalam masyarakat (Ohuiwutun, 2007: 9). Sebagai objek penelitian linguistik, bahasa tidak didekati secara bahasa seperti yang terjadi pada linguistik umum saja yang hanya berbicara tentang struktur bahasa, mencakup struktur bunyi, morfologi, kalimat, dan akhir-akhir ini mencakup bidang struktur wacana. Linguistik memiliki pandangan monolitik terhadap bahasa. Artinya bahasa dianggap sebagai sistem bahasa yang tunggal dan tertutup. Bahasa berdiri sendiri terlepas kaitannya dengan suatu struktur masyarakat.

Sosiolinguistik sebagaimana linguistik juga berbicara tentang bahasa. Metode yang digunakan juga berupa pendeskripsian objek pada saat tertentu. Tetapi perbedaannya dengan linguistik ialah sosiolinguistik tidak mengakui adanya konsep monolitik, karena menganggap bahasa mempuyai sejumlah variasi sebagai sarana interaksi masyarakat (Sumarsono, 2013: 7-9). Fungsi utama

(16)

bahasa adalah sebagai alat komunikasi atau alat interaksi yang hanya dimiliki manusia. Dalam melakukan interaksi, tentu saja ada yang ingin disampaikan oleh penutur kepada lawan tutur. Salah satunya untuk mengekspresikan perasaan yang sedang dialami.

Teori tabu juga akan disertakan dalam penelitian ini merujuk pada sifat bahasa di dalam karya-karya band indie yang seringkali melampaui batas aturan. Berkenaan dengan ketabuan ini maka diasumsikan dapat menemukan pola-pola musik tertentu secara regular berkaitan dengan tingkatan-tingkatan kompleksitas kebudayaan. Kata tabu berasal dari bahasa Polinesia yang sulit diterjemahkan karena berkonotasikan gagasan yang tidak lagi dimiliki oleh bahasa Indonesia. Makna tabu mencabang ke dua arah yang berlawanan. Di satu sisi berarti sesuatu yang suci dan kudus namun di sisi lain berarti aneh, berbahaya, terlarang, dan kotor. Percabangan makna tabu ini lambat laun menyempit karena lebih sering digunakan untuk menggambarkan konsep penjagaan hal-hal yang dilarang atau dibatasi penggunannya (Freud, 2001: 31-32).

Kemudian, aspek-aspek yang ada dalam bahasa lagu band indie Yogyakarta seperti karakteristik gaya bahasa, faktor sosial, ketabuan, dsb dikaitkan dengan teori pragmatik. (Yule, 2006: 3-4), misalnya menyebutkan empat definisi pragmatik, yaitu (1) bidang yang mengkaji makna dan maksud pembicara; (2) bidang yang mengkaji makna menurut konteksnya; (3) bidang yang melebihi kajian tentang makna yang diujarkan, mengkaji makna yang dikomunikasikan atau terkomunikasikan oleh pembicara; dan (4) bidang yang

(17)

mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak sosial yang membatasi partisipan yang terlibat dalam percakapan tertentu.

1.8 Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Suatu penelitian dilakukan dengan melalui tiga tahapan yaitu, penyediaan data, penganalisisan data, dan penyajian data yang telah dianalisis (Sudaryanto, 2001: 5). Dalam setiap penelitian diperlukan metode dan alat pengumpul data yang relevan. Kecermatan dalam memilih dan menyusun teknik serta alat pengumpul data ini sangat berpengaruh pada obyektivitas hasil penelitian (Hadari, 2007: 100).

Data utama penelitian ini diperoleh dari hasil seleksi istilah baik kata, frase, kalimat, dan keseluruhan teks ataupun wacana dalam lirik lagu band Indie Yogyakarta. Dipilihnya Band Indie ini karena anggotanya berasal dari daerah yang berbeda di Indonesia sehingga memungkinkan penulis untuk mendata persamaan dan perbedaan masukan bentuk-bentuk istilah dari masing-masing personilnya. Selain itu, faktor kebebasan mengekspresikan diri yang lebih besar dibanding para musisi yang berada di bawah naungan perusahaan rekaman memungkinkan pemertahanan keaslian jati diri dari karya itu sendiri. Sehingga bisa ditelusuri kaitan bahasa yang digunakan dengan fenomena sosial yang hendak diutarakan. Perbedaan aliran musik yang diusung oleh masing-masing band juga dijadikan sebagai tolok ukur untuk memahami nilai-nilai sosial dan pengembangan karakter khususnya pada remaja penikmat musik indie Yogyakarta. Selain hal tersebut, kepraktisan atau ketersediaan data dalam arti

(18)

kemudahan mengumpulkan data juga menjadi pertimbangan pemilihan lirik lagu band indie Yogyakarta sebagai sumber data utama.

Kategorisasi dan klasifikasi media cetak maupun elektronik yang berhubungan dengan masalah penelitian merupakan cara memperoleh data. Secara keseluruhan data dikumpulkan dengan metode simak, dengar dan catat. Lirik diperoleh melalui beberapa media seperti VCD, MP3, youtube, audio CD, dan rekaman aksi panggung dari masing-masing band indie tersebut.

Beberapa perspektif dalam lagu band indie Yogyakarta dikaji dengan metode holistik. Metode holistik ini berkaitan dengan sifat lirik lagu yang mengantarkan suatu hal, masalah, ide, peristiwa dsb selalu berada dalam kesatuannya, tidak terlepas dari kondisi yang lain yang menyatu dalam konteks (Sutopo dalam Tyasrinestu, 2013: 20). Pendekatan holistik berkaitan dengan sifat suatu karya yang terintegrasi dalam satu pokok utama, tidak terpenggal, bereaksi terhadap keseluruhan situasi. Makna suatu karya dalam hal ini lagu band indie Yogyakarta dipandang memiliki keterkaitan dengan latar belakang, kondisi aktual, dan dampak atau pengaruh terhadap penulis dan pendengarnya. Data-data tersebut dianalisis dalam kerangka sosiolinguistik. Pada tahap ini, penulis berusaha menganalisis atau menguraikan hubungan antara bentuk istilah dan gaya bahasa dengan konteks situasi yang menyebabkan dimasukkannya istilah tersebut sebagai lirik.

Pengaruh situasi tuturan terhadap pemakaian istilah dalam sebuah lirik lagu ini didasarkan pada isu ragam intrabahasa. Ragam ialah perbedaan yang disebabkan oleh rasa hati penutur dalam menanggapi situasi penciptaan.

(19)

Tingkatan baku-tidak baku salah satunya dapat dianalisis dengan ragam situasi. Ada tiga macam ragam situasi, yaitu formal (tuturan lengkap); informal (tuturan ringkas) dan situasi indah (misalnya: pada puisi). Berdasarkan hal tersebut, penulis kemudian mencoba melakukan observasi untuk mengkomparasikan pemakaian lirik yang digunakan dengan ragam situasi lainnya. Lirik-lirik dalam karya band indie ini masuk dalam ketiga ragam situasi namun lebih condong pada ragam informal dan situasi indah yang coba disesuaikan dengan tema karya yang sedang diproses.

1.9 Sistematika Penyajian

Penelitian ini akan disajikan dalam lima bab. Bab pertama adalah pendahuluan. Pendahuluan mencakup latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab dua adalah deskripsi objek penelitian dengan memberikan uraian tentang karakteristik dalam bahasa lagu indie tersebut, bab tiga menjabarkan faktor-faktor sosial yang mempengaruhi lirik lagu band indie Yogyakarta, bab empat mendeskripsikan tema serta fungsi dari lagu band indie Yogyakarta, dan bab lima adalah simpulan penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Secara tidak langsung, program itu dianggap oleh sebagian masyarakat sebagai suatu bentuk legalisasi terhadap keberadaan permukiman di daerah bantaran Sungai Code, sehingga mereka

Dari keseluruhan dapat dilihat bahwa hasil volume yang didapat mendekati nilai set point yang diinginkan meskipun terdapat error rata-rata sebesar 0,08 cm

[r]

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: Pengembangan media pembelajaran papan analisis

Pemilihan topik dan tema dengan pendekatan Ekspresi Bentuk pada perancangan bangunan Concert Hall dikarenakan ingin mewujudkan suatu karakter spesifik dari sebuah fungsi

Perancangan media promosi Semen White Mortar TR30 membutuhkan strategi komunikasi yang tepat seperti materi, cara penyampaian, serta efektifitas kepada khalayak

Output 1 : Paket teknologi peningkatan produksi benih bermutu tanaman hutan penghasil kayu Output 2 : Paket teknik silvikultur penghasil kayu.. Output 3 : Paket