• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Asam Asetat Kelompok 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Asam Asetat Kelompok 1"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan

1. Dapat melakukan standarisasi larutan.

2. Menentukan kadar asam asetat yang terdapat dalam asam cuka yang beredar di pasaran.

1.2 Dasar Teori

1.2.1 Asam Asetat

Asam asetat adalah salah satu contoh dari asam karboksilat yang mempunyai gugus fungsi –COOH yang disebut gugus karboksil. Karena merupakan gugus dari gugus karbonil (-CO-) dan gugus hidroksil (-OH).

Asam asetat terdapat dalam cuka makan memiliki kadar sekitar 20–25%. Asam asetat murni disebut asam asetat glasial merupakan campuran bening tidak berwarna, berbau sangat tajam dan membeku pada 16,6 membentuk kristal yang menyerupai es atau gelas. Selain itu asam asetat digunkan sebagai pereaksi kimia yang dapat menghasilkan berbagai senyawa kimia lain. Sebagian 40–45% dari asam asetat di dunia digunakan sebagai bahan untuk memproduksi monomer vinil asetat (vinyl acetate monomer). Asam asetat juga digunakan dalam produksi anhidrida asetat dan ester.

Berdasarkan BSN, kadar asam asetat yang baik untuk dikonsumsi tubuh adalah 3% maksimum 60 mg/kg.

1.2.2 Sifat – sifat Kimia Asam Asetat a. Keasaman

Atom hidrogen (H) pada gugus karboksil (−COOH) dalam asam karboksilat seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton), sehingga memberikan sifat asam. Asam asetat adalah asam lemah monoprotik dengan nilai pKa = 4.8. Basa konjugasinya adalah asetat (CH3COO−). Sebuah larutan 1,0 M asam asetat (kira-kira sama dengan konsentrasi pada cuka rumah) memiliki pH sekitar 2,4.

(2)

Dimer siklis

Dimer siklis dari asam asetat, garis putus-putus melambangkan ikatan hidrogen.

Struktur kristal asam asetat menunjukkan bahwa molekul-molekul asam asetat berpasangan membentuk dimer yang dihubungkan oleh ikatan hidrogen. Dimer juga dapat dideteksi pada uap bersuhu 120 °C. Dimer juga terjadi pada larutan encer di dalam pelarut tak-berikatan-hidrogen, dan kadang-kadang pada cairan asam asetat murni. Dimer dirusak dengan adanya pelarut berikatan hidrogen (misalnya air). Entalpi disosiasi dimer tersebut diperkirakan 65,0–66,0 kJ/mol, entropi disosiasi sekitar 154–157 J mol–1 K–1. Sifat dimerisasi ini juga dimiliki oleh asam karboksilat sederhana lainnya.

b. Sebagai Pelarut

Asam asetat cair adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti air dan etanol. Asam asetat memiliki konstanta dielektrik yang sedang yaitu 6,2 sehingga ia bisa melarutkan baik senyawa polar seperi garam anorganik dan gula maupun senyawa non-polar seperti minyak dan unsur-unsur seperti sulfur dan iodin. Asam asetat bercambur dengan mudah dengan pelarut polar atau nonpolar lainnya seperti air, kloroform dan heksana. Sifat kelarutan dan kemudahan bercampur dari asam asetat ini membuatnya digunakan secara luas dalam industri kimia.

c. Reaksi-reaksi kimia

Asam asetat bersifat korosif terhadap banyak logam seperti besi, magnesium, dan seng, membentuk gas hidrogen dan garam-garam asetat (disebut logam asetat). Logam asetat juga dapat diperoleh dengan reaksi asam asetat dengan suatu basa yang cocok. Contoh yang terkenal adalah reaksi soda kue (Natrium bikarbonat) bereaksi dengan cuka. Hapir semua garam asetat larut dengan baik dalam air. Salah satu pengecualian adalah kromium (II) asetat. Contoh reaksi pembentukan garam asetat:

(3)

+ → +

+ → + +

Aluminium merupakan logam yang tahan terhadap korosi karena dapat membentuk lapisan aluminium oksida yang melindungi permukaannya. Karena itu, biasanya asam asetat diangkut dengan tangki-tangki aluminium.

Dua reaksi organik tipikal dari asam asetat

Asam asetat mengalami reaksi-reaksi asam karboksilat, misalnya menghasilkan garam asetat bila bereaksi dengan alkali, menghasilkan logam etanoat bila bereaksi dengan logam, dan menghasilkan logam etanoat, air dan karbondioksida bila bereaksi dengan garam karbonat atau bikarbonat. Reaksi organik yang paling terkenal dari asam asetat adalah pembentukan etanol melalui reduksi, pembentukan turunan asam karboksilat seperti asetil klorida atau anhidrida asetat melalui substitusi nukleofilik. Anhidrida asetat dibentuk melalui kondensasi dua molekul asam asetat. Ester dari asam asetat dapat diperoleh melalui reaksi esterifikasi Fischer, dan juga pembentukan amida. Pada suhu 440 °C, asam asetat terurai menjadi metana dan karbon dioksida, atau ketena dan air. d. Deteksi

Asam asetat dapat dikenali dengan baunya yang khas. Selain itu, garam-garam dari asam asetat bereaksi dengan larutan besi(III) klorida, yang menghasilkan warna merah pekat yang hilang bila larutan diasamkan. Garam-garam asetat bila dipanaskan dengan arsenik trioksida (AsO3) membentuk kakodil oksida ((CH3)2As-O-As(CH3)2), yang mudah dikenali dengan baunya yang tidak menyenangkan.

(4)

Asam asetat digunakan sebagai pereaksi kimia untuk menghasilkan berbagai senyawa kimia. Sebagian besar (40-45%) dari asam asetat dunia digunakan sebagai bahan untuk memproduksi monomer vinil asetat (vinyl acetate monomer, VAM). Selain itu asam asetat juga digunakan dalam produksi anhidrida asetat dan juga ester. Penggunaan asam asetat lainnya, termasuk penggunaan dalam cuka relatif kecil.

Asam asetat pekat bersifat korosif dan karena itu harus digunakan dengan penuh hati-hati. Asam asetat dapat menyebabkan luka bakar, kerusakan mata permanen, serta iritasi pada membran mukosa. Luka bakar atau lepuhan bisa jadi tidak terlihat hingga beberapa jam setelah kontak. Sarung tangan latex tidak melindungi dari asam asetat, sehingga dalam menangani senyawa ini perlu digunakan sarung tangan berbahan karet nitril. Asam asetat pekat juga dapat terbakar di laboratorium, namun dengan sulit. Ia menjadi mudah terbakar jika suhu ruang melebihi 39 °C (102 °F), dan dapat membentuk campuran yang mudah meledak di udara (ambang ledakan: 5.4%-16%).

Asam asetat adalah senyawa korosif Konsentrasi

berdasar berat

Molaritas Klasifikasi Frase-R

10%–25% 1.67–4.16 mol/L Iritan (Xi) R36/38 25%–90% 4.16–14.99 mol/L Korosif (C) R34 >90% >14.99 mol/L Korosif (C) R10, R35

Larutan asam asetat dengan konsentrasi lebih dari 25% harus ditangani di sungkup asap (fume hood) karena uapnya yang korosif dan berbau. Asam asetat encer, seperti pada cuka, tidak berbahaya. Namun konsumsi asam asetat yang lebih pekat adalah berbahaya bagi manusia maupun hewan. Hal itu dapat menyebabkan kerusakan pada sistem pencernaan, dan perubahan yang mematikan pada keasaman darah

(5)

Volumetri atau titrimetri adalah analisis jumlah berdasarkan pada pengukuran volume larutan pereaksi (larutan penitar/titran/larutan baku) yang direaksikan dengan larutan contoh/sampel yang ditentukan kadarnya (titrit). Pelaksanaan pengukuran volume ini disebut titrasi atau penitraan, yaitu larutan penitar ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam larutan contoh atau sampel sampai terjadi titik akhir titrasi yang secara kimia jumlah titrit dan jumlah titrit ekuivalen. Namun, tidak semua larutan dapat digunakan sebagai titran. Untuk itu, pereaksi harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

 Berlangsung sempurna, tunggal dan menurut persamaan yang jelas (dasar teoritis)

 Cepat dan irreversible  Ada petunjuk akhir titrasi

 Larutan baku yang digunakan harus stabil sehingga konsentrasinya tidak mudah berubah bila disimpan

1.2.4 Larutan standar

Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya diketahui secara pasti atau dapat pula diartikan sebagai bahan kimia yang digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan standar sekunder atau larutan yang harga konsentrasinya masih dapat berubah karena pengaruh lingkungan.

Dengan demikian, maka dikenal ada dua jenis larutan, yaitu larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Sedangkan proses penetapan konsentraasinya (biasanya dalam sistem kenormalan). Larutan standar sekunder dengan menggunakan larutan standar primer disebut standarisasi.

Reaksi antara titran dengan zat yang dipilih sebagai standar primer harus memenuhi syarat untuk analisa titrasi volumetri, yaitu :

1. Harus mudah diperoleh dalam bentuk murni atau dalam keadaan kemurnian yang konsentrasinya diketahui dengan harga yang wajar. 2. Zat itu harus tetap, harus mudah dikeringkan dan tidak terlalu

hidrokospis, tidak berkurang beratnya jika terkena udara, garam hidratnya biasanya tidak dipergunakan dengan standar primer.

3. Mempunyai bobot ekuivalen tinggi agar dapat mengurangi konsentrasi kesalahan pada penimbangan.

Terdapat macam-macam larutan sekunder, antara lain sebagai berikut : 1. Standar primer asam

- (asam benzoat) - (asam sulfamat)

(6)

- (asam oksalat) 2. Standar primer basa

- (Natrium Karbonat)

- (Boraks)

Larutan standar primer adalah larutan standar yang konsentrasinya diperoleh dengan cara menimbang.

Contoh senyawa yang dapat dipakai untuk standar primer adalah:

 Arsen trioksida dipakai untuk membuat larutan natrium arsenit

yang dipakai untuk menstandarisasi larutan natrium periodat

, larutan iodine I2, dan cerium (IV) sulfat .

 Asam bensoat dipakai untuk menstandarisasi larutan natrium etanolat, isopropanol atau DMF.

 Kalium bromat untuk menstandarisasi larutan natrium tiosulfat

.

 Kalium hydrogen phtalat (KHP) dipakai untuk menstandarisasi larutan asam perklorat dan asam asetat.

 Natrium Karbonat dipakai untuk standarisasi larutan , HCl dan

.

 Natrium klorida (NaCl) untuk menstandarisasi larutan

 Asam sulfanilik (4-aminobenzene sulfonic acid) dipakai untuk standarisasi larutan natrium nitrit.

, asam benzoat, , KHP, , NaCl, dan asam sulfanilik di atas adalah standar primer jadi senyawa ini ditimbang dengan berat tertentu kemudian dilarutkan dalam aquades dengan volume tertentu untuk didapatkan larutan standar primer.

(7)

Larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya diperoleh dengan cara mentitrasi dengan larutan standar primer. NaOH tidak dapat dipakai untuk standar primer disebabkan NaOH bersifat higroskopis oleh sebab itu maka NaOH harus dititrasi dahulu dengan KHP agar dapat dipakai sebagai standar primer. Begitu juga dengan dan HCl tidak bisa dipakai sebagai standar primer, supaya menjadi standar sekunder maka larutan ini dapat dititrasi dengan larutan standar primer . Syarat senyawa yang dapat dijadikan standar primer:

1. Memiliki kemurnian 100%

2. Bersifat stabil pada suhu kamar dan stabil pada suhu pemanasan (pengeringan) disebabkan standar primer biasanya dipanaskan dahulu sebelum ditimbang.

3. Mudah didapatkan (tersedia dimana-mana).

4. Memiliki berat molekul yang tinggi (MR), hal ini untuk menghindari kesalahan relatif pada saat menimbang. Menimbang dengan berat yang besar akan lebih mudah dan memiliki kesalahan yang kecil dibandingkan dengan menimbang sejumlah kecil zat tertentu.

5. Harus memenuhi kriteria syarat-syarat titrasi. 1.2.5 Titik Ekuivalen

Titik ekuivalen adalah titik akhir titrasi, yaitu dimana suatu titrasi akan dihentikan karena telah mencapai suatu kesetaraan. Untuk mengetahui kapan suatu titrasi dikatakan setara ialah bila pada larutan titrit telah terjadi perubahan warna. Hal ini disebabkan karena penambahan indikator sebagai larutan petunjuk.

1.2.6 Titrasi Asam – Basa (Asidimetri – Alkaimetri)

Reaksi dasar dari titrasi asam basa yaitu penetralan atau netralisasi yang menghasilkan garam dan air. Misalnya reaksi antara natrium hidroksida dan asam klorida

NaOH + → +

Bila diukur berapa ml larutan asam dengan titar tertentu diperlukan untuk menetralkan suatu larutan basa, kadarnya atau titarnya asam maka pekerjaan itu disebut asidimetri sedangkan penitarnya sebaliknya, asam dengan basa yang

(8)

titarnya diketahui disebut alkalimetri. Ternyata ion setara dengan 1 ion H+, maka dapat disimpulkan bahwa 1 gram setara asam atau basa adalah jumlah asam yang mengandung ion H+ atau 1 gram ion , dengan kata lain 1 gram setara (gram ekuivalen) asam atau basa yang berkedudukan n adalah 1/n gram mol zat terlarut.

Rumus penentuan kadar asam asetat dalam cuka adalah : V1 x N1 = V2 x N2

Dengan : V1 = volume penitar (ml) V2 = volume sampel (ml) N1 = Normalitas penitar N2 = Normalitas sampel 1.2.7 Natrium Hidroksida

Natrium hidroksida (Na OH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia.

Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. Ia juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas.

1.2.8 Asam Oksalat

Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4 dengan nama sistematis asam etanadioat. Asam dikarboksilat paling sederhana ini biasa digambarkan dengan rumus HOOC-COOH.

Merupakan asam organik yang relatif kuat, 10.000 kali lebih kuat daripada asam asetat. Di-anionnya, dikenal sebagai oksalat, juga agen

(9)

pereduktor. Banyak ion logam yang membentuk endapan tak larut dengan asam oksalat, contoh terbaik adalah kalsium oksalat (CaOOC-COOCa), penyusun utama jenis batu ginjal yang sering ditemukan

(10)

BAB II METODOLOGI 2.1 Alat Dan Bahan

2.1.1 Alat yang digunakan:

1. Labu ukur 100 ml 8. Kaca arloji 2. Erlenmeyer 250 ml 9. Bulp

3. Buret 10. Corong

4. Pipet ukur 10 ml 11. Neraca digital 5. Pipet volume 10 ml 12. Spatula

6. Gelas kimia 250 ml 13. Batang pengaduk

7. Piknometer 14. Statif

2.1.2 Bahan yang digunakan: 1. Padatan NaOH

2. Padatan Asam Oksalat 3. Indikator PP

4. Sampel Cuka 5. Aquadest 2.2 Prosedur Kerja

2.2.1 Pembuatan larutan NaOH 0,1 N dan larutan asam oksalat 0,1 N 1. Pembuatan larutan NaOH 0,1 N

 Menimbang sebanyak 0,4 gram NaOH dengan neraca digital

 Memasukan ke dalam labu ukur 100 ml lalu menambahkan aquadest sampai tanda batas

2. Pembuatan larutan asam oksalat 0,1 N

 Menimbangan sebanyak 0,9 gram asam oksalat dengan neraca digital  Memasukan ke dalam gelas kimia lalu menambahkan sedikit aquadest,

kemudian mengaduk hingga padatannya larut

 Memasukan ke dalam labu ukur 100 ml lalu menambahkan aquadest hingga tanda batas

2.2.2 Standarisasi NaOH 0,1 N dengan asam oksalat

1. Memipet 10 ml NaOH 0,1 N dengan menggunakan pipet ukur dan menambahkan 3 tetes indikator PP

2. Menitrasi dengan menggunkan penitrat asam oksalat 0,1 N hingga terjadi perubahan warna larutan menjadi merah muda

3. Mencatat volume penitrat yang digunakan 4. Melakukan percobaan secara duplo

5. Menentukan konsentrasi NaOH dengan rumus : V1 x N1 = V2 x N2 2.2.3 Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Cuka Perdagangan

1. Memipet 10 ml larutan cuka perdagangan dengan pipet ukur dan memasukkan ke dalam labu ukur 100 ml kemudian menambahkan aquadest hingga tanda batas.

2. Memipet 10 ml larutan tersebut dengan pipet ukur, dan memasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml, kemudian menambahkan 3 tetes indikator PP.

(11)

3. Menitrasi dengan NaOH yang telah distandarisasi hingga terjadi perubahan warna larutan menjadi merah muda.

4. Melakukan percobaan pada masing-masing sampel secara duplo.

5. Menghitung kadar asam asetat dalam asam cuka. Rumus % Asam Asetat =

2.3 Diagram Alir

2.3.1 Pembuatan larutan NaOH 0,1 N

Menimbang sebanyak 0,4 gram NaOH dengan neraca digital

Memasukan ke dalam labu ukur 100 ml lalu menambahkan aquadest sampai tanda batas

2.3.2 Pembuatan larutan asam oksalat 0,1 N

Menimbangan sebanyak 0,9 gram asam oksalat dengan neraca digital

Memasukan ke dalam gelas kimia lalu menambahkan sedikit aquadest, kemudian mengaduk hingga padatannya larut

Memasukan ke dalam labu ukur 100 ml lalu menambahkan aquadest hingga tanda batas

2.3.3 Standarisasi NaOH 0,1 N dengan asam oksalat

Memipet 10 ml NaOH 0,1 N dengan menggunkan pipet ukur dan menambahkan 3 tetes indikator PP

Menitrasi dengan menggunkan penitrat asam oksalat 0,1 N hingga terjadi perubahan warna larutan menjadi merah muda

Mencatat volume penitrat yang digunakan, lalu melakukan percobaan secara duplo

2.3.4 Penentuan kadar asam asetat

(12)

memasukkan ke dalam labu ukur 100 ml kemudian menambahkan aquadest hingga tanda batas.

Memipet 10 ml larutan tersebut dengan pipet ukur, dan memasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml, kemudian menambahkan 3 tetes indikator PP.

Menitrasi dengan NaOH yang telah distandarisasi hingga terjadi perubahan warna larutan menjadi merah muda.

Melakukan percobaan pada masing-masing sampel secara duplo, lalu menghitung kadar asam asetat dalam asam cuka.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Data Pengamatan

Tabel 3.1.1 Standarisasi NaOH 0,1 N dengan Asam Oksalat

Percobaan V NaOH Asam Oksalat

yang terpakai Konsentrasi NaOH setelah di standarisasi Konsentrasi NaOH rata-rata 1 10 ml 9,9 ml 0,099 N 0,0995 N 2 10 ml 10,0 ml 0,1 N

Tabel 3.1.2 Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Cuka Perdagangan Percobaan Sampel Cuka V sampel V NaOH yang terpakai Kadar Asam Asetat pada kemasan Kadar Asam Asetat berdasarkan hasil percobaan 1 Dixi 10 ml 43,3 ml 25% 25,9098% 2 Dixi 10 ml 43,5 ml 1 Segitiga 79 10 ml 14,0 ml 25% 8,2983%

(13)

2 Segitiga 79 10 ml 13,8 ml

1 Ratu 10 ml 11,2 ml

25% 6,7461%

2 Ratu 10 ml 11,4 ml

3.2 Pembahasan

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kadar asam asetat yang terdapat dalam sampel cuka. Praktikum ini melibatkan beberapa proses seperti pengenceran, titrasi dan standarisasi larutan. Pengenceran dilakukan untuk memperkecil kesalahan pada saat titrasi, karena semakin encer larutan asam cukanya, maka semakin teliti dalam proses titrasi.

Tujuan dari standarisasi NaOH ini adalah untuk mengetahui konsentrasi NaOH yang sebenarnya. Standarisasi NaOH dilakukan secara duplo, agar mendapatkan hasil yang lebih akurat. Dan normalitas NaOH yang didapat dari standarisasi adalah 0.0995 N. Asam oksalat digunakan sebagai penitarnya, karena asam oksalat merupakan larutan standar primer. Dan saat tittrasi NaOH, terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi bening.

Kemudian, untuk menentukan kadar asam asetat dalam cuka perdagangan, dilakukan proses asidimetri dan dilakukan pengenceran asam cuka agar hasil titrasi lebih teliti. Penitar yang digunakan adalah NaOH yang telah distandarisasi. Dan sampel cuka yang digunakan adalah cuka cap Dixi, Segitiga 79 dan Ratu. Pada cuka Dixi volume penitar yang diperoleh sebesar 43,3 ml pada tahap pertama dan 43,5 ml pada tahap kedua.

Sehingga diperoleh hasil untuk kadar asam asetat yang terdapat pada cuka Dixi sebesar 25,9098%. Pada cuka Segitiga 79 diperoleh volume penitar sebesar 14 ml pada tahap pertama dan 13,8 ml pada tahap kedua. Sehingga hasil untuk kadar asam asetat pada cuka cap Segitiga 79 sebesar 8,2983%. Pada cuka Ratu diperoleh volume penitar sebesar 11,2 ml pada tahap pertama dan 11,4 ml pada tahap kedua. Sehingga hasil untuk kadar asam asetat pada cuka cap Ratu sebesar 6,7461%.

(14)

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan :

Dari percobaan ini, maka dapat disimpulkan :

1. Larutan NaOH merupakan larutan standar sekunder yang hrus distandarisasi oleh penitar asam oksalat.

2. Konsentrasi NaOH yang diperoleh setelah standarisasi adalah 0,0995N. 3. Kadar asam asetat yang terkandung dalam cuka cap Dixi adalah 25,9098%. 4. Kadar asam asetat yang terkandung dalam cuka cap Segitiga 79 adalah

8,2983%.

5. Kadar asam asetat yang terkandung dalam cuka cap Ratu adalah 6,7461%. 4.2 Saran

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Analisis Kuantitatif. http://www.chem-is-try-org/materi_kimia/instrumen_analisis/iodimetri/analisi-kuantitatif-secara-volumetri/. Diakses pada tanggal 15 Januari 2011.

Anonim. 2011. Asam Asetat. http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_asetat. diakses pada tanggal 20 Januari 2011.

Anonim. 2011. Asam Oksalat. http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_oksalat. diakses pada tanggal 20 Januari 2011.

Anonim. 2011. Membuat Larutan Standar. http://kimiaanalisa.web.id/bagaimana-membuat-larutan-standar/. Diakses pada tanggal 20 Januari 2011.

Anonim. 2011. Natrium Hidroksida. http://id.wikipedia.org/wiki/Natrium_hidroksida/. diakses pada tanggal 20 Januari 2011.

Tim Laboratorium Kimia Dasar. 2014. Modul Ajar Praktikum Kimia Dasar. Samarinda: Politeknik Negeri Samarinda.

(16)
(17)

PERHITUNGAN A. Standarisasi NaOH dengan Asam Oksalat

- Percobaan 1 Diketahui : = 9,9 ml = 0,1 N = 10 ml Ditanya : = ??? Penyelesaian : V1 . N1 = V2 . N2 9,9 . 0,1 = 10 . N2 N2 = N2 = 0,099 N - Percobaan 2 Diketahui : = 10 ml = 0,1 N = 10 ml Ditanya : = ??? Penyelesaian : V1 . N1 = V2 . N2 10 . 0,1 = 10 . N2 N2 = N2 = 0,1 N Rata-rata Standarisasi = = = 0,0995 N

B. Penentuan kadar asam asetat dalam cuka perdagangan - Cuka cap “Dixi”

(18)

a. Percobaan pertama

Diketahui : V labu ukur = 100 ml N NaOH = 0,0995 N V pipet = 10 ml

Berat sampel = 10 ml = 10000 mg V titrasi = 43,3 ml

BM CH3COOH = 60 Ditanya : Kadar asam asetat... (%)? Penyelesaian : BM CH3COOH (Ar C = 12; H = 1; O = 16) BM CH3COOH = 12 + 3 + 12 + (16x2) + 1 = 60 % asam asetat = = = 0,258501 x 100% = 25,8501 % b. Percobaan kedua

Diketahui : V labu ukur = 100 ml N NaOH = 0,0995 N V pipet = 10 ml

Berat sampel = 10 ml = 10000 mg V titrasi = 43,5 ml

BM CH3COOH = 60 Ditanya : Kadar asam asetat... (%)? Penyelesaian :

(19)

% asam asetat =

=

= 25,9695 % % Kadar asam asetat =

=

= 25,9098 % - Cuka Cap “Segitiga 79”

a. Percobaan pertama

Diketahui : V labu ukur = 100 ml N NaOH = 0,0995 N V pipet = 10 ml

Berat sampel = 10 ml = 10000 mg V titrasi = 14,0 ml

BM CH3COOH = 60

Ditanya : Kadar asam asetat... (%)? Penyelesaian :

% asam asetat =

=

= 8,358 % b. Percobaan kedua

Diketahui : V labu ukur = 100 ml N NaOH = 0,0995 N V pipet = 10 ml

Berat sampel = 10 ml = 10000 mg V titrasi = 13,8 ml

BM CH3COOH = 60 Ditanya : Kadar asam asetat... (%)

(20)

Penyelesaian :

% asam asetat =

=

= 8,2386 % % Kadar asam asetat =

=

= 8,2983 % - Cuka Cap “Ratu”

a. Percobaan pertama

Diketahui : V labu ukur = 100 ml N NaOH = 0,0995 N V pipet = 10 ml

Berat sampel = 10 ml = 10000 mg V titrasi = 11,2 ml

BM CH3COOH = 60 Ditanya : Kadar asam asetat... (%)? Penyelesaian :

% asam asetat =

=

= 6,6864 % b. Percobaan kedua

Diketahui : V labu ukur = 100 ml N NaOH = 0,0995 N V pipet = 10 ml

Berat sampel = 10 ml = 10000 mg V titrasi = 11,4 ml

BM CH3COOH = 60 Ditanya : Kadar asam asetat... (%) Penyelesaian :

(21)

% asam asetat =

=

= 6,8058 % % Kadar asam asetat =

=

(22)

DAFTAR GAMBAR

Neraca Digital

Labu Ukur Pipet Ukur 10 ml

Gelas Kimia Erlenmeyer Buret Klem dan Statif

Referensi

Dokumen terkait

Larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya atau kepekatannya telah diketahui dan dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi zat yang lain yang digunakan dalam

Salah satu bahan kimia yang banyak digunakan adalah Amil asetat, Dalam industri amil asetat dapat digunakan sebagai bahan kimia untuk cat, bahan industri sablon, pencampuran

Larutan standard adalah larutan yang diketahui konsentrasinya, yang akan digunakan pada..

Titrasi adalah penambahan secara cermat suatu larutan yang mengandung zat yang konsentrasinya telah diketahui kepada larutan kedua yang mengandung zat yang konsentrasi dari zat

Analisis titrimetri adalah analisis kimia kuantitatif dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat ( larutan standart ), yang diperlukan

Pada metode standar adisi dilakukan penambahan analit yakni larutan standar asetosal yang telah diketahui konsentrasinya dengan variasi volume atau konsentrasi

Pada metode standar adisi dilakukan penambahan analit yakni larutan standar asetosal yang telah diketahui konsentrasinya dengan variasi volume atau konsentrasi

2.4 Titrasi alkalimetri titrasi merupakan suatu metode penetapan kadar suatu larutan dengan menggunakan larutan standar yang telah di ketahui konsentrasinya Cordobra dan candra 2012