• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR PT. KARSA HARYA MULYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR PT. KARSA HARYA MULYA"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kami panjatkan kehadirat Tuhan YM E, berkat bimbingan dan pertolongan-Nya, Kami mampu menyelesaikan tahap selanjutnya dari kegiatan Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) di Kota Dumai. Dokumen ini merupakan Laporan Akhir Sementara, yang merupakan progress penyelesaian kegiatan Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) di Kota Dumai.

Terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah banyak memberi bantuan dan dukungan sehingga tahapan awal kegiatan dapat terlaksana dengan baik.

Tiada gading yang tak retak, kami menyadari laporan ini masih memiliki banyak kekurangan. Untuk itu masukan dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan.

Terimakasih.

Pekanbaru, November 2011

(2)

DAFTAR ISI

DAE TAR 13

KATA PEN G A N T A R DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR G A M BA R BAB I. P EN D A H U LU A N 1.1 ... Latar Belakang... I - 1 1.2 .. Tujuan dan Sasaran... I - 2 1.2.1 T u juan ... I - 2 1.2.2 Sasaran... I - 2 1.3 .. Ruang Linkup... I - 2 1.3.1 Lingkup Kegiatan... I - 2 1.3.2 Lingkup W ila y a h ... I - 3 1.4 Kedudukan R P K P P ... I - 3 1.5 .. M etoda Pelaksanaan... I - 4 1.6 .. Keluaran... I - 5 1.7 .. Sistematika Pembahasan... I - 6

BAB II. T IN JA U A N KEBIJAKSAN A AN DAN STRATEGI P E M B A N G U N A N

2.1. Tinjauan Kebijaksanaan dan Strategi Pembangunan... II - 1 2.1.1. Rencana Tata Ruang W ilayah Kota Dumau (R T R W ) 2009-2011... II - 1 2.1.2. Rencana Investasi Jangka Menengah Kota Dumai 2011 - 2015... II - 13 2.2. Tinjauan Kebijaksanaan di kawasan prioritas... II - 15

BAB III. T IN JA U A N M IK R O KAW ASAN P E R M U K IM A N PRIO RITAS, POTENSI & PERM ASALAH AN 3.1. Tinjauan Mikro Kawasan Permukiman Prioritas... III - 1

3.1.1. Kondisi Permukiman... III - 1 3.1.2. Kondisi Infrastruktur Kawasan... III - 6 3.1.3. Kondisi Sosial Ekonom i... III - 17 3.2. Potensi dan Permasalahan... III - 18 3.2.1. Fisik... III - 18 3.2.2. Ekonom i... III - 19 3.2.3. Sosial... III - 20 3.2.4. Tata Ruang... III - 20

(3)

BAB IV. KO N SEP & R EN C A N A PEN A N G A N A N KAW ASAN P E R M U K IM A N PRIO RITAS

4.1. Tujuan dan Sasaran Pengembangan Kaw asan... 4.2. Skenario Penanganan Kawasan Prioritas... 4.3. Konsep Penataan Kawasan Permukiman Prioritas... 4.4. Rencana Pengembangan Infrastruktur Kawasan ... 4.4.1. Rencana Pengembangan Jaringan Jalan dan Transportasi... 4.4.2. Rencana Pengembangan Jaringan Drainase ... 4.4.3. Rencana Pengembangan Air Bersih... 4.4.4. Rencana Pengembangan Air Limbah... 4.4.5. Rencana Pengembangan Persampahan... 4.5. Strategi Penanganan Kaw asan... 4.5.1. Strategi Penanganan... 4.5.2. Bentuk Program Penanganan Kawasan Prioritas...

BAB V. R EN C A N A AKSI P R O G R A M P E M B A N G U N A N K AW ASAN P E R M U K IM A N PRIO RITAS 5.1. Identifikasi Program Penanganan Berdasarkan Arahan S P P IP ... 5.2. Perumusan Rencana Aksi Program...

BAB VI. TA H A PA N PELAKSANAAN P R O G R A M P E M B A N G U N A N K AW ASAN P E R M U K IM A N 6.1 Prioritas Penanganan... 6.2 Tahapan Penanganan... 6.2.1 Sumber Pembiayaan... 6.2.2 Instrumen Kebijakan... 6.2.3 Pelaksanaan Program ... 6.3 Tahapan Pembangunan Fisik... 6.3.1 Pra Rencana... 6.3.2 Perencanaan... 6.3.3 Pelaksanaan ...

7.3.2 Konsep Penanganan Kawasan Pembangunan Tahap-I

IV - 1 7.4 Rencana Pembangunan Kawasan Tahap-I...

IV - 2 IV - 2 IV - 4 IV - 4 IV - 7 IV - 9 IV - 11 IV - 13 IV - 15 IV - 15 IV - 16 V - 1 V - 7 VI - 1 VI - 3 VI - 3 VI - 3 VI - 5 VI - 5 VI - 5 VI - 6 VI - 6

BAB VII. R EN C A N A P E M B A N G U N A N KAW ASAN P E N G E M B A N G A N TA H A P PERTAM A

7.1 Kriteria dan Indikator Pemilihan Lokasi ... VII - 1 7.2 Penetapan Lokasi Pembangunan Tahap I ... VII - 2

7.2.1 Kajian Potensi dan Permasalahan Kaw asan... VII - 2 7.2.2 Diskusi Partisipatif... VII - 3 7.2.3 Penentuan Kawasan Pembangunan Tahap Pertama... VII - 4 7.3 Konsep Penanganan Kawasan Pembangunan Tahap Pertama ... VII - 7 7.3.1 Kebutuhan Penanganan Kawasan Pembangunan Tahap Pertama... VII - 7

VI - 8 VI - 11

(4)

1.1. LATAR BELAKANG

Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan (PP No. 26 Tahun 2008). Kawasan permukiman mendominasi kawasan perkotaan yang membangkitkan kegiatan dan terus mengikuti, bahkan mengarahkan pengembangan kawasan lainnya dan akan mempengaruhi arah pengembangan kota yang bersangkutan. Setiap kawasan fungsional yang dikembangkan akan membutuhkan kawasan permukiman untuk mengakomodasi pertumbuhan penduduk yang beraktifitas di dalam kawasan yang tersebut.

Perkembangan kawasan tersebut pada dasarnya dapat digolongkan kedalam dua jenis, yaitu: (1) permukiman yang berkembang karena faktor historis dan (2) permukiman yang berkembang karena diciptakan. Permukiman yang pertama adalah permukiman yang telah berkembang sebelum suatu wilayah atau kota berkembang menjadi sangat pesat. Permukiman jenis ini umumnya ditengarai sebagai titik awal perkembangan suatu wilayah atau kota yang berkembang secara alami pada lokasi-lokasi yang berada dekat dengan sumber daya alam yang digunakan manusia untuk hidup seperti sungai dan lahan pertanian yang subur. Berkaitan dengan hal tersebut, umumnya permukiman jenis ini berkembang secara sporadis disekitar sumber daya alam tersebut. Untuk permukiman jenis yang kedua adalah jenis permukiman yang berkembang karena diciptakan oleh pengembang. Permukiman ini dikembangkan pada lokasi-lokasi yang umumnya berada dipinggiran kota untuk mengakomodir pertumbuhan pusat-pusat baru di pinggiran kota tersebut. Permukiman jenis kedua ini juga dikembangkan untuk meratakan perkembangan wilayah atau kota, serta memenuhi kebutuhan penduduk.

PENDAHULUAN

Berkenaan dengan kedua jenis tersebut, dalam suatu wilayah atau kota, perkembangan dari kawasan sangat rentan terhadap adanya perkembangan yang tidak terkendali. Adanya permintaan perumahan yang cukup tinggi, tidak diimbangai dengan ketersediaan lahan pengembangan kawasan permukiman yang memadai, menyebabkan perkembangan kawasan permukiman ini menjadi salah satu pemberi sumbangan

(5)

terhadap fenomena urban sprawl. Selain itu persoalan lain dari kawasan permukiman, yaitu munculnya perumahan liar dan permukiman kumuh, yang seringkali berdampak lebih lanjut pada meningkatnya tingkat kesenjangan masyarakat, tingginya tingkat krimininalitas, dan rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat.

Berkaitan dengan persoalan pembangunan yang muncul dari perkembangan kawasan permukiman, maka perlu dilakukan penanganan secara khusus, namun dalam konteks keruangan, penyelesaiannya tidak mungkin dilakukan secara bersamaan. Faktor luasnya kawasan permukiman dan banyaknya persoalan yang muncul, mengakibatkan perlu adanya upaya penanganan yang berbeda-beda bahkan terkadang bersifat sangat spesifik, disebabkan persoalan yang muncul memiliki potensi dalam mempengaruhi keberlanjutan pembangunan wilayah atau kota. Berdasarkan pertimbangan tersebut perlu adanya penanganan diidasarkan pada skala prioritas kawasan atau yang lazim dikenal Rencana Penanganan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP). Penentuan kawasan permukiman prioritas sendiri ditentukan berdasarkan hasil studi dari penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP).

Dalam kaitan dengan perencanaan pembangunan dan penyelenggaraan penataan ruang, RPKPP ini merupakan suatu hal yang baru bagi suatu kota. Selama ini bentuk penanganan kawasan permukiman yang ada seringkali belum didasarkan pada prioritas maupun kebutuhan kota secara komprehensif dan belum sepenuhnya berbasis pada penanganan kawasan. Mempertimbangkan perlunya keberadaan RPKPP bagi suatu wilayah atau kota, maka pada tahun anggaran 2011, Direktorat Jenderal Cipta Karya - Departemen Pekerjaan Umum melalui Direktorat Pengembangan Permukiman memberikan bantuan teknis terhadap penyusunan RPKPP yang terwadahi melalui kegiatan Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP).

1.2. T U JU A N DAN SASARAN 1.2.1. T U JU A N

Kegiatan ini bertujuan memberikan pendampingan kepada pemangku kepentingan di tingkat Kota/Kabupaten untuk dapat menghasilkan Rencana Pembangunan

Kawasan Permukiman Prioritas dengan muatan Rencana Program Investasi Jangka Menengah Infrastruktur Bidang Cipta Karya, serta rencana pembiayaan yang dilengkapi dengan rencana detail desain pada tahun pertama.

1.2.2. SASARAN

Berdasarkan tujuan tersebut, maka sasaran dari Kegiatan Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) ini adalah:

■ Terwujudnya peningkatan kapasitas pemangku kepentingan kota/ kabupaten dalam penyusunan RPKPP sebagai dokumen acuan dalam pelaksanaan pembangunan kawasan permukiman prioritas di kota/ kabupaten;

■ Terwujudnya interaksi dan keterlibatan masyarakat dalam proses rencana pembangunan kawasan permukiman prioritas melalui c o m m u n ity p a rtic ip a to ry a p p ro a ch (CPA);

■ Tersedianya instrumen penanganan persoalan pembangunan yang bersifat operasional pada kawasan permukiman prioritas yang dapat diacu oleh seluruh pemangku kepentingan di kota/kabupaten.

1.3. RU A N G LIN G KU P 1.3.1. Lingkup Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan rangkaian lingkup kegiatan sebagai berikut :

1. Melakukan kajian terhadap kebijakan, strategi, dan program pembangunan daerah berdasarkan dokumen kebijakan terkait yang telah tersedia dan dijadikan acuan pelaksanaan pembangunan oleh Pemerintah Daerah serta dokumen SPPIP yang telah/sedang dibuat.

2. Melakukan kajian mikro kawasan permukiman prioritas sesuai arahan dalam SPPIP melalui penyusunan profil rinci eksisting kawasan.

3. Bersama dengan pemangku kepentingan kota melakukan analisis mendalam tentang potensi dan persoalan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan pada kawasan permukiman prioritas.

(6)

4. Melakukan penyusunan konsep dan rencana penanganan pada kawasan permukiman prioritas.

5. Bersama dengan pemangku kepentingan kota dan kawasan menghasilkan:

• Rencana aksi program pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan pada kawasan prioritas selama 5 tahun dengan pendekatan perencanaan pastisipatif

• Pemilihan kawasan di dalam kawasan prioritas yang akan dilakukan pembangunannya pada tahun pertama (dilakukan penyusunan rencana penanganan secara lebih rinci dan operasional, dengan tingkat kedalaman skala perencanaan 1:1000)

6. Bersama dengan tim penyusun SPPIP mengikuti kegiatan kolokium yang akan dikoordinasikan oleh Direktorat Pengembangan Permukiman untuk memberikan pemaparan dan pembahasan capaian kegiatan.

7. Penyelenggaraan konsultasi publik untuk menjaring masukan terhadap konsep, rencana penanganan, dan rencana aksi program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan pada kawasan prioritas untuk jangka waktu 5 tahun Penyusunan Rencana Detail Desain (D e ta ile d E ngineering D esign/DED) untuk pelaksanaan tahun pertama di dalam kawasan yang meliputi infrastruktur bidang Cipta Karya yang disajikan dalam bentuk visual 3 dimensi (3D).

8. Melakukan diseminasi hasil penyusunan RPKPP kepada dinas/instansi terkait di kota bersangkutan.

1.3.2. Lingkup W ilayah

Secara Wilayah Kegiatan Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) ini dilakukan di Kota Dumai dan penunjukan Kawasan Permukiman Prioritas mengacu pada arahan yang terdapat dalam dokumen SPPIP.

1 - 3

1.4. KEDUDUKAN RPKPP

Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) dan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) hadir sebagai solusi untuk menjawab berbagai permasalahan kota dibidang pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan. Banyaknya permasalahan perkotaan, seperti; tidak meratanya penyediaan infrastruktur perkotaan, ketidaktersediaan lingkungan permukiman yang layak, dan tidak kunjung selesainya penyusunan rencana tata ruang daerah, tumpang tindihnya berbagai kebijakan terutama antara sp a tia l p la n dan d e v e lo p m e n t p la n membuat pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan tidak dapat ditangani secara optimal. Menyikapi berbagai permasalahan diatas maka suatu kota sudah selayaknya memiliki arahan kebijakan dan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang jelas yang dapat menjadi acuan bagi penerapan program- program pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang ada.

Kebutuhan penanganan permasalahan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan ini diharapkan dapat diselesaikan melalui program kegiatan penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP). RPKPP sebagai kelanjutan dari SPPIP merupakan penerjemahan dari strategi pengembangan dan pembangunan kota untuk pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan. Sehingga SPPIP dan RPKPP merupakan suatu kesatuan dan menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kebijakan pengembangan dan pembangunan kota secara keseluruhan. SPPIP dan RPKPP menjadi alat sinkronisasi berbagai perencanaan pembangunan dan penataan ruang yang ada terutama dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan. Arah pengembangan dan pembangunan kota untuk sektor permukiman dan infrastruktur perkotaan tersebut yang diturunkan ke dalam strategi rinci melalui kajian SPPIP kemudian dilanjutkan dalam kajian yang lebih operasional sampai kepada tingkat penyusunan rencana teknis melalui kajian RPKPP.

Dalam kaitannya dengan R T R W sebagai kebijakan spasial untuk pengembangan ruang, keberadaan SPPIP dan RPKPP juga tidak dapat dipisahkan. SPPIP dan RPKPP adalah penerjemahan dari arahan kebijakan untuk kawasan permukiman yang terdapat dalam

(7)

RTRW . Hal ini dapat dilihat dari lingkup SPPIP dan RPKPP yang lebih rinci dari RTRW . R T R W mencakup penanganan untuk seluruh kawasan, baik kawasan lindung, permukiman, perdagangan, dan sebagainya, sedangkan SPPIP dan RPKPP hanya fokus pada pembangunan kawasan permukiman yang telah diarahkan oleh R T R W dan secara lebih spesifik, RPKPP fokus pada kawasan permukiman prioritasnya saja. Begitupun dalam kaitannya dengan R P IJM yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum, SPPIP dan RPKPP ini juga akan menjadi penjembatan dengan R P IJM bidang cipta karya. SPPIP akan menjadi acuan kebijakan dan program investasi bidang cipta karya yang tertuang dalam RPIJM . Sedangkan RPKPP akan merinci program, indikasi kegiatan, serta alokasi pendanaan di dalam R PIJM dalam bentuk program dan kegiatan yang terukur dari sisi volume, biaya, dan lokasinya di setiap kawasan prioritas RPKPP.

Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPK PP) merupakan rencana aksi program strategis untuk penanganan permasalahan permukiman dan pembangunan infrastruktur keciptakaryaan pada kawasan prioritas di perkotaan. Dalam konteks pengembangan dan pembangunan kota, RPKPP dapat dipandang sebagai rencana sektoral bidang permukiman dan infrastruktur bidang cipta karya pada wilayah perencanaan berupa kawasan permukiman prioritas dengan kedalaman rencana teknis yang dituangkan dalam peta skala 1 : 5.000 dan 1 : 1.000. RPKPP yang merupakan penjabaran dari SPPIP untuk kawasan permukiman prioritas, tetap mengacu pada arah pengembangan dan pembangunan kota untuk bidang permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan.

Tidak seperti halnya rencana pembangunan kawasan permukiman lainnya , RPKPP memiliki karakteristik tersendiri yang menjadi kelebihannya, yakni:

• RPKPP selalu berorientasi pada penanganan kawasan permukiman yang mendapat prioritas pembangunan;

• Rencana pembangunan kawasan yang terdapat dalam RPKPP ini dilakukan secara logis dan bertahap sesuai kebutuhan;

• Rencana pembangunan kawasan yang dihasilkan memiliki jaminan pengimplementasian yang tinggi karena dalam penyusunannya melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang terkait termasuk masyarakat yang terkena dampak, serta mempertimbangkan kebijakan-kebijakan makro di atasnya; dan

• Produk yang dihasilkan dari RPKPP ini dapat langsung diimplementasikan pada sebagian kawasan pada tahun berikutnya, karena RPKPP ini mencakup juga perencanaan detail untuk kawasan pembangunan tahap 1.

Dengan karakteristik tersebut diatas maka RPKPP diharapkan dapat menjadi alat operasionalisasi dalam penanganan kawasan permukiman prioritas dan sebagai masukan dalam penyusunan RPIJM .

1.5. M ETO D A PELAKSANAAN

Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan beberapa metoda pendekatan berikut:

1. Pendekatan N orm atif

Pelaksanaan penyusunan RPKPP ini dilakukan dengan mengacu pada dokumen perencanaan dan kebijakan pembangunan yang yang sudah dimiliki kota tersebut.

2. Pendekatan Partisipatif dan Fasiiitatif

Proses penyusunan dilakukan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang terkait dengan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan. Pendekatan Fasilitatif dilakukan dalam bentuk memberikan pendampingan dalam proses penyusunan RPKPP kepada tim Pokjanis kota bersangkutan. Hal ini selain ditujukan untuk mendapatkan proses pembelajaran bersama di tingkat pemangku kepentingan daerah, juga untuk mendapatkan hasil yang disepakati bersama. Pendekatan partisipatif dilakukan dalam bentuk pembahasan konsep, rencana penanganan, dan rencana aksi program bersama pemangku kepentingan kota dan kawasan.

3. Pendekatan Teknis Akadem is

Proses penyusunan ini dilakukan dengan menggunakan metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademis, baik untuk teknik identifikasi, analisa, penyusunan strategi maupun proses pelaksanaan pengambilan kesepakatan.

(8)

Konsultan harus berperan sebagai pendamping bagi pemangku kepentingan kota, terutama pokjanis, dalam proses penyusunan RPKPP kota bersangkutan. Pada setiap tahapan kegiatan pihak konsultan harus dapat menyiapkan bahan, memfasilitasi dan mendukung pelaksanaannya.

FGD, merupakan kegiatan pertemuan dengan pemangku kepentingan untuk menjaring masukan tertentu dan dilaksanakan sebanyak minimal 3 (tiga) kali sesuai dengan tahapan pelaksanaan dan target capaian, akan melibatkan minimal 20 orang pemangku kepentingan.

• Kolokium, merupakan kegiatan yang akan dikoordinasikan Direktorat Pengembangan Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya, yang ditujukan untuk melakukan penyamaan pencapaian dari kegiatan penyusunan RPKPP Kota/Kab yang dilakukan di 3 region. Pihak Konsultan akan mengikuti kegiatan Kolokium dan melaporkan kemajuan pencapaian kegiatan maupun hasil kesepakatan di daerah dalam penyusunan RPKPP. Setiap kota diperkirakan akan melibatkan 2 orang dari tim konsultan, Satker PKP propinsi yang bersangkutan, 2 orang pokjanis.

Konsultasi Publik, merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk menjaring masukan dan penyepakatan dengan seluruh pemangku kepentingan pembangunan daerah. Kegiatan konsultasi publik dilakukan di kota tempat dilakukannya penyusunan RPKPP, melibatkan minimal 40 orang.

Diseminasi, merupakan kegiatan yang dilaksanakan pada akhir kegiatan dan ditujukan untuk menginformasikan seluruh hasil kegiatan khususnya RPKPP dan arahan Program yang telah disepakati, kepada dinas/instansi terkait dan pemangku kepentingan lainnya, yang akan terlibat dalam pembangunan kota tersebut, minimal melibatkan 40 orang.

Diskusi Pembahasan, merupakan kegiatan pembahasan laporan pelaksanaan kegiatan pada setiap tahapnya. Diskusi Pembahasan dilakukan bersama tim teknis dari pemberi kerja (Satker). Diskusi pembahasan dilakukan untuk pembahasan laporan pendahuluan, laporan antara, laporan akhir sementara dan laporan akhir kepada tim teknis dari pemberi pekerjaan.

1.6. KELUARAN

Keluaran yang dihasilkan dalam kegiatan Penyusunan RPKPP Kabupaten/Kota pada dasarnya mencakup dua hal, yaitu:

1. Dokumen Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP), yang memuat :

a. Profil kawasan permukiman prioritas berdasarkan arahan indikasi dalam SPPIP b. Kajian mikro kawasan permukiman prioritas berdasarkan arahan dalam SPPIP c. Potensi dan persoalan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman

perkotaan pada kawasan permukiman prioritas

d. Konsep dan rencana penanganan pada kawasan permukiman prioritas

e. Rencana aksi program pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan pada kawasan prioritas selama 5 tahun

f. 2 (dua) kawasan di dalam kawasan prioritas yang akan dilakukan pembangunannya pada tahap pertama (dilakukan penyusunan rencana penanganan secara lebih rinci dan operasional, dengan tingkat kedalaman skala perencanaan 1:1000)

g. Rencana Detail Desain (Detailed Engineering Design/DED) infrastruktur bidang Cipta Karya untuk kawasan priotitas yang pembangunannya akan dilaksanakan pada tahun pertama yang disajikan dalam bentuk tiga dimensi (3D).

h. Dokumen spasial terkait dengan konsep, rencana penanganan, rencana aksi programdalam skala :

• 1 : 5000 (untuk kawasan prioritas)

• 1 : 1000 (untuk kawasan pembangunan tahun pertama)

2. Dokumen hasil rangkaian penyelenggaraan kegiatan sebagai bahan untuk proses pemberian kekuatan hukum terhadap dokumen RPKPP. Dokumentasi profil kawasan dalam bentuk visual berupa tampilan video dokumentasi untuk menggambarkan kondisi eksisting fisik, kondisi masyarakat hingga potensi dan permasalahan kawasan prioritas.

(9)

1.7. SISTEM ATIKA PEM BAHASAN

Sistematika Laporan Akhir Sementara ini meliputi: BAB 1 : PEN D AH ULUAN

Bab ini berisi latar belakang kegiatan, tujuan dan sasaran, dan ruang lingkup, metode pelaksanaan dan keluaran yang dihasilkan.

BAB 2 : T IN JA U A N KEBIJAKSANAAN DAN STRATEGI PEM BA N G U N A N

Bab ini membahas tentang Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kota Dumai baik spatial plan maupun development plan serta kebijakan dan strategi pada kawasan prioritas.

BAB 3 : T IN JA U A N M IK R O KAWASAN PERM U K IM A N PRIORITAS, POTENSI DAN PERMASALAHAN

Bab ini membahas kondisi permukiman, infrastruktur kawasan permukiman dan kondisi sosial ekonomi kawasan serta menginventarisasi potensi dan persoalan pada Kawasan Permukiman Prioritas dalam empat dimensi yaitu; fisik, ekonomi, sosial dan tata ruang.

BAB 4 : KONSEP & RENCANA PEN AN G AN AN KAWASAN PER M U K IM A N PRIORITAS

Bab ini membahas tentang Tujuan dan Sasaran Pengembangan Kawasan, Skenario Penanganan Kawasan Prioritas, Konsep Penataan Kawasan Permukiman Prioritas, Rencana Pengembangan Infrastruktur Kawasan, dan Strategi Penanganan Kawasan.

BAB 5 : RENCANA AKSI PR O G R A M PEM BA N G U N A N KAWASAN PERM U K IM A N Bab ini membahas tentang Identifikasi Program Penanganan Berdasarkan Arahan SPPIP dan Rencana Aksi Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Kawasan Prioritas.

BAB 6 : TAHAPAN PELAKSANAAN PR O G R A M PEM BA N G U N A N KAWASAN PERM U KIM AN

Bab ini membahas tentang Prioritas Penanganan, Tahapan Penanganan dan Tahapan Pembangunan Fisik Kawasan Permukiman Prioritas.

BAB 7 : RENCANA PEM BA N G U N A N KAWASAN PEN G EM BA N G A N TAHAP - I

Bab ini membahas tentang Kriteria dan Indikator Pemilihan Lokasi, Penetapan Lokasi Pembangunan Tahap I dan Konsep Penanganan Kawasan Pembangunan Tahap Pertama.

(10)

2.1. T IN JA U A N KEBIJAKSAN AAN DAN STRATEGI PEM BA N G U N A N 2.1.1. Rencana Tata Ruang W ilayah Kota Dumai (R T R W ) 2009-2011

A. Kebijakan Pembangunan Internal Kota Dumai 1. Fungsi Pelayanan Umum

a. Meningkatkan posisi zona industri menjadi kawasan Industri dengan didukung sarana dan prasarana pendukung dalam pelayanan kepada investor.

b. Meningkatkan promosi dan kerja sama pada investor kota dalam peluang investasi.

c. Meningkatkan kerja sama secara propesional dan proposional pemerintahan lebih tinggi, antar pemerintah daerah, legislatif serta lembaga non pemenntah dalam pelayanan publik.

d. Meningkatkan penerimaan dan pendapatan daerah kota Dumai.

e. Pengembangan ekonomi dengan mempertimbangkan pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh baik pedesaan, secara serasi, selaras dan seimbang.

f. Pembangunan wilayah memperhatikan tata ruang dan pengelolaan pertanahan.

g. Menata, membangun, memaksimalkan, ruang terbuka hijau sehingga tercipta taman kota yang indah, asri dan teduh.

2. Fungsi Perumahan dan Fasilitas Umum a. Pekerjaan Umum

• Mempercepat pembangunan infrastruktur baik kualitas dan kuantitas serta sarana prasarana dalam pendukung kantong-kantong kawasan strategis dan kawasan lainnya Kota Dumai.

b. Perumahan Rakyat

• Meningkatkan sarana perumahan serta sarana dan prasarana air limbah/kotor di lingkungan permukiman dan menyediakan kebutuhan standard dan harga sebagai pedoman kegiatan pembangunan.

BABI!

TINJAUAN KEBIJAKSANAAN DAN

STRATEGI PEMBANGUNAN

(11)

• Mengembangkan sarana dan prasarana serta penunjang kebersihan lingkungan pemukiman dan penyediaan perumahan dan permukiman bagi masyarakat.

B. Arahan dan Strategi Internal Kota Dumai

Strategi Pembangunan yang ditetapkan untuk kurun waktu 2009-2030 adalah: 1. Meningkatkan kapasitas Pemerintahan Daerah dan kualitas pelayanan

administrasi publik.

2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar lebih berkemampuan dalam bidang intelektual dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, serta produktif dan memiliki etos kerja yang kuat.

3. Mengendalikan stabilitas keamanan dan ketertiban daerah agar terciptanya suasana yang kondusif bagi penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.

4. Pemberdayaan ekonomi kerakyatan agar adanya basis ekonomi yang kuat dan berakar pada potensi daerah yang riil.

5. Mengembangkan ekonomi yang disesuaikan dengan kondisi dan potensi daerah yang berskala besar di bidang jasa, industri, dan perdagangan, terutama yang berorientasi ekspor, penciptaan dan perluasan lapangan kerja, serta transformasi teknologi.

6. Pengendalian lingkungan hidup agar tercipta suasana kota yang bersih, sehat, nyaman dan harmonis serta melakukan pengendalian tata ruang yang telah ditetapkan agar serasi dan selaras dengan kemampuan dan daya dukung daerah.

7. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman yang sehat guna mendukung perwujudan sumber daya manusia yang berkualitas.

8. Memberdayakan kepariwisataan alam dan binaan serta seni budaya tempatan 9. Mempercepat pelaksanaan penerapan dan pemanfaatan kawasan khusus dari

Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat dalam Skala Regional, Nasioal dan Internasional

10. Mengembangkan Sarana dan Prasarana (Air Bersih, Listrik, Persampahan, dan Sanitasi) yang berbasis kerja sama dan Investasi

11. Mempercepat peningkatan Infrastruktur (Darat, Laut, dan Udara) dalam mendukung pengembangan kawasan-kawasan tertentu.

C. Rencana Struktur Ruang Kota

Rencana Struktur Ruang Kota Dumai menetapkan

1. Pusat Layanan Kegiatan Kota Dumai, yang terdiri dari; a. Pusat Pelayanan Utama Kota

b. Pusat Pelayanan Kota

c. Pusat Pelayanan Lingkungan

2. Rencana Sistem Prasarana Kota Dumai

a. Rencana Sistem Jaringan Transportasi Darat Kota Dumai

Dengan memanfaatkan sistem jaringan jalan Transportasi darat yang sekarang ada, maka hakikatnya secara sistem jaringan telah memadai untuk mampu menghubungkan kota Dumai dengan kota lain yang memiliki skala pelayanan yang setara yaitu kota Pekanbaru, kota Jambi, kota Medan. Akan tetapi melihat kondisi, dimensi dan kapasitas yang dimiliki sistem jaringan utama, yakni sistem jaringan jalan arteri primer yang menghubungkan kota Dumai dengan kota- kota utama tersebut saat sekarang belum cukup memadai, untuk itu di dalam perencanaan di dalam tahap perencanaan tahap ke satu, dan ke dua lebih ditekankan kepada upaya penyesuaian dimensi dari sistem jaringan jalan raya tersebut yaitu dengan upaya menetapkan ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang pengawasan jalan sebagai mana yang ditentukan berdasarkan standar dan kriteria sebagai jalan utama.

Rencana Prasarana Jalan Kota Dumai antara lain: • Jalan Arteri

Jalan Arteri adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah

(12)

N o .38 Tahun 2004 tentang Jalan). Rencana pembangunan jalan arteri primer hingga tahun 2030 di Kota Dumai terdapat 3 (tiga) rencana pembangunan jalan arteri primer, dengan rute yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Rencana Jalan Arteri Primer Kota Dumai 2030

Jenis Jalan

Rute Yang Dilewati

Arteri Primer 1 Teluk Binjai (Dumai Timur) - Kelurahan Bukit Batrem - Bandar udara Pinang Kampai - Kelurahan Bagan Besar (Kecamatan Bukit Kapur) - Kelurahan Bukit Nenas (Bukit Kapur) - Sungai Bersilang - Kelurahan Kayu Kapur (Bukit Kapur) - Kecamatan Mandau

Arteri Primer II Kelurahan Pangkalan Sesai (Dumai Barat) - Kelurahan Bagan Keladi - Kelurahan S.T.D Ichsan - Kelurahan Ratu Sirna - Kelurahan Mekar sari - Batas Kecamatan Dumai Barat dengan Kecamatan Bukit Kapur - Kabupaten Rokan Hilir

Arteri Primer III Kelurahan Bukit Batrem - Sungai - Batas Kecamatan Dumai Timur dengan Kecamatan Medang Kampai - Pertemuan dengan Jalan Kolektor Primer - Kelurahan Teluk Makmur - Pertemuan dengan Rencana Jalan Kolektor Primer (8 titik) - Kelurahan Guntung - Batas Kelurahan Guntung dengan Pelintung - Batas Kota Dumai dengan Kabupaten Bengkalis - Pertemuan dengan Rencaan Jalan Arteri Sekunder - Pertemuan dengan Rencana Jalan Kolektor Primer - Sungai Kapala Biruang - Sungai Selingsing - Tanjung Leban.

Sumber: RTRW2009-2030

Jalan Arteri sekunder merupakan jalan arteri dalam skala perkotaan (Undang-undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan ). Rencana pembangunan jalan arteri sekunder hingga tahun 2030 di Kota Dumai adalah rencana pembangunan jalan lingkar, dengan rute yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Rencana Jalan Arteri Sekunder Kota Dumai 2030

Jenis Jalan

Rute Yang Dilewati

Arteri Sekunder 1 Kelurahan Lubuk Gaung - Pertemuan dengan Rencana Jalan Kolektor Primer - Kelurahan Bangsal Aceh - Sungai Mesjid - Pertemuan dengan Rencana Jalan Arteri Primer - Kelurahan Bukit Nenas - Pertemuan dengan Jalan Arteri Primer - Kelurahan Kayu Kapur - Pertemuan dengan Rencana Tol - Kelurahan Gurun panjang - Pertemuan dengan Rencana Jalan Kolektor sekunder - Batas Kec. Medang Kampai dengan Kec. Bukit Kapur - Kelurahan Teluk Makmur - Kelurahan Gurun - Batas Kelurahan Guntung dengan Pelintung - Pertemuan dengan Rencana Jalan Arteri Sekunder (4 titik) - Sungai yang bermuara ke Selat Bengkalis.

Sumber: RTRW2009-2030

(13)

• Jalan Kolektor

Jalan Kolektor adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi. Jalan kolektor meliputi Jalan kolektor primer dan Jalan kolektor sekunder (Undang-undang No. 38 tahun 2004 tentang Jalan ).

Jalan Kolektor Primer

Jalan kolektor primer merupakan jalan kolektor dalam skala wilayah (Undang-undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan). Rencana pembangunan jalan kolektor primer hingga tahun 2030 di Kota Dumai terdapat 4 (empat) rencana pembangunan jalan kolektor primer, dengan rute yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Jenis Jalan

Rute Yang Dilewati

Rencana Kolektor Primer 1 Rencana kolektor Primer 1 melewati beberapa Kelurahan yang di lewati Desa-desa dan Sungai-sungai di kelurahan masing-masing seperti Kelurahan Sukajadi, Kelurahan Rimba Sekampung, Kel Pangkalan Sesai, Kelurahan Purnama, Kelurahan Bangsal Aceh, Kelurahan Lubuk Gaung, kelurahan Tanjung Penyembal, Kelurahan basilam Baru, dan Kelurahan Batu Teritip, melewati pula Desa Dumai Kota, Desa Rimba Sekampung, Desa Pangkalan Sesai, Desa Yakta Pena, Desa Purnama, Desa Batang Merawa, Desa Simpang Cempedak, Desa Pematang Hibul, Desa Bangsal Aceh, Desa Lubuk Gaung, Desa Tiang Jung dan melewati Sungai-sungai, Sungai Nerbit, Sungai mapu Kiri, Sungai mampu Kanan, Sungai Teras, Sungai Buluhala, Sungai Geniot, Sungai Sentauhulu, Sungai Tianjung, Sungai Senepis Besar, Sungai Senepis Kecil, Sungai Tawar Kecil, Sungai Tawar Besar, Sungai Tengah Besar, Sungai Tengah Kecil, Sungai Saliyo, Sungai Teluk Dalam kiri, Sungai Teluk Dalam Kanan, Sungai Tiram, dan Sungai Sepi

Rencana Kolektor Primer II Rencana kolektor Primer II melewati beberapa Kelurahan yang di lewati Desa-desa dan Sungai-sungai di keluarhan masing-masing seperti Kelurahan Bagan Besar, Kelurahan Mekar Sari, Kelurahan Bagan Keladi, Kelurahan Bangsal Aceh, Kelurahan Lubuk Gaung, Tanjung Penyembal, melewati Desa Parit Delima dan Desa Parit Pisang mas, yang melewati pula Sungai Tambuan. jalan Kolektor Primer II ini berakhir dan menyatu dengan Rencana Kolektor Primer 1 di Kelurahan Basilam Baru.

Rencana Kolektor Primer III Rencana Kolektor Primer III hanya melewati Kelurahan-kelurahan dan Sungai-sungai Seperti Kelurahan Mundam, Kelurahan Makmur, Kelurahan Guntung, dan Kelurahan Pelintung yang melewati Sungai Kembeli Besar. Rencana Kolektor Primer IV Rencana Kolektor Primer IV melewati Kelurahan Sukajadi, Kelurahan Bulu

Kasap, Kelurahan Teluk Binjai dan Kelurahan Tajung Palas yang di lewati juga oleh Sungai.

(14)

Jalan Kolektor Sekunder

Jalan kolektor sekunder adalah Jalan kolektor dalam skala perkotaan (Undang-undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan). Rencana pembangunan jalan kolektor sekunder hingga tahun 2030 di Kota Dumai terdapat 7(tujuh) rencana pembangunan jalan kolektor sekunder, dengan rute yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Jenis Jalan

Rute Yang Dilewati

Kolektor Sekunder I Kelurahan Pelintung - PT. Batu Kapur Reksa - Kawasan Industri Pelintung - Kawasan Industri Prepat - Batas Kelurahan Guntung dengan Kelurahan Pelintung (Kecamatan Medang Kampai)

Kolektor Sekunder II Kelurahan Pelintung - Batas Kelurahan Pelintung dengan Kelurahan Guntung - Sungai Kembeli Besar - Kelurahan Teluk Makmur - Batas Kecamatan Bukit Kapur dengan Kecamatan Medang Kampai - Kelurahan Gurun Panjang - Pertemuan dengan Rencana Jalan Tol - Pertemuan dengan Rencana Jalan Arteri primer - Kelurahan Bagan Besar - Batas Kecamatan Bukit Kapur dengan Kecamatan Dumai Barat - Pertemuan dengan Rencana Jalan Arteri Primer B - Batas kecamatan Sungai Sembilan dengan Kecamatan Dumai Barat - Kelurahan Bangsal Aceh - Pertemuan dengan Rencana Jalan Kolektor Sekunder

Kolektor Sekunder III Kelurahan Teluk Makmur - Batas Kelurahan Mundam dengan Kelurahan Teluk Makmur - Batas Kelurahan Mundam dengan Kelurahan Tanjung Palas - Batas Kelurahan Tanjung Palas dengan Kelurahan Bukit Batrem Kolektor Sekunder IV Kelurahan Bukit Timah - Sungai Dumai - Pertemuan dengan Rencana

Arteri Sekunder Kelurahan Bukit Timah - Sungai Dumai - Kelurahan Bukit Datuk - batas Kelurahan Bagan Keladi dengan Kelurahan Purnama - Pertemuan dengan Rencana Jalan Kolektor Primer

Kolektor Sekunder V Kelurahan Bangsal Aceh - Batas Kelurahan Bangsal Aceh dengan Kelurahan Lubuk Gaung - Pertemuan dengan Rencana Jalan Arteri Sekunder - Pertemuan dengan 3 Titik Rencana Jalan Kolektor Sekunder lainnya

-Kolektor Sekunder VI Kelurahan Lubuk Gaung - Batas Kelurahan Lubuk Gaung dengan Kelurahan Tanjung Penyembal - Sungai Mampu - Batas Kelurahan Tanjung Penyembal dengan Kelurahan Basilam Baru - Pertemuan dengan rencaan Jalan Kolektor Primer

-Kolektor Sekunder VII Kelurahan Basilam Baru - Sungai - Kelurahan Basilam Baru Sumber : RTRW Kota Dumai 2009 - 2030

b. Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Energi Kota Dumai

Energi listrik Sampai akhir tahun 2009 pelanggan PLN Cabang Dumai didominasi oleh pelanggan sektor Rumah Tangga dan diperkirakan secara total mencapai 37.651 pelanggan, yang terdiri dari pelanggan sektor Rumah Tangga sebesar 32.251, pelanggan sektor Komersial 4.244, pelanggan sektor Industri 24 perusahaan serta pelanggan Publik dan Sosial 1.132. Secara

rata-rata selama periode 2004 - 2009 jumlah pelanggan tumbuh sebesar 2,4 % per tahun.

Pembangunan infrastruktur kelistrikan tahun 2030 diarahkan pada pengembangan transmisi dengan cakupan pelayanan yang disesuaikan dengan pertambahan jumlah penduduk, adanya pengembangan kawasan- kawasan baru, peningkatan jumlah/produksi industri, dan meningkatkan supply untuk kebutuhan sarana dan prasarana/fasilitas umum kota.

Berdasarkan hasil perhitungan, daya tenaga listrik yang akan didistribusikan ke konsumen pada tahun 2030 mencapai 113.949 M VA ditambah supply perusahaan (Captive Power) sebesar 62.500 KVA. Sehingga daya yang dapat didistribusikan sebesar 139.721 KVA . Untuk dapat memenuhi kebutuhan listrik tersebut diperlukan adanya suatu alternatif berupa pembangunan pembangkit tenaga listrik baru. Pembangkit listrik baru memanfaatkan potensi sumber daya energi primer yang ada, baik dari sumber energi yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan.

c. Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Sumber Daya Air Kota Dumai. Pada saat ini air bersih di kota Dumai diperoleh dari berbagai sumber diantaranya Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM ), Pertamina, PT. Pelindo, dan Sumur-sumur galian masyarakat. Volume air bersih yang disediakan oleh PDAM dengan kapasitas 318.387 m3 per Tahun belum dapat memenuhi kebutuhan penduduk Kota Dumai secara keseluruhan. Diperkirakan kebutuhan air bersih untuk penduduk Kota Dumai yang jumlahnya sekitar 250.592 jiwa, perkantoran, Instansi Pemerintah dan industri mencapai 42.099.603 liter per hari. Kekurangan pasokan air bersih tersebut telah mengharuskan masyarakat mencari solusi alternatif yaitu dengan membuat sumur-sumur galian di lingkungan dimana mereka tinggal. Untuk itu, Pemerintah Kota Dumai merencanakan pengembangan air bersih di Kota Dumai yang berasal dari Sungai Mesjid dan Sungai Rokan.

(15)

Sasaran utama penyediaan air bersih adalah bagaimana masyarakat dapat menikmati air bersih dengan harga yang terjangkau. Sesuai dengan Rencana dan target kerja, penyaluran air bersih yang dikerjakan saat ini diperuntukan bagi 25.000 pelanggan, dengan dua tahap pelaksanaan hingga tahun 2010. Pelaksanaan kerja pengadaan air bersih yang dilaksanakan saat ini hanya mampu menjangkau Kecamatan Dumai Timur dan Dumai Barat. Sementara Kecamatan lainnya tetap diupayakan Pemerintah Kota Dumai dengan memanfaatkan mesin pompa. Untuk kawasan Jaya Mukti tetap akan mendapatkan air bersih, namun masuk tahap kedua pada tahun 2010. Kecamatan Bukit Kapur, Medang Kampai dan Sungai Sembilan saat ini belum mendapatkan pelayanan air bersih.

Pengembangan prasarana air bersih Kota Dumai ditargetkan kepada peningkatan kuantitas, kontinuitas dan kualitas penggunaan air bersih didukung dengan pengembangan Instalasi Pengolahan Air (IPA). Sumber air baku dari Sungai Masjid pada dasarnya sudah tidak layak untuk dikonsumsi, jika tetap diolah sebagai air minum membutuhkan biaya operasional yang tinggi termasuk maintenance-nya. Pengembangan direalisasikan pada penentuan lokasi intake baru, yaitu Sungai Rokan. Hal ini didasarkan pada kuantitas, kontinuitas dan kualitas, sumber air baku yang lebih layak untuk disupply ke Kota Dumai. Lokasi intake direncanakan terletak di Desa Rantau Bais kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir. Sedangkan penempatan lokasi IPA direncanakan terletak di dekat intake eksisting Sungai Masjid.

d. Rencana Prasarana Drainase Kota Dumai

Jaringan drainase Kota Dumai dapat digolongkan dalam tiga jenis saluran yaitu jaringan primer, sekunder dan tersier. Sistem drainase Kota Dumai dibedakan atas drainase alamiah dan drainase buatan. Drainase yang terdapat di sepanjang tepi jalan yang merupakan saluran sekunder dan

tersier sedangkan saluran primer berupa sungai bermuara di Selat Rupat/Malaka.

Topografi Kota Dumai relatif datar, sehingga proses aliran air hujan agak lambat. Genangan yang masih menimbulkan masalah adalah genangan akibat meluapnya air dari saluran drainase sekunder dan tersier pada saat musim hujan, yang karenanya kurang optimalnya (tertatanya) sistem jaringan drainase maupun arah aliran yang belum terbentuk/terintegrasi dan juga belum adanya pembuatan gorong-gorong (Box Culvert). yaitu di beberapa daerah pemukiman dan badan jalan, tepatnya di sebagian wilayah Kelurahan Buluh Kasap, Laksamana. Pangkalan Sesai, Purnama, Teluk Binjai dan Jaya Mukti yang merupakan daerah cekungan. Di samping itu, tinggi pasang surut air laut juga merupakan kendala bagi penanganan sistem drainase, sehingga berpengaruh terhadap kelancaran proses pelimpahan air ke laut.

Dalam merencanakan sistem drainase kota Dumai perlu sekali menyisihkan daerah-daerah yang dapat digunakan untuk menampung aliran air hujan (daerah-daerah rendah). Rencana drainase harus menjadi dua sistem yang terpisah, yaitu sistem drainase untuk hujan permulaan dan sistem drainase pokok. Sistem drainase hujan permulaan ialah bagian dari sistem drainase keseluruhannya yang melayani aliran maksimum dari hujan permulaan. Di dalam sistem ini termasuk parit, selokan dan saluran tepi jalan, gorong- gorong dan semua bangunan yang direncanakan untuk melayani aliran hujan awal. Sedangkan sistem drainase pokok mencakup sungai dan saluran alami, saluran pembuang buatan, dataran penampung banjir, jalan besar. Sistem drainase pokok harus mempunyai kapasitas cukup untuk melayani banjir-banjir sungai dan saluran dengan daerah aliran lebih dari 100 hektar, dengan masa ulang 20 tahun.

(16)

e. Rencana Prasarana Pengelolaan Lingkungan Kota Dumai

Tumpukan sampah masih terlihat di beberapa sudut Kota Dumai. Dinas terkait selama ini terkesan hanya fokus dalam menanggulangi sampah- sampah yang berserakan di kawasan pasar dan jalan raya pusat kota saja, sementara di kawasan jalan kecil, gang perumahan masyarakat banyak yang belum tersentuh. Parahnya lagi, tidak sedikit saluran air yang dijadikan warga sebagai tempat pembuangan sampah. Hal ini karena tidak tersedianya Tempat Pembuangan Sampah (TPS) di sekitar daerah permukiman masyarakat.

Masalah persampahan yang ada dikawasan permukiman atau sudut-sudut kota Dumai adalah masyarakat masih seenaknya membuang atau menumpuk sampah di sembarang tempat seperti tanah kosong atau parit. Tumpukan sampah di parit akan menyebabkan saluran air menjadi tersumbat/tidak lancar sehingga berpotensi terjadinya banjir. Ini butuh solusi, salah satunya dengan menyediakan bak sampah di banyak tempat.

Jumlah produksi sampah rata-rata per hari di Kota Dumai ± 120 m2 dan ditampung dalam tong/bak-bak yang ditempatkan di kawasan permukiman, pertokoan, pasar, perkantoran dan lain-lain. Sampah tersebut dikumpulkan di lokasi TPS dalam bak kayu dan bak container yang terdapat di 3 (tiga) kelurahan & 1 pasar, antara lain Kelurahan Buluh Kasap, Kelurahan Sukajadi, dan Kelurahan Rimba Sekampung, serta di lokasi Pasar Inpres Sukajadi. Adapun wilayah-wilayah/route yang dilayani oleh truk sampah adalah Jalan Jend. Sudirman, Jalan Sultan Syarif Kasim, Jalan Merdeka, Jalan Sukajadi, Jalan Datuk Laksamana, Jalan H.R. Soebrantas, Jalan Patimura, Jalan Sungai Masang, Jalan Budi Kemuliaan (200 meter dari lokasi pengumpulan), Jalan Yos Sudarso (300 meter dari lokasi pengumpulan).

Kinerja pelayanan persampahan Kota Dumai baru mampu melayani Kecamatan Dumai Barat dan Dumai Timur dan baru melayani sekitar 5 3 %

dari 2 (dua) kecamatan tersebut. Menyikapi permasalahan tersebut, DTKKP diharapkan terus melakukan upaya-upaya perbaikan kinerja pelayanannya, hingga akhir tahun 2006 ketersediaan prasarana angkut sampah dan operasional kebersihan terus ditingkatkan. Operasional persampahan Kota Dumai saat ini didukung oleh armada angkut berupa 18 dump truck (DT) berkapasitas, 5 ambrol, dan 14 bak kontainer berkapasitas 6 m3, kapasitas angkut sampah per hari sebesar 60 m3. Peningkatan kinerja persampahan diharapkan dengan terbangun TPA (Tempat Pembuangan Akhir) baru.

D. Rencana Pola Ruang Kota

1. Rencana Penanganan Kawasan Sempadan Pantai

Di dalam upaya untuk mencegah kerusakan pantai lebih lanjut adalah dengan menetapkan kawasan sempadan pantai sesuai dengan ketentuan berlaku yakni daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Upaya lain untuk mencegah kerusakan pantai adalah dengan mempertahankan kelestarian hutan mangrove yang sudah ada, serta mengendalikan kemungkinan pengembangan pelabuhan di sepanjang pantai terutama pelabuhan khusus industri, menyediakan IPAL khusus untuk kawasan industri sebelum membuang limbahnya ke pantai, memperketat peraturan untuk tidak membangun di kawasan sempadan pantai dan bila sudah menjadi kawasan terbangun diupayakan menyediakan kawasan hijau guna meminimalisasi bencana erosi.

2. Rencana Penanganan Kawasan Sempadan Sungai

Sempadan sungai yang ditetapkan di Kota Dumai adalah kawasan sepanjang kiri dan kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Tujuan dari penetapan sempadan sungai di Kota Dumai ini adalah upaya Perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.

(17)

Penetapan sempadan sungai di kota Dumai ini mengikuti peraturan-peraturan sebagai berikut:

• Sekurang-kurangnya 100 meter di kiri kanan sungai besar dan 50 meter di kiri kanan anak sungai yang berada di luar pemukiman.

• Untuk sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10-15 meter.

Kegiatan yang diperbolehkan pada kawasan sempadan Sungai antara lain : • Sempadan Sungai ditetapkan berupa daratan sepanjang tepian Sungai dengan

lebar paling sedikit 50 (limapuluh) meter di tepi sungai.

• Penetapan sempadan Sungai ini juga untuk kepentingan arahan pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau.

Selain kegiatan-kegiatan yang diperbolehkan, kawasan sungai juga memiliki larangan-larangan untuk kegiatan sebagai berikut :

• Pendirian bangunan kecuali bangunan yang dimaksudkan untuk pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air.

• Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman rekreasi. 3

3. Rencana Penanganan Kawasan Permukiman

Kawasan Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung , baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan penghidupan. Kawasan Permukiman, terdiri dari permukiman perdesaan dan perkotaan. Sebagai kawasan budidaya maka permukiman diarahkan dalam kajian lokasi dan fungsi masing-masing permukiman, terutama dikaitkan dengan karakter lokasi, misalnya di pegunungan, dataran tinggi, permukiman pantai, dan sebagainya. Fungsi utama Kawasan peruntukan permukiman adalah sebagai lingkungan tempat tinggal dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan penghidupan masyarakat sekaligus menciptakan interaksi sosial dan menjadi sekumpulan

tempat hunian dan tempat berteduh keluarga serta sarana bagi pembinaan keluarga.

a. Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan untuk pengembangan permukiman di Kota Dumai harus memenuhi prasyarat sebagai berikut :

• Topografi kawasan haruslah datar sampai maksimum bergelombang (kelerengan lahan 0 - 2 5 % )

• Tersedia sumber air, baik air tanah maupun air yang diolah oleh penyelenggara pengembang permukiman dengan jumlah yang cukup. Dalam hal air bersih untuk permukiman tersebut disuplai oleh PDAM Kota Dumai maka dipersyaratkan antara 60 liter/org/hari - 100 liter/org/hari.

• Kawasan permukiman harus dipilih agar tidak berada pada daerah rawan bencana (banjir, erosi, abrasi).

• Pengembangan dan pembangunan drainase harus baik dan sekurang- kurangnya sedang.

• Tidak diizinkan pada wilayah: sempadan sungai/pantai/waduk/ danau/mata air/saluran pengairan/rel kereta api dan daerah aman penerbangan.

• Tidak di kembangkan pada berada kawasan lindung atau kawasan yang direncanakan untuk dikembangkan menjadi kawasan lindung.

• Tidak diperkenankan dikembangkan pada kawasan budi daya pertanian/ kawasan penyangga (b u ffe r zone).

• Tidak diperkenankan mengembangkan pada kawasan yang terdapat sawah irigasi teknis.

b. Kriteria dan batasan teknis pengembangan permukiman di Kota Dumai • Untuk pengembangan perumahan baru maka penggunaan lahan

disyaratkan 4 0 % - 6 0 % dari luas lahan yang ada, dan untuk kawasan- kawasan tertentu disesuaikan dengan karakteristik serta daya dukung lingkungan.

(18)

Kepadatan bangunan dalam satu pengembangan kawasan baru perumahan tidak bersusun maksimum 50 bangunan rumah/ha dan dilengkapi dengan utilitas umum yang memadai.

Memanfaatkan ruang yang sesuai untuk tempat bermukim di kawasan peruntukan permukiman di perdesaan dengan menyediakan lingkungan yang sehat dan aman dari bencana alam serta dapat memberikan lingkungan hidup yang sesuai bagi pengembangan masyarakat, dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup.

Kawasan perumahan yang dikembangkan di Kota Dumai harus dilengkapi dengan :

- Sistem pembuangan air limbah yang memenuhi SNI 03 - 1733 - 2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan

- Sistem pembuangan air hujan harus mempunyai kapasitas tampung yang cukup sehingga lingkungan perumahan bebas dari genangan. Saluran pembuangan air hujan harus direncanakan berdasarkan frekuensi intensitas curah hujan 5 tahunan dan daya resap tanah. Saluran ini dapat berupa saluran terbuka maupun tertutup. Dilengkapi juga dengan sumur resapan air hujan mengikuti SNI 03 - 2453 - 2002 tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan. Juga diprasyaratkan harus dilengkapi dengan penanaman pohon

- Prasarana air bersih harus memenuhi syarat, baik kuantitas maupun kualitasnya. Kapasitas minimum sambungan rumah tangga 60 liter/ orang/hari dan sambungan kran umum 30 liter/orang/hari

- Sistem pembuangan sampah permukiman yang dikembangkan, harus mengikuti ketentuan SNI 03 - 3242 - 1994 tentang Tata Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman.

• Penyediaan kebutuhan sarana pendidikan di kawasan peruntukan permukiman harus berkaitan dengan jenis sarana yang disediakan, jumlah penduduk pendukung, luas lantai dan luas lahan minimal, radius pencapaian, serta lokasi.

• Penyediaan kebutuhan sarana kesehatan di kawasan peruntukan permukiman harus berkaitan dengan jenis sarana yang disediakan, jumlah penduduk pendukung, luas lantai dan luas lahan minimal, radius pencapaian, serta lokasi.

• Penyediaan kebutuhan sarana ruang terbuka, taman, dan lapangan olahraga di kawasan peruntukan permukiman harus berkaitan dengan jenis sarana yang disediakan, jumlah penduduk pendukung, luas lahan minimal, radius pencapaian, dan kriteria lokasi.

• Penyediaan kebutuhan sarana perdagangan dan niaga di kawasan peruntukan permukiman harus berkaitan dengan jenis sarana yang disediakan, jumlah penduduk pendukung, luas lantai dan luas lahan minimal, radius pencapaian, serta lokasi.

• Pemanfaatan kawasan perumahan merujuk pada SNI 03 - 1733 - 2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nom or 1 Tahun 1987 tentang Penyerahan Prasarana Lingkungan, Utilitas Umum, dan Fasilitas Sosial Perumahan kepada Pemerintah Daerah.

• Dalam rangka mewujudkan kawasan perkotaan yang tertata dengan baik, perlu dilakukan peremajaan permukiman kumuh yang mengacu pada Instruksi Presiden Nom or 5 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kampung Kota.

Kota Dumai saat sekarang memiliki beberapa tipe permukiman yang telah ada, diantaranya adalah Komplek permukiman perencana, Komplek perumahan

(19)

umum, dan permukiman umum. Ketiga tipe permukiman tersebut relatif berbeda, disebabkan oleh kepentingan dasar yang melatarbelakangi pembangunan permukiman-permukiman tersebut.

Untuk kepentingan penyediaan kebutuhan perumahan di masa mendatang, telah direncanakan pengembangan kawasan khusus untuk pengembangan permukiman, yang mendukung kegiatan di kawasan industri Pelintung, dengan luas kawasan tersedia 40 Ha. Demikian juga, untuk penyediaan kebutuhan perumahan bagi karyawan dan penduduk yang mendukung kegiatan industri Kawasan Industri Lubuk Gaung telah dicadangkan kawasan yang diperuntukkan pembangunan perumahan. Dan untuk mengantisipasi perkembangan penduduk da perluasan lokasi kegiatan industri, maka di kecamatan Bukit Kapur, khususnya untuk mendukung pengembangan kawasan industri di Bukit Kapur, telah dicadangkan lahan untuk pengembangan perumahan. Sejalan dengan pengembangan pusat pemerintahan di lokasi baru, yaitu di kelurahan Bagan Besar Kecamatan Bukit Kapur, maka juga telah di persiapkan kawasan yang di cadangkan khusus untuk perumahan guna mendukung kegiatan pembangunan

pemerintahan baru di lokasi tersebut. 4

4. Rencana Penyediaan dan Penanganan Ruang Terbuka Hijau A. Tujuan

Tujuan untuk mengembangkan RTH di kota Dumai ini adalah untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup, sarana pengaman lingkungan perkotaan, menciptakan keserasian lingkungan alam dan lingkungan binaan. 1. Penyediaan fasilitas fasilitas lingkungan yang berkaitan dengan ruang

terbuka.

2. Melestarikan/melindungi lahan-lahan sarana daerah/lingkungan yang digunakan rekreasi di luar bangunan.

3. Preservasi dan perlindungan lahan-lahan yang rawan lingkungan hidup. 4. Pengamanan jaringan prasarana dan penyekatan-penyekatan (buffer)

antara fungsi-fungsi pemanfaatan lahan yang saling mengganggu.

5. Pemanfaatan nilai ekonominya sebagai sarana budidaya pertanian. 6. Memperbaiki iklim mikro dan pengatur tata air.

B. Prinsip-prinsip:

1. Memelihara keseimbangan ekosistem yang ada dengan presentase ruang terbangun dan tidak terbangun secara proporsional.

2. Pemeliharaan fungsi sosial dan rekreasi.

3. Pemeliharaan kualitas lingkungan secara estetis.

4. Menjaga keberadaan ruang terbuka dengan fungsi konservasi bagi kawasan cagar budaya dan kawasan lindung lainnya (sepanjang aliran sungai ).

5. Memperbaiki kualitas ruang terbuka baik dari segi estetis maupun fungsi lainnya sepanjang aliran sungai/danau/pantai.

C. Kriteria

1. Lahan dengan luas paling sedikit 2.500 (dua ribu lima ratus) meter persegi 2. Berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur atau kombinasi dari bentuk

satu hamparan dan jalur.

3. Lahan didominasi komunitas tumbuhan.

D. Komponen yang diatur

Fasilitas lahan ruang terbuka meliputi ruang terbuka binaan dan ruang terbuka alami:

1. Penjabaran peruntukan lahan ruang terbuka binaan meliputi ruang terbuka olahraga dan rekreasi, ruang terbuka taman dan ruang terbuka bermain (fasilitas).

2. Penjabaran peruntukan lahan ruang terbuka alami meliputi ruang terbuka pertanian, ruang terbuka sempadan (pengaman) dan ruang terbuka konservasi.

(20)

3. Penjabaran kebutuhan ruang terbuka hijau didasarkan pada daya dukung penduduk, kerapatan bangunan, volume lalu lintas/tingkat polusi, dampak penting, beserta coverage areanya.

4. Penjabaran kebutuhan ruang terbuka hijau didasarkan pada daya dukung penduduk, kerapatan bangunan, volume lalu lintas/tingkat polusi, dan dampak penting.

Ruang terbuka yang dikembangkan di kota Dumai adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area atau kawasan maupun dalam bentuk area memanjang atau jalur dimana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan. Dalam ruang terbuka hijau pemanfaatannya lebih bersifat pengisian tanaman secara alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan dan sebagainya. Kriteria pengembangan kawasan ruang terbuka hijau merupakan suatu keterkaitan hubungan antara bentang alam atau peruntukan fungsi dengan kriteria vegetasi.

8. Pada tanah di wilayah perkotaan yang dikuasai badan hukum atau perorangan yang tidak dimanfaatkan dan atau ditelantarkan.

F. Standar Luas Menurut Kebutuhan 1. Taman Kecil

Berdasarkan standar PU, setiap 250 penduduk harus terdapat lahan atau lapangan kecil untuk bermain seluas 250 m2. Lokasi taman diusahakan di dekat fasilitas lain yang merupakan elemen pembentuk pusat lingkungan.

2. Taman sedang

Untuk penduduk 2.500 jiwa diperlukan kawasan terbuka dengan luas lahan 1.250 m2. Areal ini sebaiknya berupa taman dengan beberapa pepohonan dan sebuah lapangan olahraga yang dapat berfungsi ganda. Lokasi fasilitas sebaiknya di sekitar pusat kegiatan yang dapat bermanfaat juga untuk kegiatan lain di samping fungsinya sebagai kawasan penyegar.

E. Letak Lokasi

Ruang terbuka Hijau yang dikembangkan di kota Dumai, disesuaikan dengan kawasan-kawasan peruntukan ruang kota, yaitu :

1. Kawasan pemukiman (kepadatan tinggi, sedang, rendah), baik di kawasan kota Dumai lama maupun kawasan pengembangan baru

2. Kawasan industri, baik di Kawasan Industri Pelintung, Kawasan Industri Lubuk Gaung, maupun Kawasan Industri Bukit Kapur

3. Kawasan perkantoran, baik di kawasan perkantoran lama, maupun di kawasan perkantoran baru di kelurahan Bukit Kayu Kapur.

4. Kawasan pendidikan, yang tersebar di seluruh wilayah kota Dumai 5. Kawasan perdagangan, yang tersebar di wilayah pusat kota Dumai lama. 6. Kawasan jalur jalan, sungai dan jalur pengaman utilitas atau instalasi

7. Pada tanah yang bentang alamnya bervariasi menurut keadaan lereng dan ketinggian di atas permukaan laut serta kedudukannya terhadap jalur sungai, jalur jalan dan jalur pengaman utilitas.

Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Kota Dumai TA. 2011

3. Lapangan Olah Raga

Diperlukan pada kelompok penduduk dalam lingkungan permukiman yang telah memenuhi jumlah penduduk sebanyak 30.000 jiwa. Fasilitas ini digunakan untuk menampung aktivitas lapangan terbuka serta sebagai paru-paru kota. Luas area yang dibutuhkan 9.000 m2. Lokasi tidak perlu di pusat lingkungan tetapi di dekat sekolah atau pusat perkantoran pemerintah karena juga berfungsi sebagai penyekat kebisingan.

(21)

Peta ini digambarkan berdasarkan sumber data d a ri:

1. Peta Rupa Bumi BAKOSURTANAL Tahun 1984. Skala 1:50.000. Lembar 0817-31.33.34.51.52,53,54.61.62,64

2. Citra LandsatTM 17+, Tahun 2001

3 Peta-peta pada RTRWProvirrsi Riau, Edisi Revisi Tahun 2004 4 Peta-peta pada RTRW Kota Dumai, Edisi Revisi Tahun 2001-2011 5. Batas Kota Dumai berdasarkan RTRW P Riau No 10 Tahun 1994

disepakati pada 02 Oktober 2006

6. Survey Lapangan dengan menggunakan GPS, Navigator 2006 7 TATRALOK (Tataran Transportasi Lokal) Kota Dumai, 2005 8 Peta Hidrografi dan Oseanografi Lembar IV No 12,14

(22)

1

fl3

9

'L

U

RENCANA PERUNTUKAN

KAWASAN MENURUT RTRW

2009 - 2028

LEGENDA:

KAWASAN INDUSTRI

KAWASAN PERTANIAN / PERKEBUNAN

KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN

KAWASAN PERMUKIMAN PERTANIAN

KAWASAN PERTANIAN LAHAN BASAH

KAWASAN PERDAGANGAN REGIONAL

(23)

2.1.2. Rencana Investasi Jangka Menengah Kota Dumai 2011-2015 A. Arah Kebijakan

Salah satu Arah Kebijakan Pembangunan Kota Dumai Tahun 2011-2015 terkait dengan kegiatan penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas tertera dalam Misi Ke-4 yaitu;

M eningkatkan kualitas dan kuantitas

infrastruktur yang merata dan berkeadilan.

Strategi dan Arah Kebijakan yang akan dilaksanakan antara lain :

1. Urusan Pekerjaan Umum

a. Meningkatkan pembangunan transportasi dengan prioritas pada upaya peningkatan sarana dan prasarana untuk ketertiban dan kelancaran arus lalu lintas terutama pada pusat pemukiman perdangan kawasan terisolir dengan memperhatikan faktor keselamatan

b. Pengendalian dan penanggulangan prasarana infrastruktur dan lingkungan c. Meningkatkan kualitas infrastruktur

d. Meningkatkan pembangunan jaringan irigasi dan rawa

e. Meningkatnya pengembangan sarana dan prasarana aparatur pemerintah f. Menata, Meningkatkan jaringan sarana dan prasarana fasilitas perkotaan dan

lingkungan permukiman

g. Tersedianya sarana dan prasarana air bersih

h. Prasarana fasilitas perkotaan dan lingkungan permukiman

i. Meningkatnya pengembangan sarana dan prasarana aparatur pemerintah.

2. Urusan Penataan Ruang

a. Penyusunan Kebijakan Pengendalian Pemanfaatan ruang (RDTRK), Regulasi perizinan pemanfaatan ruang

b. Peningkatan Pengawasan Perizinan

c. Peningkatan penataan, pemeliharaan taman dan ruang terbuka hijau

d. Menyediakan sarana penerangan jalan Umum SKUTM, SKUTR pada wilayah yang belum terjangkau jaringan PLN

e. Peningkatan Sarana dan Prasarana Pelayanan

f. Peningkatan sarana prasarana tempat pemakaman umum TPU

3. Urusan Lingkungan H idup

a. Rehabilitasi pantai, penanaman kembali mangrove b. Penyusunan buku status lingkungan hidup kota dumai

c. Pengawasan Pelaksanaan kebijakan bidang lingkungan hidup

d. Penyediaan saran dan prasarana laboratorium pengujian/pemantauan pencemaran

e. Penyusunan dokumen UKL/UPL bagi kelengkapan perizinan

B. Kebijakan Umum dan Program Pembangunan

Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Kota Dumai lima tahun ke depan merupakan kelanjutan dari kebijakan pembangunan sebelumnya dan merupakan penjabaran dari Visi, Misi, Arah kebijakan. Terkait dengan kegiatan RPKPP maka Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Kota Dumai lima tahun ke depan terkait dengan misi ke-4, yaitu;

M eningkatkan Kualitas Dan Kuantitas infrastruktur

Yang Merata Dan Berkeadilan

Untuk lebih rincinya Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Pemerintah Kota Dumai untuk lima tahun kedepan (2011-2015) terkait dengan Misi ke-4 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

(24)

Tabel 2.1

ARAH KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMBANGUNAN PEMERINTAH KOTA DUMAI TAHUN 2011 - 2015

No Sasaran Arah Kebijakan Indikator Kinerja Program Pembangunan

Daerah

(1) (2) (3) (4) (5)

URUSAN WAJIB 3 Pekerjaan Umum

3.1. Tersedianya Jaringan jalan yang Mendukung Arus Kelancaran Lalu lintas Barang/Jasa

Pembangunan jaringan jalan/jembatan jaringan jalan Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik Program Pembangunan Jalan dan Jembatan

Pemeliharaan jalan/jembatan Panjang jalan Kab/Kota dalam kondisi baik ( > 40 KM/Jam ) Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan

Peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan Jumlah Sarana yang tersedia Program peningkatan sarana dan prasarana

kebinamargaan

3.2. Tersedianya Sarana prasarana Pencegah banjir

Pembangunan drainase, pintu air di wilayah perkotaan dan permukiman

Drainase dalam kondisi baik (pembuangan air tidak tersumbat)

Program Pembangunan Saluran Drainase/Gorong- gorong

Pembangunan turap/talud/beronjong pada daerah rawan

longsor Prosentase Pembangunan turap/talud/bronjong Program Pembangunan Turap/ Talud / Bronjong

Pemeliharaan sarana pencegah abarasi Jumlah sarana yang berfungsi Program Rehabilitasi / Pemeliharaan Talud / Bronjong

Rehabilitasi bantaran dan tanggul sungai Program Pengendalian Banjir

3.3. Tersediannya sarana dan prasarana air bersih Penyediaan instalasi jaringan air bersih Rumah tangga pengguna air bersih Program Pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa dan jaringan pengairan lainnya

3.4. Meningkatnya pelaksanaan pengelolaan persampahan Peningkatan Sarana dan prasana pelayanan Prosentase Penanganan Sampah Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan

4 Perumahan

4.1. Tersediannya Infrastruktur lingkungan perumahan dan permukiman yang bersih dan sehat

Menata, meningkatkan jaringan sarana dan prasarana fasilitas lingkungan perumahan dan permukiman

Jumlah kawasan pemukiman yang memiliki jalan penghubung yang dilewati kendaraan roda 4

Program Pembangunan Saluran Drainase/ Gorong- gorong

4.2. Terwujudnya hunian perumahan sederhana sehat

Pembangunan Rumah sederhana sehat Prosentase Rumah layak huni Program Pembangunan sarana dan Prasarana rumah

sederhana sehat Kegiatan stimulan untuk membantu pengentasan kemiskinan

(PNPM)

Cakupan penerima bantuan Program PNPM Mandiri

Perkotaan Program Pengembangan Wilayah

5 Penataan Ruang

5.1. Terwujudnya penataan ruang dan bangunan dalam Kota Dumai

Penyusunan Kebijakan Perencanaan, pemanfaatan dan

Pengendalian pemanfaatan ruang Jumlah Dokumen, Perencanaan dan Peraturan Perizinan Program Perencanaan Tata Ruang

Peningkatan Pengawasan Perizinan Jumlah Bangunan ber IMB Program Pemanfaatan Ruang

5.2. Tertatanya Taman Kota dan Ruang Terbuka Hijau

Peningkatan Penataan, pemeliharaan Taman dan Ruang

terbuka Hijau Rasio Ruang Terbuka Hijau persatuan wilayah ber HPL/HGB Program pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH)

Peningkatan sarana,prasarana tempat pemakaman umum

TPU Rasio Tempat Pemakaman Umum persatuan penduduk Program pengelolaan areal pemakaman

Referensi

Dokumen terkait

Pada materi Triad KRR Seksualitas, berdasarkan uji statistik bahwa ada pengaruh materi kesehatan reproduksi tentang seksualitas terhadap tingkat pengetahuan siswa

 Ana%isis $e$an kerja $ertujuan untuk menentukan $erapa jum%a pegaai +ang di$utukan untuk merampungkan suatu pekerjaan dan $erapa jum%a tanggung jaa$ atau $e$an kerja

Pemeriksaan medis dinilai dengan skor yang dihitung dari jayvaban contoh atas 12 pertanyaan mengenai tinggi badan, berat badan, pemeriksaan perut, pemeriksaan

Varietas Unggul Baru Inpari-19 layak diadopsi petani karena dari aspek teknis dapat meningkatkan hasil panen GKP, dari aspek ekonomis dapat meningkatkan keuntungan

Menetapkan Anak-anak Penerima Manfaat Program Pengurangan Pekerja Anak Dalam Mendukung Program Keluarga Harapan Tahun 2015, dengan daftar nama sebagaimana tercantum dalam Lampiran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Konsep Fraud Triangle (tekanan, peluang, dan rasionalisasi) berpengaruh signifikan secara simultan dan

Lembar evaluasi ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi dari Bapak/Ibu sebagai ahli media mengenai kelayakan media pembelajaran CD interaktif berbasis Adobe

Pengujian yang dilakukan untuk hipotesis H1, H2, H3 dengan variabel kinerja keuangan perusahaan Rasio Profitabilitas yaitu ROA, ROE, dan NPM membuktikan bahwa tidak