• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Di dalam profil web BAPEPAM yang di akses tanggal 30 April 2015, dijelaskan kegiatan jual beli saham dan obligasi dimulai pada abad-19. Menurut buku Effectengids yang dikeluarkan oleh Verreniging Voor den Effectenhandel pada tahun 1939, jual beli efek telah berlangsung sejak 1880.

Pada tanggal 14 Desember 1912, Amsterdamse Effectenbueurs mendirikan cabang bursa efek di Batavia. Dengan berkembangnya pasar modal di Batavia yang semakin pesat sehingga menarik masyarakat kota lainnya. Untuk menampung minat tersebut, pada tanggal 11 Januari 1925 di kota Surabaya dan 1 Agustus 1925 di Semarang resmi didirikan bursa. Namun pada tanggal 17 Mei 1940 seluruh kegiatan perdagangan efek ditutup karena adanya pengaruh Perang Dunia II.

Kemudian pada tahun 1950 yang bertepatan setahun setelah pemerintahan Belanda mengakui kedaulatan RI, pemerintah mengeluarkan obligasi Republik Indonesia. Peristiwa ini menandai mulai aktifnya kembali Pasar Modal Indonesia. Kemudian pemerintah RI membuka kembali Bursa Efek di Jakarta pada tanggal 31 Juni 1952, setelah terhenti selama 12 tahun.

Pada tanggal 10 Agustus 1977 berdasarkan Kepres RI No. 52 tahun 1976 pasar modal resmi diaktifkan kembali dan mulai ada beberapa perusahaan go public. Fahmi dan Hadi (2009) menerangkan bahwa sejak dibuka kembali pada tahun 1977 pasar modal diawasi dan dilaksanakan oleh BAPEPAM, badan yang

(2)

berada di dalam lingkungan Departemen Keuangan. Pelaku pasar modal di samping BAPEPAM adalah perusahaan-perusahaan efek, yang menjadi perantara antara perusahaan yang membutuhkan dana (emiten) dan para pemilik dana (investor), para akuntan, notaris, penasihat hukum, dan para penilai, yang menduduki tempat vital dalam konfigurasi pasar modal.

Pada tanggal 13 Juli 1992 pengelolaannya diserahkan kepada pihak swasta, seperti lazimnya hampir di seluruh dunia. Sejak saat itu BAPEPAM beralih fungsi dari pelaksana menjadi pengawas. Perkembangan pasar yang begitu cepat menghendaki adanya efisiensi kerja dan bursa harus diotomatisasi. Inilah yang melahirkan JATS (Jakarta Automated Trading System), yang diperkuat dengan dukungan Undang-Undang pada tanggal 22 Mei 1995.

Kemudian pada tanggal 11 September 2001 yang merupakan hari bersejarah bagi BEI dimana dimulainya pembangunan Sistem Integrator (SI) proyek Remote Trading yang berfungsi sebagai alat penunjang yang paling aman, praktis, terintegrasi, bebas human error dan dapat memperoleh informasi real time dalam melakukan transaksi. Remote Trading juga dilengkapi dengan sarana dan mekanisme disaster recovery untuk menghindari gangguan-gangguan akibat keterbatasan sarana perdagangan lantai bursa. Dengan sistem ini, BEI dapat memperlebar jangkauan infrastruktur untuk memperluas akses pasar modal. Pengujian System Remote Trading mulai dilakukan pada tanggal 12-24 Februari 2002, live prototype 13 AB dimulai pada tanggal 4 Maret 2002 dengan beberapa saham tertentu yang diterapkan kemudian.

(3)

Di tahun 2007, terjadi penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Peristiwa ini diikuti juga dengan peluncuran perdana sistem perdagangan baru PT. Bursa Efek Indonesia yakni JATS-NextG pada tanggal 02 Maret 2009. Sistem ini merupakan pengganti sistem JATS yang beroperasi sejak Mei 1995. Sistem semacam JATS Next-G telah diterapkan di beberapa bursa negara asing, seperti Singapura, Hong Kong, Swiss, Kolombia dan Inggris. JATS Next-G memiliki 4 mesin (engine), yakni : mesin utama, back-up mesin utama, Disaster Recovery Centre (DRC), dan back-up DRC. JATS Next-G memiliki kapasitas hampir tiga kali lipat dari JATS generasi lama.

2.2. Perkembangan Saham Pasar Modal Indonesia

Perkembangan Bursa Efek Indonesia diikuti juga dengan perkembangan saham yang terjadi di bursa. Berikut perkembangan saham yang diwakili oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun 2010 diawali dengan pembukaan pada tanggal 04 Januari 2010 yakni 2.575,41, pergerakan indeks terus meningkat hingga tanggal 09 Desember 2010 dengan posisi tertinggi 3.786,10 kemudian sempat turun hingga tanggal 20 Desember 2010 dan kembali naik pada posisi penutupan yakni 3.703,51.

Di tahun 2010, terdapat peristiwa yang menyebabkan indeks IHSG mengalami fluktuasi. Sirait et al. (2012) menjelaskan bahwa peristiwa tersebut karena adanya pergantian posisi Menteri Keuangan Sri Mulyani yang digantikan oleh Agus Dermawan Wintarto Martowardojo pada tanggal 19 Mei 2010.

(4)

Peristiwa ini mempengaruhi pasar modal yaitu mendorong kejatuhan bursa domestik dalam jangka pendek. Sekilas hal ini dapat dilihat dari pergerakan di BEI yang menunjukan respon positif pasar dari tanggal 3 Mei 2010 hingga 01 Juni 2010. Kenaikan indeks pasar ini dimungkinkan Agus Martowardojo yang dipilih langsung oleh presiden pada tanggal 19 Mei 2010 tidak kalah kinerjanya dibandingkan Sri Mulyani, karena diperkirakan Agus Martowardojo yang berasal dari dunia perbankan sehingga memahami betul manajemen risiko yang ada dalam hal pengelolaan keuangan. Selain itu, keberhasilan Agus Martowardojo sebagai direktur utama Bank Mandiri yang memiliki peran penting dalam keberhasilan Bank Mandiri juga cukup berpengaruh positif terhadap perubahan efisiensi pasar terlebih pada saham perusahaan perbankan.

Tabel 2.1 Deskripsi Perkembangan Saham

Deskripsi 2010 2011 2012 2013 2014 Saham Pembukaan IHSG 2,575.41 3,727.52 3,809.14 4,346.48 4,327.27 Penutupan IHSG 3,703.51 3,821.99 4,316.69 4,274.18 5,226.95 IHSG Terendah 2,475.57 3,269.45 3,654.58 3,967.84 4,175.81 IHSG Tertinggi 3,786.10 4,193.44 4,375.17 5,214.98 5,246.48 Perusahaan Tercatat 420 440 462 483 506 Emiten Listing 24 25 24 30 20 Perusahaan Delisted 1 5 4 7 1

Kapitalisasi Pasar (Rp. Trilyun) 3,247.10 3,537.29 4,126.99 4,219.02 5,228.04 Kapitalisasi Pasar (Milyar US$) 361.67 390.09 426.78 343.85 420.4

Volume Transaksi (Milyar

Saham) 1,330.87 1,203.55 1,053.76 1,342.66 1,327.02 Nilai Perdagangan (Rp.

Trilyun) 1,176.24 1,223.44 1,116.11 1,522.12 1,453.39 Frekuensi Transaksi (ribu kali) 25,919 28,023 29,941 37,499 51,457.61

Jumlah Hari Bursa 245 247 246 244 242

Rata-rata Perdagangan Harian

Volume (juta saham) 5,432.10 4,872.67 4,283.59 5,502.69 5,483.54 Nilai (Rp Milyar) 4,800.97 4,953.20 4,537.05 6,238.21 6,005.75 Frekuensi 105,790 113,454 121,712 153,686 212,635 Emisi

Saham (Rp Trilyun) 79.71 62.31 29.96 57.54 47.66

IPO Saham 29.78 19.7 10.35 16.73 8.30

(5)

Tahun 2011, pembukaan hari bursa sudah diawali dengan posisi 3.727,52. Namun setelah itu, indeks saham selalu berada di bawah level harga pembukaan hingga awal bulan April 2011 dan kembali naik hingga posisi tertinggi 4.193,44 pada tanggal 1 Agustus 2011. Kemudian di bulan September hingga awal Oktober, indeks harga saham anjlok hingga menyentuh pada level 3269,4.

Gambar 2.1 Grafik IHSG tahun 2010 – 2014 Sumber: BEI Data Diolah (2015)

IDX Newsletter bulan Desember 2011 menjelaskan bahwa fluktuasi terus mewarnai aktivitas pasar saham sebagaimana terefleksi pada pergerakan IHSG. Pemandangan cukup mencolok dalam kurun waktu satu bulan antara tanggal 17 Oktober – 16 November 2011. Krisis utang beberapa negara anggota zona Euro menjadi pemicu utama. IHSG sempat turun hingga posisi terendah di level 3622.03 pada 18 Oktober 2011. Kemudian setelah keputusan Yunani menyetujui menerima dana talangan pada tanggal 3 November dan disusul langkah

2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 4,500 5,000 5,500

4-Jan-10 4-Jan-11 4-Jan-12 4-Jan-13 4-Jan-14 IHSG Periode 1 Agust’11 4 Jan’10 2575 3 jan’11 3727 4 Okt’11 30 Des’11 3821 4 jun’12 3654 26 Nov’12 4375 20 Mei’13 5214 27 Agst’13 3968 19 nov’13 4970 30 Des’13 4274 30 Des’14 5226

(6)

pemerintah Italia, membuat IHSG rebound hingga level 3850 dan naik kembali ke posisi 3821,99 saat penutupan bursa.

Jika di tahun 2010 frekuensi hanya berkisar 25.919 ribu kali, maka sejak IHSG menembus di level 3.821, frekuensi transaksi langsung melesat di atas 2,1 juta kali tepatnya diposisi 28.023 ribu kali. Demikian halnya dengan kapitalisasi pasar yang sebelumnya hanya berkisar Rp. 3.247,1 trilyun, meningkat hingga berkisar Rp. 3.537,29 trilyun. Ini juga disebabkan oleh penambahan 25 emiten yang baru listing meskipun ada 5 emiten yang delisting.

Di tahun 2012, indeks bursa semakin meningkat hingga posisi indeks mencapai 4.316,69 pada saat penutupan bursa di akhir tahun. Peningkatan ini mempengaruhi peningkatan kapitalisasi yang mencapai Rp. 4.126,99 trilyun dengan frekuensi transaksi mencapai 29.941 ribu kali.

Di tahun 2013, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat mencatat rangkaian rekor hingga menembus level 5.214.98 pada tanggal 20 Mei 2013 namun setelah itu mulai mengalami penurunan. Tim BEI menjelaskan di dalam IDX Newsletter bulan Juni 2013 bahwa wajah optimisme investor berbalik dengan wajah pesimisme, ketika pemerintah tidak kunjung memberikan kepastian mengenai kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Ketidakpastian sikap pemerintah ini direspon negatif oleh pasar sehingga IHSG sempat melorot hingga posisi 4.609,948 pada 11 Juni 2013. Namun penurunan ini tak hanya faktor internal semata. Ada kontribusi penurunan pasar global diantaranya setelah Bank Dunia menurunkan target pertumbuhan ekonomi dunia, dari target awal 2,4% menjadi 2,2%. Pasar saham global dan regional juga masih was-was akan

(7)

efektivitas stimulus perekonomian Amerika yang menelan dana USD 85 miliar dolar per bulan.

Atmaja (2013) menjelaskan bahwa pertengahan 2013, ketika ada tanda-tanda bahwa perekonomian AS membaik, Ben Bernanke, Kepala The Fed, mengumumkan rencana untuk mengurangi jumlah QE sebesar US$ 10 miliar (tapering off). Wacana ini memicu kenaikan kurs dollar AS terhadap seluruh mata uang dunia. Indonesia tercatat sebagai salah satu negara yang mata uangnya terdepresiasi paling dalam.

Akibatnya cukup fatal bagi harga saham di BEI. Melemahnya rupiah membuat biaya produksi sebagian besar emiten, terutama yang bahan bakunya masih impor, meningkat tajam. Hal ini tentunya menggerus margin laba emiten, atau memicu kenaikan harga produk. Untuk mengendalikan inflasi dan defisit neraca berjalan alias menahan jatuhnya rupiah, Bank Indonesia secara bertahap menaikkan suku bunga. BI rate telah naik 175 basis poin sejak Juni 2013. Anjloknya nilai rupiah membuat investor asing mulai keluar dari BEI karena imbal hasil investasi yang dihitung dalam mata uang negara mereka jadi berkurang.

Faktor memudarnya prospek ekonomi Indonesia, melemahnya rupiah dan kekhawatiran terhadap tapering off menghantam kinerja bursa saham. Dan jika dihitung sejak dimulainya aksi jual investor asing pada 20 Mei 2013 hingga 27 Agustus 2013, IHSG di pasar saham sudah mengalami penurunan sebanyak 1.247,134 poin atau 23,91%.

(8)

Kemudian memasuki pertengahan September 2013, pasar saham sempat optimistis bahwa tapering off oleh The Fed bakal ditunda. Akibatnya, pasar saham sempat cukup marak. Pada perdagangan 19 September 2013, IHSG sempat terkerek 4,65% dan ditutup pada posisi 4.670,73, setelah sehari sebelumnya ditutup pada posisi 4.463,25 poin. Posisi IHSG pada 19 September 2013 menjadi level tertinggi dalam kurun waktu sebulan (IDX Newsletter, 2013). Karena kejadian ini, maka Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada akhir 2013 pun ditutup lebih rendah dibanding akhir tahun 2012 pada posisi 4.274,18.

Memasuki tahun 2014, indeks meningkat dari tahun sebelumnya yakni sebesar 53,09 poin dan ditutup pada angka 4.327,27. Meski menguat di awal tahun, terdapat peristiwa-peristiwa yang akan mempengaruhi indeks saham tersebut. Ketergantungan Indonesia terhadap dana asing akan menjadi lebih berat jika investor asing menarik dananya. Hal ini dikarenakan kebijakan pengurangan stimulus di Amerika Serikat di awal Januari 2014. Sedangkan di dalam negeri, diantaranya tingginya volatilitas pasar finansial. Ketergantungan dari modal asing di pasar keuangan, khususnya pasar modal dan pasar valuta asing menyebabkan Indonesia sangat rentan terhadap gejolak keuangan global.

Seperti yang dijelaskan oleh Tim BEI di dalam IDX Newsletter pada bulan Februari 2014, bahwa kapitalisasi pasar saham dan obligasi Indonesia masih sekitar 60% dari PDB, sementara Malaysia sudah mencapai 270%, Thailand 170%, dan Filipina 140%. Kecilnya kapitalisasi pasar ini, membuat Indonesia mudah diguncang oleh keluar masuknya investor asing. Akibatnya, pasar

(9)

Indonesia cenderung kurang efisien dan sangat berfluktuasi. Sedangkan dari sisi non-ekonomi, pada tahun 2014 akan digelar Pemilu Legislatif 9 April 2014 dan Pemilu Presiden 9 Juli 2014.

IHSG naik mencapai 7,56% dari pertengahan Maret 2014 saat penetapan capres oleh partai-partai politik sampai pengumuman pemenang Pilpres pada tanggal 22 Juli 2014 oleh KPU. Ini terjadi karena selama periode itu, IHSG dari posisi 4.726,16 pada 13 Maret 2014 menjadi 5.083,52 poin sehingga naik sebesar 357,354 poin.

Kemudian antara 21 Oktober 2014 sampai 21 November 2014, IHSG sempat melorot di bawah level 5000 tepatnya di posisi 4.965,387 pada 10 November 2014. Ini terjadi karena adanya rencana kenaikan BBM. Namun ternyata pada tanggal 18 November 2014, IHSG sehari setelah pengumuman harga bahan bakar minyak (BBM) yang juga berarti pengurangan subsidi berada pada posisi 5.102,469 dan di hari berikutnya terkerek ke posisi 5.127,933. Pelaku pasar tampaknya bereaksi positif terhadap langkah pemerintah itu, meski ada risiko inflasi di depan mata dan BI menaikkan BI Rate.

2.3. Jenis Indeks Saham Pasar Modal Indonesia

Sekarang ini Bursa Efek Indonesia memiliki 17 jenis indeks harga saham, diantaranya: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), sembilan Indeks Sektoral, Indeks LQ45, Jakarta Islamic Index (JII), Indeks Kompas100, Indeks BISNIS-27, Indeks PEFINDO25, Indeks SRI-KEHATI, Indeks Papan Utama, Indeks Papan Pengembangan, Indeks Individual, Indeks Infobank 15, Indeks IDX30, Indeks

(10)

Investor33, Indeks SMinfra18, Indeks MNC 35, Indeks ISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia).

Seluruh indeks yang terdapat di BEI menggunakan metode perhitungan yang sama, yaitu rata-rata tertimbang berdasarkan jumlah saham tercatat. Perbedaan utama pada masing-masing indeks adalah jumlah emiten dan nilai dasar yang digunakan untuk perhitungan indeks.

Gambar

Gambar 2.1 Grafik IHSG tahun 2010 – 2014  Sumber: BEI Data Diolah (2015)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini hendak mengeksplorasi mengenai penerimaan diri pda penyandang disabilitas fisik yang dikarenakan oleh kecelakaan yang dahulu keadaan fisik

Sumber daya manusia merupakan aset yang sangat berharga bagi perusahaan, Departemen, Lembaga. Kesuksesan suatu perusahaan tidak hanya ditentukan oleh kualitas sumber

• 6ika terdapat lebih dari ?E 6ika terdapat lebih dari ?E peserta didik yang mendap peserta didik yang mendapat nilai at nilai di bawah KKM di bawah KKM maka

Pada jenis updraft gasifier tar yang terbentuk cukup besar yaitu 10 sampai dengan 20% dari feed (bahan bakar) hal ini dikarenakan tar mulai terbentuk pada

434 tingkat suku bunga SBI berpengaruh positif dan signifikan pada indeks harga saham gabungan (IHSG) di bursa efek Indonesia (BEI) dengan probabilitas sebesar 0,000. 2)

Nam un dem ikian pem bangunan infrast rukt ur w ilayah t ersebut m asih dihadapkan beberapa kelem ahan sepert i m asih kurang m erat anya pem bangunan infrast rukt ur,

Berdasarkan uraian hal yang melatarbelakagi kebutuhan Lonsum akan pembangunan aplikasi knowledge m anagem ent system berbasis web diatas, maka kami berupaya membangun suatu

Baik jalan Mataram (jalan MT Haryono) atau jalan Pekojan adalah sebuah kawasan yang awalnya dibuat sebagai kawasan rumah toko yang cukup lama di kota Semarang.