TANAH DATAR
SKRIPSI
Ditulis Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Manajemen Pendidikan Islam
Fakultas Tarbiyah IAIN Batusangkar
Oleh :
Harum Kumala Putri NIM: 14 131 014
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR
v ABSTRAK
Harum Kumala Putri, 14 131 014 Judul Skripsi: Peran Kepala Sekolah dalam Melakukan Supervisi Akademik terhadap Pengelolaan Kelas Guru di MTsN 13 Tanah Datar Kecamatan Padang Ganting, Kabupaten Tanah Datar. Jurusan Manajemen Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Batusangkar 2019, Jumlah 144 Halaman.
Pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah membahas tentang peran supervisi akademik oleh kepala sekolah terhadap pengelolaan kelas di MTsN 13 Tanah Datar. Adapun permasalahan yang peneliti temukan yaitu: Masih ada guru yang belum siap dalam melaksanakan supervisi, pengelolaan kelas yang kurang maksimal, kesibukan kepala sekolah, masih ada guru yang belum mencapai tujuan pembelajarannya, sarana dan prasarana belum memadai.Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan peran supervisi akademik oleh kepala sekolah terhadap pengelolaan kelas di MTsN 13 Tanah Datar, untuk menjelaskan bagaimana pengelolaan kelas di MTsN 13 Tanah Datar.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode kualitatif dan mengambil lokasi di MTsN 13 Tanah Datar Kecamatan Padang Ganting, Kabupaten Tanah Datar. Sabjek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah MTsN 13 Tanah Datar. Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah jenis penelitian lapangan (Field Research), untuk mendapatkan data-data dari permasalahan yang diteliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi serta teknik mengecek keabsahan data, peneliti menggunakan triangulasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran supervisi akademik oleh kepala sekolah terhadap pengelolaan kelas di MTsN 13 Tanah Datar yaitu: kepala sekolah melaksnakan perannya sebagai supervisor mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Di MTsN 13 Tanah Datar kepala sekolah melaksankan perannya untuk melaksanakan supervisi akademik yaitu: Kepala sekolah mengadakan penilaian terhadap masing-masing guru melalui melihat pelaksanaan proses mengajar di dalam kelas.Setelah diadakan supervisi, kepala sekolah memanggil masing-masing guru bidang studi ke ruangan kepala sekolah untuk menyampaikan sampai dimana penguasaan pengelolaan proses belajar mengajar di dalam kelas. Pengelolaan kelas di MTsN 13 Tanah Datar melakukan perencanaan terhadap pengelaan kelas yaitu mengetahui berapa jumlah peserta didik, berapa jumlah peserta didik untuk laki-laki dan berapa jumlah peserta didik untuk perempuan, membuat jurnal untuk mengetahui kondisi peserta didik, melihat prestasi peserta didik selama ini yang telah dicapai, pelaksanaan terhadap pengelolaan kelas di MTsN 13 Tanah Datar yaitu guru bidang studi mengontol peserta didiknya agar kelas terkelola dengan baik.
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ii
LEMBARAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iii
LEMBARAN PENGESAHAN TIM PENGUJI iv
BIODATA PENULIS v
HALAMAN PERSEMBAHAN vi
ABSTRAK viii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Fokus Penelitian 8 C. Pertanyaan Penelitian 9 D. Tujuan Penelitian 9 E. Manfaat Penelitian 9
BAB II KAJIAN TEORI 10
A. Supervisi Pendidikan 10
1. Konsep Dasar Supervisi Pendidikan 10
2. Tujuan Supervisi Pendidikan 11
3. Fungsi Supervisi Pendidikan 16
4. Tipe Supervisi Pendidikan 21
5. Prinsip Dasar Supervisi Pendidikan 24
6. Sasaran Supervisi Pendidikan 26
7. Teknik-teknik Supervisi Pendidikan 27
vii
9. Perencanaan Supervisi Akademik 36 10.Langkah-langkah Supervisi Akademik 37 11.Tindak Lanjut Hasil Supervisi Akademik 39
B. Kepala Sekolah sebagai Supervisor 42
C. Bentuk-Bentuk Program Kegiatan Supervisi Akademik 46
D. Pengelolaan Kelas 49
1. Pengertian Pengelolaan Kelas 49
2. Komponen Pengelolaan Kelas 53
3. Tujuan Pengelolaan Kelas 55
4. Ruang Lingkup Pengelolaan Kelas 57
5. Prinsip - prinsip Pengelolaan Kelas 58
6. Disiplin Kelas 60
7. Keterampilan Mengelola Kelas 62
E. Penelitian Relevan 64
BAB III METODE PENELITIAN 66
A. Jenis Penelitian 66
B. Tempat Penelitian 66
C. Instrumen Penelitian 66
D. Sumber Data 67
E. Teknik Pengumpulan Data 68
F. Teknik Analisis Data 69
G. Rencana Pengujian Keabsahan Data 70
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 72
A. Temuan umum 72
1. Profil MTsN 13 Tanah Datar 72
2. Sejarah singkat MTsN 13 Tanah Datar 72
3. Visi Madrasah MTsN 13 Tanah Datar 73 4. Misi Madrasah MTsN 13 Tanah Datar 73
viii
6. Pendidikan Tenaga Kependidikan 74
7. Data Sarana Ruang dan Lapangan 75 8. Sarana Dan Prasarana Sekolah MTsN 13 Tanah Datar 77
B. Temuan Khusus 78
1. Peran Kepala Sekolah dalam Membuat Perencanaan Supervisi Akademik terhadap pengelolaan kelas guru 78 2. Peran Kepala Sekolah dalam Melaksanakan Supervisi Akademik
terhadap pengelolaan kelas guru 81 3. Peran Kepala Sekolah dalam Menilai dan Menindak
Lanjuti Supervisi Akademik terhadap pengelolaan kelas guru 97
C. Pembahasan 101
1. Peran Kepala Sekolah dalam Membuat Perencanaan Supervisi
Akademik terhadap pengelolaan kelas guru 101 2. Peran Kepala Sekolah dalam Melaksanakan Supervisi Akademik
terhadap pengelolaan kelas guru 102
3. Peran Kepala Sekolah dalam Menilai dan Menindak Lanjuti
Supervisi Akademik terhadap pengelolaan kelas guru 103
BAB V PENUTUP 104 A. Kesimpulan 104 B. Saran 105 DAFTAR PUSTAKA 106 LAMPIRAN 110
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data Kesiswaan Data Siswa 4 (Empat) Tahun Terakhir 74 Tabel 4.2 Kepala Sekolah 74 Tabel 4.3 Kualifikasi Pendidikan, Status, Jenis Kelamin Jumlah 75 Tabel 4.4 Data Ruang Belajar (Kelas) 75 Tabel 4.5 Data Ruang Belajar Lainnya 76 Tabel 4.6 Data Ruang Kantor 77
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Pedoman Wawancara 110
Lampiran II Daftar Pertanyaan Penelitian 111 Lampiran III Transkip Wawancara dengan Kepala Sekolah 113 Lampiran IV Transkip Wawancara dengan Wakil Kurikulum 116 Lampiran V Transkip Wawancara dengan Guru Bahasa Arab 119 Lampiran VI Transkip Wawancara dengan Guru Fiqih 122 Lampiran VII Lembaran Penilaian Rencana Pembelajaran (PBM 01) 125 Lampiran VIII Lembaran Penilaian Rencana Pembelajaran (PBM 02) 128 Lampiran IX Lembaran Penilaian Keterampilan Melaksanakan
Hubungan Pribadi (PBM 03) 131
Lampiran X Lembaran Penilaian Aktivitas dalam Pembelajaran
(PBM 04) 134
Lampiran XI Dokumentasi Foto Wawancara 136
Lampiran XII Jadwal Pelaksanaan Supervisi Akademik di MTsN 13
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Kepala madrasah merupakan tenaga fungsional guru yang diberikan tugas untuk memimpin sekolah tempat diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadinya interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan peserta didik yang menerima pelajaran (Donni Juni Priansa dkk,2014:49). Kepala madrasah merupakan seorang pemimpin pendidikan yang mempunyai kewenangan untuk mengelola madrasah yang dipimpinnya. Kepala madrasah juga berperan untuk terus memajukan kualitas madrasahnya. Madrasah yang baik dan berkualitas membutuhkan kemampuan kepala madrasah dalam hal mengelola dan mengawasi proses pembelajaran agar berlangsung sesuai dengan tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Dengan demikian, kepala madrasah mempunyai peran yang cukup penting, salah satunya yaitu bertindak sebagai seorang supervisor. Tugas kepala madrasah sebagai supervisor yaitu mensupervisi, termasuk pengelolaan Kelas. Kegiatan pengawasan dalam proses pembelajaran tersebut dikenal dengan istilah supervisi akademik. Kepala madrasah mempunyai tugas dan tanggung jawab yang besar dalam meningkatkan kualitas madrasah, salah satunya dengan meningkatkan keprofesionalan guru di lingkungan madrasahnya masing-masing.
Peningkatan keprofesionalan tersebut merupakan tugas kepala madrasah dalam ranahnya sebagai seorang supervisor akademik. Kegiatan supervisi akademik ini sangat penting untuk dilakukan. Oleh karena itu, pelaksanaan supervisi akademik sebagai suatu kegiatan pengawasan diharapkan dapat berjalan sesuai dengan tujuannya. Pengelolaan kelas yang sebenarnya hanya dapat diketahui secara nyata dan jelas jika dilakukan suatu pengawasan dan kontrol oleh seorang pengawas yang berkompeten dan berpengalaman yaitu dengan kegiatan supervisi akademik. Sudah sewajarnya suatu pengawasan dalam bentuk supervisi akademik pada proses pembelajaran terhadap peserta didik di kelas dilakukan. Anak didik lebih banyak menilai apa yang guru tampilkan dalam pergaulan di sekolah dan dimasyarakat dari
pada apa yang guru katakan, tetapi baik perkataan maupun apa yang guru tampilkan, keduanya menjadi penilaian anak didik. Jadi, apa yang guru katakan harus guru praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini merupakan tugas dari kepala madrasah sebagai seorang supervisor akademik di madrasahnya. Kegiatan supervisi akademik sudah menjadi perhatian yang serius karena dengan hasil yang di dapat oleh supervisor dapat mengawasi pelaksanaan tugas dari seorang guru, apakah metode yang digunakan guru di kelas baik atau masih terdapat kekurangan yang membutuhkan suatu perbaikan dan bantuan.
Konsep kepala madrasah sebagai supervisor akademik adalah dengan memberikan bantuan, bimbingan, dan arahan terhadap para guru dalam menghadapi permasalahan-permasalahan yang dihadapi (Syaiful Sagala, 2012:24) Selain itu, perbaikan-perbaikan yang diberikan oleh supervisor terhadap guru dilakukan agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik sehingga diharapkan kualitas pembelajaran di madrasah juga meningkat. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang penting bagi suatu negara untuk menjadi negara maju, kuat, makmur dan sejahtera. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak bisa terpisah dengan masalah pendidikan bangsa. Menurut Mulyasa (2006:3) Setidaknya terdapat tiga syarat utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan pendidikan agar dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yakni: (1) sarana gedung, (2) buku yang berkualitas, (3) guru dan tenaga kependidikan yang professional. Guru yang professional salah satu cirinya adalah guru yang mampu mengelola kelas dengan baik. Di kelas, segala aspek pendidikan pengajaran bertemu dan berproses. Guru dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan sifat-sifat individualnya; kurikulum dengan segala komponennya; dan materi serta sumber pelajaran dengan segala pokok bahasanya bertemu dan berpadu serta berinteraksi di kelas. Bahkan hasil dari pendidikan dan pengajaran sangat ditentukan oleh apa yang terjadi di kelas.
Oleh sebab itu sudah selayaknyalah kelas dikelola dengan profesional. Pengelolaan kelas diperlukan karena dari hari ke hari bahkan dari waktu ke waktu tingkah laku dan perbuatan siswa selalu berubah. Hari ini siswa dapat belajar dengan baik dan tenang, tetapi besok belum tentu. Kemarin terjadi persaingan yang sehat dalam kelompok, sebaliknya dimasa mendatang boleh jadi persaingan itu kurang sehat. Kelas selalu dinamis dalam bentuk perilaku, perbuatan, sikap, mental, dan emosional siswa. Sekolah adalah untuk anak didik. Tugas utama pendidik (guru) adalah mengusahakan agar setiap anak didik dapat belajar dengan efektif; baik secara individual ataupun secara kelompok. Artinya, mereka patut merasa betah atau merasa senang belajar di sekolah dan mereka dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi.
Meskipun banyak tempat untuk anak melakukan kegiatan belajar, sesungguhnya filosofi kehadiran sekolah sepatutnya dipandang sebagai tempat terbaik bagi terjadinya proses belajar dan bagi pencapaian prestasi belajar yang tinggi itu. Kelas merupakan segmen sosial dari kehidupan sekolah secara keseluruhan. Gairah proses belajar dan semangat pencapaian prestasi belajar yang tinggi, amat tergantung pada pembiasaan sehari-hari atas kehidupan yang terjadi di antara guru dan para anak didiknya di dalam kelas. Karena itu manajemen atau pengelolaan kelas merupakan hal utama dalam menunjang terciptanya proses belajar yang menyenangkan dan pencapaian prestasi belajar yang tinggi itu.
Selain itu, dukungan birokrasi dan kepemimpinan setiap sekolah belum sepenuhnya muncul. Kelas-kelas kita akhirnya menjadi kurang menarik dan bahkan menjemukan sehingga anak nampak terbelenggu dalam kerangkeng status quo pekerjaan guru/para pendidik. Kelas-kelas kita mesti berubah. Berubah menjadi lebih baik, lebih bermutu dan lebih menyenangkan anak-anak. Presentasi dan diskusi melalui naskah ini, diharapkan mendorong para peserta pelatihan memperoleh pemaknaan kembali mengenai arti pentingnya pengelolaan kelas sebagai pendukung terjadinya gairah proses belajar dan pencapaian prestasi belajar yang tinggi. Secara lebih khusus melalui kegiatan pelatihan ini, diharapkan akan diperoleh bekal pengetahuan yang berkaitan dengan pengertian, tujuan, prinsip,
pendekatan dan prosedur pengelolaan kelas dalam situasi proses belajar mengajar.
Supervisi yang baik oleh kepala sekolah dapat meningkatkan kemampuan yang dimiliki oleh guru dalam melaksanakan tugasnya. Sebagai supervisor, kepala sekolah bertanggung jawab membantu, membimbing, membina guru dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya dalam proses pembelajaran. Kepala sekolah mempunyai tanggung jawab sebagai perencana, pelaksanaan dan menindaklanjuti kegiatan supervisi akademik di sekolah, salah satunya berkenan dengan tugas guru yakninya membantu guru dalam mempersiapkan atau merencanakan proses pembelajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan pelaksanaan evaluasi baik pada proses maupun hasil pembelajaran peserta didik. Hasil supervisi yang di dapat akan memberikan gambaran tentang tanggung jawab guru dan bantuan apa yang semestinya diberikan oleh seorang supervisor kepada guru yang disupervisi. Hasil tersebut juga akan memberikan penjelasan tentang apa saja hal-hal yang dapat mempengaruhi tanggung jawab guru.
Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan di MTsN 13 Tanah Datar yaitu Peran kepala sekolah dalam melakukan supervisi akademik terhadap pengelolaan kelas oleh guru di MTsN 13 Tanah Datar, Masih ada guru yang belum siap dalam melaksanakan supervisi, pengelolaan kelas yang kurang maksimal, kesibukan kepala sekolah, masih ada guru bidang studi belum mencapai tujuan pembelajarannya, sarana dan prasarana belum memadai. Pelaksanaan supervisi akademik oleh kepala sekolah. Pertama, membuat jadwal supervisi. Kedua menanyakan kesiapan guru tersebut. Ketiga, guru menyiapkan perangkat pelajaran. Keempat, melaksanakan supervisi. Pengelolaan kelas yang dilakukan guru yaitu: 1. Melakukan Apersepsi dan Motivasi
2. Guru menguasai materi yang diajarkan
3. Guru menerapkan strategi pembelajaran yang mendidik. 4. Guru melaksanakan pendekatan saintifik
5. Guru melaksanakan penilaian autintik
7. Guru memicu dan memelihara keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran. 8. Guru menggunakan bahasa yang benar dan tepat dalam pembelajaran.
9. Guru mengakhiri pembelajaran dengan efektif.
Pada saat guru melaksanakan pengelolaan kelas, guru tersebut melakukan penghayatan tentang segala sesuatu yang menjadi dasar untuk menerima ide-ide baru, menjelaskan, memvariasikan gaya mengajar, menjelaskan, bertanya, dan memberikan penguatan yaitu pada saat guru dalam melaksanakan proses pembelajaran tentang bahasa arab, ada beberapa hal yang dilakukan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yaitu:
1. Peserta didik berdoa terlebih dahulu kemudian mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk proses belajar mengajar, mengecek kehadiran peserta didik (kedisiplinan), kerapian dan kebersihan ruang kelas, menyiapkan media dan alat serta buku yang diperlukan.
2. Dalam pertemuan ini sebagai apersepsi untuk meninjau pengalaman yang sudah dimiliki oleh peserta didik, misalnya guru mengajukan pertanyaan sebagai berikut. “apa yang kalian ucapkan untuk berkenalan dengan orang yang belum kina kenal?
3. Memberikan motivasi dengan mengatakan bahwa bahasa arab ini sangat penting bagi kita untuk memahami al-qur’an dan hadits (khususnya bagi kita orang islam)
4. Mengemukakan kompetensi dasar dan indikator pencapaian yang harus dikuasai peserta didik setelah mengikuti pembelajaran.
5. Menghubungkan materi dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. 6. Menyampaikan cakupan materi yang akan disampaikan.
Pada saat guru melaksanakan proses pembelajaran tentang materi IPA guru tersebut ada beberapa hal yang dilakukan pada saat melaksanakan proses pembelajaran yaitu:
Orientasi
1. Melakukan pembukaan dengan salam pembuka, memanjat syukur kepada tuhan yang maha esa dan berdoa untuk memulai pembelajaran.
2. Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin.
3. Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali kegiatan pembelajaran.
Aperpepsi
1. Mengaitkan materi atau tema atau kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan pengalaman peserta didik dengan materi atau tema atau kegiatan sebelumnya.
2. Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan bertanya.
3. Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan pelajaran yang akan dilakukan.
Motivasi
1. Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.
2. Apabila materi tema atau projek ini kerjakan dengan baik dan sungguh-sungguh ini dikuasai dengan baik, maka peserta didik diharapkan dapat menjelaskan tentang materi: pembelahan sel
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang berlangsung. 4. Mengajukan pertanyaan.
Pemberian acuan
1. Memberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas pada pertemuan saat itu. 2. Memberitahukan tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator,dan
KKM pada pertemuan yang berlangsung. 3. Pembagian kelompok belajar.
4. Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran.
Indikator atau peranan supervisi akademik oleh kepala sekolah yaitu:
1. Kepala sekolah mengadakan penilaian terhadap masing-masing guru melalui melihat pelaksanaan proses mengajar di dalam kelas.
2. Setelah diadakan supervisi masing-masing guru bidang studi di panggil ke ruangan kepala sekolah untuk menyampaikan sampai dimana penguasaan pengelolaan proses belajar mengajar di dalam kelas.
3. Memberikan penilaian terhadap guru telah disupervisi. 4. Melaksanakan tindak lanjut hasil supervisi.
Selanjutnya seorang guru dalam mengelola kelas ada beberapa tanda seorang
guru mengelola kelas yaitu:
Sebelum mengajar:
1. Mempersiapkan diri dengan melihat jam, jam berapa ia mesti ada di kelas. 2. Mengecek selama seharian ia ada di kelas mana saja.
3. Adakah hal yang mesti lakukan selain kewajiban mengajar. 4. Mengecek buku catatan apakah ada yang mesti khususkan.
5. Mengecek lagi apakah rencana mingguan pembelajarannya sudah lengkap sampai dengan penilaian.
6. Menambahkan sumber belajar jika masih ada waktu (foto kopi dll)
Ketika mengajar
1. Menyapa murid (utamakan murid yang introvert atau tertutup karena murid yang extrovert akan menyapa duluan)
2. Memulai dengan berdoa
3. Menggunakan cara 30 persen penjelasan di awal, 60 persen aktivitas yang kreatif dan 10 persen refleksi kegiatan.
4. Berkeliling dan tindak duduk saja di meja guru.
5. Berbicara dan melihat pekerjaan siswa saat mereka sedang beraktivitas.
6. Guru tersebut membiasakan tersenyum, berbicara yang jelas dan tahu tidak mudah terpancing jika ada siswa yang berperilaku kurang menyenangkan. 7. Mengakhiri pengajaran di kelas dengan motivasi sambil mereview apa yang
Dalam pengelolaan kelas selanjutnya, maka guru melalui pimpinan sekolah harus mengadakan kegiatan-kegiatan antara lain:
1. Menyusun kelasnya dengan baik 2. Menyusun jadwal pelajaran
3. Merencanakan aktifitas kelas bagi murid dengan bimbingan guru
4. Guru dalam melaksanakan tugas harus terlebih dahulu mempersiapkan diri dengan bahan-bahan pelajaran sebelum berdiri di depan kelasnya
5. Guru menciptakan situasi kelas yang baik.
Pada saat guru mengelola kelas, ada keterampilan yang bersifat preventif yang digunakan oleh guru, jadi ada beberapa perilaku guru dalam mengelola kelas yang dilakukannya yaitu:
1. Menunjukkan sikap tanggap.
2. Membagikan perhatian. 3. Memusatkan perhatian kelompok. 4. Memberi petunjuk-petunjuk yang jelas. 5. Menegur.
6. Memberi penguatan.
Dari penjelasan latar belakang penulis tertarik bagaimana peranan supervisi akademik oleh kepala sekolah terhadap pengelolaan kelas, dalam hal ini penulis mengadakan penelitian dengan judul “Peran Kepala Sekolah Dalam Melakukan Supervisi Akademik Terhadap Pengelolaan Kelas Guru Di MTsN 13 Tanah Datar” B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis akan memfokuskan penelitian ini supaya lebih mudah dan cakupannya juga tidak terlalu luas, maka oleh karena itu penulis akan fokus pada penelitian yang akan penulis lakukan yaitu: “Peran Kepala Sekolah Dalam Melakukan Supervisi Akademik Terhadap Pengelolaan Kelas Guru Di MTsN 13 Tanah Datar”
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu,
1. Bagaimana peran kepala sekolah dalam membuat perencanaan supervisi akademik terhadap pengelolaan kelas guru di MTsN 13 Tanah Datar ?
2. Bagaimana peran kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi akademik terhadap pengelolaan kelas guru di MTsN 13 Tanah Datar ?
3. Bagaimana peran kepala sekolah dalam menilai dan menindak lanjuti supervisi akademik terhadap pengelolaan kelas guru di MTsN 13 Tanah Datar ?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:
1. Untuk mendeskripsikan bagaimana peran kepala sekolah dalam membuat perencanaan supervisi akademik terhadap pengelolaan kelas guru di MTsN 13 Tanah Datar.
2. Untuk mendeskripsikan bagaimana peran kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi akademik terhadap pengelolaan kelas guru di MTsN 13 Tanah Datar. 3. Untuk mendeskripsikan bagaimana peran kepala sekolah dalam menilai dan
menindak lanjuti supervisi akademik terhadap pengelolaan kelas guru di MTsN 13 Tanah Datar
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai:
1. Sebagai pengalaman dan pembelajaran bagi penulis tentang apa yang diteliti. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi MTsN 13
Tanah Datar untuk mengetahui peran kepala sekolah dalam melakukan supervisi akademik terhadap pengelolaan kelas oleh guru.
3. Menambah pengalaman dan wawasan tentang usaha yang dicapai kepala sekolah sebagai supervisor akademik terhadap pengelolaan kelas.
10 BAB II KAJIAN TEORI
A. Supervisi Pendidikan
1. Konsep Dasar Supervisi Pendidikan
Menurut Engkoswara, dkk (2010:228) istilah supervisi telah cukup lama dikenal dan tidak asing ditelinga dunia pendidikan. Dalam dunia pendidikan supervisi sering diidentikkan dengan pengawasan, memang hal ini dimaklumi bila dikaji dari sisi etimologis. Secara arti etimologis “supervisi”atau dalam bahasa inggris disebut dengan “supervision” sering didefinisikan sebagai pengawasan. Supervisi pendidikan dikenal dengan sebutan “instructional supervision” dipandang sebagai kegiatan yang ditujukan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran. Carter Good Govermance Dictionary Of Education mengemukakan bahwa supervisi adalah segala usaha pejabat dalam memimpin guru-guru dan tenaga kependidikan lainnya, untuk memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan dan jabatan-jabatan guru-guru, menyeleksi dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran, dan metode-metode mengajar serta evaluasi pengajaran.
Secara morfologis, “supervisi” terdiri dari dua kata yaitu “super” yang berarti atas atau lebihdan “visi” mempunyai arti lihat, pandang, tilik atau awasi. Dari dua kata tersebut (super dan visi) dapat dimaknai beberapa substansi supervisi sebagai berikut:
a. Kegiatan dari pihak atasan yang berupa melihat, menilik, dan menilai serta mengawasi dari atas terhadap perwujudan kegiatan atau hasil kerja bawahan.
b. Suatu upaya yang dilakukan oleh orang dewasa yang memiliki pandangan yang lebih tinggi berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap untuk membantu mereka yang membutuhkan pembinaan
c. Suatu kegiatan untuk mentransformasikan berbagai pandangan inovatif agar dapat diterjemahkan dalam bentuk kegiatan yang terukur.
d. Suatu bimbingan profesional yang dilakukan oleh pengawas agar guru-guru dapat menunjukan kinerja professional.
Berdasarkan hal tersebut, maka supervisi dapat berarti pengawasan yang dilakukan oleh orang yang ahli atau professional dalam bidangnya sehingga dapat memberikan perbaikan dan peningkatan atau pembinaan agar pembelajaran dapat dilakukan dengan baik dan berkualitas. Mengacu pada pernyataan tersebut, maka supervisor pendidikan harus seorang profesional yang kinerjanya dipandu oleh pengalaman, kualifikasi, dan kompetensi yang dibuktikan dengan sertifikat professional. Supervisi pendidikan merupakan suatu proses memberikan layanan profesional pendidikan melalui pembinaan yang kontinu kepada guru dan personil sekolah lainnya untuk memperbaiki dan meningkatkan efektivitas kinerja personalia sehingga dapat mencapai pertumbuhan peserta didik.
2. Tujuan Supervisi Pendidikan
Setiap kegiatan, apa pun bentuk dan jenisnya, selalu diharapkan kepada tujuan yang ingin dicapai. Pendidikan sebagai suatu bentuk kegiatan manusia dalam kehidupannya juga menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai. Menurut Hasbullah (2009:12), tujuan supervisi bagi pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Sebagai arah pendidikan.
Dalam hal ini, tujuan akan menunjukkan arah dari suatu usaha, sedangkan arah tadi menunjukkan jalan yang harus ditempuh dari situasi sekarang kepada situasi berikutnya. Sebagai contoh, guru yang berkeinginan membentuk anak didiknya menjadi manusia yang cerdas maka arah dari usahanya ialah menciptakan situasi belajar yang dapat mengembangkan kecerdasan.
b. Tujuan sebagai titik akhir.
Dalam kaitan ini, apa yang diperhatikan adalah hal-hal yang terletak pada jangkauan masa datang. Misalnya, jika seorang pendidik bertujuan agar anak didiknya menjadi manusia yang berakhlak mulia, tentu penekannya
disini adalah deskripsi tentang pribadi akhlakul karimah yang diinginkannya tersebut.
c. Tujuan sebagai titik pangkal mencapai tujuan lain.
Dalam hal ini, tujuan pendidikan yang satu dengan yang lain merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.
d. Memberi nilai pada usaha yang dilakukan.
Dalam konteks usaha-usaha yang dilakukan, kadang-kadang didapati tujuannya yang lebih luhur dan lebih mulia dibandingkan yang lainnya. Semua ini terlihat apabila berdasarkan nilai-nilai tertentu.
Sebagaimana pendidikan, tenaga pendidikan pun memiliki tujuan, salah satunya adalah supervisi yang bertujuan untuk memberikan layanan dan bantuan untuk memberikan layanan dan bantuan untuk meningkatkan kualitas belajar siswa. Di sini tenaga pendidikan bukan hanya memperbaiki kemampuan mengajar, melainkan untuk pengembangan potensi kualitas guru (Sahertian, 2008: 19)
Menurut Gunawan (2002:198) ada beberapa tujuan khusus supervisi pendidikan.
a. Membina guru-guru untuk lebih memahami tujuan pendidikan. Dengan demikian, guru diharapkan dapat menghilangkan anggapan tentang adanya mata pelajaran atau bidang studi penting atau tidak penting sehingga setiap guru mata pelajaran dapat mengajar dan mencapai prestasi maksimal bagi siswa-siswanya.
b. Membina guru-guru guna mengatasi problem-problem siswa demi kemajuan prestasi belajarnya.
c. Membina guru-guru dalam mempersiapkan siswa-siswanya untuk menjadi anggota masyarakat yang produktif, kreatif, etis, dan religius.
d. Membina guru-guru dalam memperbesar kesadaran tentang tata kerja yang demokratis, kooperatif, dan kegotongronyongan.
e. Memperbesar ambisi guru-guru dan karyawan pendidikan terhadap tuntutan serta kritik-kritik tak wajar dari masyarakat.
f. Mengembangkan sikap kesetiakawanan dan ketemansejawatan dari seluruh tenaga pendidikan.
Menurut Jasmani Asf dkk (2013:31) supervisi pendidikan secara umum bertujuan untuk mengontrol dan menilai semua komponen-komponen yang terkait dalam dunia pendidikan. Dengan demikian, apabila supervisi ini dilaksanakan dengan baik, peningkatan kinerja semua komponen pendidikan akan menjadi baik, peran guru dan tanggung jawab guru sebagai tenaga edukatif pun semakin meningkat. Menurut Bafadal (2008:31) mengungkapkan bahwa tujuan supervisi pendidikan adalah untuk membantu guru mengembangkan kemampuannya, mencapai tujuan pengajaran yang dicanangkan bagi murid-muridnya. Selain itu, melalui supervisi ini diharapkan kualitas pengajaran yang dilakukan oleh guru semakin meningkat. Mengembangkan kemampuan dalam konteks ini jangan ditafsirkan secara sempit, semata-mata ditekankan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengajar guru, melainkan juga pada peningkatan komitmen, kemauan, atau motivasi guru, kualitas pengajaran akan meningkat. Menurut Purwanto (2006:32) tujuan supervisi itu sendiri adalah
1) Membangkitkan dan merangsang semangat guru-guru dan pegawai sekolah, lainnya dalam menjalankan tugas masing-masing dengan sebaik-baiknya.
2) Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan termasuk macam-macam media instruksional yang diperlukan bagi kelancaran jalannya proses belajar- mengajar yang baik, bersama guru berusaha mengembangkan, mencari dan menggunakan metode-metode baru dalam proses belajar-mengajar yang baik.
3) Membina kerja sama yang baik dan harmonis antara guru, murid, dan pegawai sekolah lainnya
4) Dan berusaha mempertinggikan mutu dan pengetahuan guru-guru dan pegawai sekolah, antara lain dengan mengadakan workshop, seminar, inservice-training, atau up-grading.
Secara umum, Ametembun (Jasmani Asf: 35) menyatakan bahwa tujuan supervisi pendidikan sebagai berikut.
1) Membina kepala sekolah dan guru-guru untuk lebih memahami tujuan pendidikan yang sebenarnya dan peranan madrasah dalam merealisasikan tujuan tersebut.
2) Memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru-guru untuk mempersiapkan peserta didiknya menjadi anggota masyarakat yang lebih efektif.
3) Membantu kepala sekolah dan guru mengadakan diagnosis secara kritis terhadap aktivitas-aktivitasnya dan kesulitan-kesulitan pembelajaran serta menolong mereka merencanakan perbaikan-perbaikan.
4) Meningkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru-guru serta warga sekolah lain terhadap cara kerja yang demokratis dan komprehensif serta memperbesar kesediaan untuk tolong-menolong.
5) Mempebesar semangat guru-guru dan meningkatkan motivasi berprestasi untuk mengoptimalkan kinerja secara maksimal dalam profesinya.
6) Membantu kepala sekolah untuk mempopulerkan pengembangan program pendidikan di madrasah kepada masyarakat.
7) Melindungi orang-orang yang disupervisi terhadap tuntutan-tuntutan yang tidak wajar dan kritik-kritik yang tidak sehat dari masyarakat.
8) Membantu kepala sekolah dan guru-guru dalam mengevaluasi aktivitasnya untuk mengembangan aktivitas dan kreativitas peserta didik. 9) Mengembangkan rasa kesatuan dan persatuan di antara guru.
Menurut Glicman, 1981 (Donni Juni Priansa dkk, 2014:108) secara umum tujuan supervisi akademik adalah membantu guru untuk mengembangkan kemampuannya dalam mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan bagi peserta didiknya. Melalui supervisi akademik diharapkan kualitas akademik yang diharapkan kualitas akademik yang dilakukan oleh guru semakin meningkat. Pengembangan kemampuan guru tidak hanya menyangkut pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengajar guru saja, namum juga
meliputi peningkatan komitmen (commitment), kemauan (willingness), dan motivasi (motivation) guru, sebab dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja guru, kuallitas pembelajaran akan semakin meningkatkan. Sedangkan menurut Peter Olivia dalam supervision For Today’s schools, 1976 (Donni Juni Priansa dkk, 2014:108) menyatakan bahwa kegiatan supervisi akademik dimaksudkan untuk:
a. Membantu guru dalam merencanakan pembelajaran. b. Membantu guru dalam penyajian materi pembelajaran. c. Membantu guru dalam mengevaluasi pembelajaran. d. Membantu guru dalam mengelola kelas.
e. Membantu guru mengembangkan kurikulum. f. Membantu guru dalam mengevaluasi kurikulum.
g. Membantu guru dalam mengevaluasi diri mereka sendiri. h. Membantu guru bekerjasama dengan kelompok.
i. Membantu guru melalui inservice program.
Menurut Glickman, et al (2007) (Donni Juni Priansa dkk (2014:108) dalam Buku Panduan Supervisi Akademik Dirjen PMPTK (2010) dinyatakan bahwa tujuan supervisi akademik sebagai berikut:
a. Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya.
Supervisi akademik diselenggarakan dengan maksud membantu guru mengembangkan kemampuannya profesionalnya dalam memahami akademik, kehidupan kelas, mengembangkan keterampilan mengajarnya dan menggunakan kemampuannya melalui teknik-teknik tertentu.
b. Mengembangkan Kurikulum.
Supervisi akademik diselenggarakan dengan maksud untuk memotivator kegiatan belajar mengajar disekolah. Kegiatan memotivator ini bisa dilakukan melalui kunjunngan kepala sekolah ke kelas-kelas di saat guru
sedang mengajar, percakapan pribadi dengan guru-guru, teman sejawatnya, maupun dengan sebagaian peserta didik.
c. Mengembangkan Kelompok Kerja Guru serta Membimbing Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Supervisi akademik diselanggarakan untuk mendorong guru menerapkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas mengajarnya, mendorong guru mengembangkan kemampuannya sendiri, serta mendorong guru agar ia memiliki perhatian yang sungguh-sungguh (commitment) terhadap tugas dan tanggung jawabnya.
3. Fungsi Supervisi Pendidikan
Menurut Maryono (2013:21) fungsi utama supervise pendidikan adalah ditujukan pada perbaikan dan peningkatan kualitas pengajaran. Sementara, menurut Button dan Bruckner (Sahertian, 2008:21), fungsi utama supervisi modern adalah menilai dan memperbaiki factor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran peserta didik. Menurut Swearingen (Sahertian, 2008:21) terdapat fungsi supervisi sebagai berikut:
a. Mengkoordinasi semua usaha sekolah Usaha- usaha sekolah meliputi:
1) Usaha tiap guru
Guru ingin mengemukakan ide dan mengurangi materi pelajaran menurut pandangannya ke arah peningkatan. Usaha-usaha yang bersifat individu tersebut perlu dikoordinasi.
2) Usaha-usaha sekolah
Sekolah dalam menentukan kebijakan, merumuskan tujuan-tujuan atas setiap kegiatan sekolah, termasuk program-program sepanjang tahun ajaran, perlu ada koordinasi yang baik.
3) Usaha-usaha bagi pertumbuhan jabatan
Setiap guru ingin bertumbuh dalam jabatannya. Oleh karena itu, guru selalu belajar terus-menerus, mengikuti seminar, workshop,dan
lain-lain.mereka berusaha meningkatkan diri agar lebih baik. Untuk itu, perlu adanya koordinasi yang merupakan tugas supervisi.
b. Memperlengkapi kepemimpinan sekolah
Kepemimpinan merupakan suatu keterampilan yang harus dipelajari dan membutuhkan latihan yang terus-menerus. Salah satu fungsi supervise adalah melatih dan memperlengkapi guru-guru agar mereka memiliki keterampilan dalam kepemimpinan di sekolah.
c. Memperluas pengalaman guru-guru
Supervisi harus dapat memotivasi guru-guru uutuk mau belajar dari pengalaman nyata dilapangan. Melalui pengalaman baru ini mereka dapat belajar untuk memperkaya pengetahuan mereka.
d. Menstimulasi usaha-usaha sekolah yang kreatif
Dalam hal ini, seorang supervisi bertugas untuk menciptkan suasana yang memungkinkan guru-guru dapat berusaha potensi kreativitas dalam dirinya. Seorang supervisi harus bisa memberikan stimulus agar guru-guru tidak hanya berdasarkan instruksi atasan, tetapi mereka adalah pelaku aktif dalam proses belajar mengajar.
e. Memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus.
Penilaian yang diberikan harus bersifat menyeluruh dan kontinu. Menyeluruh, artinya penilaian itu menyangkut seluruh aspek kegiatan di sekolah. Kontinu, artinya penilaian berlangsung setiap saat, yaitu pada awal, pertengahan, dan diakhiri dengan melakukan suatu tugas. Mengadakan penilaian secara teratur merupakan suatu fungsi utama supervisi pendidikan. f. Menganalisis situasi belajar mengajar
Tujuan dari supervisi adalah memperbaiki situasi belajar mengajar. Agar usaha memperbaiki situasi belajar mengajar tercapai, maka perlu analisis hasil dan proses pembelajaran. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi perbaikan belajar mengajar. Fungsi supervisi ialah menganalisis factor-faktor tersebut. Penganalisisan memberi pengalaman baru dalam menyusun strategi dan usaha kea rah perbaikan.
g. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf. Supervisi berfungsi untuk memberikan dorongan stimulasi dan membantu guru agar dapat mengembangkan pengetahuan dalam keterampilan mengajar. Mengajar merupakan suatu ilmu pengetahuan, suatu keterampilan, dan seklaigus suatu kiat. Kemampuan - kemampuan hanya dapat dicapai bila ada latihan, mengulang, dan dengan sengaja dipelajari. h. Memberi wawasan yang lebih luas dan terintegrasi dalam merumuskan
tujuan-tujuan pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru. Salah satu fungsi supervisi adalah mengembangkan kemampuan guru-guru. Setiap guru pada suatu saat sudah harus mampu mengukur kemampuannya. Menurut Ametembun (Gunawan, 2002:199), ada empat fungsi supervisi, yaitu
1) Penelitian
Fungsi penelitian adalah fungsi supervisi yang harus dapat mencari jalan keluar dari permasalahan yang sedang dihadapi. Penelitian ini ini dilakukan sesuai dengan prosedur ilmiah, yaitu merumuskan masalah yang akan diteliti, megumpulkan data, mengelolah data, dan melakukan analisis guna menarik suatu kesimpulan atas apa yang berkembang dalam menyusun strategi keluar dari permasalaahan di atas.
2) Penilaian
Fungsi penilaian adalah untuk mengukur tingkat kemajuan yang diinginkan, seberapa besar telah dicapa, dan penilaian ini dilakukan dengan berbagai cara seperti tes, penetapan standar, penilaian kemajuan belajar siswa, melihat perkembangan hasil penilaian sekolah, serta prosedur lain yang berorentasi pada peningkatan mutu pendidikan.
3) Perbaikan
Fungsi perbaikan adalah sebagai usaha untuk mendorong guru baik secara perseorangan maupun kelompok agar mereka mau melakukan berbagai perbaikan dalam menjalankan tugas mereka. Perbaikan ini dapat dilakukan dengan bimbingan, yaitu dengan cara membangkitkan kemauan, memberi semangat, mengarahkan dan meransang untuk melakukan
percobaan, serta membantu menerapkan sebuah prosedur mengajar yang baru.
4) Pembinaan
Fungsi pembinaan merupakan salah satu usaha untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi, yaitu dengan melakukan pembinaan atau pelatihan kepada guru-guru tentang cara-cara baru dalam melaksanakan suatu proses pembelajaran. Pembinaan ini dapat dilakukan melalui demonstrasi mengajar, workshop, seminar, observasi, konferensi individual dan kelompok, serta kunjungan supervisi.
Menurut Jasmani Asf dkk (2013:42) fungsi supervisi pendidikan yang sangat penting diketahui oleh para pimpinan pendidikan termasuk kepala sekolah adalah sebagai berikut:
a. Dalam Bidang Kepemimpinan
1) Menyusun rencana dan policy bersama.
2) Mengikutsertakan anggota -anggota kelompok (guru, pegawai, dan masyarakat) dalam berbagai kegiatan.
3) Memberikan bantuan kepada anggota kelompok dalam menghadapi dan memecahkan berbagai macam persoalan.
4) Membangkitkan dan memupuk semangat kelompok atau memupuk moral yang tinggi kepada anggota kelompok.
5) Mengikutsertakan semua anggota dalam menetapkan putusan-putusan. 6) Membagi-bagi dan mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab
kepada kelompok sesuai dengan fungsi dan kecakapan masing-masing. 7) Mempertinggi daya kreatif pada anggota kelompok.
8) Menghilangkan rasa malu dan rasa rendah diri pada anggota kelompok sehingga mereka berani mengemukakan pendapat demi kepentingan bersama.
b. Dalam hubungan kemanusiaan
1) Memanfaatkan kekeliruan ataupun kesalahan-kesalahan yang dialaminya untuk dijadikan pelajaran demi perbaikan selanjutnya, bagi diri sendiri maupun bagi anggota kelompoknya.
2) Membantu mengatasi kekurangan ataupun kesulitan yang dihadapi anggota kelompok seperti dalam hal kemalasan, merasa rendah diri, acuh tak acuh, pesimistis, dan sebagainya.
3) Mengarahkan anggota kelompok kepada sikap-sikap yang demokratis. 4) Memupuk rasa saling menghormati di antara semua anggota kelompok
dan sesame manusia.
5) Menghilangkan rasa curiga mencurigai antar-anggota kelompok. c. Dalam Pembinaaan Proses
1) Mengenal masing-masing pribadi anggota kelompok, baik kelemahan maupun kemampuan masing-masing.
2) Menimbulkan dan memelihara sikap percaya mempercayai antar sesama anggota dan pimpnan.
3) Memupuk sikap dan kesedian tolong-menolong.
4) Memperbesar rasa tanggunggung jawab para anggota kelompok.
5) Bertindak bijaksana dalam menyelesaikan pertentangan atau perselisihan pendapat di antara anggota kelompok.
6) Menguasai teknik-teknik memimpin rapat dan pertemuan-pertemuan lainnya.
d. Dalam bidang administrasi personal
1) Memilih personel yang memiliki syarat-syarat dan kecakapan yang diperlukan untuk suatu pekerjaan.
2) Menempatkan personel pada tempat dan tugas yang sesuai dengan kecakapan dan kemampuan masing-masing.
3) Mengusahakan susunan kerja yang menyenangkan dan meningkatkan daya kerja serta hasil maksimal.
e. Dalam bidang evaluasi
1) Menguasai dan memahami tujuan-tujuan pendidikan secara khusus dan terperinci.
2) Menguasai dan memeliki norma-norma atau ukuran-ukuran yang akan digunakan sebagai kriteria penilaian.
3) Menguasai teknik-teknik pengumpulan data untuk memperoleh data yang lengkap, benar, dan dapat diakui menurut norma-norma yang ada.
4) Menafsirkan dan menyimpulkan hasil-hasil penilaian sehingga mendapat gambaran tentang kemungkinan –kemungkinan untuk mengadakan perbaikan.
Menurut Sergiovanni (1987:28) menyebutkan bahwa ada tiga fungsi supervisi pendidikan di sekolah, yaitu:
1) Fungsi pengembangan, berarti supervisi pendidikan, apabila dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dapat meningkatkan keterampilan guru dalam mengelola proses pembelajaran
2) Fungsi motivasi, berarti supervisi pendidikan, apabila dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, dapat menumbuhkembangkan motivasi kerja guru.
3) Dengan fungsi kontrol, berarti supervisi pendidikan apabila dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, memungkinkan supervisor melaksanakan kontrol terhadap pelaksanaantugas-tugas guru.
4. Tipe Supervisi Pendidikan
Menurut Gunawan (2002:200-201), cara-cara supervisi dapat dibedakan menjadi beberapa tipe yaitu:
a. Otokrasi
Supervisor yang otokrasi ini menganggap bahwa fungsinya adalah sebagai penentu segala kebijakan yang harus dijalankan dan bagaimana harus menjalankannya. Selanjutnya, mengawasi bagaimana kebijakannya itu dijalankan oleh bawahannya. Tipe supervisi ini hamper mirip dengan inspeksi. Otoritas mutlak pada pihak supervisor. Supervisi tipe ini
dijalankan untuk, mengawasi, meneliti, dan mencermati apakah guru dan petugas di sekolah sudah melaksanakan seluruh tugas yang diperintahkan atau belum.
b. Demokrasi
Supervisor yang demokratis melaksanakan fungsinya secara konsekuen dengan fungsi supervisi yang sebenarnya, yaitu membina dalam arti yang semurni-murninya. Otoritas supervisor seimbang dengan otoritas pada pihak yang disupervisi. Dalam tipe ini, tanggung jawab tidak hanya berada di tangan pimpinan saja, tetapi didistribusikan didelegasikan kepada para anggota atau warga sekolah sesuai dengan kemampuan dan keahlian masing-masing.
c. Pseudo atau Quasi demokratis (demokratis semu)
Dalam praktiknya sering terdapat seorang supervisor yang berbuat solah-olah demokratis, seperti mengadakan rapat untuk memusyawarahkan sesuatu permasalahan tetapi dalam rapat tersebut supervisor berusaha memaksakan rencananya atau keinginannya untuk dituruti bawahannya dengan cara atau muslihat yang halus dan licin. Dalam tipe ini guru sama sekali tidak diberi kesempatan untuk bertanya mengapa supervisor memutuskan suatu hal. Supervisi ini mungkin masih bisa diterapkan secara tepat untuk hal-hal yang bersifat awal. Misalnya, supervisi yang dilakukan kepada guru yang baru mulai mengajar. Dalam keadaan demikian, apabila supervisor tidak bertindak tegas, yang disupervisi akan menjadi ragu-ragu dan bahkan kehilangan arah.
d. Tipe manipulasi dioplomasi
Supervisor tipe ini juga melaksanakan prinsip demokratis seperti mengadakan rapat atau musyawarah, tetapi dengan kelihaiannya ia berusaha menggiring pikiran seluruh peserta rapat agar dapat menyetujui kehendaknya.
e. Laissez- faire
Supervisor tipe ini menginterprestasikan demokrasi dengan memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya sehingga akhirnya supervisor sendiri kehilangan otoritas sama sekali. Dalam tipe ini, para pegawai dibiarkan saja bekerja sekehendaknya tanpa diberi petunjuk yang benar. Misalnya, guru boleh mengajar sebagaimana mereka inginkan, baik pengembangan materi maupun pemilihan metode pembelajaran.
Menurut Ngalim Purwanto (56-60) ada beberapa tipe supervisi pendidikan yaitu:
1) Tipe Inspeksi
Tipe seperti ini biasanya terjadi dalam administrasi dan model kepemimpinan yang otokratis, mengutamakan pada upaya mencari kesalahan orang lain, bertindak sebagai “Inspektur” yang bertugas mengawasi pekerjaan guru. Supervisi ini dijalankan terutama untuk mengawasi, meneliti dan mencermati apakah guru dan petugas di sekolah sudah melaksanakan seluruh tugas yang diperintahkan serta ditentukan oleh atasannya.
2) Tipe Laisses Faire
Tipe ini kebalikan dari tipe sebelumnya. Kalau dalam supervisi inspeksi bawahan diawasi secara ketat dan harus menurut perintah atasan, pada supervisi Laisses Faire para pegawai dibiarkan saja bekerja sekehendaknya tanpa diberi petunjuk yang benar. Misalnya: guru boleh mengajar sebagaimana yang mereka inginkan baik pengembangan materi, pemilihan metode ataupun alat pelajaran. 3) Tipe Coersive
Tipe ini tidak jauh berbeda dengan tipe inspeksi. Sifatnya memaksakan kehendaknya. Apa yang diperkirakannya sebagai sesuatu yang baik, meskipun tidak cocok dengan kondisi atau kemampuan pihak yang disupervisi tetap saja dipaksakan berlakunya. Guru sama sekali tidak diberi kesempatan untuk bertanya mengapa harus
demikian. Supervisi ini mungkin masih bisa diterapkan secara tepat untuk hal-hal yang bersifat awal. Contoh supervisi yang dilakukan kepada guru yang baru mulai mengajar. Dalam keadaan demikian, apabila supervisor tidak bertindak tegas, yang disupervisi mungkin menjadi ragu-ragu dan bahkan kehilangan arah yang pasti
4) Tipe Training dan Guidance
Tipe ini diartikan sebagai memberikan latihan dan bimbingan. Hal yang positif dari supervisi ini yaitu guru dan staf tata usaha selalu mendapatkan latihan dan bimbingan dari kepala sekolah. Sedangkan dari sisi negatifnya kurang adanya kepercayaan pada guru dan karyawan bahwa mereka mampu mengembangkan diri tanpa selalu diawasi, dilatih dan dibimbing oleh atasannya. 5) Tipe Demokratis
Selain kepemimpinan yang bersifat demokratis, tipe ini juga memerlukan kondisi dan situasi yang khusus. Tanggung jawab bukan hanya seorang pemimpin saja yang memegangnya, tetapi didistribusikan atau didelegasikan kepada para anggota atau warga sekolah sesuai dengan kemampuan dan keahlian masing-masing. 5. Prinsip Dasar Supervisi Pendidikan
Menurut Sahertian (2008: 20), supervisi memiliki prinsip-prinsip yang harus dilaksanakan sebagai berikut:
a. Prinsip ilmiah (scientific). Prinsip ini mengandung ciri-ciri sebagai berikut: 1) Kegiatan supervisi dilaksanakan berdasarkan data objektif yang diperoleh
dalam kenyataan pelaksanaan proses belajar mengajar.
2) Untuk memperoleh data perlu diterapkan alat perkam data, seperti angket, observasi, percakapan pribadi, dan seterusnya.
3) Setiap kegiatan supervisi dilaksanakan secara sistematis, berencana, dan kontinu.
b. Prinsip demokrasi
Servis dan bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan hubungan kemanusiaan yang akrab dan kehangatan sehingga guru-guru merasa aman untuk mengembangkan tugasnya. Demokratis mengandung makna menjunjung tinggi harga diri dan martabat guru, bukan berdasarkan atas bewahan, melainkan berdasarkan rasa kesejawatan.
c. Prinsip kerja sama
Mengembangkan usaha bersama, atau menurut istilah supervisi sharing
of idea, sharing of experience, memberi support mendorong, dan
menstimulasi guru sehingga mereka merasa tumbuh bersama. d. Prinsip konstruktif dan kreatif
Setiap guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan potensi kreativitas jika supervisi mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, bukan melalui cara-cara yang menakutkan.
Selain empat prinsip supervisi di atas, juga terdapat prinsip supervisi menurut Gunawan (2002:196) yaitu:
a. Prinsip fundamental atau dasar
Setiap pemikiran, sikap, dan tindakan seorang supervisor harus berdasar atau berlandasan pada sesuatu yang kukuh, kuat, serta dapat dipulangkan kepadanya. Setiap supervisor pendidikan Indonesia harus bersikap konsisten dan konsekuen dalam pengalaman sila-sila pancasila secara murni dan konsekuen. Sebab, pancasila merupakan prinsip fundamental bagi seorang supervisor.
b. Prinsip praktis
Dalam pelaksanaan sehari-hari seorang supervisor berpedoman pada prinsip positif dan prinsip negative. Prinsip positif adalah pedoman yang harus dilakukan seorang supervisor agar berhasil dalam pembinaannya, sedangkan prinsip negatif merupakan pedoman yang tidak boleh dilakukan oleh seorang supervisor agar berhasil dalam pelaksanaan supervisi. Prinsip positif seorang supervisor, antara lain sebagai berikut:
1) Supervisi harus konstruksi dan kreatif
2) Supervisi harus dilakukan berdasarkan hubungan profesional, bukan berdasar hubungan pribadi.
3) Supervisi hendaklah progresif, tekun, sabar, tabah, dan tawakal.
4) Supervisi hendaklah dapat mengembangkan potensi, bakat, dan kesanggupan untuk mencapai kemajuan.
5) Supervisi hendaklah senantiasa memerhatikan kesejahteraan dan hubungan baik yang dinamik.
6) Supervisi hendaklah bertolak dari keadaan yang kini dan nyata menuju sesuatu yang dicita-citakan.
7) Supervisi harus jujur, objektif, dan siap mengevaluasi diri sendiri demi kemajuan.
Sementara prinsip negatif seorang supervisor, antara lain sebagai berikut: 1) Supervisi tidak boleh memaksakan kemauannya kepada orang-orang
yang disupervisi.
2) Supervisi tidak boleh dilakukan berdasarkan hubungan pribadi, keluarga, pertemanan, dan sebagainya.
3) Supervisi hendaknya tidak menutup kemungkinan terhadap perkembangan dan hasrat untuk maju bagi bawahannya dengan dalih apa pun. Supervisi tidak boleh terlalu cepat mengharapkan hasil dan mendesak bawahannya.
6. Sasaran Supervisi Pendidikan
Menurut Engkoswara, dkk (2010:229) sasaran supervisi pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Sasaran supervisi pendidikan adalah proses pembelajaran. Pelaku utama daslam suatu proses belajar mengajar (PBM) adalah guru peserta didik. Di samping itu, terdapat anggapan bahwa guru merupakan unjung tombak pembelajaran, sehingga untuk menjadikan PBM itu efektif maka perlu dilakukan pembinaan terhadap guru agar mereka dapat melaksanakan tugasnya secara profesional.
b. Sasaran supervisi pendidikan adalah pengelolaan pendidikan secara efektif. Pelaksana dan penanggung jawab pendidikan yang utama adalah kepala sekolah. Kepela sekolah merupakan pemimpin pendidikan yang memfasilitasi terwujudnya budaya akademik yeng mendukung pelaksanaan PBM. Oleh Karena itu, kepala sekolah menjadi sasaran supervisi pendidikan.
c. Secara umum sasaran supervisi adalah seluruh sumber daya pendidikan mengupayakan terwujudnya PBM efektif.
7. Teknik-teknik Supervisi Pendidikan
Menurut Jasmani Asf (2013:71) ada bebarapa teknik supervisi yang lazim digunakan dan diterapkan supervisor dalam melakukan supervisinya sebagai berikut:
a.Kunjungan dan Observasi Kelas
Kunjungan dan observasi kelas adalah metode atau teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah, supervisor, dan Pembina lainnya dalam rangka mengamati pelaksanaan proses belajar mengajar sehingga memperoleh data yang diperlukan dalam pembinaan guru. Kunjungan dan observasi kelas merupakan metode atau teknik supervisi yang to the point kena sasaran. Tujuan kunjungan dan observasi kelas ini adalah untuk menolong guru dalam mengatasi kesulitan atau masalah guru di dalam kelas. Melalui kunjungan dan observasi kelas, pengawas akan membantu memecahkan permasalahan yang dialaminya.
Kunjungan dan observasi kelas dapat dilakukan dengan pemberitahuan atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, dan bisa juga atas dasar undangan dari kepala sekolah dan guru itu sendiri. Dalam melaksanakan kunjungan dan observasi kelas terdapat tiga tahapan, yaitu pertama, tahap persiapan, pada tahap ini supervisor merencanakan waktu, sasaran, dan cara mengobservasi selama kunjungan kelas. Kedua, tahap pengamatan, pada tahap ini supervisor melakukan observasi jalannya proses pembelajaran sedang berlangsung. Ketiga, tahap akhir, pada tahap
ini supervisor bersama guru mengadakan perjanjian untuk membicarakan hasil-hasil observasi. Setelah itu dilakukan tindak lanjut. Disini ada beberapa kriteria kunjungan dan observasi kelas yang baik, antara lain sebagai berikut:
1) Memiliki tujuan-tujuan tertentu.
2) Mengungkapkan aspek-aspek yang dapat memperbaiki kemampuan guru.
3) Menggunakan instrumen observasi tertentu untuk mendapatkan data yang objektif.
4) Terjadi interaksi antara Pembina (supervisor) dengan yang dibina (guru) sehingga menimbulkan sikap saling pengertian.
5) Pelaksanaan kunjungan dan observasi kelas seyogiannya tidak menganggu proses belajar mengajar.
6) Pelaksanaannya diikuti dengan program tindak lanjut.
Kunjungan dan observasi kelas sangat bermanfaat untuk mendapatkan informasi tentang proses belajar mengajar secara langsung, baik yang menyangkut kelebihan maupun kekurangan dan kelemahannya. Melalui teknik ini, supervisor atau kepala sekolah dapat mengamati secara langsung kegiatan guru dalam melaksanakan tugas utamanya, mengajar, menggunakan alat, metode, dan teknik mengajar secara keseluruhan dengan berbagai factor yang memengaruhinya.
b. Pembicaraan Individual
Kunjungan dan observasi kelas pada umumnya dilengkapi dengan pembicaraan individual antara supervisor, kepala sekolah, dan guru atau sesame guru. Pembicaraan individual dapat pula dilakukan tanpa harus melakukan kunjungan dan observasi kelas terlebih dahulu, jika supervisor dan kepala sekolah merasa bahwa guru memerlukan bantuan atau guru itu sendiri yang merasa perlu bantuan. Pembicaraan individual merupakan salah satu alat supervisi penting karena dalam kesempatan tersebut supervisor dapat bekerja secara individual dengan guru dalam memecahkan
masalah pribadi yang berhubungan dengan proses pembelajaran. Dalam melaksanakan pembicaraan individual, terdapat beberapa tujuan sebagai berikut.
1) Memberikan kemungkinan terpecahnya permasalahan yang dihadapi guru.
2) Mengembangkan hal mengajar yang lebih baik.
3) Memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan pada diri sendiri. 4) Menghilangkan atau menghindari segala prasangka yang bukan- bukan. Jadi prinsip dasar metode atau teknik supervisi pembicaraan individual adalah pelaksanaannya dilakukan setelah supervisor mengobservasi kondisi dan situasi proses pembelajaran. Dengan demikian, terjalin hubungan yang akrab antara supervisor dan guru. Tujuan dari metode atau teknik supervisi pembicaraan individual, yaitu untuk menganalisis kesulitan-kesulitan guru dalam pembelajaran, baik yang timbul oleh guru itu sendiri maupun yang ditimbulkan oleh komponen-komponen pembelajaran yang lain. Metode atau teknik supervisi ini cocok diterapkan oleh supervisor yang sudah lama dan banyak jam kerjanya serta memiliki tingkat kompetensi yang tinggi. c.Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok atau pertemuan kelompok adalah suatu kegiatan pengumpulan sekelompok orang dalam situasi tatap muka dan interaksi lisan untuk bertukar informasi atau berusaha mencapai suatu keputusan tentang masalah-masalah bersama. Kegiatan diskusi ini dapat mengambil beberapa bentuk pertemuan, seperti panel, seminar, lokakarya, konferensi, kelompok studi, kelompok komisi, dan kegiatan lainyang bertujuan bersaa-sama membicarakan dan menilai masalah-masalah tentang pendidikan dan pengajaran. Kegiatan kelompok diskusi di sekolah dapat dikembangkan melalui rapat sekolah untuk membahas bersama-sama masalah pendidikan dan pengajaran di sekolah bersangkutan. Pertemuan-pertemuan semacam itu penting dalam supervisi modern agar guru dapat menikmati berbagai suasana pertemuan kelompok dengan tenang dan menyenangkan.
d.Demonstrasi Mengajar
Demonstrasi mengajar termasuk metode atau teknik supervisi pendidikan yang dapat dilakukan oleh supervisor dan guru yang dipandang ahli untuk memperkenalkan metode mengajar yang efektif. Demostrasi mengajar ialah proses pembelajaran yang dilakukan oleh supervisor dan seorang guru lain dapat mengambil hikmah dan manfaatnya. Demonstrasi mengajar bertujuan untuk memberikan contoh, bagaimana cara melaksanakan proses pembelajaran yang baik dalam menyajikan materi, menggunakan pendekatan, metode, dan media pembelajaran. Demonstrasi mengajar bertujuan membantu guru dalam mengembangkan pengajaran yang efektif. Demonstrasi mengajar merupakan teknik supervisi yang besar manfaatnya bagi guru-guru. Perlu dipahami oleh supervisor bahwa tidak ada cara mengajar yang paling baik untuk setiap tujuan. Oleh karena itu, supervisor perlu menjelaskan kesempatan demonstrasi mengajar tersebut sebagai salah satu alteratif penampilan dengan maksud tertentu. Guru-guru hendaknya mendapat kesempatan untuk menganalisis penampilan mengajar yang diamati itu.
e.Pengembangan Perpustakaan
Ciri profesional seorang guru antara lain tercemin dalam kemauannya untuk belajar secara terus-menerus guna meningkatkan dan memperbaiki tugas utamanya, yaitu mengajar.Guru hendaknya merupakan kelompok reading people dan menjadi bagian dari masyarakat belajar, yang menjadi belajar sebagai kebutuhan hidupnya. Untuk kepentigan tersebut diperlukan berbagai sumber belajar yang dapat memenuhi kebutuhan guru, terutama dalam kaitannya dengan sumber-sumber belajar berupa buku. Dikatakan demikian karena buku merupakan gudang ilmu dan sebagai salah satu sumber pengetahuan yang utama.
Sehubungan dengan hal itu, diperlukan sejumlah buku perpustakaan yang sesuai dengan bidang ilmu atau bidang kajian setiap guru. Dalam hal ini kehadiran perpustakaan di sekolah sangat dirasakan manfaatnya dan sangat
penting bagi peningkatan dan pertumbuhan jabatan guru. Penyediaan dan ketercukupan sumber-sumber belajar di perpustakaan sebagai metode atau teknik supervisi pendidikan mutlak dipenuhi oleh pengelola lembaga pendidikan, agar guru dan peserta didik dapat belajar mandiri atau berkelompok. Dengan demikian, harapan guru sebagai reading people dapat terwujud. Teknik seperti ini, di satu sisi meringankan tugas dan tanggung jawab supervisor pendidikan. Tetapi, dalam kenyataannya belum semua guru memandang, bahwa membaca dan belajar merupakan suatu kebutuhan hidup. Oleh sebab itu, supervisor hendaknya memotivasi guru agar senantiasa gemar membaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan terkait dengan tugas dan kewajibannya sebagai guru.
f. Buletin Supervisi
Sebagai salah satu metode atau teknik supervisi, buletin supervisi dapat dibuat secara berkala dan tentu dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi untuk perbaikan program pendidikan dan pengajaran. Buletin supervisi terdiri dari buletin supervisi mingguan dan bulanan. Prinsip dasar supervisi buletin adalah pemusatan hasil belajar berdasarkan secara menyeluruh. Metode atau teknik bulletin supervisi bertujuan untuk menciptakan komunikasi secara internal dan bersifat pengembangan, tentu caranya dengan mengadakan dan mengoptimalkan sarana media cetak. g.Kunjungan Rumah
Metode atau teknik supervisi kunjungan rumah bisa dilakukan supervisor untuk melakukan pembinaan terhadap guru sebagai pelaksana tugas dan kewajibannya sebagai pendidik. Kunjungan rumah merupakan suatu metode atau teknik supervisi yang door to door dengan cara jemput kepada guru yang akan disupervisi. Tujuannya untuk mempelajari bagaimana situasi dan kondisi kehidupan orang yang disupervisi di rumah, terutama meneliti masalah-masalah yang secara langsung maupun tak langsung mempengaruhi tugas dan kewajiban dari orang yang disupervisi itu. Melalui kunjungan rumah, supervisor dan kepala sekolah dapat membantu
dan meringankan permasalahan di rumah yang dialami guru. Kunjungan rumah dapat dilakukan dengan pemberitahuan atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, dan bisa juga atas dasar undangan dari guru itu sendiri. h.Intervisitasi
Intervisitasi merupakan metode atau teknik supervisi pendidikan dengan cara saling mengunjungi antara sesame guru yang sedang mengajar untuk mengobservasi situasi dalam proses pembelajaran masing-masing. Kunjungan antar kelas juga dapat digolongkan sebagai teknik supervisi secara perorangan. Kegiatan ini dilakukan guru yang satu berkunjungan ke kelas yang lain dalam lingkungan sekolah itu sendiri. Melalui kunjungan antar kelas ini, diharapkan guru akan memperoleh pengalaman baru dari teman sejawatnya mengenai pelaksanaan proses pembelajaran, pengelolaan kelas, dan sebagainya. Agar kunjungan antar kelas ini dapat berhasil dengan baik dan bermanfaat, harus ada beberapa hal yang mesti diperhatikan, sebagai berikut.
1) Guru-guru yang akan dikunjungi harus diseleksi dengan sebaik-baiknya.
2) Diupayakan agar mencari guru yang berpengalaman sehingga mampu memberikan pengalaman baru bagi guru-guru yang akan mengunjungi. 3) Tentukan guru-guru yang akan mengunjungi.
4) Sediakan segala fasilitas yang diperlukan dalam kunjungan kelas. 5) Supervisor hendaknya mengikuti acara ini dengan cermat.
6) Amatilah apa-apa yang ditampilkan secara cermat dan mencatatnya pada format-format tertentu.
7) Adakan tindak lanjut setelah kunjungan antar kelas selesai. Misalnya, dengan percakapan pribadi, penegasan, dan pemberian tugas-tugas tertentu.
8) Segera aplikasikan ke sekolah atau ke kelas guru bersangkutan, yaitu dengan menyesuaikan pada situasi dan kondisi yang dihadapi.
9) Adakan perjanjian-perjanjian untuk mengadakan kunjungan antar kelas berikutnya.
i. Workshop atau lokakarya
Workshop atau lokakarya merupakan salah satu metode atau teknik yang dapat diterapkan supervisor dalam melakukan supervisi manajerial yang bertujuan untuk mengembangkan professional kepala sekolah, guru, dan karyawan. Penetapan metode atau teknik tersebut bersifat kelompok dan dapat melibatkan beberapa kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan peewakilan komite sekolah. Penyelenggaraan workshop atau lokakarya ini tentunya disesuaikan dengan tujuan dan urgensinya. Workshop dapat diselenggarakan bersama dengan kelompok kerja kepala sekolah atau organisasi sejenis lainnya. Sebagai contoh, supervisor dapat mengambil inisiatif untuk mengadakan workshop lokakarya, misalnya tentang pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sistem administrasi, peran serta masyarakat, sistem penilaian, dan lain sebagainya. Prinsip dasar supervisi pendidikan teknik workshop atau lokakarya menghidupkan kerja sama antara komponen pendidikan yang memadai. Metode atau teknik ini bertujuan untuk memecahkan situasi dan permasalahan yang muncul di bidang pendidikan dan pengajaran dalam kehidupan sehari-hari. Hanya saja, penggunaan metode atau teknik workshop atau lokakarya dalam supervisi pendidikan memerlukan biaya cukup besar di samping perlu persiapan ekstra keras.
j. In-Service Training
Untuk kepentingan meningkatkan kualitas mengajar, seorang supervisor perlu mendorong dan mengajak kepada guru untuk mengembangkan pengetahuan sesuai dengan berbagai macam cara. Salah satunya dengan mengikuti atau mengadakan penataran-penataran (in-service-training). Metode atau teknik supervisi in-service traning ini dilakukan melalui penataran-penataran untuk guru mata pelajaran tertentu per-sektor atau gugus, per-kabupaten, atau per-wilayah. Mengingat bahwa penataran pada
umumnya diselenggarakan oleh pusat atau wilayah, tugas kepala sekolah adalah mengelola dan membimbing pelaksanaan tindak lanjut (follow up) dari hasil penataran tersebut. Prinsip dasar teknik supervisi in-servise training mengacu pada asas pendidikan seumur hidup yang bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan tenaga profesional sehingga diperlukan strategi yang memadai dalam pengembangan ini.
k. Rapat Sekolah
Seorang kepala sekolah menjalankan tugas dan peranannya berdasarkan rencana strategis dan rencana operasional yang telah disusun setiap awal tahun pelajaran. Pertemuan atau rapat sekolah (metting) yang diagendakan kepala sekolah seluruh kepentingan sekolah, seperti kurikulum, guru, peserta didik, staf sekolah, fasilitas dan sarana prasarana, media, lingkungan, pembiayaan, kerja sama, keterlibatan masyarakat, dan lain sebagianya. Pertemuan atau rapat sekolah sebagai salah satu metode atau teknik supervisi pendidikan perlu mendapat perhatian dari setiap kepala sekolah. Memandang bahwa metode atau teknik ini dalam pelaksanaannya banyak hal yang dibicarakan maka harus diagendakan secara periodik dan berkala dengan jelas dan pada waktu yang tepat. Supervisor memberi masukan dan saran rasional kepada kepala sekolah untuk mengadakan rapat sekolah, dan pada pertemuan atau rapat sekolah perlu melibatkan komite sekolah dan dewan pendidikan kabupaten, tergantung apa agenda dan tujuan yang hendak dicapai. Misalnya, bagaimana mencari peluang dan kerja sama dengan orang tua wali peserta didik dan stakeholder sekolah untuk menimbun halaman sekolah dan memperbaiki saluran drainase dilingkungan sekolah di lingkungan sekolah agar tidak kebanjiran.
8. Model-Model Supervisi Akademik
Menurut Donni Juni Priansa dkk (2014:111), terdapat sejumlah model yang dapat digunakan dalam melaksanakan kegiatan supervisi akademik, antara lain: a. Model Supervisi Tradisional