• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori Albert Bandura

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Teori Albert Bandura"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

TEORI ALBERT BANDURA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Kepribadian Dosen pengampu Faisaludin, M.Psi

Anggota :

1. Aulia Rizka Noviyanti (1114500106)

2. Ayu Sulistian (1114500035)

3. Mefi Kartikasari (1114500005) 4. Nandito Over Beeke (1114500093)

Semester 4C

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL

2016

(2)

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa karena berkat rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah “Teori Bandura” sesuai waktu yang telah di tentukan oleh dosen pembimbing.

Sholawat dan salam tak lupa kami curahkan kepada Nabi Muhammmad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kebrobokan akhlak ke zaman penuh peradaban.

Kami juga mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini yakni dosen pembimbing, Faisaludin, M.Psi yang telah memberikan ilmu serta bimbingan.

Makalah ini disusun dan dibuat sebagai salah satu pelengkap untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling yaitu Teori Kepribadian.

Dalam penulisan laporan ini, penulis menyadari betul masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, semoga laporan ini bisa memberikan manfaat bagi kami dan pembaca terutama dalam dunia pendidikan.

Tegal, Juni 2016

Penulis

(3)

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang ... 1

II. Rumusan Masalah ... 2

III. Tujuan ... 2

BAB II PEMBAHASAN I. Biografi Albert Bandura ... 3

II. Eksperimen Albert bandura ... 4

III. Teori Albert Bandura ... 5

IV. Kelebihan dan Kelemahan Teori Albert Bandura ... 12

BAB V PENUTUP I. Simpulan ... 13

II. Saran ... 13 DAFTAR PUSTAKA

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Salah satu tokoh aliran behavior adalah Albert Bandura. Dia sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial, konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari fikiran, pemahaman dan evaluasi. Ia seorang psikologi yang terkenal dengan teori belajar sosial atau kognitif sosial serta efikasi diri. Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak–anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.

Albert Bandura merupakan salah satu perancang teori kognitif sosial. Bandura mengembangkan model deterministic resipkoral yang terdiri dari tiga faktor utama yaitu perilaku, person/kognitif dan lingkungan. Faktor ini bisa saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor lingkungan mempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan, faktor person/kognitif mempengaruhi perilaku. Faktor person Bandura tak punya kecenderungan kognitif terutama pembawaan personalitas dan temperamen. Faktor kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi pemikiran dan kecerdasan.

Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peranan penting. Faktor person (kognitif) yang dimaksud saat ini adalah

self-efficasy atau efikasi diri. Menurut Bandura (1994), individu yang memiliki efikasi

diri yang tinggi akan sangat mudah dalam menghadapi tantangan. Individu tidak merasa ragu karena ia memiliki kepercayaan yang penuh dengan kemampuan dirinya. Individu ini menurut Bandura (1994) akan cepat menghadapi masalah dan mampu bangkit dari kegagalan yang ia alami.

Menurut Bandura proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial jenis ini. Contohnya, seseorang yang hidupnya dan dibesarkan di dalam lingkungan judi, maka dia cenderung untuk memilih bermain judi, atau sebaliknya menganggap bahwa judi itu adalah tidak baik.

(5)

1. Bagaimana biografi Albert Bandura?

2. Bagaimana eksperimen yang dilakukan oleh Albert Bandura? 3. Apasaja teori Albert Bandura?

4. Apa kelebihan dan kelemahan teori Albert Bandura?

III. Tujuan

1. Mengetahui biografi Albert Bandura

2. Mengetahui eksperimen yang dilakukan oleh Albert Bandura 3. Mengetahui teori Albert Bandura

4. Mengetahui kelebihan dan kelemahan teori Albert Bandura

BAB II

PEMBAHASAN

(6)

I. Biografi Albert Bandura

Albert Bandura merupakan salah satu tokoh aliran behaviorisme. Dia dilahirkan pada 04 Desember 1925 di Mundare, Alberta, Kanada. Ia adalah anak bungsu dari enam bersaudara dalam keluarga keturunan Eropa Timur. Bandura menyelesaikan SD dan SMA di salah satu sekolah di kota, yang kurang dari guru dan sumber daya. Pada tahun 1949 beliau mendapat gelar sarjana muda di University of British Columbia dalam bidang psikologi. Ia Memperoleh gelar PhD dalam psikologi klinis dari University of Iowa pada tahun 1952, dan setahun kemudian ia bergabung mengajar dengan fakultas di Universitas Stanford.

Albert Bandura adalah salah seorang behavioris yang meneliti beberapa kasus, salah satunya adalah kenakalan remaja. Menurutnya lingkungan membentuk perilaku dan perilaku membentuk lingkungan. Selain itu, menurutnya kepribadian merupakan hasil dari interaksi tiga hal, yaitu lingkungan, perilaku, dan proses psikologi seseorang. Bandura dan rekan-rekannya merintis pekerjaan di bidang modeling sosial dan menunjukkan bahwa pemodelan adalah proses yang kuat yang menjelaskan beragam bentuk pembelajaran (lihat Bandura 1971a, 1971b; Bandura & Walters, 1963). Dalam program penelitian di Stanford University, Bandura dan rekan-rekannya mengembangkan teori pembelajaran sosial dan peran menonjol dari pembelajaran observasional dan pemodelan sosial pada motivasi, pemikiran, dan tindakan manusia. Pada pertengahan 1980-an Bandura mengganti nama teorinya menjadi social cognitive theory, yang menjelaskan bagaimana kita berfungsi sebagai pengorganisir diri, proaktif, self-reflektif, dan makhluk pengatur diri sendiri (lihat Bandura, 1986). Gagasan ini menyatakan kita tidak hanya organisme reaktif yang dibentuk oleh kekuatan lingkungan atau didorong oleh impuls batin yang mewakili pergeseran dramatis dalam pengembangan terapi behavior. Bandura memperluas ruang lingkup terapi behavior dengan mengembangkan kekuatan kognitif-afektif batin yang memotivasi perilaku manusia.

Ada beberapa kualitas eksistensial yang melekat dalam teori kognitif sosial Bandura. Bandura telah menghasilkan banyak bukti empiris yang menunjukkan pilihan hidup yang kita miliki dalam semua aspek kehidupan kita. Self-Efficacy: Latihan Kontrol (Bandura, 1997), Bandura menunjukkan aplikasi yang komprehensif dari teori self-efficacy untuk bidang-bidang seperti pembangunan manusia, psikologi,

(7)

psikiatri, pendidikan, kedokteran dan kesehatan, atletik, bisnis, sosial dan perubahan politik, dan hubungan internasional.

Bandura telah berkonsentrasi pada empat bidang penelitian: (1) kekuatan pemodelan psikologis dalam membentuk pikiran, emosi, dan tindakan; (2) mekanisme lembaga manusia, atau cara orang mempengaruhi motivasi dan perilaku mereka sendiri melalui pilihan; (3) persepsi masyarakat tentang keberhasilan mereka lebih dipengaruhi kegiatan latihan yang mempengaruhi kehidupan mereka; dan (4) bagaimana reaksi stres dan depresi disebabkan. Bandura telah menciptakan salah satu dari mega teori beberapa yang masih berkembang pada awal abad ke-21. Dia telah menunjukkan bahwa orang perlu rasa self-efficacy dan ketahanan untuk menciptakan kehidupan yang sukses dan untuk memenuhi hambatan yang tak terelakkan dan tantangan yang mereka hadapi.

Sampai saat ini Bandura telah menulis sembilan buku, banyak yang telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Pada tahun 2004 ia menerima penghargaan Psikologi Outstanding Lifetime Contribution dari American Psychological Association. Pada tahun 80-an awal, Bandura melanjutkan mengajar dan melakukan penelitian di Stanford University dan melakukan penjelajahan ke seluruh dunia. Dia masih meluagkan waktu untuk mendaki, opera, bekumpul bersama keluarganya, dan mencicipi anggur di Napa dan lembah Sonoma.

II. Eksperimen Albert Bandura

Albert Bandura merupakan tokoh behaviorisme yang memasukkan unsur kognitif pada teorinya. Beliau percaya bahwa proses kognitif juga mempengaruhi Observastional Learning. Menurutnya belajar akan sulit dan memakan waktu yang cukup lama jika belajar dengan cara trial-and-error. Salah satu kontribusi yang penting dan terkenal dari Albert Bandura adalah teori peniruan atau modeling. penjelasannya bahwa manusia belajar tidak hanya dengan classical dan operant conditioning, tetapi juga dengan mengamati perilaku orang lain.

Berbeda dengan tokoh behavisme yang lain, yang melakukan penelitian dengan menggunakan hewan percobaan. Albert Bnadura melakukan penelitian pada manusia yaitu dua orang anak untuk mengetahui keagresifan atau rasa ketakutan mereka. Dia menempatkan kedua anak tersebut di laboratoriumnya dengan kondisi yang sama dan perlakuan yang berbeda, kemudian memperbandingkan proses belajarnya dengan menggunakan tontonan film. Percobaan tersebut sering dikenal

(8)

sebagai percobaan dengan boneka bobo doll. Bandura memposisikan anak pertama pada satu ruangan yang telah tersedia satu buah boneka besar yang telah diikat oleh Bandura.

Begitu juga dengan anak yang kedua ditempatkan pada ruangan dengan kondisi yang sama. Kemudian anak pertama diberikan tontonan film action(film laga), sedangkan anak yang kedua tidak diberi tontonan film action tsb. Setelah perlakuan tersebut, kedua anak itu dibiarkan berada pada ruangannya masing–masing dengan boneka yang telah disiapkan sebelumnya.

Sesaat kemudian, anak yang pertama menirukan segala perilaku atau tindakan yang ada pada film yang telah ia tonton sebelumnya. Sedangkan anak yang kedua, hanya diam dan memperhatikan boneka yang ada dihadapannya tanpa melakukan hal– hal yang bersifat action seperti pada anak yang pertama. Boleh dikatakan bahwa anak yang pertama lebih agresif dibandingkan anak yang kedua. Pola belajar yang dilakukan oleh anak tersebut disebut dengan modeling (peniruan). Dimana terlihat jelas bahwa anak yang pertama meniru segala gerakan atau aksi yang dilakukan oleh pemain–pemain film action yang ia tonton dan kemudian ia terapkan kepada boneka bobo doll yang ada dihadapannya. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai cara belajar dengan modeling.

III. Teori Albert Bandura A. Teori Belajar Sosial

Asumsi yang mendasari teori belajar sosial adalah manusia cukup fleksibel dan sanggup mempelajari beragam kecakapan bersikap maupun berprilaku dan bahwa titik pembelajaran terbaik dari ini semua adalah pengalaman-pengalaman tak terduga. Meskipun manusia dapat dan sudah banyak belajar dari pengalaman langsung namun lebih banyak mereka pelajari dari aktivitas mengamati orang lain.

Teori Bandura yang sangat terkenal adalah teori belajar sosial yang menekankan pada kognitif dari pikiran, pemahaman, dan evaluasi.

Pembelajaran Sosial yang dikemukakan oleh Bandura telah memberi penekanan tentang bagaimana perilaku manusia dipengaruhi oleh persekitaran melalui peneguhan (reinforcement) dan pembelajaran peniruan (observational learning), dan cara berfikir yang kita miliki terhadap sesuatu maklumat dan juga sebaliknya, yaitu bagaimana tingkah laku kita mempengaruhi persekitaran dan

(9)

menghasilkan peneguhan (reinforcement) dan peluang untuk diperhatikan oleh orang lain (observational opportunity).

Proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial jenis ini. Contohnya, seorang yang hidupnya dan dibesarkan di dalam lingkungan judi, maka dia cenderung untuk memilih bermain judi, atau sebaliknya menganggap bahwa judi itu adalah tidak baik.

Tujuan teori ini untuk menjelaskan bagaimana seseorang belajar dalam keadaan atau lingkungan sebenarnya. Bandura menghipotesiskan bahwa tingkah laku, lingkungan dan kejadian-kejadian internal pada pelajar yang mempengaruhi persepsi dan aksi adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh atau berkaitan. menurut Albert Bandura lagi, tingkah laku sering dievaluasi, yaitu bebas dari timbal balik sehingga boleh mengubah kesan-kesan personal seseorang. Pengakuan sosial yang berbeda mempengaruhi konsepsi diri individu.

Jadi teori belajar sosial bandura ini menjelaskan mengenai tentang hubungan kepribadian, lingkungan, dan tingkah laku manusia merupakan hasil interaksi timbal balik yang terus menerus antara faktor-faktor penentu yaitu: faktor internal seperti, kognisi, persepsi, dan faktor lainnya yang mempengaruhi kegiatan manusia) dan ada juga faktor eksternal yaitu lingkungan. Proses ini di sebut dengan “ reciprocal determinism” dimana manusia mempengaruhinasibnya dengan mengontrol kekuatan lingkungan, tetapi mereka juga dikontrol oleh kekuatan-kekuatan lingkungan tersebut. Dalam hal ini, Bandura menyetujui keyakinan dasar behaviorisme yang mempercayai bahwa kepribadian dibentuk melalui belajar. Namun dia berpendapat bahwa “ conditioning” bukan proses yang mekanis, manusia menjadi partisipan yang pasif. Sebaliknya, manusia itu aktif mencari dan memproses informasi tentang lingkungan, agar dapat memaksimalkan hasil yang menyenangkan.

B. Pembelajaran Pengamatan (Observational Learning) dalam Teori Belajar Sosial Bandura

(10)

Bandura (1986, 2003) yakin bahwa pembelajaran dengan mengamati jauh lebih efisien dari pada pembelajaran dengan mengalami langsung. Dengan mengamati orang lain, manusia mempelajari respons mana yang diikuti hukuman atau yang mana yang tidak mendapat penguatan. Contohnya, Anak-anak mengamati karakter di televisi contohnya, dan mengulangi lagi apa yang didengar atau dilihat, jadi mereka tidak perlu melakukan sendiri beragam perilaku secara acak dan berharap mengetahui mana yang akan dihargai mana yang tidak.

Ada dua Pembelajaran melalui pengamatan (Observation Learning) adalah: Pertama, pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain atau vicarious conditioning. Contohnya, seorang pelajar melihat temannya dipuji atau ditegur oleh gurunya kerana perbuatannya, maka ia kemudian meniru melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya. Kejadian ini merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang dialami orang lain atau vicarious reinforcement

Kedua, pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku suatu model meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat pengamat itu sedang memperhatikan model itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model tidak harus diperagakan oleh seseorang secara langsung, tetapi kita dapat juga menggunakan seseorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model (Nur, M. 1998a:43).

Bandura menjelaskan mengenai keterlibatan empat fase dalam pembelajaran ini melalui pengamatan, yaitu:

1. Fase Atensi / perhatian

Fase pertama dalam pembelajaran pengamatan ialah memberikan perhatian pada orang/model yang ditiru. Keinginan untuk meniru orang/model karena orang/model tersebut mempunyai sifat dan kualitas hebat,berkuasa dan sifat-sifat lainnya. Dan keinginan memperhatikan dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan dan minat pribadi. Semakin ada hubungannya dengan kebutuhan-kebutuhan dan minatnya,semakin mudah tertarik perhatiannya.

(11)

Agar dapat mengambil manfaat dari perilaku orang lain yang telah diamati, seorang pengamat harus dapat mengingat apa yang telah dilihatnya. Setelah memperhatikan tingkah laku yang sama dengan model tersebut, maka anak akan melakukan proses retensi atau mengingat denga menyimpan memori menganai model yang dia lihat dalam bentuk simbol-simbol dan kemudian menyimpan dalam ingatannya.

3. Memproduksi gerak motorik

Komponen ketiga dalam proses peniruan adalah mengubah ide gambaran, atau ingatan menjadi tindakan dan ini juga meliputi kekuatan fisik. Contoh : seorang anak mengamati ayahnya yang sedang mencangkul di ladang. Agar anak ini dapat meniru apa yang dilakukan ayahnya, anak ini harus sudah cukup kuat untuk mengangkat cangkul dan melakukan gerakan seperti ayahnya. 4. Fase Motivasi

Fase terakhir dalam proses pembelajaran pengamatan ialah motivasi. Orang tidak akan memperagakan atau melaksanakan setiap hal yang dipelajarinya lewat proses pengamatan, bergantung pada kemauan atau motivasi yang ada. Misalnya karena ada hadiah, maka anak akan melakukan hal itu, begitu juga sebaliknya.

C. Konsep Penting dalam Kepribadian menurut Bandura

Self Efficacy

Self efficacy merupakan komponen kunci self systen. Yang dimaksud self system ini bukan faktor psikis yang mengontrol tingkah laku, namun merujuk kepada stuktur kognisi yang memberikan mekanisme rujukan dan yang merancang fungsi-fungsi persepsi, evaluasi, dan regulasi tiingkah laku.

Bandura menyakini bahwa self efficacy merupakan elemen kepribadian yang krusial. Self efficacy ini merupakan keyakinan diri ( sikap percaya diri ) terhadap kemampuan sendiri untuk menampilkan tingkah laku yang akan mengarahkannya kepada hasil yang diharapkan.

Ketika self efficacy tinggi, kita merasa percaya diri bahwa kita dapat melakukan respon tertentu untuk memperoleh reinforcement. Sebaliknya apabila rendah, maka kita merasa cemas bahwa kita tidak mampu melakukan respon tersebut. Jika seseorang tidak yakin dapat memproduksi hasil yang mereka inginkan, maka mereka akan memiliki sedikit motivasi untuk bertindak.

(12)

D. Teori Peniruan (Modeling)

Eksperimen tentang peniruan oleh Albert Bandura dan Richard Walters (1959, 1963)10, mendapati, peniruan boleh berlaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model (orang yang ditiru) meskipun tanpa sebarang peneguhan. Proses belajar ini disebut "observational learning" atau pembelajaran melalui pengamatan. Bandura, menyarankan agar teori pembelajaran sosial diperbaiki memandangkan teori pembelajaran sosial yang sebelumnya hanya mementingkan perilaku tanpa memberi pertimbangan terhadap proses mental seseorang.

Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam diri (kognitif) dan persekitaran. Bagi menjelaskan pandangan ini, beliau telah mengemukakan teori pembelajaran peniruan, dalam teori ini beliau telah menjalankan kajian bersama Walter (1963) ke atas kesan perlakuan kanak-kanak apabila mereka menonton orang dewasa memukul, mengetuk dengan tukul besi dan menumbuk sambil menjerit-jerit dalam video. Setelah menonton video kanak-kanak ini diarah bermain di bilik permainan dan terdapat patung seperti yang ditayangkan dalam video. Setelah kanak-kanak tersebut melihat patung tersebut, mereka meniru aksi-aksi yang dilakukan oleh orang yang mereka tonton dalam video (Ramlah Jantan & Mahani Razali 2004).

Unsur Utama Dalam Peniruan

Untuk pembelajaran pemerhatian wujudnya dalah penting untuk individu berkenaan berbuat demikian:

1. Tumpuan ('Attention')

Subjek harus memberi tumpuan kepada tingkah laku model untuk membolehkannya mempelajarinya. Sama ada subjek memberi perhatian atau tumpuan tertakluk kepada nilai, harga diri, sikap, dan lain-lain yang dimiliki. Contohnya, seorang pemain musik yang tidak yakin diri mungkin meniru tingkah laku pemain musik terkenal sehingga tidak mewujudkan stailnya yang tersendiri. 2. Penyimpanan ('Retention')

Subjek yang memerhati harus mengekod peristiwa itu dalam sistem ingatannya. Ini membolehkan subjek melakukan peristiwa itu kelak bila diperlukan atau diinginkan.

(13)

Setelah mengetahui atau mempelajarai sesuatu tingkahlaku, subjek juga mesti mempunyai kebolehan mewujudkan atau menghasilkan apa yang disimpan dalam bentuk tingkahlaku. Contohnya, memandu kereta, bermain tenis. Bagi sesetengah tingkahlaku kemahiran motor diperlukan untuk mewujudkan komponen-komponen tingkahlaku yang telah diperhatikan.

4. Motivasi

Motivasi juga penting dalam pemodelan Albert Bandura kerana ia adalah penggerak individu untuk terus melakukan sesuatu.

Ciri-Ciri Teori Peniruan

1. Unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan.

2. Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai dan lain -lain

3. Pelajar meniru sesuatu kemahiran daripada kece kapan demontrasi guru sebagai model.

4. Pelajar memperoleh kemahiran jika memperoleh kepuasan dan peneguhan yang berpatutan.

5. Proses pembelajaran meliputi pemerhatian, peringatan, peniruan dgn tingkah laku atau gerak balas yg sesuai, diakhiri dengan pene guhan positif.

Jenis-Jenis Peniruan 1. Peniruan langsung

Pembelajaranan langsung dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran sosial dari Albert Bandura. Pembelajaranan langsung adalah model pembelajaranan yang dirancang untuk mengajarkan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang diajarkan setahap demi setahap. Ciri khas pembelajaranan ini adalah adanya modeling, iaitu suatu fasa di mana seseorang memodelkan atau mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi bagaimana suatu keterampilan itu dilakukan. Meniru tingkah laku yang ditunjukkan oleh model melalui proses perhatian.Contoh: meniru gaya penyanyi yang disanjungi.

2. Peniruan tak langsung

Peniruan adalah melalui imaginasi atau pemerhatian secara tidak la ngsung. Contoh: meniru watak yang dibaca dalam buku, memerhati seorang guru mengajar rakannya.

(14)

3. Peniruan gabungan.

Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabung tingkah laku yang berlainan yaitu peniruan langsung dan tidak langsung. Contoh: pelajar meniru gaya gurunya melukis dan cara mewarna daripada buku yang dibacanya.

4. Peniruan sekat laluan

Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu sahaja. contoh: Tiru fesyen pakaian di TV, tapi tidak boleh dipakai di sekolah.

5. Peniruan tak sekat laluan

Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam apa-apa situasi. Contoh: pelajar meniru gaya berbudi bahasa gurunya.

Faktor-faktor Penting dalam Pembelajaran Melalui Pemerhatian.

Mengamati orang lain melakukan sesuatu tidak mesti diakibatkan oleh pembelajaran, karena pembelajaran melalui pemerhatian memerlukan beberapa faktor. Menurut Bandura, ada empat proses yang penting agar pembelajaran melalui pemerhatian dapat terjadi, yakni:

1. Perhatian (attention process): Sebelum meniru orang lain, perhatian harus dicurahkan ke orang itu. Perhatian ini dipengaruhi oleh asosiasi pengamat dengan modelnya, sifat model yang menarik, dan arti penting tingkah laku yang diamati bagi si pengamat.

2. Representasi (representation process): Tingkah laku yang akan ditiru, harus disimbolisasikan dalam ingatan. Baik dalam bentuk verbal maupun dalam bentuk gambaran/imaginasi. Representasi verbal memungkinkan orang mengevaluasi secara verbal tingkah laku yang diamati, dan menent ukan mana yang dibuang dan mana yang akan cuba dilakukan. Representasi imaginasi memungkinkan dapat dilakukannya latihan secara simbolik dalam fikiran, tanpa benar-benar melakukannya secara fisik.

3. Peniruan tingkah laku model (behavior production process): sesudah mengamati dengan penuh perhatian, dan memasukkannya ke dalam ingatan.

4. Motivasi dan penguatan (motivation and reinforcement process): Pembelajaran melalui pengamatan menjadi efektif kalau pembelajaran memiliki motivasi tinggi untuk dapat melakukan tingkah laku modelnya. Pemerhatian memudahkan untuk menguasai tingkah laku tertentu, tetapi kalau motivasi untuk itu tidak ada, proses daripada tingkah laku yang dihukum tidak akan berlaku. Imitasi tetap terjadi walaupun model tidak diberi ganjaran, sepanjang pengamatan melihat

(15)

model mendapat ciri -ciri positif yang menjadi tanda dari gaya hidup yang berhasil, sehingga diyakini model umumnya akan diberi ganjaran.

IV. Kelemahan dan Kelebihan Teori Albert Bandura

A. Kelemahan Teori Albert Bandura

Teori pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan dalam teori behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru.

Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan ( modeling ), sudah pasti terdapat sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negative, termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.

Teori belajar sosial ini hanya memfokuskan pada penggabungan kognitif internal dan perilaku sosial saja, namun hubungan timbal balik antar faktor yang salaing mempengaruhi tidak dijelaskan secara mendetil.

A. Kelebihan Teori Albert Bandura

Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya, karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui system kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata–mata reflex atas stimulus ( S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri.

Pendekatan teori belajar social lebih ditekankan pada perlunya conditioning ( pembiasan merespon ) dan imitation ( peniruan ). Selain itu pendekatan belajar social menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak – anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak – anak, faktor social dan kognitif.

(16)

PENUTUP

A. Simpulan

Albert Bandura adalah seorang ahli psikologi pendidikan dari Stanford University,USA. Teorinya dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana seseorang mengalami pembelajaran dalam lingkungan sekitarnya. Bandura (1977) menghipotesiskan bahwa tingkah laku lingkungan dan kejadian–kejadian internal pada pembelajaran yang mempengaruhi persepsi dan aksi adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh.

Belajar merupakan interaksi segitiga yang saling berpengaruh dan mengikat antara lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku yang meliputi proses-proses kognitif belajar. Dalam perencanaan pembelajaran skill yang kompleks, disamping pembelajaran-pembelajaran komponen-komponen skill itu sendiri, perlu ditumbuhkan “sense of efficacy” dan self regulatory” pembelajar. Dalam proses pembelajaran, pembelajar sebaiknya diberi kesempatan yang cukup untuk latihan secara mental sebelum latihan fisik, dan “reinforcement” dan hindari punishment yang tidak perlu.

Bandura memandang tingkah laku merupakan reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri. Pendekatan teori belajar sosial lebih ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasaan merespon) dan imitation (peniruan).

B. Saran

Peribahasa mengatakan tak ada gading yang tak retak. Semuanya tidak ada yang sempurna. Sebaik-baiknya teori manusia pasti memiliki kecacatan. Seperti halnya Teori Albert Bandura yang memiliki kelebihan dan juga kekurangan. Kita sebagai mahasiswa harus bijak dalam menerapkan teorinya.

Kami sebagai penyusun juga penulis berharap para pembaca memberikan kritik maupun saran agar kecacatan atau kurang sempurna makalah ini menjadi berkurang. Kami berharap semoga makalah ini memberikan kemanfaatan bagi pembaca.

(17)

Anggraeni, Nesha Fitrya. 2014. Makalah Teori Pembelajaran Albert Bandura.

http://m-belajar.blogspot.com/2014/06/sosial-kognitif-albert-bandura-dan.html. Di akses pada tanggal 28 Juni 2016.

Corey, Gerald. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy. USA: THOMSON

Keren, Fakhruddin. 2013. Makalah Teori Belajar Sosial Albert Bandura.

http://gubugtp.blogspot.com/2013/06/makalah-teori-belajar-sosial-albert.html. Di akses pada tanggal 28 Juni 2016.

King, Laura A. 2010. Psikologi Umum. Penerbit Salemba Humanika. Jakarta. Robert S. 2012. Pengantar Psikologi. Penerbit Salemba Humanika. Jakarta.

Siregar, Ade Rahmayani. 2013. Teori Albert Bandura (Modeling).

http://12008ars.blogspot.com/2013/06/teori-albert-bandura-modeling.html. Di akses pada tanggal 28 Juni 2016.

Referensi

Dokumen terkait

Perilaku konsumtif remaja merupakan tindakan yang terlihat secara nyata Menurut pandangan behavioris, perilaku konsumtif remaja dapat digolongkan dalam bentuk penyimpangan

Teori Kognitif Sosial Bandura dapat dicoba untuk diaplikasikan di sekolah pada anak usia 5-6 tahun yang memiliki perilaku agresi utamanya agresi fisik dengan

Priyatna (2013: 70) menjelaskan bahwa interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang dinamis antara individu dan individu, antara individu dan kelompok, atau antara

Implementasi pembelajaran bahasa Arab yang disesuaikan dengan teori belajar behaviorisme Albert Bandura dapat diwujudkan dengan menyajikan materi lebih banyak dengan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemikiran Ibnu Qayyim al-Jauziyah mengenai siksa kubur memiliki kesamaan konsep dalam teori social learning milik Albert Bandura,

Perilaku konsumtif remaja merupakan tindakan yang terlihat secara nyata Menurut pandangan behavioris, perilaku konsumtif remaja dapat digolongkan dalam bentuk penyimpangan

Sebagai suatu sistem bermakna bahwa perilaku, berbagai faktor pada diri seseorang, dan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam lingkungan orang tersebut, secara bersama-sama

HASIL DAN PEMBAHASAN Pendekatan Kognitif-Sosial Perspektif Albert Bandura Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Teori Bandura dalam konsepnya menyatakan bahwa meskipun