• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pendahuluan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pendahuluan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Hasil Penelitian Pendahuluan

Obyek yang akan dipilih sebagai elemen mental map berdasarkan inventarisasi di tapak yaitu Jl. Prof Dr. Mr. Supomo, Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Jl. Prof. Dr. Sudjono D. Pusponegoro, Jl. Prof. Dr. R. Slamet Imam Santoso, Jalur Sepeda UI, Jl. Administrasi (Jl. Prof. Dr. Mahar Mardjono), Jl. Mesjid, Jl. Hukum (Jl. Prof. Dr. Nugroho Notosusanto), Jl. Ilmu Sosial Politik (Jl. Prof. Dr. Selo Soemardjan), dan Jl. Politeknik Negeri Jakarta (Jl. Prof. Dr. G. A. Siwabessy) untuk jalur sirkulasi (paths) ; Danau Mahoni, batas tepi selatan Hutan Kota, Jl. Margonda Raya, Rel Kereta Listrik Bogor-Depok-Jakarta, Universitas Gunadarma, Kukusan Beji, Kukusan Teknik dan pagar batas sekeliling UI sebagai batas wilayah (edges) ; Area Hutan Kota UI, Asrama Mahasiswa UI dan Wisma Makara, Kompleks Kampus Rumpun Ilmu Kesehatan, Kompleks Kampus Rumpun Ilmu MIPA dan Teknik, Komplek Olah Raga (Lapangan Hockey, Lapangan Olahraga di depan Politeknik, Gymnasium dan Stadion UI), Kompleks Kampus PNJ (Politeknik Negri Jakarta) dan Kompleks Kampus Rumpun Ilmu Sosial Humaniora sebagai bagian wilayah kampus (districts) ; Balairung UI, Gymnasium UI, Japanese Student Center, Stadion UI, Pusat Kegiatan Mahasiswa (Pusgiwa), Lapangan Rektorat dan Stasiun UI sebagai pusat aktivitas kampus (nodes) ; Danau Kenanga, Gedung Rektorat (PAU), Monumen Makara UI, Jembatan TeK-Sas, Mesjid Ukhuwah Islamiyah, Menara Air, Tugu Buku (Main Gate UI), Teater Daun Sirih dan UI’wood’ sebagai mercu tanda (landmarks).

Sebelum menentukan obyek-obyek yang mewakili setiap elemen mental map Kampus UI awalnya dibuat penentuan bobot dari setiap karakternya (Lampiran 3). Sedangkan Tabel 2 menunjukkan hasil dari penentuan bobot. Hasilnya, pada obyek jalur sirkulasi karakter fungsi penghubung dengan jalan sekitarnya memiliki bobot dengan nilai yang paling besar sedangkan karakter nilai historis memiliki bobot yang paling kecil. Ini menunjukkan bahwa karakter fungsi penghubung dengan jalan sekitarnya menurut para ahli merupakan karakter yang paling penting dalam menentukan elemen mental map Kampus UI Depok untuk jalur sirkulasi dibanding karakter lainnya.

(2)

Tabel 2. Bobot Karakter Elemen Mental Map Berdasarkan para Ahli

Karakter Bobot

Path Edge District Node Landmark Identitas

Visibility bagian yang menarik 0,17 - - 0,16 - Pohon/bangunan sekitar yang menarik 0,19 - - - - Skala 0,13 0,13 0,10 0,09 0,12 Fisik geografis (potensi pemandangan) - 0,20 - - -

Keunikan bentuk - - 0,14 0,12 0,15 Struktur

Fungsi penghubung dengan jalan sekitar 0,21 - - - - Pemisah/pembatas dengan daerah lain - 0,22 - - -

Kesatuan ruang - 0,20 0,17 0,09 - Keagaman bangunan - - 0,14 - - Letak strategis - - - 0,16 0,12

Signifikansi dari jauh (visibility) - - - - 0,14 Kesegeraan untuk dilihat - - - - 0,12

Makna

Nilai historis 0,10 0,09 0,09 0,09 0,14 Intensitas penggunaan 0,20 0,17 0,16 0,15 - Memiliki fungsi khusus - - 0,19 0,14 -

Simbolisme - - - - 0,13 Sebagai orientasi - - - - 0,09

Ket : Bobot 0,00-1,00 menunjukkan tingkat kepentingan karakter dari rendah-tinggi

Pada batas wilayah (edge) karakter sebagai pemisah/pembatas yang jelas dengan daerah lain memiliki bobot paling besar dibandingkan dengan karakter lainnya sedangkan nilai historis paling kecil. Hal ini menunjukkan untuk batas wilayah, karakter yang paling penting menurut para ahli adalah sebagai pemisah/pembatas yang jelas dengan daerah lain.

Sedangkan untuk bagian wilayah kampus (district) karakter yang memiliki fungsi khusus mendapat bobot yang paling tinggi, sedangkan karakter skala atau ukuran memiliki bobot paling rendah. Hal ini disebakan karena suatu district yang memiliki fungsi khusus seperti sebagai area akademik pada rumpun ilmu tertentu, area yang berfungsi sebagai RTH kota, atau sebagai zona tempat tinggal dirasa para ahli membuat obyek tersebut menjadi mudah untuk dikenali.

Pembobotan karakter pada elemen pusat aktivitas kampus (node) yang memiliki nilai paling tinggi adalah karakter letak yang strategis dan memiliki visibility bagian yang menarik sedangkan karakter skala, kesatuan ruang, dan nilai historis memiliki bobot paling kecil. Para ahli menunjukkan bahwa kedua karakter yakni letak yang strategis dan memiliki visibility bagian yang menarik mampu

(3)

membuat pengguna mudah mengenali sebuah nodes dibandingkan dengan karakter yang lainnya. Bagian terakhir dari hasil pembobotan elemen mental map menurut para ahli adalah pembobotan karakter pada elemen landmarks. Karakter elemen landmark yang memiliki nilai paling tinggi adalah keunikan bentuk sedangkan karakter sebagai orientasi memiliki bobot paling kecil.

Obyek-obyek yang terpilih mewakili setiap elemen mental map Kampus UI adalah Jl. Prof Dr. Mr. Supomo, Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Jl. Prof. Dr. Sudjono D. Pusponegoro, Jl. Prof. Dr. R. Slamet Imam Santoso, dan Jalur Sepeda UI untuk jalur sirkulasi ; Danau Mahoni, batas tepi selatan Hutan Kota UI, Jl. Margonda Raya, Rel Kereta Listrik Bogor-Depok-Jakarta dan pagar batas sekeliling UI untuk batas wilayah ; Area Hutan Kota UI, Asrama Mahasiswa UI dan Wisma Makara, Kompleks Kampus Rumpun Ilmu Kesehatan, Kompleks Kampus Rumpun Ilmu MIPA dan Teknik, dan Kompleks Kampus Rumpun Ilmu Sosial Humaniora sebagai bagian wilayah kampus ; Balairung UI, Gymnasium UI, Japanesse Student Center, Stadion UI dan Stasiun UI sebagai pusat aktivitas kampus ; Gedung Rektorat (PAU), Monumen Makara UI, Jembatan TeK-Sas, Mesjid Ukhuwah Islamiyah dan UI’wood’ sebagai mercu tanda.

Sedangkan obyek yang tidak terpilih mewakili setiap elemen mental map Kampus UI adalah Jl. Administrasi (Jl. Prof. Dr. Mahar Mardjono), Jl. Mesjid, Jl. Hukum (Jl. Prof. Dr. Nugroho Notosusanto), dan Jl. Politeknik Negeri Jakarta (Jl. Prof. Dr. G. A. Siwabessy) pada jalur sirkulasi (Lampiran 2) ; Universitas Gunadarma, Kukusan Beji, dan Kukusan Teknik untuk edges (Lampiran 3); Komplek Olah Raga (Lapangan Hockey, Lapangan Olahraga di depan Politeknik dan Komplek Kampus PNJ (Politeknik Negri Jakarta) untuk districts (Lampiran 4) ; Pusat Kegiatan Mahasiswa (Pusgiwa) dan Lapangan Rektorat pada nodes (Lampiran 5); Danau Kenanga, Menara Air, Tugu Buku (Main Gate UI) dan Teater Daun Sirih pada landmarks (Lampiran 6).

Jalur Sirkulasi

Empat jalur sirkulasi yang terpilih adalah Jl. Prof Dr. Mr. Supomo, Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Jl. Prof. Dr. Sudjono D. Pusponegoro, dan Jl. Prof. Dr. R. Slamet Imam Santoso merupakan jalur utama yang terdapat di UI. Keempat

(4)

jalur ini merupakan lingkar luar yang mengelilingi bangunan-bangunan utama yang ada di tengahnya. Sedangkan Jalur Sepeda UI merupakan jalur alternatif yang disediakan pengelola kampus untuk mengurangi penggunaan kendaraan bermotor.

Tabel 3. Indeks dan Urutan Imageability Paths dari Kelompok Responden Home Range dalam Kampus UI dan luar Kampus UI

Paths Indeks Urutan

Dalam UI Luar UI Dalam UI Luar UI Jl. Prof Dr. Mr. Supomo 0,90 0,93 1 1 Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan 0,45 0,41 5 5

Jl. Prof. Dr. Sudjono D.

Pusponegoro 0,52 0,52 4 3 Jl. Prof. Dr. R. Slamet Imam

Santoso 0,58 0,52 2 4

Jalur Sepeda UI 0,55 0,62 3 2 Ket : Indeks 0,00-1,00 menunjukkan tingkat imageability obyek dari rendah-tinggi

Indeks masing-masing obyek yang diberikan oleh responden dapat dilihat pada Tabel 3. Urutan jalur sirkulasi untuk responden home range dalam Kampus UI yaitu Jl. Prof. Dr. Mr. Supomo dengan indeks 0,90; Jl. Prof. Dr. R. Slamet Imam Santoso dengan indeks 0,58; Jalur Sepeda UI dengan indeks 0,55; Jl. Prof. Dr. Sudjono D. Pusponegoro dengan indeks 0,52 dan terakhir Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan dengan indeks 0,45. Sedangkan untuk responden home range luar Kampus UI memiliki urutan paths yakni Jl. Prof. Dr. Mr. Supomo dengan indeks 0,93; Jalur Sepeda UI dengan indeks 0,62; Jl. Prof. Dr. Sudjono D. Pusponegoro dengan indeks 0,52; Jl. Prof. Dr. R. Slamet Imam Santoso dengan indeks 0,52 dan Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan dengan indeks 0,41.

Kedua kelompok menghasilkan jawaban sama bahwa Jl. Prof Dr. Mr. Supomo memiliki urutan teratas. Pada urutan kedua, responden home range dalam Kampus UI memilih Jl. Prof. Dr. R. Slamet Imam Santoso sedangkan responden home range luar Kampus UI memilih Jalur Sepeda UI. Hal ini disebabkan karena responden dari dalam kampus UI lebih sering melewati Jl. Prof. Dr. R. Slamet Imam Santoso. Jalan ini harus disebrangi pejalan kaki dari Stasiun UI menuju Kompleks Kampus Sosial Humaniora dan sebaliknya setelah melewati pedestrian di dekat kandang rusa. Sedangkan bagi responden dari luar kampus UI merasa bahwa jalur sepeda yang baik masih sangat jarang sehingga ketertarikan akan keberadaan jalur ini menjadikan mereka mudah untuk mengingatnya. Pada urutan

(5)

ke 3 dan 4 memang berbeda dikarenakan perbedaan urutan ke dua sehingga berdampak pada urutan selanjutnya namun tidak terjadi perbedaan yang terlalu signifikan.

Tabel 4. Analisis Paths yang Paling Imageable ke dalam Komponen Identitas, Struktur dan Makna Analisis Paths (Jl. Prof. Dr. Mr. Supomo) Dalam UI Luar UI Indeks Indeks Identitas

Visibility bagian yang menarik 0,76 0,71 Pohon/Bangunan sekitar yang menarik 0,79 0,81 Skala (panjang, lebar) dari jalan 0,75 0,79 Struktur Fungsi Penghubung dengan jalan sekitarnya 0,81 0,77 Makna Nilai Historis 0,59 0,61

Intensitas Penggunaan 0,88 0,84 Ket : Indeks 0,00-1,00 menunjukkan tingkat imageability obyek dari rendah-tinggi

Selanjutnya Jl. Prof. Dr. Mr. Supomo sebagai jalur sirkulasi yang paling imageable dianalisis lebih lanjut ke dalam komponen identitas, struktur dan makna. Berdasarkan Tabel 4, untuk komponen identitas dapat diketahui responden home range dalam Kampus UI menyatakan bahwa Pohon dan bangunan sekitar jalan ini menjadi identitas yang paling menentukan dilihat dari nilai indeks yang paling besar dibandingkan dengan visibility bagian yang menarik dan skala dari jalan.

Responden home range dalam Kampus UI memberi penilaian yang cukup tinggi mengenai struktrur dari jalan ini. Fungsi Penghubung dengan jalan sekitarnya adalah kriteria dari struktur yang diberi nilai indeks 0,81. Untuk komponen makna, responden dikelompok ini merasakan bahwa intensitas penggunaan dari Jl. Prof. Dr. Mr. Supomo ini sangat dominan terhadap pencitraan mereka. Sedangkan kriteria makna yaitu nilai historis tidak jelas dimiliki oleh jalan ini menurut pendapat mereka.

Faktor yang paling berpengaruh terhadap imageability Jl. Prof. Dr. Mr. Supomo bagi responden home range dalam Kampus UI dapat dilihat dari nilai indeks yang terbesar yaitu makna, struktur dan identitas. Dari komponen makna, indeks terbesarnya dimiliki karakter intensitas penggunaan. Penyebab tingginya intensitas penggunaan jalan ini maka menjadi familiar dan mudah dicitra oleh responden karena pintu masuk dan keluar utama UI terletak dijalan ini sehingga sering dilalui oleh pengendara kendaraan bermotor yang akan masuk dan keluar.

(6)

Horton dan Reynolds (1971 diacu dalam Porteous 1977) mengatakan terdapat hubungan yang kuat antara pola aktivitas rutin dengan kesadaran akan lingkungannya. Selain itu disini juga terdapat Stasiun UI yang sebagai salah satu destinasi kegiatan transportasi yang padat maka tidak jarang pada pagi dan sore hari muncul kepadatan dijalan ini. Appleyard (1973 diacu dalam Porteous 1977) mengatakan bahwa area dengan intesitas penggunaan yang tinggi menjadi sangat dikenal dalam mental map.

Karakter secara umum yang diberikan oleh responden home range dalam Kampus UI untuk Jl. Prof. Dr. Mr. Supomo adalah Jalannya pendek dan lurus (27,8%), adanya ornamen jalan jalan yaitu bangunan jam (15,9%), adanya tata hijau atau tanaman yang khas atau tertata dengan baik berupa jejeran Palem Raja yang ditanam pada median jalan (15,1%), adanya median jalan (14,3%), ada trotoar yang lebar (12,7%), adanya street furniture seperti lampu jalan dan baliho iklan (10,3%), dan lain-lain (4%).

Bagi responden home range luar Kampus UI untuk komponen identitas Jl. Prof. Dr. Mr. Supomo paling ditentukan oleh pohon atau bangunan sekitar yang menarik dengan indeks 0,81 dan tidak berbeda jauh dengan kriteria skala jalan dengan indeks 0,79 selanjutnya menyatakan jalan ini memiliki visibility yang menarik dengan indeks 0,71.

Selanjutnya dari komponen struktur, responden memberi nilai indeks 0,77 bagi kriteria fungsi penghubung dengan jalan sekitar. Sama seperti kelompok responden pertama, responden kedua untuk komponen makna juga memilih intensitas penggunaan dari pada nilai historis dengan indeks 0,84 dan 0,61. Hal ini menunjukkan ketidakjelasan mengenai nilai historis yang dimiliki jalan ini oleh kedua kelompok responden.

Faktor yang paling berpengaruh terhadap imageability Jl. Prof. Dr. Mr. Supomo bagi responden home range luar UI dapat dilihat dari nilai indeks terbesar berturut-turut yaitu makna, identitas dan struktur. Dari komponen makna, indeks terbesar menyatakan responden memiliki intensitas penggunaan yang tinggi terhadap Jl. Prof. Dr. Mr. Supomo sehingga menjadi elemen yang mudah untuk dikenali. Karakter secara umum yang diberikan adalah jalan ini pendek dan lurus (20,8%), memiliki tata hijau atau tanaman yang khas atau tertata baik

(7)

(19,5%), terdapat median jalan (15,6%), adanya trotoar lebar dan ornament jalan (14,3%), jalannya panjang (5,2%), dan lain-lain (2,6%).

Pada penelitian sebelumnya intensitas penggunaan dari Jl Ahmad Yani di Kota Bukittinggi juga menjadi karakter yang paling menonjol (Putri RR 1996). Namun menurut para ahli (Tabel 2) fungsi penghubung dengan jalan di sekitarnya merupakan karakter yang paling penting dari sebuah jalan sedangkan menurut kedua kelompok responden adalah intesitas penggunaan. Perbedaan ini terjadi karena adanya kepentingan yang berbeda antara para ahli dan responden tetapi pendapat ahli lebih menyeluruh dan obyektif.

Jalan Prof. Dr. Mr. Supomo ini merupakan welcome area di kawasan UI sehingga diharapkan dapat memberikan image yang positif pada pengunjung. Untuk mempertahankan imageability dari jalan ini dapat dilakukan upaya manajemen lalu lintas yang baik karena intensitas penggunaan jalan ini yang tinggi sehingga kemacetan dapat diantisipasi. Selain itu visibilitas terhadap bangunan dan vegetasi yang menarik di sekitar jalan ini seperti keberadaan Monumen Makara UI, pohon pada median jalan dan tepian hutan kota harus diperhatikan sehingga dapat menjadi sekuensial atau ritme visual bagi pengguna jalan dan juga dapat terlihat dengan baik.

Batas Wilayah

Lima Batas wilayah yang terpilih dalam penelitian ini adalah Danau Mahoni, batas tepi selatan Hutan Kota, Jl. Margonda Raya, Rel Kereta Listrik Bogor-Depok-Jakarta dan pagar batas sekeliling UI. Tiga Batas wilayah yakni Danau Mahoni, batas tepi selatan Hutan Kota, dan pagar batas sekeliling UI masih terletak didalam kawasan kampus. Sedangkan rel kereta dan Jl. Margonda Raya terletak diluar kawasan kampus.

Indeks masing-masing obyek yang diberikan oleh responden dapat diihat pada Tabel 5. Urutan batas wilayah untuk responden home range dalam Kampus UI yaitu Danau Mahoni dengan indeks 0,66; batas tepi selatan Hutan Kota dengan indeks 0,63; Rel Kereta Listrik Bogor-Depok-Jakarta dengan indeks 0,61; Jalan Margonda Raya dengan indeks 0,61 dan terakhir pagar batas sekeliling UI dengan indeks 0,49. Sedangkan menurut responden home range luar Kampus UI memiliki

(8)

urutan Danau Mahoni dengan indeks 0,67; Rel Kereta Listrik Bogor-Depok-Jakarta dengan indeks 0,66; Jalan Margonda Raya dengan indeks 0,64; batas tepi selatan Hutan Kota UI dengan indeks 0,52 dan pagar batas sekeliling UI dengan indeks 0,51.

Tabel 5. Indeks dan Urutan Imageability Edges dari Kelompok Responden Home Range Dalam Kampus UI dan Luar Kampus UI

Edges Indeks Urutan

Dalam UI Luar UI Dalam UI Luar UI Danau Mahoni 0,66 0,67 1 1 Batas tepi selatan Hutan Kota

UI 0,63 0,52 2 4

Jalan Margonda Raya 0,61 0,64 4 3 Rel Kereta

Bogor-Depok-Jakarta 0,61 0,66 3 2

Pagar batas sekeliling UI 0,49 0,51 5 5 Ket : Indeks 0,00-1,00 menunjukkan tingkat imageability obyek dari rendah-tinggi

Kedua kelompok responden memberikan nilai indeks Danau Mahoni dengan nilai terbesar sehingga mendapat urutan pertama. Sedangkan pada urutan kedua responden dari dalam UI memilih batas tepi selatan Hutan Kota UI dan responden dari luar UI memilih Rel Kereta Listrik Bogor-Depok-Jakarta. Hal ini disebabkan responden dari dalam UI menilai bahwa batas wilayah ini memiliki keunikan tersendiri karena memiliki kandang rusa dan pedestriannya dinaungi oleh tajuk pohon-pohon besar. Selain itu responden sering menggunakan pedestrian yang berada di batas tepi selatan Hutan Kota UI untuk menuju Kompleks Kampus Sosial Humaniora. Sedangkan responden dari luar UI memilih rel kereta karena intensitas penggunaan yang tinggi. Terdapat perbedaan urutan ke 3 dan 4 dikarenakan faktor intensitas pengunaan yang berbeda dari kedua kelompok responden yang tidak terlalu signifikan.

Berdasarkan Tabel 6, untuk komponen identitas dari Danau Mahoni dapat diketahui responden home range dalam Kampus UI menyatakan bahwa kondisi fisik geografis (potensi pemandangan) menjadi identitas yang paling menentukan dibandingkan skala (besar dan luas) namun keduanya tidak memberikan perbedaan nilai indeks yang signifikan 0,88 dengan 0,86. Untuk komponen struktur karakter pemisah atau pembatas dengan daerah lain dan karakter kesatuan ruang memiliki nilai indeks yang sama yakni 0,70. Pada komponen makna dari

(9)

Danau Mahoni, responden memberi nilai indeks untuk karakter intensitas penggunaan lebih besar daripada nilai historis.

Tabel 6. Analisis Edges yang Paling Imageable ke dalam Komponen Identitas, Struktur dan Makna

Analisis Edges (Danau Mahoni)

Dalam UI Luar UI

Indeks Indeks Identitas Fisik Geografis (Potensi Pemandangan) 0,88 0,90

Skala (besar, luas) 0,86 0,85 Struktur Pemisah/Pembatas Dengan Daerah Lain 0,70 0,57 Kesatuan Ruang 0,70 0,67 Makna Nilai Historis 0,68 0,63 Intensitas Penggunaan 0,70 0,57 Ket : Indeks 0,00-1,00 menunjukkan tingkat imageability obyek dari rendah-tinggi

Sedangkan responden home range luar Kampus UI juga memberi nilai indeks kondisi fisik geografis (potensi pemandangan) Danau Mahoni lebih besar dari skalanya sehingga fisik geografis (potesi pemandangan) menjadi karakter yang paling menentukan sebagai identitas danau ini. Untuk komponen struktur responden memberi nilai indeks kesatuan ruang dengan 0,67 dan pemisah atau pembatas dengan daerah lain dengan 0,57. Nilai historis dari makna danau diberi nilai 0,63 sedangkan intensitas penggunaannya 0,57.

Komponen yang dianggap paling berpengaruh terhadap imageability Danau Mahoni bagi kedua kelompok responden dari yang nilai indeksnya terbesar adalah identitas, struktur dan makna. Maka identitas dari danau ini yang paling mudah dikenali adalah kondisi fisik (potensi pemandangannya). Hal ini terjadi sebab kealamian dari danau dijaga dan dirawat, Danau Mahoni juga memiliki luas 43.745 m2. Hal ini sama seperti penelitian sebelumnya, potensi pemandangan juga menjadi faktor yang paling menonjol bagi sebuah edge (Poetri MA 2004). Selanjutnya pada penelitian sebelumnya juga menyatakan bahwa Ngarai Sianok sebagai edge di Kota Bukittinggi memiliki karakter potensi pemandangan yang paling menonjol (Putri RR 1996) dan Tol Jagorawi di Kota Bogor pun memiliki sumber pemandangan yang indah sebagai karakter yang paling menonjol (Arnita Y 2005).

Hal diatas berbeda dengan para ahli yang lebih memilih faktor struktur yaitu sebagai pembatas atau pemisah dengan daerah lain sebagai kriteria yang paling menonjol. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kepentingan antar keduanya

(10)

namun pendapat ahli lebih obyektif. Menurut Zahnd (1999 diacu dalam Wahyuni 2004) suatu edge memiliki identitas yang lebih baik jika kontinuitas tampak jelas batasnya dan fungsi batas tersebut harus jelas sebagai pemisah atau penyatu.

Karakter secara umum yang diberikan oleh responden home range dalam Kampus UI terhadap Danau Mahoni adalah terdapat vegetasi yang khas (41,7%), lain-lain (33,3%) dan sebagai transportasi dengan daerah sekitar karena diatas danau ini melintang Jembatan TeK-Sas (25%). Sedangkan bagi responden home range luar Kampus UI memilih lain-lain seperti terdapat sitting area disekitar danau, terdapat Jembatan TeK-Sas, terdapat lampu sorot pada malam hari (63,6%), transportasi dengan daerah sekitar (18,2%), dan terdapat vegetasi yang khas (18,2%).

Upaya meningkatkan karakter potensi pemandangan dari danau ini agar tetap imageable adalah dengan meningkatkan visibilitas danau dari dalam gedung-gedung di dekat danau seperti gedung-gedung di Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi, dan Engineering Center. Hal ini dapat dilakukan dengan menghilangkan penghalang padandangan kearah danau yang bisa berupa pohon. Selain itu upaya lainnya adalah terus merawat danau ini agar kealamiannya dan keberlangsungannya dapat terjaga.

Bagian Wilayah Kampus

Districts yang terpilih adalah Area Hutan Kota UI, Asrama Mahasiswa UI dan Wisma Makara, Kompleks Kampus Rumpun Ilmu Kesehatan, Kompleks Kampus Rumpun Ilmu MIPA dan Teknik, dan Kompleks Kampus Rumpun Ilmu Sosial Humaniora. Tabel 7 menunjukkan indeks masing-masing obyek yang diberikan oleh responden home range dalam Kampus UI yaitu Kompleks Kampus Rumpun Ilmu Sosial Humaniora dengan indeks 0,71; Area Hutan Kota UI dengan indeks 0,62; Kampus Rumpun Ilmu MIPA dan Teknik dengan indeks 0,60; Kompleks Kampus Rumpun Ilmu Kesehatan dengan indeks 0,55 dan Asrama Mahasiswa UI dan Wisma Makara dengan indeks 0,52. Sedangkan menurut responden home range luar Kampus UI memiliki urutan yang tertinggi Area Hutan Kota UI dengan indeks 0,74; Kampus Rumpun Ilmu MIPA dan Teknik dengan indeks 0,65; Kompleks Kampus Rumpun Ilmu Sosial Humaniora dengan

(11)

indeks 0,63; Asrama Mahasiswa UI dan Wisma Makara dengan indeks 0,54 dan Kompleks Kampus Rumpun Ilmu Kesehatan dengan indeks 0,44.

Tabel 7. Indeks dan Urutan Imageability Districts dari Kelompok Responden Home Range Dalam Kampus UI dan Luar Kampus UI

Districts Indeks Urutan

Dalam UI Luar UI Dalam UI Luar UI Area Hutan Kota UI 0,62 0,74 2 1 Asrama Mahasiswa UI dan

Wisma Makara 0,52 0,54 5 4 Kompleks Kampus Rumpun

Ilmu Kesehatan 0,55 0,44 4 5 Kompleks Kampus Rumpun

Ilmu MIPA dan Teknik 0,60 0,65 3 2 Kompleks Kampus Rumpun

Ilmu Sosial Humaniora 0,71 0,63 1 3 Ket : Indeks 0,00-1,00 menunjukkan tingkat imageability obyek dari rendah-tinggi

Terdapat perbedaan urutan dari kedua kelompok responden. Menurut kelompok responden dari dalam Kampus UI, Kompleks Kampus Rumpun Ilmu Sosial Humaniora memiliki indeks paling tinggi karena responden lebih sering menggunakan kompleks kampus ini sebagai tempat perkuliahan, menghadiri event-event yang diadakan di sini atau hanya dilalui saja karena letaknya di bagian depan. Sedangkan responden dari luar UI khususnya masyarakat sekitar Kota Depok dan Lenteng Agung lebih memilih Area Hutan Kota UI karena Hutan kota ini memiliki skala yang luas sebagai RTH yang dapat memperbaiki kualitas lingkungan dan estetika kota serta pada hari libur sering dijadikan tempat rekreasi. Selain itu Hutan Kota ini terletak di bagian depan Kawasan UI sehingga setiap tamu yang berkunjung ke sini pasti akan disambut oleh kealamian hutan ini.

Pada urutan kedua, responden luar UI memilih Kampus Rumpun Ilmu MIPA dan Teknik karena kompleks kampus ini memiliki laboratorium yang lengkap dan terdapat Gedung Engineering Center, selain itu di kompleks ini sering diadakan workshop dan pertemuan tingkat nasional dan internasional dibidang MIPA dan Teknik sehingga akan sering didatangi tamu dari luar. Terdapat perbedaan urutan ke 3, 4 dan 5 dikarenakan faktor intensitas pengunaan dan keperluan yang berbeda dari kedua kelompok responden.

(12)

Tabel 8. Analisis Districts yang Paling Imageable ke dalam Komponen Identitas, Struktur dan Makna

Analisis Districts

Kompleks Kampus Rumpun Ilmu Sosial

Humaniora

Area Hutan Kota UI

Indeks Indeks Identitas Keunikan Bentuk 0,79 0,71

Skala (luas) 0,80 0,88

Struktur Keragaman Bangunan/Vegetasi 0,78 0,73

Kesatuan Ruang 0,75 0,69

Makna

Nilai Historis 0,70 0,62

Intensitas Penggunaan 0,81 0,56

Memiliki fungsi khusus 0,78 0,87

Ket : Kompleks Kampus Rumpun Ilmu Sosial Humaniora dipilih oleh responden home range dalam Kampus UI

Area Hutan Kota dipilih oleh responden home range luar Kampus UI Indeks 0,00-1,00 menunjukkan tingkat imageability obyek dari rendah-tinggi

Selanjutnya obyek dianalisis dalam tiga komponen. Berdasarkan Tabel 8, dapat diketahui responden yang home range-nya Kampus UI lebih melihat skala (luas) sebagai identitas yang paling jelas dari Kompleks Kampus Sosial Humaniora ini ketimbang Keunikan bentuknya. Namun perbedaan nilai indeks dari keduanya tidak terlalu signifikan antara 0,80 dengan 0,79. Untuk komponen struktur, karakter keragaman bangunan mendapat nilai 0,78 dan Kesatuan konsentrasi ruang mendapat nilai 0,75. Sedangkan pada komponen makna, intensitas penggunaan mendapat nilai indeks terbesar yakni 0,81 diikuti fungsi khusus 0,78 dan nilai historis dengan 0,70.

Faktor yang paling berpengaruh terhadap imageability Kompleks Kampus Rumpun Ilmu Sosial Humaniora dapat dilihat dari nilai indeks yang terbesar yaitu faktor makna, idetitas dan strukturnya. Komponen Makna yang memiliki nilai indeks terbesar adalah intensitas penggunaan. Hal ini terjadi karena Kompleks Kampus Rumpun Ilmu Sosial Humaniora merupakan kompleks kampus terluas serta memiliki jumlah fakulas terbanyak di UI dan kompleks ini memiliki letak strategis di dekat Jl. Prof. Dr. Mr. Supomo yang terdapat stasiun dan pintu masuk utama. Kedua hal ini membuat Kompleks Kampus Rumpun Ilmu Sosial Humaniora memiliki jumlah mahasiswa yang lebih banyak daripada kompleks kampus lainnya dan sering dilalui oleh pengguna yang hanya menumpang lewat karena letaknya. Hal ini sama dengan Pasar Atas yang merupakan sebuah node di

(13)

Kota Bukittinggi, menjadi imageable karena karakter intensitas penggunaanya yang menonjol (Putri RR 1996).

Karakter secara umum yang diberikan oleh responden dengan home range Kampus UI adalah Kompleks Kampus Rumpun Ilmu Sosial Humaniora memiliki bentuk bangunan yang khas (39,4%), memiliki tatanan lanskap yang teratur (36,4%), terdiri dari jejeran bangunan yang megah (18,2%) dan lain-lain (6,1%).

Upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan kompleks ini agar tetap imageable adalah tetap mempertahankan arsitektur bangunan Neo Vernacular di masa yang akan datang. Hal ini disebabkan karena intensitas penggunaan di distrik ini tinggi, jumlah fakultasnya terbanyak dan sering dilewati oleh pengunjung karena letaknya yang strategis, maka distrik ini memiliki potensi yaitu lanskapnya akan sering dilihat (Vision intensity) yang salah satunya adalah keunikan arsitektur bangunannya. Di tengah perkembangan bangunan-bangunan baru dengan model arsitektur moderen di UI, distrik ini di masa akan datang diharapkan mampu menjadi warisan arsitektur Neo Vernacular yang populer di akhir abad 20.

Selanjutnya, responden home range luar Kampus UI memilih Area Hutan Kota UI sebagai obyek district yang paling imageable. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap komponen identitas dengan hasil reponden lebih melihat identitas Area Hutan Kota UI dari skala (luasnya) daripada keunikan bentuknya. Untuk stuktur, responden menilai bahwa keragaman vegetasi di UI memiliki indeks 0,73 atau lebih besar daripada kesatuan ruang dengan indeks 0,69. Dilihat dari makna, responden memilih memiliki fungsi khusus dengan indeks 0,87 sedangkan nilai historis mendapat indeks 0,62 dan intensitas penggunaan mendapat indeks 0,56.

Komponen yang dianggap paling berpengaruh terhadap imageability Area Hutan Kota UI terlihat dari nilai indeks terbesar yaitu identitas, makna dan struktur. Maka identitas dari hutan kota ini yang paling mudah dikenali adalah skalanya (luas). Area Hutan Kota UI memiliki luas 100 hektar dan merupakan Ruang Terbuka Hijau bagi daerah Jakarta Timur, Jakarta Selatan dan Depok untuk meningkatkan kualitas lingkungan kota. Namun, para ahli berpendapat bahwa memiliki fungsi khusus adalah karakter yang paling menonjol bagi sebuah

(14)

district. Selain itu, daerah yang berisi vegetasi dan air di lanskap perkotaan dapat menjadi emphasized (Kaplan 1982 diacu didalam Gifford 1996).

Karakter secara umum yang diberikan oleh responden dengan home range luar Kampus UI adalah Area Hutan Kota UI memiliki bentuk lanskap yang khas (42,1%), memiliki tatanan lanskap yang teratur (10,5%). Sedangkan responden yang memilih lain-lain (47,4%) menyatakan bahwa hutan kota ini adalah tempat rekreasi selain itu sering terjadi tindak kriminalitas di sini.

Upaya yang dilakukan untuk mempertahankan hutan kota ini agar tetap imageable adalah tidak mengurangi luasan hutan kota untuk dikonversi ketika UI melakukan ekspansi infrastrukturnya. Pada aspek pengelolaannya Hutan Kota UI sebaiknya memiliki sistem pengamanan yang baik terhadap pengunjung sehingga dapat mengurangi tingkat kriminalitas di kawasan ini.

Pusat Aktivitas Kampus

Pusat aktivitas kampus yang terpilih untuk penelitian ini adalah Balairung UI, Gymnasium UI, Japanese Student Center (JSC), Stadion UI dan Stasiun UI. Tabel 9 menunjukkan indeks masing-masing obyek yang diberikan oleh responden.

Tabel 9. Indeks dan Urutan Imageability Nodes dari Kelompok Responden Home Range Dalam Kampus UI dan Luar Kampus UI

Nodes Indeks Urutan

Dalam UI Luar UI Dalam UI Luar UI Balairung UI 0,89 0,84 1 1 Gymnasium UI 0,46 0,48 4 4

JSC/ PSJ 0,39 0,42 5 5

Stadion UI 0,52 0,56 3 3 Stasiun UI 0,74 0,70 2 2 Ket : Indeks 0,00-1,00 menunjukkan tingkat imageability obyek dari rendah-tinggi

Dari Tabel 9 dapat diketahui indeks masing-masing obyek yang diberikan oleh responden home range dalam Kampus UI dari yang tertinggi yakni Balairung UI dengan indeks 0,89; Stasiun UI dengan indeks 0,74; Stadion UI dengan Indeks 0,52; Gymnasium UI dengan indeks 0,46 dan Japanese Student Center dengan indeks 0,39. Sedangkan kelompok responden selanjutnya urutan obyeknya Balairung UI dengan indeks 0,84; Stasiun UI dengan indeks 0,70; Stadion UI

(15)

dengan Indeks 0,56; Gymnasium UI dengan indeks 0,48 dan Japanese Student Center dengan indeks 0,42.

Tabel 10. Analisis Nodes yang Paling Imageable ke dalam Komponen Identitas, Struktur dan Makna Analisis Nodes (Balairung UI) Dalam UI Luar UI Indeks Indeks Identitas Keunikan Bentuk 0,82 0,75 Skala (luas) 0,80 0,85

Visibility bagian yang menarik 0,76 0,69

Struktur Letak Strategis 0,88 0,79

Kesatuan Ruang 0,81 0,70

Makna

Nilai Historis 0,73 0,71

Intensitas Penggunaan 0,76 0,65

Memiliki fungsi khusus 0,84 0,72

Ket : Indeks 0,00-1,00 menunjukkan tingkat imageability obyek dari rendah-tinggi

Maka Pusat Aktivitas yang paling imageable bagi kedua kelompok responden adalah Balairung UI. Terdapat beberapa alasan mengapa bangunan ini menjadi sangat mudah dicitra dengan baik oleh responden di dalam UI yaitu bangunan ini memiliki fungsi yang khas sebagai tempat wisuda dan pertemuan, berada di tempat yang strategis yakni di dekat PAU, Danau Kenanga, dan dekat Stasiun Pondok Cina. Selanjutnya bangunan ini memiliki keunikan bentuk menurut responden. Sedangkan bagi responden luar UI melihat bahwa bangunan ini memiliki identitas skala (tinggi dan luas) yang mudah diingat dan letaknya yang strategis.

Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa responden yang home range-nya Kampus UI memilih keunikan bentuk dari Balairung UI sebagai komponen identitas dengan indeks terbesar 0,82 selanjutnya dengan beda yang tidak terlalu signifikan, skala (luas) mendapat indeks 0,80 dan visibility bagian yang menarik 0,76. Untuk komponen struktur responden merasa bahwa letak strategis menjadi karakter yang lebih menonjol dibandingkan kesatuan ruangnya. Terakhir, pada komponen makna responden memilih fungsi khusus dengan 0,84, intensitas penggunaan 0,76 dan nilai historis dengan 0,73.

Maka faktor yang paling berpengaruh terhadap imageabilty Balairung UI bagi responden yang home range-nya Kampus UI berturut-turut dari yang terbesar yaitu struktur, makna dan identitas. Dalam faktor struktur, letak strategis membuat

(16)

bangunan ini mudah untuk dikenali oleh responden. Hal ini sama seperti penelitian sebelumnya di Kota Pekan Baru, imageability Pasar Sukaramai paling dipengaruhi letak strategis (Wahyuni 2004) dan serupa dengan pendapat ahli yang menyatakan letak strategis adalah kiteria yang paling berpengaruh pada nodes. Namun hal ini tidak sesuai dengan penelitian Arnita (2005) dan Putri (1996) dengan judul yang serupa tapi berbeda obyek penelitan yaitu sebuah node cenderung memiliki keunikan bentuk yang khas sehingga menjadi imageable.

Karakter secara umum yang dimiliki oleh Balairung UI menurut responden home range dalam Kampus UI adalah memiliki aktivitas yang khas sebagai tempat wisuda (39,5%), memiliki bentuk bangunan yang khas (33,3%), memiliki tatanan lanskap yang menarik (18,5%),dan lain-lain (8,6%).

Selanjutnya responden home range luar Kampus UI menilai identias dari balairung lebih ditentukan oleh skala luasnya dengan indeks yang dominan 0,85 kemudian keunikan bentuk mendapat indeks 0,75 dan visibility bagian yang menarik dengan 0,69. Kemudian komponen struktur lebih mudah dikenali karena letaknya yang strategis daripada kesatuan ruang. Sedangkan makna, lebih mudah dikenali karena memiliki fungsi khusus 0,72, lalu nilai historis 0,71 dan intesitas penggunaan 0,65.

Berbeda dari kelompok responden sebelumnya, menurut kelompok responden home range luar Kampus UI komponen yang paling menentukan terhadap imageability suatu pusat aktivitas adalah identitas, diikuti struktur dan makna. Hal ini karena Balairung UI memang memiliki dimensi skala yang relatif luas untuk sebuah bangunan yang berada di kampus sehingga responden dari luar UI mudah mengenali identitas bangunan ini.

Karakter secara umum yang dimiliki oleh Balairung UI menurut responden home range luar Kampus UI adalah memiliki aktivitas yang khas (47,1%), memiliki bentuk bangunan yang khas (32,4%), memiliki tatanan lanskap yang menarik (11,8%),dan lain-lain (8,8%).

Node ini sebenarnya memiliki keuntungan karena letaknya yang berkorelasi dengan node-node kecil yang ada di depannya seperti kantin mahasiwa, Stasiun Pondok Cina, halte bis, shelter sepeda dan sitting area di sekitar Danau Kenanga sehingga bangunan ini memiliki vision intesity yang

(17)

tinggi. Hal ini dapat dioptimalkan dengan menghilangkan gangguan terhadap visibilitas bangunan.

Mercu Tanda

Landmark yang terpilih dalam penelitian ini adalah Gedung Rektorat (PAU), Monumen Makara UI, Jembatan TeK-Sas, Mesjid Ukhuwah Islamiyah dan UI’wood’. Untuk urutan indeks dan ururtan obyek yang paling imageable dapat dilihat di Tabel 11.

Tabel 11. Indeks dan Urutan Imageability Landmarks dari Kelompok Responden Home Range Dalam Kampus UI dan Luar Kampus UI

Landmarks Indeks Urutan

Dalam UI Luar UI Dalam UI Luar UI

Gedung Rektorat (PAU) 0,86 0,76 1 1 Monumen Makara UI 0,51 0,68 4 2 Jembatan TeK-Sas 0,49 0,45 5 5

Masjid UI 0,53 0,46 3 4

UIwood 0,61 0,65 2 3

Ket : Indeks 0,00-1,00 menunjukkan tingkat imageability obyek dari rendah-tinggi

Pada Tabel 11 dapat diketahui bahwa menurut responden yang home range-nya Kampus UI untuk masing-masing obyek dari yang tertinggi yaitu Gedung PAU dengan indeks 0,86; UIwood dengan indeks 0,61; Masjid Ukhuwah Islamiyah dengan indeks 0,53; Monumen Makara UI dengan indeks 0,51 dan Jembatan Tek-Sas dengan indeks 0,49. Sedangkan kelompok responden selanjutnya urutan obyeknya Gedung PAU dengan indeks 0,76; Monumen Makara UI dengan indeks 0,68; UIwood dengan indeks 0,65; Masjid Ukhuwah Islamiyah dengan indeks 0,46 dan Jembatan Tek-Sas dengan indeks 0,45.

Kedua kelompok menghasilkan jawaban yang sama pada peringkat teratas yakni Gedung Rektorat (PAU) menjadi obyek yang paling mudah dicitra. Sedangkan pada peringkat ke dua terdapat perbedaan jawaban, responden yang home range-nya Kampus UI memilih UIwood dan responden home range luar Kampus UI memilih Monumen Makara. Hal ini karena Monumen Makara lebih sering dilewati dan terlihat ketika memasuki pintu masuk pemeriksa UI di bandingkan dengan UIwood. Pada urutan 3 dan 4 terdapat perbedaan juga, responden dari dalam UI lebih memilih Mesjid Ukhuwah Islamiyah dibandingkan Monumen Makara karena keunikan bentuk Mesjid dan letaknya yang strategis

(18)

sehingga mudah dikenali. Sedangkan bagi responden dari luar UI, mereka jarang menggunakan mesjid ini sehingga lebih memilih UIwood.

Tabel 12. Analisis Landmarks yang Paling Imageable ke dalam Komponen Identitas, Struktur dan Makna

Analisis Landmarks (Gedung PAU)

Dalam UI Luar UI

Indeks Indeks Identitas Keunikan Bentuk 0,90 0,84

Skala (luas, panjang) 0,87 0,82

Struktur

Letak Strategis 0,85 0,80

Signifikansi dari jauh 0,91 0,92

Kesegeraan untuk dilihat 0,85 0,84

Makna

Nilai Historis 0,74 0,71

Simbolisme 0,89 0,84

Sebagai Orientasi 0,89 0,86

Ket : Indeks 0,00-1,00 menunjukkan tingkat imageability obyek dari rendah-tinggi

Dari Tabel 12 dapat diketahui bahwa menurut responden home range dalam Kampus UI keunikan bentuk merupakan komponen identitas paling menonjol dengan indeks 0,90 kemudian skala dengan indeks 0,87. Untuk struktur, responden memilih signifikansi dari jauh sebagai komponen paling menonjol dengan indeks 0,91 kemudian letak strategis dan kesegeraan untuk dilihat dengan indeks yang sama yaitu 0,85. Untuk makna, responden menyatakan simbolisme dan sebagai orientasi sebagai karakter yang paling menonjol dengan nilai indeks yang sama yakni 0,89 sedangkan nilai historis memiliki indeks 0,74.

Respoden home range luar Kampus UI lebih memilih komponen keunikan bentuk sebgai identitas yang paling menonjol dibandingkan skala. Untuk struktur, responden memilih signifikansi dari jauh sebagai karakter yang paling menonjol dengan indeks 0,92 kemudian memilih letak strategis dan kesegeraan untuk dilihat dengan indeks yang sama yaitu 0,85. Sedangkan sebagai orientasi mendapat indeks 0,86 pada komponen makna, diikuti simbolisme dan nilai historis dengan indeks 0,84 dan 0,71.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa faktor yang paling mempengaruhi imageability Gedung PAU bagi responden home range dalam UI adalah struktur, diikuti identitas dan makna. Sedangkan bagi responden home range luar UI urutannya adalah struktur, makna, dan identitas. Bagi kedua kelompok responden, struktur dari Gedung PAU yang merupakan bangunan

(19)

tertinggi di kawasan kampus UI menjadi komponen yang paling imageable karena karakter signifikansi dari jauhnya yang sangat jelas. Appleyard (1973 diacu dalam Gifford 1996) menyatakan bahwa bangunan yang lebih diingat adalah bangunan yang tinggi dan menurut Lynch (1960) kekuatan image akan bertambah ketika landmark membentur konsentrasi asosiasi pengamat, yang dalam hal ini adalah signifikansi bangunan. Namun hal ini berbeda dengan pendapat para ahli dan hasil penelitian sebelumnya dari Wahyuni (2004) yang menyatakan bahwa keunikan bentuk menjadi karakter yang paling menonjol bagi sebuah landmark.

Karakter secara umum yang dimiliki oleh Gedung PAU menurut responden home range dalam UI adalah memiliki arsitektur yang khas (44,6%), tatanan lanskap yang menarik (24,6%), memiliki aktivitas yang khas (24,6%), dan lain-lain (6,25). Sedangkan menurut responden home range luar UI adalah memiliki bentuk arsitektur yang khas (48,4%), tatanan lanskap yang menarik (16,1%), memiliki aktivitas yang khas (25,8%) dan lain-lain (9,7%). Menurut Appleyard (1973 diacu dalam Porteous 1977) salah satu alasan mengapa suatu elemen mental map imageable karena keunikan bentuknya. Pernyataan ini pun serupa dengan penelitian Putri (1996) yaitu karakter yang paling menonjol dari landmark adalah keunikan bentuk, dalam hal ini yaitu Jam Gadang di Bukittinggi.

Upaya untuk mempertahankan Gedung PAU agar tetap menjadi landmark UI dapat dilakukan dengan pengelolaan lanskap dengan tepat. Salah satu bentuk pengelolaannya adalah tetap mempertahankan agar di sekitarnya tidak ada penghalang visibilitas pengunjung yang dapat berupa pohon yang tinggi atau papan reklame. Hal ini bertujuan agar pengunjung dapat mengidentifikasi baik dari jarak dekat maupun jauh. Pemeliharaan fisik dan pemeliharaan ideal dari bangunan juga harus diperhatikan yang bertujuan supaya bangunan ini tetap menarik untuk dilihat dan bentuk arsitekturalnya yang unik dipertahankan. Gedung ini di masa akan datang diharapkan mampu menjadi warisan arsitektur Neo Vernacular Indonesia yang dapat berdampingan dengan gedung-gedung baru yang berarsitektur moderen.

Upaya untuk menguatkan image dari bangunan ini juga dapat dilakukan dengan pemberian efek pencahayaan di malam hari. Sebab menurut Lynch (1960)

(20)
(21)

sebuah landmark akan lebih kuat jika bisa terlihat dalam rentang waktu yang panjang dengan kata lain dapat dinikmati pada siang maupun malam hari.

Bagian terakhir dari ulasan umum mengenai penelitian ini adalah hasil analisis kuesioner evaluasi elemen mental map yang diisi oleh kedua kelompok responden. Responden dengan home range dalam kampus UI sebagian besar lebih memilih karakter intensitas penggunaan sedangkan responden dari luar UI lebih memilih atribut form seperti skala (luasan) dari elemen namun tidak terlalu spesifik pada desain arsitektur atau lanskapnya. Hal ini menunjukkan bahwa responden dari dalam UI memiliki kecenderungan untuk berinteraksi dengan elemen mental map berdasarkan aspek fungsional pengunaan dan sedikit mengesampingkan aspek visual estetika. Sedangkan responden dari luar UI memiliki kecenderungan untuk berinteraksi berdasarkan aspek visual estetika namun tidak terlalu spesifik tentang kesadaran terhadap desain arsitektur bangunan atau lanskap. Faktor yang paling berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam membentuk mental map dalam dirinya pada penelitian ini adalah keakraban manusia dengan lingkungannya.

Keberadaan elemen-elemen mental map yang menonjol terkonsentrasi di dua lokasi. Lokasi pertama adalah di bagian depan Kampus UI di dekat gerbang masuk yaitu Jl. Prof. Dr. Mr. Supomo, Stasiun UI, Monumen Makara UI, batas tepi selatan Hutan Kota UI, Area Hutan Kota UI dan Kompleks Kampus Rumpun Ilmu Sosial Humaniora. Lokasi kedua adalah bangunan-bangunan yang membentuk cluster mengitari Danau Kenanga yaitu Balairung UI, Gedung PAU, dan Mesjid UI. Sedangkan elemen yang lainnya terpisah di berbagai Kawasan UI.

Selain itu empat elemen jalur sirkulasi (Jl. Prof. Dr. Mr. Supomo, Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Jl. Prof. Dr. Sudjono D. Pusponegro, dan Prof. Dr. R. Slamet Imam Santoso) yang menonjol kesemuanya merupakan jalan utama yang dilalui oleh Bis Kuning (bis kampus) dan kendaraan pribadi. Jalur-jalur sirkulasi ini juga merupakan ring road yang mengitari gedung-gedung utama (Gambar 13). Jalur sirkulasi diawali oleh Jl. Prof. Dr. Mr. Supomo - Jl. Prof. Mr. Djokosoetono - Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan - Jl. Prof. Dr. Sudjono D. Pusponegro - Jl. Prof. Dr. Ir. Soemantri Brodjonegoro - Jl. Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo - Jl. Prof. Dr. R. Slamet Imam Santoso dan kembali lagi ke Jl. Prof. Dr. Mr. Supomo.

Gambar

Tabel 2. Bobot Karakter Elemen Mental Map Berdasarkan para Ahli
Tabel 3. Indeks dan Urutan Imageability  Paths dari Kelompok Responden Home Range  dalam Kampus UI dan luar Kampus UI
Tabel 4. Analisis Paths yang Paling Imageable ke dalam Komponen  Identitas, Struktur  dan Makna   Analisis Paths  (Jl
Tabel 5. Indeks dan Urutan Imageability Edges dari Kelompok Responden Home Range  Dalam Kampus UI dan Luar Kampus UI
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengangkutan awam boleh digunakan sebagai mod pengangkutan yang paling efektif di kawasan bandar dalam menangani masalah kesesakan lalu lintas jika mutu perkhidmatan

Dalam pembuatan video dokumenter “Purwakarta istimewa” memiliki konsep yang diambil dari beberapa tempat pariwisata yang ikonik di kota Purwakarta, tempat tempat

BKKBN KPU MPR MENEG PPN DEPKEU BKKBN KPU MPR MENEG PPN DEPKEU BKN BAPETEN DPR MENKO EKUIN DEPDIKNAS PPATK BATAN DPD MENEG PAN DEPKES BNP2TKI BPLS MK MENEG POLKAM DEPKUMHAM KPK BMG

The FAO Framework for Land Evaluation tidak dimaksudkan untuk mengevaluasi lahan secara parametrik (Purnell, 1977). Hal ini disebabkan oleh kesulitan untuk mendapatkan

Padahal di DKI Jakarta Sendiri, terdapat 3(tiga) Instansi Badan Narkotika Nasional yaitu Badan Narkotika Nasional Pusat, Badan Narkotika Nasional Provinsi DKI Jakarta,

a) Kontrak kuliah dilakukan di awal kuliah, dengan cara kesediaan mengikuti aturan perkuliahan di FIB, sekaligus dosen yang bersangkutan mendapatkan jadwal kuliah yang

Sedangkan, pada bagian belakang kartu matching cards menggunakan warna kontras dari biru tua yaitu merah marun dengan warna emas yang melambangkan pekerjaan

Warna : Berwarna, transparan Deskripsi : Alat Ini digunakan untuk menunjukkan volume dengan meng- gunakan media pasir / barang cair Limas Segi Empat Transparan Ukuran : 80 x 80