• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

Kajian Ekonomi Regional

Jawa Tengah

Triwulan IV-2011

Kantor Bank Indonesia Semarang

Jl. Imam Bardjo SH No.4 Semarang, Telp. (024) 8310246, Fax. (024) 8417791

http://www.bi.go.id

(2)
(3)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah

Triwulan IV Tahun 2011

Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah dipublikasikan secara

triwulanan oleh Kantor Bank Indonesia Semarang, untuk menganalisis

perkembangan ekonomi Jawa Tengah secara komprehensif. Isi kajian dalam

buku ini mencakup perkembangan ekonomi makro, inflasi, moneter,

perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, dan prospek ekonomi Jawa

Tengah. Penerbitan buku ini bertujuan untuk: (1) melaporkan kondisi

perkembangan ekonomi dan keuangan di Jawa Tengah kepada Kantor Pusat

Bank Indonesia sebagai masukan pengambilan kebijakan, dan (2)

menyampaikan informasi kepada

external stakeholders di daerah mengenai

perkembangan ekonomi dan keuangan terkini.

Kantor Bank Indonesia Semarang

Joni Swastanto

Pemimpin

Sutikno

Deputi Pemimpin Bidang Ekonomi Moneter

H. Yunnokusumo

Deputi Pemimpin Bidang Perbankan

Mohamad M. Toha

Deputi Pemimpin Bidang Manajemen Intern dan

Sistem Pembayaran

Herdiana A.W.

Peneliti Ekonomi Madya Senior

Imam Fauzy

Pengawas Bank Madya Senior

I Ketut Suena

Pengawas Bank Madya Senior

Tatung M. Toufik

Kepala Bidang Sistem Pembayaran

Imam Mustiantoko

Kepala Bidang Manajemen Intern

Softcopy buku ini dapat di-download dari

DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) di website Bank Indonesia dengan alamat

(4)
(5)

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah

Triwulan IV-2011 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah diterbitkan secara periodik setiap triwulan sebagai perwujudan peranan Kantor Bank Indonesia Semarang dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Jawa Tengah terkini serta prospeknya. Kami berharap informasi yang kami sajikan ini dapat menjadi salah satu referensi atau acuan dalam proses diskusi atau peroses pengambilan kebijakan berbagai pihak terkait.

Dalam proses penyusunan Kajian Ekonomi Regional ini, kami menggunakan data yang diperoleh dari berbagai pihak, yakni instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Badan Pusat Statistik, pelaku usaha dan akademisi, laporan dari perbankan serta data hasil analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang.

Kami juga menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan kajian ini ataupun terdapat penyajian data yang kurang tepat, oleh karena itu kami senantiasa mengharapkan kritikan dan masukan membangun demi penyempurnaan di masa yang akan datang.

Akhirnya, besar harapan kami mudah-mudahan laporan triwulanan ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan dalam memahami perekonomian Jawa Tengah. Terima kasih.

Semarang, Februari 2012 KANTOR BANK INDONESIA SEMARANG

Ttd Joni Swastanto

(6)

(7)

Daftar Isi

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... iii

Ringkasan Eksekutif ... v

Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro ... 1

1.1. Analisis PDRB Sisi Permintaan ... 2

1.1.1. Konsumsi ... 3

1.1.2. Investasi ... 4

1.1.3. Ekspor dan Impor ... 6

1.2. Analisis PDRB Sisi Penawaran ... 7

1.2.1. Sektor Pertanian ... 8

1.2.2. Sektor Industri Pengolahan ... 8

1.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) ... 9

1.2.4. Sektor Jasa ... 10

1.2.5. Sektor-sektor Lainnya ... 10

Bab 2 Perkembangan Inflasi ... 13

2.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok ... 14

2.2. Disagregasi Inflasi ... 19

2.3. Inflasi Empat Kota di Jawa Tengah ... 22

2.4. Inflasi Kota-Kota di Jawa ... 23

BOKS Survei Identifikasi Pola Konsumsi Beras di Kota Semarang ... 24

Bab 3 Perkembangan Perbankan ... 29

3.1. Bank Umum ... 30

3.1.1. Intermediasi Bank Umum ... 30

3.1.2. Penghimpunan Dana Masyarakat ... 31

3.1.3. Penyaluran Kredit ... 33

3.2. Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ... 38

3.3. Kinerja Perbankan Syariah ... 40

3.4. Perkembangan Sistem Pembayaran ... 42

3.4.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai ... 42

3.4.1.1. Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow) ... 42

3.4.1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar/Penyediaan Tanda Tidak Berharga (PTTB) Uang Kartal ... 43

3.4.1.3. Uang Palsu ... 44

3.4.2. Transaksi Keuangan secara Non Tunai ... 44

(8)

3.4.2.2.Transaksi RTGS ... 45

BOKS Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah Dalam Menggunakan Produk Bank Syariah di Jawa Tengah ... 46

Bab 4 Keuangan Daerah ... 51

4.1. Realisasi Pendapatan Daerah ... 51

4.2. Realisasi Belanja Daerah... 52

Bab 5 Kesejahteraan Masyarakat ... 55

5.1. Ketenagakerjaan ... 55

5.2. Nilai Tukar Petani ... 56

5.3. Tingkat Kemiskinan ... 57

Bab 6 Prospek Perekonomian ... 61

6.1. Pertumbuhan Ekonomi ... 61

6.2. Inflasi ... 63

BOKS Prospek Ekonomi Dan Inflasi Jawa Tengah 2012 ... 66

Daftar Istilah ... 71

(9)

Ringkasan Eksekutif

Perekonomian Jawa Tengah pada triwulan IV-2011 terus melanjutkan tren peningkatan pertumbuhan dari triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, PDRB Jawa Tengah tumbuh sebesar 6,4% (yoy), meningkat dibanding triwulan III-2011 yang tercatat sebesar 6,2%. Dari sisi sektoral, tiga sektor utama PDRB Jawa Tengah tetap menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi, dengan sumbangan tertinggi bersumber dari sektor industri. Ketiga sektor tersebut memberikan sumbangan pertumbuhan tahunan sebesar 3,9%. Kuatnya permintaan domestik menjadi faktor pendorong kegiatan ekonomi pada triwulan IV-2011.

Dari sisi penggunaan, konsumsi rumah tangga dan investasi tetap menjadi komponen terbesar penyumbang pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2011. Pada triwulan IV-2011 konsumsi rumah tangga dan investasi masing-masing memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan tahunan sebesar 4,2% dan 1,4%. Sementara kegiatan sektor eksternal (termasuk perdagangan antar daerah) secara keseluruhan memberikan sumbangan net impor.

Dengan perkembangan tersebut, ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2011 tumbuh 6,0%, meningkat dibanding tahun sebelumnya (5,8%). Secara sektoral, dari tiga sektor utama ekonomi Jawa Tengah, pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah terjadi pada sektor pertanian (1,3% yoy), sementara sektor industri dan sektor PHR dapat tumbuh tinggi. Dari sisi penggunaan, konsumsi rumah tangga masih dapat tumbuh tinggi (6.6% yoy) sementara kegiatan investasi masih terbatas (6,7% yoy).

Dari sisi perkembangan harga, kenaikan harga pada triwulan IV-2011 yang diukur dengan indeks harga konsumen (IHK) menunjukkan penurunan. Dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya (inflasi tahunan), inflasi Jawa Tengah triwulan IV-2011 tercatat sebesar 2,68% (yoy), menurun dari triwulan sebelumnya yang mencapai 3,56% (yoy). Inflasi pada akhir triwulan IV-2011 tersebut juga menjadi inflasi untuk keseluruhan tahun 2011, yang menggambarkan inflasi yang lebih rendah dibanding tahun 2010 (6,68% yoy). Relatif terjaganya pasokan komoditas bahan pangan, terutama bumbu-bumbuan, menjadi faktor utama yang mempengaruhi penurunan inflasi. Harga bumbu-bumbuan yang meningkat pada akhir tahun sebelumnya mengalami koreksi harga di tahun 2011.

Dengan perkembangan tersebut, inflasi kelompok volatile food menunjukkan penurunan. Disamping itu, penurunan inflasi juga terlihat pada inflasi inti, yang utamanya

disebabkan oleh menurunnya imported inflation terkait penurunan harga komoditas

internasional terutama emas. Penurunan inflasi inti tersebut didukung oleh ekspektasi inflasi yang relatif stabil. Sementara itu, inflasi kelompok barang yang harganya diatur oleh Pemerintah (administered prices) relatif stabil dengan tidak adanya kenaikan harga barang yang bersifat strategis.

Kegiatan intermediasi perbankan di Jawa Tengah tetap ekspansif dan semakin berkualitas. Kondisi ini tercermin dari cukup tingginya penyaluran kredit perbankan sehingga Loan to Deposit Ratio perbankan di Jawa Tengah baik sistem konvensional maupun prinsip syariah masih dapat dijaga pada level yang cukup tinggi (98,37%) dengan rasio kredit non lancar yang semakin rendah (2,51%). Kredit perbankan di Jawa Tengah hingga akhir triwulan

(10)

kredit tersebut juga terkait dengan sektor utama PDRB Jawa Tengah, khususnya untuk sektor industri pengolahan dan sektor PHR.

Sistem Pembayaran sampai dengan triwulan IV-2011 dapat berjalan dengan baik dan dapat melayani kegiatan ekonomi di Jawa Tengah. Hal tersebut antara lain ditunjukkan oleh menurunnya uang tidak layar edar, menurunnya uang palsu yang ditemukan, dan meningkatnya kegiatan kliring. Sementara itu, volume RTGS hanya mengalami sedikit penurunan.

Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sampai dengan triwulan IV-2011 cukup baik. Realisasi pendapatan dapat melebihi target, sementara realisasi belanja daerah lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Namun demikian, struktur dan pola realisasi pendapatan dan belanja daerah belum banyak mengalami perubahan. Pada triwulan IV-2011, realisasi pendapatan daerah meningkat 25,7% sehingga secara keseluruhan realisasi pendapatan daerah tahun 2011 mencapai 106,6%. Satu hal yang menggembirakan adalah porsi pendapatan daerah terhadap total pendapatan di tahun 2011 meningkat dibanding tahun sebelumnya. Sementara itu, realisasi belanja daerah hingga akhir tahun mencapai 96,9%, lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya (95,28%). Berbeda dengan realisasi pendapatan daerah, realisasi belanja daerah terutama terjadi pada triwulan IV-2011 yang meningkat sebesar 46,0%. Disamping itu, realisasi belanja terutama masih dalam bentuk belanja pegawai, dengan belanja modal yang masih rendah.

Ke depan, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan I-2012 diperkirakan akan berada pada kisaran 6,1%-6,6% (yoy). Sektor ekonomi utama di Jawa Tengah, terutama pertanian diperkirakan akan berperan dominan, sementara industri dan PHR, diperkirakan masih akan berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah. Di sisi penggunaan, konsumsi rumah tangga (RT) diperkirakan masih tetap tumbuh positif pada triwulan I-2012, meskipun sedikit melambat jika dibandingkan triwulan IV-2012. Sementara investasi masih diperkirakan tumbuh stabil pada level yang tinggi.

Sementara laju inflasi Jawa Tengah pada triwulan I-2012 diperkirakan meningkat dan berada dalam kisaran 3,0%-3,5% (yoy). Tekanan inflasi pada triwulan mendatang diperkirakan dipengaruhi oleh kondisi pasokan komoditas bahan makanan khususnya beras, sejalan dengan masuknya musim paceklik. Dengan demikian, kenaikan harga beras menjadi salah satu faktor risiko yang perlu diwaspadai disamping kenaikan harga bumbu-bumbuan yang termasuk komoditas volatile foods. Faktor risiko terkait tekanan inflasi pada kelompok inti diperkirakan berkaitan dengan kenaikan harga komoditas internasional. Sementara itu, faktor risiko yang terkait dengan inflasi dari kelompok administered prices relatif minimal.

(11)

Bab 1

Perkembangan Ekonomi Makro

Perekonomian Jawa Tengah pada triwulan IV-2011 tetap melanjutkan tren meningkatnya pertumbuhan dari triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, PDRB Jawa Tengah tumbuh sebesar 6,4% (yoy), meningkat dibanding triwulan III-2011 yang tercatat sebesar 6,2%. Dari sisi sektoral, tiga sektor utama PDRB Jawa Tengah tetap menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi, dengan sumbangan tertinggi bersumber dari sektor industri. Ketiga sektor tersebut memberikan sumbangan pertumbuhan tahunan sebesar 3,9%. Kuatnya permintaan domestik menjadi faktor pendorong kegiatan ekonomi pada triwulan IV-2011.

Dari sisi penggunaan, konsumsi rumah tangga dan investasi tetap menjadi komponen terbesar penyumbang pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2011. Kegiatan konsumsi dan investsi pada triwulan IV-2011 masing-masing tumbuh 5,7% dan 5,2%, melambat dibanding triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV-2011 konsumsi rumah tangga dan investasi masing-masing memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan tahunan sebesar 4,2% dan 1,4%. Sementara kegiatan sektor eksternal (termasuk perdagangan antar daerah) secara keseluruhan memberikan sumbangan net impor. Kegiatan ekspor pada triwulan IV-2011 masih cukup tinggi, yaitu 19,1% dibandingkan 7,8% pada triwulan sebelumnya. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa krisis utang Eropa tidak berdampak signifikan terhadap ekspor Jawa Tengah. Sementara, impor juga meningkat dari 21,3% (yoy) menjadi 26,9% (yoy) pada triwulan IV-2011.

Dengan perkembangan tersebut, ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2011 tumbuh 6,0%, meningkat dibanding tahun sebelumnya (5,8%). Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah terjadi pada sektor pertanian (1,3% yoy), sementara sektor industri dan sektor PHR dapat tumbuh tinggi. Dari sisi penggunaan, konsumsi rumah tangga masih dapat tumbuh tinggi (6.6% yoy) sementara kegiatan investasi masih terbatas (6,7% yoy).

Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan IV-2011 masih melanjutkan tren pertumbuhan triwulan sebelumnya, yaitu tumbuh sebesar 6,4% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 6,2% (yoy). Pertumbuhan ini terutama didorong oleh peningkatan aktifitas ekonomi yang cukup tinggi pada triwulan laporan seiring dengan kuatnya permintaan domestik. Produksi sektor pertanian dalam arti luas cukup positif, yang didukung oleh kondisi cuaca yang relatif lebih normal dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Selain itu, terdapat pelaksanaan berbagai event yang mendorong kegiatan perekonomian seperti Natal, Idul Adha dan Tahun Baru.

(12)

Sumber: BPS,

Catatan: Terdapat koreksi angka tahun 2009 dan triwulan I, II dan III tahun 2010 sehingga berbeda dengan angka yang telah dirilis sebelumnya

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah dan Nasional

Dari sisi perkembangan tahapan kemajuan ekonomi, sektor sekunder dan tersier memiliki kontribusi yang hampir sama terhadap perekonomian Jawa Tengah

yaitu masing-masing sebesar 39,3% dan 40,7%. Sementara sektor primer memiliki kontribusi sebesar 20 % dari total PDRB Jawa Tengah. Perkembangan infrastruktur yang cukup pesat, salah satunya pembangunan akses jalan tol, menyebabkan sektor sekunder dan tersier berkembang cukup pesat. Sementara itu, sektor primer di Jawa Tengah terutama ditopang oleh pertanian, dimana Jawa Tengah merupakan salah satu lumbung pertanian untuk Indonesia.

Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.2. Struktur PDRB Jawa Tengah

1.1.

Analisis PDRB Sisi Permintaan

Analisis perkembangan PDRB dari sisi permintaan, menjelaskan bagaimana PDRB suatu wilayah digunakan untuk memenuhi kebutuhan permintaan di dalam wilayah, maupun untuk memenuhi kebutuhan di luar wilayah. Melalui pendekatan ini, dilakukan analisis perkembangan PDRB berdasar konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi serta ekspor dan impor.

Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga masih menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan ini. Sementara itu konsumsi pemerintah sedikit melambat, walaupun masih tumbuh pada level yang cukup tinggi. Investasi

3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5

I II III IV I II III IV I II III IV*

2009 2010 2011

Prtmbhn Ek. Jateng (%, yoy) Prtmbhn Ek. Nasional (%, yoy)

Pertanian 19.1% Pertambangan 0.9% Industri 33.3%

Listrik,Gas & Air Bersih 1.0% Bangunan 6.0% PHR 19.7% Pengangkutan 5.9% Keuangan 3.5% Jasa 10.6%

(13)

pertumbuhan, walaupun mengalami perlambatan bila dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan yang lalu. Sedangkan ekspor mengalami perlambatan seiring dengan melemahnya perekonomian global yang menyebabkan pelaku usaha mengalihkan pasar ke wilayah lokal maupun domestik.

Tabel 1.1

Pertumbuhan PDRB Jawa Tengah Menurut Jenis Penggunaan (persen, yoy)

2010 2011

I II III IV Total I II III IV* Total

Kons. Rumah Tangga 6.0 5.9 5.5 7.3 6.2 6.5 7.5 7.9 5.7 6.6

Kons. Nirlaba 1.8 3.7 -2.9 -2.9 -0.1 -4.1 -3.8 6.9 13.5 2.9 Kons. Pemerintah 1.7 0.2 4.0 6.0 3.1 11.9 10.4 6.9 3.2 7.7 PMTB 9.7 8.9 6.5 7.1 8.0 6.4 10.1 9.8 5.2 7.6 Ekspor 19.3 16.6 13.8 -3.3 11.2 -7.1 9.2 7.8 19.1 7.2 Dikurangi Impor 34.8 3.9 -9.4 -5.9 4.0 -6.4 13.9 21.3 26.9 10.7 PDRB 6.1 6.0 5.6 5.7 5.8 5.9 6.0 6.2 6.4 6.0

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah (data PDRB berdasarkan harga konstan tahun 2000)

Keterangan : *) angka sangat sementara, terdapat revisi angka PDRB Jateng pada triwulan I,II dan III tahun 2010 sehingga berbeda dari rilis sebelumnya.

1.1.1. Konsumsi

Konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 5,7% (yoy), melambat dibandingkan triwulan III-2011 yang mencapai 7,9% (yoy). Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan ini terutama dipengaruhi oleh faktor musiman keagamaan seperti Natal dan Idul Adha serta liburan Tahun baru yang mendorong peningkatan daya beli masyarakat, namun pengaruh faktor-faktor tersebut tidak sebesar Puasa dan Lebaran yang berlangsung pada triwulan III-2011. Selain itu, perkembangan inflasi yang terkendali serta stabilnya suku bunga pinjaman perbankan, turut pula mendorong peningkatan daya beli masyarakat.

Masih tingginya optimisme atau keyakinan rumah tangga atau masyarakat terhadap kondisi perekonomian tercermin dari beberapa indikator / hasil survei. Hasil survei konsumen yang dilakukan bank Indonesia menunjukkan bahwa indeks keyakinan konsumen di Jawa Tengah masih optimis1 dan semakin meningkat, yaitu pada nilai 129,4,

dibandingkan posisi triwulan sebelumnya sebesar 124,7 (Grafik 1.3.). Penjualan listrik segmen

rumah tangga pada triwulan IV-2011 juga mengalami kenaikan dibandingkan triwulan III-2011, dari -0,36% (qtq) menjadi 8,34% (qtq) (grafik 1.4.). kondisi tersebut menunjukkan bahwa pertimbangan masyarakat dalam mengkonsumsi barang tahan lama seperti salah satunya elektronik mengalami peningkatan.

Indikator lain yang menunjukkan perkembangan konsumsi masyarakat adalah tingkat penjualan kendaraan bermotor, yang masih tinggi meskipun secara tahunan mengalami penurunan. Data BBMKB menunjukkan bahwa volume penjualan kendaraan terutama pada kendaraan roda empat (mobil) masih mengalami pertumbuhan meskipun secara tahunan melambat, sementara sepeda motor justru mengalami penurunan secara tahunan. Kebutuhan peralatan transportasi menjelang musim liburan akhir tahun merupakan pendorong peningkatan penjualan kendaraan bermotor tersebut disamping kemudahan kredit yang diberikan oleh

perbankan (Grafik 14. dan 15). dengan melihat perkembangan kondisi tersebut, konsumsi

rumah tangga secara keseluruhan tahun 2011 mencapai 6,6% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

(14)

keseluruhan tahun 2010 (6,2%).

Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia Sumber: PT PLN (Persero) Distribusi Wil. Jateng&DIY

Grafik 1.3. Indeks Keyakinan Konsumen

Sumber : Dinas PPAD Prov. Jawa Tengah Sumber : Dinas PPAD Prov Jawa Tengah

Grafik 1.5. Penjualan Mobil di Jawa Tengah

Grafik 1.6. Penjualan Kendaraan Bermotor Roda 2 di Jawa Tengah

Sementara, konsumsi pemerintah tumbuh sebesar 3,2% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,9% (yoy).

Realisasi belanja Pemerintah Provinsi Jawa Tengah pada triwulan ini mencapai 96,60%, lebih tinggi dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercapai sebesar 95,28%. Percepatan pelaksanaan pembangunan yang sejalan dengan MP3EI membuat realisasi konsumsi pemerintah di awal tahun 2011 cukup tinggi, sehingga mendorong pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan sebelumnya. Kondisi tersebut menjadi salah satu faktor yang membuat konsumsi pemerintah pada triwulan ini mengalami perlambatan.

Dengan adanya percepatan pelaksanaan pembangunan tersebut, mendorong peningkatan yang signifikan terhadap konsumsi pemerintah secara keseluruhan tahun. Pada tahun 2011, pertumbuhan konsumsi pemerintah mencapai 7,7%(yoy) jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada 2010 yang mencapai 3,1%(yoy).

1.1.2. Investasi

Kegiatan investasi yang tercermin dari komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dalam PDRB, tumbuh sebesar 5,2% (yoy), melambat dibandingkan

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0 140.0 160.0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 2009 2010 2011 (Indeks)

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Ekspektasi Konsumen (IEK)

Optimis Pesimis 0 100 200 300 400 500 600 700 800 -5 0 5 10 15 20 Ja n Fe b M ar A p r M e i Ju n Jul A gs Sep Okt N o v De s Ja n Fe b M ar A p r M e i Ju n Jul A u g Se p O ct N o v De c 2010 2011 Juta KWH Rumah Tangga (RHS) yoy_RT % 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 -40 -20 0 20 40 60 80 100 Ja n Fe b M ar A p r M e i Ju n Jul A gs se p O kt N o v De s Ja n Fe b M ar A p r M e i Ju n Jul A gs se p O kt N o v De s Ja n Fe b M ar A p r M e i Ju n Jul A u g Se p O ct N o v De c 2009 2010 2011

Sedan, Jeep, St.wagon (unit, RHS) g% (yoy) 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 Ja n Fe b M ar A p r M e i Ju n Ju l A gs sep O kt N o v De s Ja n Fe b M ar A p r M e i Ju n Ju l A gs sep O kt N o v De s Ja n Fe b M ar A p r M e i Ju n Ju l A u g Se p O ct N o v De c 2009 2010 2011 Ribu unit

Sepeda Motor (unit, RHS) g% (yoy)

Grafik 1.4. Penjualan Listrik segmen RumahTangga di Jawa Tengah

(15)

pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 9,8%(yoy). Perlambatan yang terjadi pada triwulan ini terutama disebabkan karena pada sebagian besar pengusaha telah melakukan investasi yang cukup besar pada pertengahan 2011 yang lalu, sementara pada triwulan ini kalangan industri lebih fokus kepada upaya mempertahankan kapasitas produksi dalam rangka pemenuhan peningkatan permintaan seiring natal dan tahun baru.

Kegiatan investasi swasta diindikasikan cukup berperan dalam mendorong kegiatan investasi di triwulan laporan. Kegiatan investasi di Jawa Tengah selain dari belanja modal yang dilakukan oleh pemerintah daerah juga berasal dari investasi yang dilakukan oleh sektor swasta, baik investasi baru maupun penambahan investasi. Sampai dengan posisi triwulan IV-2011, total realisasi belanja Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mencapai 96,60% dengan realisasi belanja modal 89,88% (lihat bab 4).

Dari sisi swasta, pendorong pertumbuhan investasi adalah masih cukup tingginya permintaan terutama dari pasar domestik. Tren pertumbuhan sektor industri masih berada pada level yang tinggi (7,2%,yoy). Krisis perekonomian yang terjadi di wilayah Eropa dan Amerika memang memicu sentimen negatif dan berpotensi menimbulkan dampak terhadap sektor industri di Jawa Tengah, namun kuatnya permintaan dalam negeri mampu meredam dampak negatif krisis ekonomi global tersebut. Berdasarkan hasil quick survey yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia terhadap beberapa pelaku usaha, sampai dengan akhir tahun

2012 sebagian besar pengusaha masih cukup optimis dengan kondisi ekspor Jawa Tengah.

Hasil liaison yang dilakukan oleh Bank Indonesia Semarang pada triwulan IV-2011 menunjukkan bahwa masih kuatnya permintaan menjadi pendorong kegiatan investasi. Hasil liaison terhadap beberapa industri di Jawa Tengah menyatakan bahwa peningkatan permintaan sejak awal tahun 2011 serta ekspektasi industri terhadap permintaan ke depannya masih menjadi pendorong beberapa perusahaan melakukan investasi pada triwulan ini. Mengingat masih terbukanya potensi pasar domestik, para contact liaison yang sebelumnya berorientasi pada pasar ekspor, sudah mulai mengalihkan penjualan produknya ke pasar dalam negeri. Hal ini terkait dengan mulai dirasakannya dampak krisis Eropa terhadap

penurunan permintaan berbagai komoditi terutama produk non premium.

Perkembangan beberapa prompt indikator menunjukkan adanya pertumbuhan.

Pertumbuhan investasi terutama tercermin dari konsumsi semen di wilayah Jawa Tengah yang

pada triwulan ini tumbuh sebesar 24,7% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 14,3% (yoy). Pertumbuhan konsumsi semen tersebut seiring dengan berlalunya libur lebaran pada triwulan III-2011 serta peningkatan realisasi proyek pemerintah. Demikian juga dengan jumlah pelanggan PLN baik bisnis maupun industri yang menunjukkan kondisi positif. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sektor swasta masih cukup optimis melakukan investasi baru, termasuk diantaranya penambahan instalasi listrik. Demikian pula dengan pembelian jenis kendaraan niaga terutama truk juga masih tumbuh, walaupun laju pertumbuhannya tidak setinggi periode sebelumnya. Sementara itu perlambatan investasi pada triwulan ini terkonfirmasi oleh pembelian jenis kendaraan niaga terutama truk yang mengalami

(16)

Dengan perkembangan tersebut, kegiatan investasi pada tahun 2011 mencapai 7,6% (yoy) dengan sumbangan terhadap pertumbuhan sebesar 1,4%.

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Sumber: PT. PLN (Perserp) Distribusi Wil. Jateng&DIY

Grafik 1.7. Penjualan Semen di Jawa Tengah

Grafik 1.8. Perkembangan Jumlah Pelanggan PLN Segmen Industri di Jawa Tengah

Sumber: PT. PLN Distribusi Wil. Jateng&DIY Sumber : Dinas PPAD Prov Jawa Tengah, diolah

Grafik 1.9. Perkembangan Jumlah Pelanggan PLN Segmen Bisnis di Jawa Tengah

Grafik 1.10. Perkembangan Penjualan

Truck/Pick-up Baru di Jawa Tengah

1.1.3. Ekspor dan Impor

Kegiatan ekspor di wilayah Jawa Tengah masih tumbuh tinggi pada triwulan ini. Ekspor tumbuh sebesar 19,1% (yoy), meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang sebesar 7,8% (yoy). Pertumbuhan tersebut semakin memperkuat hipotesis bahwa pengaruh krisis ekonomi global tidak berdampak signifikan terhadap perekonomian Jawa Tengah. Hasil liaison KBI Semarang menunjukkan bahwa produk dengan spesifikasi dan memiliki segmen tertentu (premium) seperti garmen jenis jeans dan casual garmen branded, bulu mata palsu, minyak atsiri, getah damar dan pinus masih menunjukkan peningkatan. Sementara untuk keseluruhan komoditas ekspor, perkembangan pada akhir 2011 menunjukkan adanya perlambatan. Ekspor posisi akhir triwulan IV-2011 tumbuh sebesar 2,11% (yoy) lebih rendah dibanding posisi akhir triwulan III-2011 sebesar 30,64% (yoy) (Grafik1.11). Kondisi tersebut terkonfirmasi pula dari data bongkar muat barang di Terminal Peti Kemas Semarang, dimana jumlah barang yang keluar dari Jawa Tengah pertumbuhannya mengalami penurunan

(Grafik1.12). -3.7 -9.0 -2.1 26.7 14.1 1.3 0.8 -13.9 12.7 26.1 14.3 24.7 -20 -10 0 10 20 30 0 200 400 600 800 1,000 1,200 1,400 1,600

i ii iii iv i ii iii iv i ii iii iv*

2009 2010 2011

R

ibu

ton

Konsumsi Semen g% (yoy-RHS)

0 100 200 300 400 500 600 -10 -5 0 5 10 15 20 25 Ja n Fe b M ar A p r M e i Ju n Jul A gs Se p O kt N o v De s Ja n Fe b M ar A p r M e i Ju n Jul A u g Se p O ct N o v De c 2010 2011 Juta KWH

Kons. Listrik Industri (RHS) g_yoy (%) % 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 -10 -5 0 5 10 15 Ja n Fe b M ar A p r M e i Ju n Jul A gs Se p O kt N o v De s Ja n Fe b M ar A p r M e i Ju n Jul A u g Se p O ct N o v De c 2010 2011 Juta KWH Bisnis (RHS) yoy_bis (%) % 0 500 1000 1500 2000 2500 -45 -30 -15 0 15 30 45 60 75 90 105 120 135 Ja n Fe b M ar A p r M e i Ju n Jul A gs sep O kt N o v De s Ja n Fe b M ar A p r M e i Ju n Jul A gs sep O kt N o v De s Ja n Fe b M ar A p r M e i Ju n Jul A u g Se p O ct N o v De c 2009 2010 2011

Total truck (unit, RHS) g% (yoy)

(17)

Di sisi lain, impor tumbuh signifikan sebesar 26,9%(yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Peningkatan ini juga disebabkan meningkatnya permintaan di Jawa Tengah, baik untuk konsumsi rumah tangga maupun untuk keperluan bahan baku industri. Kondisi tersebut menyebabkan permintaan barang untuk wilayah Jawa Tengah meningkat dibandingkan periode sebelumnya. Namun demikian, dari sisi nilai, ekspor masih lebih tinggi dibanding nilai impor. Dengan demikian, kegiatan ekspor-impor pada triwulan IV-2011 mengalami net impor.

Untuk keselurahan tahun 2011, pertumbuhan sektor ekspor dan impor masing-masing mencapai 7,2% (yoy) dan 10,7% (yoy).

Sumber : DSM Bank Indonesia

Grafik 1.11. Perkembangan Ekspor Impor Non Migas di Jawa Tengah

Grafik 1.12. Perkembangan Volume Bongkar Muat Peti Kemas

1.2. Analisis PDRB Sisi Penawaran

Pada sisi penawaran, perkembangan tiga sektor utama Jawa Tengah pada triwulan IV-2011 mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. Demikian juga halnya dengan sektor lain yang mengalami pertumbuhan cukup positif. Sehingga secara keseluruhan perekonomian Jawa Tengah tumbuh lebih baik dibandingkan periode triwulan sebelumnya.

Dari sisi kontribusi terhadap pertumbuhan, sektor industri dan sektor PHR memberikan sumbangan tertinggi. Permintaan domestik yang cukup tinggi seiring faktor musiman keagamaan Natal dan Idul Adha serta even Tahun Baru menjadi pendorong pertumbuhan pada sektor-sektor tersebut.

TABEL 1.2.

PERTUMBUHAN PDRB JAWA TENGAH MENURUT LAPANGAN USAHA (yoy,%)

2010 2011

I II III IV Total I II III IV* Total

Pertanian 4.6 2.5 3.5 -1.7 2.5 3.5 3.01 3.9 3.7 1.3 Pertambangan 11.3 9.8 10.7 -2.9 7.1 2.0 5.1 7.1 11.3 4.9 Industri 8.0 8.3 5.5 5.9 6.9 7.2 6.2 6.0 7.2 6.7 Listrik 9.3. 8.8 7.6 8.0 8.4 4.9 4.1 3.1 5.1 4.3 Bangunan 9.1 8.5 5.2 5.2 6.9 5.6 6.5 6.3 6.9 6.3 PHR 5.0 5.2 5.9 8.0 6.1 7.8 8.0 7.1 6.5 7.5 Angkutan 5.9 5.2 7.4 8.1 6.7 8.7 11.0 6.5 8.3 8.6 Keuangan 3.7 3.8 5.0 7.6 5.0 4.8 7.6 6.4 7.6 6.6 Jasa 4.3 6.9 8.5 9.7 7.4 8.2 6.8 9.8 5.5 7.5 PDRB 6.1 6.0 5.6 5.7 5.8 5.9 6.0 6.2 6.4 6.0

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah (data PDRB berdasarkan harga konstan tahun 2000)

Keterangan : *) angka sangat sementara) , terdapat revisi angka PDRB Jateng pada triwulan I,II dan III tahun 2011 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 -40 -20 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 De s Ja n Fe b M ar A pr M ei Ju n Jul A gs Se p O kt N ov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Oct N ov Dec 2009 2010 2011 Juta USD

Ekspor Non Migas (RHS) Impor Non Migas (RHS)

g Ekspor Non Migas (%) g Impor Non Migas (%)

-5 0 5 10 15 20 0 10 20 30 40 50 60 70

i ii iii iv i ii iii iv i ii iii iv

2009 2010 2011 Ribu TEUS Ekspor Impor g Impor (%, yoy-RHS) g Ekspor (%, yoy-RHS)

(18)

1.2.1. Sektor Pertanian

Sektor pertanian Jawa Tengah pada triwulan ini tumbuh sebesar 3,7% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya (3,9%, yoy).

Perkembangan produksi padi pada triwulan IV-2011 masih menunjukkan kontraksi dengan

tingkat pertumbuhan sebesar -21,57% (yoy), namun meningkat dibandingkan triwulan III-2011 yang mencapai -35,77% (yoy). Kondisi tersebut dikarenakan masih terjadinya panen di sejumlah daerah. Namun demikian, volume produksi padi pada triwulan ini merupakan merupakan yang terendah selama keseluruhan tahun 2011, seiring dengan berlangsungnya musim tanam. Penurunan produksi padi tersebut membuat pasokan beras di Jawa Tengah relatif terbatas sehingga berpotensi menjadi faktor tekanan inflasi.

Sementara itu, produksi komoditas sub sektor perkebunan, salah satunya jagung, pada triwulan ini menunjukkan kondisi positif meskipun melambat dibandingkan triwulan III-2011. Cuaca yang lebih baik pada triwulan ini menyebabkan peningkatan produksi sub sektor

perkebunan di Jawa Tengah, yang turut mendorong pertumbuhan sektor pertanian (Grafik

1.13 dan 1.14).

Sumber : Dinpertan TPH Prov. Jateng , diolah Sumber : Dinpertan TPH Prov. Jateng,diolah

*Ket: Angka perkiraan Dinas dan ARAM III *Ket: Angka perkiraan Dinas dan ARAM III

Grafik 1.13. Perkembangan Produksi Padi di Jawa Tengah

Grafik 1.14. Perkembangan Produksi Palawija di Jawa Tengah

Hasil liaison yang dilakukan Bank Indonesia di wilayah Jawa Tengah juga menunjukkan bahwa kondisi cuaca yang membaik pada 2011 berpengaruh positif pada kualitas produksi komoditas perkebunan seperti getah damar, pinus, minyak cengkeh dan nilam. Hal tersebut secara keseluruhan akan meningkatkan produksi dan penjualan di sektor Pertanian khususnya subsektor Tanaman Perkebunan.

Untuk keselurahan tahun 2011, pertumbuhan sektor Pertanian relatif rendah, yaitu hanya mencapai 1,3% (yoy). Kondisi cuaca yang kurang kondusif banyak memengaruhi kemampuan produksi sektor Pertanian di 2011 ini.

1.2.2. Sektor Industri Pengolahan

Meskipun terdapat potensi resiko dari krisis eropa, namun sektor industri pengolahan tumbuh sebesar 7,2% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan lalu sebesar 6,0%(yoy). Secara umum sektor ini tumbuh relatif stabil dan masih berada pada level yang cukup tinggi.

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 60

I II III IV I II III IV I II III IV*

2009 2010 2011

Juta ton

Produksi Padi (RHS) g Produksi Padi (%, yoy)

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 60 70

I II III IV I II III IV I II III IV*

2009 2010 2011

Juta ton

(19)

Data kinerja industri besar dan sedang yang dikeluarkan BPS juga mengkonfirmasi kenaikan pada sektor industri pengolahan. Berdasarkan Berita Resmi Statistik BPS Jawa Tengah mengenai kinerja Industri Besar dan Sedang di Jawa Tengah menyatakan bahwa pada triwulan ini industri manufaktur Besar dan Sedang tumbuh sebesar 2,92% (qtq). Pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh peningkatan industri pengolahan tembakau dan industri pakaian jadi, dengan kontribusi masing-masing mencapai 12,4% dan 8,21%. Kinerja triwulanan tersebut mendorong kenaikan kinerja industri besar dan sedang secara tahunan yang mencapai 8,46% (yoy). Industri makanan dan minuman memiliki kontribusi kinerja tahunan terbesar yang mencapai 27,91%. Berdasarkan struktur industri di Jawa Tengah, industri makanan dan minuman memiliki pangsa terbesar terhadap keseluruhan sektor industri Jawa Tengah, berkisar 45%. Sehingga masih positifnya permintaan mendorong peningkatan kapasitas produksi pada jenis industri tersebut.

Sementara itu, hasil liaison yang dilakukan oleh Bank Indonesia di wilayah Jawa Tengah juga menunjukkan bahwa peningkatan kegiatan usaha pada triwulan IV-2011 lebih banyak didorong oleh permintaan pasar domestik. Hal ini terkait dengan masih kuatnya kondisi permintaan domestik yang tercermin dari peningkatan konsumsi domestik.

Untuk keselurahan tahun 2011, pertumbuhan sektor Industri masih cukup tinggi, yaitu mencapai 6,7% (yoy).

Sumber : BPS, diolah

Grafik 1.15 Pertumbuhan Industri Besar dan Sedang

1.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR)

Sektor PHR tumbuh sebesar 6,5% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 7,1% (yoy). Sub sektor perdagangan menjadi pendorong utama pertumbuhan di sektor ini. Kondisi ekonomi yang cukup stabil yang tercermin dari tingkat inflasi dan nilai tukar yang terkendali serta penurunan suku bunga perbankan menjadi landasan pertumbuhan sektor PHR. Parameter lainnya adalah peningkatan penjualan kendaraan bermotor seiring masa liburan akhir tahun.

Sementara itu, sub sektor hotel diperkirakan justru mengalami perlambatan yang disebabkan oleh rendahnya tingkat hunian hotel dari periode sebelumnya. Musim liburan akhir tahun tidak berdampak signifikan pada peningkatan tingkat hunian hotel di Jawa Tengah, dimana rata-rata tingkat okupansi hotel di Jawa Tengah pada triwulan IV-2011 justru menurun

-6 -4 -2 0 2 4 6 II III IV I II III IV 2010 2011 Pertumbuhan Industri Besar&Sedang (%,qtq)

(20)

dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari rata-rata 42,05% pada triwulan III-2011 menjadi

40,84% pada triwulan IV-2011(Grafik 1.18). Berdasarkan informasi dari berbagai pihak,

pertumbuhan sub sektor hotel pada triwulan ini diperkirakan lebih didorong oleh maraknya

penyelenggaraan Meeting, Incentive and Exhibition (MICE).

Pada triwulan IV-2011, penjualan eceran masih melanjutkan tren peningkatan meski dengan pertumbuhan tahunan yang lebih lambat bila dibanding triwulan sebelumnya. Hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan Bank Indonesia menunjukkan pertumbuhan penjualan eceran masih positif. Tercatat indeks penjualan eceran riil pada akhir triwulan IV-2011 mencapai 126,74% meningkat dibandingkan posisi akhir triwulan sebelumnya yang sebesar 122,66%. Diperkirakan, sub sektor ini akan terus tumbuh stabil mengingat kondisi prospek dunia usaha yang cukup baik di Jawa Tengah.

Untuk keselurahan tahun 2011, pertumbuhan sektor PHR masih cukup tinggi, yaitu mencapai 7,5% (yoy) sejalan dengan banyaknya kegiatan MICE yang diadakan di Jawa Tengah.

Sumber : BPS, diolah Sumber : SPE Bank Indonesia Semarang

Grafik 1.16 Tingkat Penghunian Kamar Hotel Jawa Tengah

Grafik 1.17. Indeks Penjualan Eceran Riil

1.2.4. Sektor Jasa

Sektor jasa mengalami perlambatan pada triwulan ini, dari 9,8% (yoy) pada triwulan III-2011 menjadi 5,5% (yoy). Berlalunya lebaran yang terjadi di triwulan III-2011 cukup berdampak terhadap kinerja sektor ini. Namun demikian, jasa pemerintah dan swasta secara seimbang menjadi penopang pertumbuhan sektor ini, dengan tingkat pertumbuhan masing-masing mencapai 5,54% (yoy) dan 5,40% (yoy) pada triwulan IV-2011. Pelaksanaan berbagai

even seperti festival kesenian, hiburan, menawarkan sebagai tempat penyelenggaraan Meeting,

Incentive and Exhibition (MICE) dan kegiatan penunjang lain, baik pada level regional maupun internasional menjadi pendorong utama pertumbuhan jasa pada triwulan ini.

1.2.5. Sektor-sektor Lainnya

Sektor konstruksi tumbuh sebesar 6,9% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 6,3%(yoy). Kondisi cuaca yang cukup baik menyebabkan porses pembangunan proyek baik pemerintah maupun swasta cukup lancar sehingga mendorong realisasi proyek infrastruktur, khususnya proyek pemerintah. Selain itu jumlah hari kerja yang kembali normal pada triwulan ini sedikit banyak juga memberikan pengaruh terhadap kinerja sektor konstruksi, mengingat pada triwulan sebelumnya jumlah hari

9.5 17.1 0.7 21.8 -0.2 -6.2 12.3 5.1 5.8 11.7 1.3 -1.9 3.1 0.5 0.8 -3.0 -10 -5 0 5 10 15 20 25 0 10 20 30 40 50

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010 2011

Tingkat Hunian Kamar g_yoy (%, RHS) -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 60.0 80.0 100.0 120.0 140.0 160.0 123456789 10 11 12 123456789 10 11 12 123456789 10 11 12 2009 2010 2011 (%) Indeks

(21)

dan jam kerja kurang optimal seiring berlangsungnya puasa dan libur lebaran. Prompt indikator perkembangan sektor ini terlihat dari konsumsi semen pada grafik 1.7, yang juga mengkonfirmasi adanya sedikit pertumbuhan konsumsi semen pada triwulan ini.

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh sebesar 7,6% (yoy), meningkat dibandingkan angka pertumbuhan sebelumnya sebesar 6,4% (yoy). Dari sisi kegiatan perbankan, secara umum kondisi perbankan di wilayah Jawa Tengah cukup baik, yang tercermin dari indikator kinerja perbankan seperti dana pihak ketiga, outstanding kredit, LDR (loan to deposit ratio) serta kualitas kredit yang tercermin dari rasio NPL (non performing loans) yang lebih baik dari triwulan sebelumnya (Tabel 1.3). Peningkatan tersebut sejalan dengan kuatnya permintaan masyarakat yang menggunakan sektor keuangan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pada triwulan IV-2011.

TABEL 1.3

PERKEMBANGAN KEGIATAN BANK (RP MILIAR)

Sumber : LBU dan LBPR, Bank Indonesia * Keterangan: Kredit menurut lokasi bank

Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh sebesar 11.3% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 7,1% (yoy).. Di wilayah Jawa Tengah, penambangan/penggalian pasir merupakan salah satu aktifitas utama di sektor ini. Volume pasir akibat erupsi merapi yang masih cukup banyak serta kondisi cuaca dengan curah hujan normal mendorong kinerja sektor ini.

yoy qtq Asset - Total 125,595 127,758 137,702 145,175 149,842 156,968 163,273 170,002 179,466 19.77% 5.57% DPK - Total 97,499 98,708 104,844 107,597 113,244 117,385 123,089 126,693 133,739 18.10% 5.56% Deposito 36,423 39,176 40,640 41,077 41,902 45,412 47,780 46,509 47,145 12.51% 1.37% Giro 14,017 15,050 16,745 16,308 15,033 17,078 18,303 18,550 17,691 17.68% -4.63% Tabungan 47,058 44,482 47,459 50,213 56,309 54,895 57,006 61,634 68,903 22.37% 11.79% Kredit 90,194 92,064 98,875 102,890 108,352 114,084 120,560 124,790 131,416 21.29% 5.31% LDR - Perbankan (%) 92.51 93.27 94.31 95.63 95.68 97.19 97.94 98.50 98.26 NPL -Perbankan (%) 2.98 3.00 2.82 2.78 2.69 3.05 3.17 3.02 2.45

III-11 IV-11 Growth I-10 II-10 III-10 IV-10 I-11 II-11

(22)
(23)

Bab 2

Perkembangan Inflasi

Dari sisi perkembangan harga, kenaikan harga pada triwulan IV-2011 yang diukur dengan indeks harga konsumen (IHK) menunjukkan penurunan. Dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya (inflasi tahunan), inflasi Jawa Tengah triwulan IV-2011 tercatat sebesar 2,68% (yoy), menurun dari triwulan sebelumnya yang mencapai 3,56% (yoy). Inflasi pada akhir triwulan IV-2011 tersebut juga menjadi inflasi untuk keseluruhan tahun 2011, yang menggambarkan inflasi yang lebih rendah dibanding tahun 2010 (6,68% yoy). Relatif terjaganya pasokan komoditas bahan pangan, terutama bumbu-bumbuan, menjadi faktor utama yang mempengaruhi penurunan inflasi. Harga bumbu-bumbuan yang meningkat pada akhir tahun sebelumnya mengalami koreksi harga di tahun 2011.

Bila dilihat kenaikan harga selama triwulan IV-2011, dampak faktor musiman akhir tahun yang banyak memengaruhi inflasi pada triwulan tersebut tercatat cukup rendah, yaitu 0,76% (qtq). Inflasi triwulanan tersebut lebih rendah dari triwulan sebelumnya (1,72% qtq) dan triwulan yang sama tahun sebelumnya (1,62% qtq).

Dengan perkembangan tersebut, inflasi kelompok volatile food menunjukkan penurunan. Disamping itu, penurunan inflasi juga terlihat pada inflasi inti, yang utamanya disebabkan oleh menurunnya imported inflation terkait penurunan harga komoditas internasional terutama emas. Penurunan inflasi inti tersebut didukung oleh ekspektasi inflasi yang relatif stabil. Sementara itu, inflasi kelompok barang yang harganya diatur oleh Pemerintah (administered prices) relatif stabil dengan tidak adanya kenaikan harga barang yang bersifat strategis.

Secara umum, perkembangan inflasi Jawa Tengah pada triwulan IV-2011 mengkonfirmasi tren penurunan. Kondisi tersebut terlihat dari tren penurunan inflasi

tahunan Jawa Tengah yang pada triwulan IV-2011 mencapai 2,68% (yoy), menurun dari

triwulan III-2011 yang sebesar 3,55% (yoy) dan triwulan I-2011 yang mencapai ...% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, inflasi Jawa Tengah pada tahun 2011 jauh menurun dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 6,88% (yoy).

Inflasi Jawa Tengah pada triwulan IV-2011 tersebut relatif rendah, yang tercermin pada inflasi kuartalan. Secara kuartalan (qtq), ditengah adanya faktor musiman Idul Adha, Natal, dan Tahun baru, inflasi pada triwulan ini hanya mencapai 0,76%, lebih rendah dari triwulan III-2011 dan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Inflasi tersebut mengkonfirmasi bahwa dampak Natal dan Tahun Baru masih lebih rendah dibanding dampak faktor musiman puasa dan lebaran.

Penurunan inflasi tersebut terutama disebabkan oleh relatif terjaganya pasokan. Dengan kondisi tersebut, kenaikan harga bahan pangan, terutama beras dan bumbu-bumbuan, relatif terkendali, lebih rendah dibanding kenaikan harga yang terjadi pada triwulan yang sama tahun sebelumnya. Kondisi tersebut tercermin pada subkelompok bumbu-bumbuan yang pada triwulan IV-2011 secara tahunan tercatat mengalami deflasi yang lebih dalam dibanding triwulan sebelumnya. Demikian halnya dengan komoditas beras yang tercermin pada inflasi tahunan subkelompok padi-padian yang mengalami penurunan.

(24)

Berdasarkan kelompok barang, penurunan inflasi tersebut terutama disumbang oleh penurunan inflasi kelompok bahan makanan. Secara tahunan, inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan IV-2011 hanya sebesar 1,13%, turun dari 3,62% pada triwulan sebelumnya. Namun, penurunan tertinggi terjadi pada kelompok sandang sejalan dengan penurunan harga komoditas internasional, utamanya harga emas. Berdasarkan disagregasi inflasi, kondisi tersebut tercermin pada penurunan inflasi kelompok volatile food (VF) dan inflasi inti. Sementara inflasi kelompok administered prices menunjukkan perkembangan yang relatif stabil.

Rendahnya inflasi Jawa Tengah memberikan kontribusi positif terhadap rendahnya inflasi nasional pada 2011. Kondisi tersebut terlihat pada perkembangan inflasi Jawa Tengah yang searah dan relatif jauh dibawah inflasi nasional. Inflasi Jawa Tengah pada akhir triwulan IV-2011 mencapai 1,11% (yoy) lebih rendah dibawah inflasi nasional yang mencapai 3,79% (yoy) (Grafik 2.1.).

Dilihat dari inflasi di empat kota di Jawa Tengah yang disurvei oleh BPS, penurunan inflasi terjadi di semua kota, dengan penurunan terbesar terjadi di Tegal, yaitu dari 4,14% (yoy) pada triwulan III-2011 menjadi 2,58% (yoy) pada triwulan laporan. Sementara itu, inflasi tertinggi pada triwulan IV-2011 tercatat di kota Purwokerto dan terendah terjadi di kota Surakarta.

Sumber: BPS, diolah

Grafik 2.1. Inflasi Jawa Tengah Dibandingkan Nasional (%)

2.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok

Berdasarkan kelompok barang dan jasa, penurunan inflasi terutama disumbang oleh kelompok bahan makanan. Pada triwulan IV-2011, kelompok bahan makanan mengalami penurunan laju inflasi menjadi 1,13% (yoy) dari 3,62% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Dilihat dari inflasinya, penurunan inflasi tahunan tertinggi tercatat pada kelompok sandang. Sementara itu, kelompok yang mengalami peningkatan adalah kelompok perumahan, kelompok pendidikan, dan kelompok transpor.

Dengan perkembangan tersebut, inflasi tahunan tertinggi di triwulan IV-2011 terjadi pada kelompok sandang. Pada triwulan laporan, inflasi kelompok sandang mencapai 6,48% (yoy). Sementara kelompok lainnya tercatat cukup rendah, berada pada level dibawah 5% (yoy), bahkan inflasi kelompok bahan makanan mencatat inflasi tahunan terendah yang secara historis berada di atas 10%. (Tabel 2.1).

Secara triwulanan, inflasi pada triwulan IV-2011 relatif rendah. Kondisi pasokan

komoditas, terutama bahan makanan, yang cukup terjagapada triwulan IV-2011 menyebabkan

-0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Ja n F eb M a r A p r M e i Ju n i Ju li A g t S e p O k t N o p D es Jan F eb M a r A p r M e i Ju n i Ju li A g t S e p O k t N o p D es Jan F eb M a r A p r M e i Ju n i Ju li A g t S ep t O k t N o v D es 2009 2010 2011 % % Jateng (mtm)-RHS Nas (mtm)-RHS Jateng (yoy) Nas (yoy)

0.76 0.79 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010 2011

%,qtq

(25)

penurunan laju inflasi pada triwulan ini, yang tercatat 0,76% (qtq), dibanding 1,72% (qtq) pada

triwulan sebelumnya dan triwulan yang sama tahun sebelumnya (1,62% qtq)2.

Secara keseluruhan, faktor musiman Idul Adha, Natal, dan Tahun Baru yang berlangsung pada triwulan ini tidak berdampak signifikan. Secara kuartalan, kelompok barang dan jasa yang meningkat cukup tinggi terjadi pada kelompok bahan makanan, sementara kelompok lainnya, seperti kelompok makanan jadi, kelompok pendidikan dan rekreasi, serta kelompok transportasi, menunjukkan laju inflasi yang cukup rendah.

TABEL 2.1.

INFLASI JAWA TENGAH TAHUNAN

BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA (%; YOY)

KELOMPOK IV-09 I-10 II-10 III-10 IV-10 I-11 II-11 III-11 IV-11

UMUM / TOTAL 3,32 3,40 4,57 5,59 6,88 6,08 4,72 3,56 2.68

BAHAN MAKANAN 3,75 3,16 9,37 11,20 17,30 13,20 6,36 3,62 1.13

MAKANAN JADI 7,53 7,81 6,08 6,04 6,23 4,96 5,22 4,14 3.14

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 3,49 2,18 2,28 3,58 3,09 3,92 4,14 3,09 3.18

SANDANG 5,70 2,54 4,53 4,20 5,17 6,58 6,49 9,20 6.48

KESEHATAN 3,40 1,70 1,24 1,49 1,48 1,85 2,58 2,67 2.39

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 2,45 2,48 2,55 2,37 2,30 2,57 2,47 4,07 4.54

TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN -3,40 1,69 1,37 3,16 3,08 3,06 3,39 1,18 1.45

Sumber : BPS, diolah

TABEL 2.2.

INFLASI JAWA TENGAH KUARTALAN

BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA (%; QTQ)

KELOMPOK IV-09 I-10 II-10 III-10 IV-10 I-11 II-11 III-11 IV-11

UMUM / TOTAL 0,39 0,91 1,33 2,87 1,62 0,15 0,03 1,72 0.76

BAHAN MAKANAN -0,77 1,16 4,83 5,68 4,67 -2,38 -1,5 2,96 2.16

MAKANAN JADI 1,18 2,06 0,22 2,46 1,37 0,84 0,46 1,40 0.39

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 0,99 0,54 0,39 1,62 0,50 1,35 0,60 0,60 0.60

SANDANG 1,53 0,25 1,40 0,96 2,47 1,60 1,31 3,52 -0.08

KESEHATAN 0,65 0,22 0,21 0,40 0,64 0,58 0,93 0,49 0.37

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 0,01 0,14 0,11 2,09 -0,05 0,40 0,02 3,69 0.40

TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN -0,31 0,47 0,06 2,93 -0,38 0,46 0,37 0,74 -0.12

Sumber : BPS, diolah

Pada kelompok bahan makanan, secara kuartalan inflasi terjadi terutama pada subkelompok bumbu-bumbuan dan subkelompok padi-padian. Secara kuartalan, inflasi subkelompok bumbu-bumbuan pada triwulan ini tercatat 20,97% (qtq), setelah pada triwulan sebelumnya masih mengalami deflasi sebesar -19,74% (qtq). Namun demikian, apabila dibandingkan dengan posisi yang sama tahun 2010 yang mencapai 39,16% (qtq), kenaikan harga subkelompok bumbu-bumbuan pada triwulan IV-2011 tersebut masih lebih rendah. Sementara inflasi subkelompok padi-padian pada triwulan ini tercatat sebesar 3,83% (qtq).

Kenaikan harga pada kedua subkelompok tersebut di triwulan IV-2011 karena pasokan yang relatif terbatas dengan masuknya musim tanam. Pada subkelompok padi-padian, laju inflasi yang cukup tinggi tersebut terutama didorong oleh kenaikan harga beras yang salah satunya dipengaruhi oleh tingkat produksi beras yang pada triwulan ini mengalami

penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, seiring berlangsungnya masa tanam (lihat bab

1).

2

(26)

Terbatasnya pasokan beras tercermin pula pada tingkat penyerapan beras oleh Bulog. Meski tingkat penyerapan beras oleh Bulog hingga Desember 2011 cukup baik yang mencapai 465.789 ribu ton, stok beras di Bulog Divre Jateng hingga Desember 2011 yang sebesar 95.106 ton relatif terbatas. Stok beras tersebut diperkirakan mencukupi untuk kegiatan operasional Bulog sampai dengan Februari 2012. Sementara penyaluran raskin ke-13 telah dilaksanakan mencapai 43 ribu ton atau secara keseluruhan penyaluran raskin di Jawa Tengah telah mencapai 99,89% dari pagu tahun 2011.

Dari hasil pemantauan3, kenaikan harga beras di Jawa Tengah terutama terjadi

pada kualitas beras premium. Hal ini sejalan dengan berubahnya pola konsumsi beras dari kualitas medium ke kualitas premium. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan KBI Semarang terkait pola konsumsi beras diketahui bahwa terdapat tiga jenis beras yang paling banyak dikonsumsi masyarakat, yaitu C4 Super, mentikwangi dan membramo, yang merupakan jenis beras dengan kualitas premium (lihat boks).

Dengan perkembangan tersebut, inflasi subkelompok padi-padian masih tercatat cukup tinggi. Laju inflasi tahunan subkelompok padi-padian pada triwulan ini mencapai 11,63% (yoy), tertinggi dibandingkan subkelompok lainnya. Sementara, inflasi tahunan subkelompok bumbu-bumbuan mengalami deflasi sebesar -29,43% (yoy).

Beras masih menjadi komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi pada triwulan ini. Sumbangan inflasi terutama bersumber dari komoditas beras, cabe merah, minyak goreng, dan tomat sayur. Sedangkan komoditas yang dominan memberikan sumbangan deflasi antara lain bawang merah, kacang panjang, jeruk, buncis, dan semangka.

TABEL 2.3.

INFLASI JAWA TENGAH TAHUNAN

BERDASARKAN SUB KELOMPOK BAHAN MAKANAN (%; YOY)

Komoditi 2009 2010 2011

IV I II III IV I II III IV

BAHAN MAKANAN 3,75 3,16 9,37 11,20 17,30 13,20 6,36 3,62 1.13

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 6,14 11,74 9,67 19,71 21,59 11,09 14,07 13,37 11.63

Daging dan Hasil-hasilnya 6,98 4,57 5,54 10,21 6,92 4,91 1,49 -6,19 2.17

Ikan Segar -2,29 -6,43 -3,17 0,49 4,02 8,72 6,55 6,80 5.32

Ikan Diawetkan 3,05 -0,97 4,43 5,65 7,33 10,10 4,75 5,37 3.80

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya -0,42 -0,96 1,72 4,40 4,52 7,98 7,64 2,99 5.46

Sayur-sayuran -5,01 -8,42 17,03 12,55 24,34 15,76 1,19 7,04 0.36

Kacang - kacangan 1,30 0,46 0,76 2,79 3,30 5,46 5,43 3,67 2.86

Buah - buahan 5,18 2,80 4,07 3,34 4,66 6,50 6,96 6,39 3.77

Bumbu - bumbuan 22,30 9,20 67,80 22,57 70,61 60,34 -8,19 -18,82 -29.43

Lemak dan Minyak -3,67 0,15 -1,95 11,93 21,90 14,97 13,37 5,84 -3.52

Bahan Makanan Lainnya 1,27 0,70 1,85 3,17 5,53 5,00 7,91 7,65 7.60

Dari hasil survei pemantauan harga (SPH) mengkonfirmasi bahwa tekanan inflasi pada triwulan IV-2011 terutama dipicu oleh kenaikan harga beras, cabai dan sayur-sayuran. Hasil SPH untuk wilayah Semarang dan sekitarnya yang dilakukan oleh KBI Semarang mengkonfirmasi adanya kecenderungan kenaikan harga komoditas bahan pangan.

(27)

Dari dua pasar tradisional dan dua pasar modern yang dipantau, kenaikan harga beras tersebut telah terlihat sejak triwulan III-2011 dan cenderung terus meningkat pada triwulan IV-2011. Sementara untuk komoditas cabai dan sayur-sayuran terlihat mengalami kenaikan harga yang sangat tinggi terutama pada akhir triwulan IV-2011. Dari hasil survei tersebut, penurunan

pasokan menjadi alasan utama kenaikan harga (Grafik 2.2).

Sumber: SPH KBI Semarang

Grafik 2.2. Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Bahan Makanan Hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) KBI Semarang

Pada kelompok Makanan Jadi, secara tahunan, penurunan tekanan inflasi triwulan IV-2011 terjadi pada semua subkelompok. Inflasi kelompok makanan jadi turun menjadi 3,14% (yoy) dari 4,14% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Penurunan inflasi tahunan tersebut terutama pada subkelompok tembakau.

Pada subkelompok Tembakau dan Minuman Beralkohol, secara kuartalan inflasi subkelompok ini menurun dibanding triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV-2011 inflasi subkelompok tembakau hanya tercatat sebesar 1,0% (qtq), menurun dibanding triwulan sebelumnya (3,5% qtq). Inflasi pada kelompok ini terkait kenaikan harga rokok sehubungan

7,000 8,000 9,000 10,000 11,000 12,000 13,000 De s Ja n Fe b M ar Apr M ay Jun Jul Aug Sep Oct N ov Dec Jan Feb M ar Apr M ay Jun Jul Aug Sep Oct N ov Dec 2009 2010 2011 Rp/kg

Beras Gula Pasir Minyak Goreng

-5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000 45,000 50,000 55,000 De s Ja n Fe b M ar A p r M ay Jun Jul Aug Sep Oct N o v De c Ja n Fe b M ar A p r M ay Jun Jul Aug Sep Oct N o v De c 2009 2010 2011 Rp/kg

Cabai Merah Cabai Rawit

Bawang Merah Bawang Putih

3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000 10,000 11,000 12,000 De s Ja n Fe b M ar Apr M ay Jun Jul Aug Sep Oct Nov cDe Jan Feb Mar Apr May Jun Ju l Au g Se p O ct No v De c 2009 2010 2011 Rp/kg

Tomat Sayur Wortel Kentang Kacang Panjang 68,000

69,000 70,000 71,000 72,000 73,000 74,000 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 De s Ja n Fe b M ar A p r M ay Jun Jul A u g Se p O ct N o v De c Ja n Fe b M ar A p r M ay Jun Jul A u g Se p O ct N o v De c 2009 2010 2011 Rp/kg Rp/kg

Daging Ayam Ras Telur Ayam Ras Daging Sapi (RHS)

18,000 19,000 20,000 21,000 22,000 23,000 24,000 25,000 26,000 27,000 28,000 De s Ja n Fe b M ar A p r M ay Jun Jul A u g Se p O ct N o v De c Ja n Fe b M ar A p r M ay Jun Jul A u g Se p O ct N o v De c 2009 2010 2011 Rp/kg

Bandeng Kembung Mas Tongkol

Bumbu-Bumbuan

Sayur-sayuran Daging & Telur

(28)

dengan cukai rokok yang telah dinaikan di awal tahun. Dapat ditambahkan bahwa secara historis, kenaikan harga rokok pada triwulan IV-2011 tersebut relatif rendah karena kenaikan harga rokok biasanya dilakukan secara bertahap dalam tahun berjalan. Dengan perkembangan tersebut, inflasi pada subkelompok ini terus menunjukkan tren peningkatan sehingga pada triwulan IV-2011 mencapai 8,51% (yoy).

Kenaikan harga cengkeh akan meningkatkan tekanan inflasi dari subkelompok tembakau. Tekanan inflasi pada subkelompok tembakau diperkirakan juga disebabkan oleh kenaikan harga cengkeh. Harga cengkeh pada triwulan IV-2011 berkisar Rp 180 ribu per kilogram. Sementara di sisi lain, berdasarkan informasi Dinas Pertanian Perkebunan dan

Kehutanan Kabupaten Temanggung4, produktivitas tanaman tembakau di Kabupaten

Temanggung pada masa panen 2011 diperkirakan meningkat sekitar 50 persen dibandingkan tahun 2010, atau mencapai 6 ton tembakau rajangan kering per hektare. Luas tanaman tembakau di Temanggung tahun ini sekitar 14.244 hektare dan produksinya diperkirakan mencapai 7.976 ton.

TABEL 2.4

INFLASI JAWA TENGAH TAHUNAN

BERDASARKAN SUB KELOMPOK MAKANAN JADI (%; YOY)

Komoditi 2009 2010 2011

IV I II III IV I II III IV

Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 7,53 7,81 6,08 6,04 6,23 4,96 5,22 4,14 3.14

Makanan Jadi 4,40 5,22 4,22 6,08 5,96 5,14 4,96 3,03 2.53

Minuman yang Tidak Beralkohol 20,65 17,91 10,84 3,67 4,15 1,23 1,59 1,16 -0.20

Tembakau dan Minuman Beralkohol 7,26 7,81 8,26 8,62 9,46 8,26 9,68 11,10 8.51

Sumber : BPS, diolah

Koreksi (penurunan) harga emas pendorong utama penurunan inflasi tahunan kelompok Sandang pada triwulan IV-2011. Pada triwulan ini, inflasi subkelompok Barang Pribadi mencapai -0,77% (qtq), setelah pada triwulan sebelumnya mengalami inflasi yang cukup tinggi (11,80% qtq). Penurunan laju inflasi tersebut sejalan dengan menurunnya harga emas internasional pada triwulan laporan. Dengan demikian, secara tahunan, meski masih relatif

tinggi, inflasi subkelompok barang pribadi tersebut turun menjadi 18,86% dari 29,67% (Tabel

2.5.).

TABEL 2.5

INFLASI JAWA TENGAH TAHUNAN

BERDASARKAN SUB KELOMPOK SANDANG (%; YOY)

Komoditi 2009 2010 2011 IV I II III IV I II III IV SANDANG 5,70 2,54 4,53 4,20 5,17 6,58 6,49 9,20 6.48 Sandang Laki-laki 3,67 2,84 2,52 2,21 3,07 3,92 4,64 4,17 3.50 Sandang Wanita 3,10 2,47 2,28 2,06 2,29 2,30 2,34 1,73 1.60 Sandang Anak-anak 3,27 3,41 3,33 2,13 2,94 2,39 2,63 1,86 1.38

Barang Pribadi dan Sandang Lain 15,72 1,95 11,64 12,24 14,04 18,33 16,24 29,67 18.86 Sumber : BPS, diolah

4

(29)

2.2. Disagregasi Inflasi

Berdasarkan disagregasi inflasi, penurunan inflasi IHK terutama terjadi pada kelompok volatile food (VF). Inflasi VF mengalami penurunan dari 3,97% pada triwulan III-2011 menjadi 2,39% (yoy) pada triwulan ini, sejalan dengan relatif terjaganya pasokan bahan makanan. Terjaganya pasokan tersebut terutama terlihat pada komoditas bumbu-bumbuan yang secara tahunan masih mengalami penurunan harga pada triwulan laporan. Penurunan harga komoditas tersebut, mampu meredam inflasi, ditengah kenaikan harga komoditas VF lainnya, terutama beras.

Inflasi kelompok administered prices relatif stabil. Walaupun terjadi kenaikanharga rokok, komoditas lainnya yang berada dalam kelompok administered price, seperti laju inflasi pada subkelompok Bahan Bakar, tidak memberikan dampak yang signifikan. Salah satu faktor yang menyebabkan inflasi pada subkelompok Bahan Bakar cukup stabil adalah tidak adanya kebijakan strategis kenaikan harga BBM. Sementara itu, harga BBM non-subsidi pada triwulan IV-2011 cenderung stabil sejalan dengan stabilnya harga minyak dunia. Kondisi tersebut membuat inflasi administered price pada triwulan ini mencapai 3,17% (yoy), relatif stabil

dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 3,21% (Grafik 2.3).

Sumber : BPS, diolah

Grafik 2.3.Disagregasi Inflasi Jawa Tengah

Tekanan inflasi inti pada triwulan IV-2011 mengalami menurun. Pada triwulan IV-2011, inflasi inti turun menjadi 3,42% dari 4,19% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Dilihat dari

faktor-faktor yang memengaruhi, penurunan inflasi pada kelompok ini tidak terlepas dari

pengaruh menurunnya imported inflation terkait harga emas perhiasan yang pada triwulan

IV-2011 cenderung turun. Namun demikian, harga emas perhiasan di dalam negeri berdasarkan SPH cenderung stabil (Grafik 2.8.).

Menurunnya dampak imported inflation terlihat pada penurunan indeks komposit harga pangan dunia. Secara komposit, indeks harga komoditas bahan pangan cenderung mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan indeks tersebut disebabkan oleh penurunan harga seluruh komoditas. Namun demikian, harga beras masih berada pada level yang tinggi (Grafik 2.6).

-4 -2 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

IV I II III IV I II III IV I II III IV 2008 2009 2010 2011

% (yoy)

Umum VF

(30)

Penurunan inflasi inti juga didukung oleh ekspektasi inflasi yang stabil.

Berdasarkan hasil survei konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia Semarang, ekspektasi inflasi dari sisi konsumen cenderung menurun. Sementara itu, survei penjualan eceran menunjukkan bahwa ekspektasi inflasi pedagang cenderung meningkat sehingga secara umum ekspektasi inflasi masyarakat relatif stabil. Sementara itu,ekspektasi masyarakat terhadap inflasi dalam tiga bulan ke depan (posisi Oktober 2011 hingga Desember 2011) mengalami kenaikan, seiring dengan kenaikan harga beberapa komoditas. Di sisi lain, ekspektasi pedagang justru menunjukkan penurunan sejalan dengan faktor musiman akhir tahun dimana banyak terdapat

even yang mendorong penurunan harga seperti great sale(Grafik 2.5).

Sementara itu, pelemahan nilai tukar Rupiah memberikan tekanan inflasi meski tidak terlalu signifikan karena nilai tukar bergerak dalam level yang comfortable bagi para pengusaha. Sesuai hasil liason, nilai tukar yang comfortable adalah pada kisaran Rp 8.500 sampai Rp.9.500 (Grafik 2.4).

Sumber: BI, diolah

Grafik 2.4 Perkembangan Nilai Tukar Grafik 2.5 Ekspektasi Inflasi Survei Konsumen dan Survei Penjualan Eceran Sejalan dengan kondisi tersebut, perkembangan harga energi pada triwulan ini juga cukup stabil. Kondisi tersebut salah satunya disebabkan oleh peningkatan pasokan minyak dunia. Berdasarkan publikasi OPEC, rata-rata produksi minyak mentah OPEC5 pada bulan desember mencapai 30,82 juta barel per hari, meningkat 0,17 juta barel per hari dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan produksi tersebut terjadi di beberapa negara penghasil seperti Libya, UEA dan Irak. Kondisi tersebut mendorong kenaikan pasokan minyak dunia pada Desember 2011 yang mencapai 0,45 juta barel per hari dibandingkan bulan sebelumnya. (Grafik 2.7). 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 2009 2010 2011 SBT, %

(31)

Sumber: worldbank

Grafik 2.6. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Dunia

Sumber: worldbank

Grafik 2.7. Perkembangan Indeks Harga Energi Dunia

Terkait dengan komoditas emas, pada triwulan IV-2011 harga komoditas ini di Jawa Tengah relatif stabil. Secara umum, perkembangan harga emas perhiasan di dalam negeri mengikuti kenaikan harga emas di pasar internasional. Perilaku masyarakat yang

cenderung wait and see setelah lonjakan harga emas pada periode sebelumnya membuat harga

emas di Jawa Tengah cenderung stabil meskipun pada akhir triwulan IV-2011 perkembangan harga emas internasional menunjukkan penurunan. Menguatnya US dollar seiring dengan pemulihan ekonomi AS menjadi salah satu faktor yang menahan tekanan harga emas ditengah

penurunan perekonomian di negara eropa. (Grafik 2.8).

Sumber: worldbank dan SPH KBI Semarang

Grafik 2.8. Perkembangan Harga Emas 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 De c Ja n Fe b M ar A p r M ay Jun Jul Aug Sep Oct N o v De c Ja n Fe b M ar A p r M ay Jun Jul Aug Sep Oct N o v De c 2009 2010 2011 Indeks Pertanian Indeks Bahan Pangan

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 De c Ja n Fe b M ar A p r M ay Jun Jul Aug Sep Oct N o v De c Ja n Fe b M ar A p r M ay Jun Jul Aug Sep Oct N o v De c 2009 2010 2011 $/mt

Indeks Bahan Pangan (RHS) Harga Beras

Harga Kedelai Harga Gandum

Harga Gula (cents/kg-RHS)

0 50 100 150 200 250 20 40 60 80 100 120 140 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2009 2010 2011

Indeks Harga Energi (USD) Harga Minyak

(USD/barel)

Indeks Harga Energi WTI Minas

700 900 1,100 1,300 1,500 1,700 1,900 200 250 300 350 400 450 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2010 2011 Lokal Internasional (RHS) USD/troy once Rp.ribu/gr

Gambar

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah dan Nasional
Grafik 1.8. Perkembangan Jumlah Pelanggan  PLN Segmen Industri di Jawa Tengah
Grafik 1.11. Perkembangan Ekspor Impor  Non Migas di Jawa Tengah
Grafik 1.15 Pertumbuhan Industri Besar dan Sedang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Beras telah menjadi bahan pangan pokok strategis yang kebutuhannya selalu meningkat. Stok beras domestik menjadi hal penting yang harus diperhatikan mengingat kenaikan harga pangan

PROSPEK PEREKONOMIAN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan IV 2014 diperkirakan tumbuh sebesar 5% - 5,5% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan

Pada triwulan IV-2009, diproyeksikan akan terjadi pertumbuhan investasi sebesar 5,82% (year on year), meskipun relatif lebih lambat dibandingkan triwulan lalu. Ekspektasi

Inflasi inti pada triwulan II 2015 relatif terkendali dan rendah akibat perlambatan ekonomi domestik dan penurunan harga komoditas global.... Inflasi Inti Nontraded Ekspektasi

Kenaikan belanja konsolidasian pada triwulan II 2021 sejalan dengan perbaikan pertumbuhan perekonomian dibanding periode yang sama di tahun 2020 yang mengalami kontraksi

Meningkatnya permintaan masyarakat memasuki bulan puasa dan hari raya Idul Fitri yang jatuh pada triwulan III-2011, kenaikan harga bahan makanan seiring masa paceklik yang

Sedangkan sektor pertanian diperkirakan masih akan mengalami peningkatan pertumbuhan walaupun masa panen raya telah usai, namun panen-panen kecil masih akan terjadi sepanjang

Penurunan realisasi belanja pemerintah daerah Kaltim triwulan II 2017 disebabkan terutama karena penyerapan belanja pemerintah daerah di tingkat kabupaten/kota lebih rendah