• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

Kajian Ekonomi Regional

Jawa Tengah

Triwulan I-2012

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah V (Jateng-DIY)

Jl. Imam Bardjo SH No.4 Semarang, Telp. (024) 8310246, Fax. (024) 8417791

(2)
(3)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah

Triwulan I Tahun 2012

Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah dipublikasikan secara

triwulanan oleh Kantor Bank Indonesia Semarang, untuk menganalisis

perkembangan ekonomi Jawa Tengah secara komprehensif. Isi kajian dalam buku

ini mencakup perkembangan ekonomi makro, inflasi, moneter, perbankan, sistem

pembayaran, keuangan daerah, dan prospek ekonomi Jawa Tengah. Penerbitan

buku ini bertujuan untuk: (1) melaporkan kondisi perkembangan ekonomi dan

keuangan di Jawa Tengah kepada Kantor Pusat Bank Indonesia sebagai masukan

pengambilan kebijakan, dan (2) menyampaikan informasi kepada

external

stakeholders

di daerah mengenai perkembangan ekonomi dan keuangan terkini.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah V (Jateng-DIY)

Joni Swastanto

Kepala Kantor Perwakilan

Dewi Setyowati

Deputi Kepala Kantor Perwakilan Group Ekonomi

Moneter

Mohamad M. Toha

Deputi Kepala Kantor Perwakilan Group Manajemen

Intern dan Sistem Pembayaran

Putra Nusantara S.

Kepala Divisi Kajian Ekonomi

Imam Fauzy

Kepala Divisi Pengawasan Bank

Untung Nugroho

Kepala Divisi Pengawasan Bank

Eko Purwanto

Kepala Divisi Sistem Pembayaran

Imam Mustiantoko

Kepala Divisi Manajemen Intern

Softcopy buku ini dapat di-download dari website Bank Indonesia dengan alamat

(4)
(5)

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan I-2012 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah diterbitkan secara periodik setiap triwulan sebagai perwujudan peranan Kantor Bank Indonesia Semarang dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Jawa Tengah terkini serta prospeknya. Kami berharap informasi yang kami sajikan ini dapat menjadi salah satu referensi atau acuan dalam proses diskusi atau peroses pengambilan kebijakan berbagai pihak terkait.

Dalam proses penyusunan Kajian Ekonomi Regional ini, kami menggunakan data yang diperoleh dari berbagai pihak, yakni instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Badan Pusat Statistik, pelaku usaha dan akademisi, laporan dari perbankan serta data hasil analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang.

Kami juga menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan kajian ini ataupun terdapat penyajian data yang kurang tepat, oleh karena itu kami senantiasa mengharapkan kritikan dan masukan membangun demi penyempurnaan di masa yang akan datang.

Akhirnya, besar harapan kami mudah-mudahan laporan triwulanan ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan dalam memahami perekonomian Jawa Tengah. Terima kasih.

Semarang, Mei 2012

KANTOR BANK INDONESIA SEMARANG Ttd

Joni Swastanto Pemimpin

(6)

(7)

Daftar Isi

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ...iii

Ringkasan Eksekutif... v

Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro ... 1

1.1. Analisis PDRB Sisi Permintaan... 2

1.1.1. Konsumsi ... 2

1.1.2. Investasi ... 5

1.1.3. Ekspor dan Impor ... 7

1.2. Analisis PDRB Sisi Penawaran ... 8

1.2.1. Sektor Pertanian ... 8

1.2.2. Sektor Industri Pengolahan ... 9

1.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) ... 10

1.2.4. Sektor Jasa ... 11

1.2.5. Sektor-sektor Lainnya ... 12

BOKS PERTUMBUHAN INDUSTRI MANUFAKTUR JAWA TENGAH ... 15

Bab 2 Perkembangan Inflasi ... 17

2.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok ... 19

2.2. Disagregasi Inflasi ... 24

2.3. Inflasi Empat Kota di Jawa Tengah ... 27

2.4. Inflasi Kota-Kota di Jawa ... 29

BOKS PERKEMBANGAN EKSPEKTASI MASYARAKAT TERKAIT RENCANA KENAIKAN HARGA BBM BERSUBSIDI ... 31

Bab 3 Perkembangan Perbankan ... 35

3.1. Bank Umum ... 36

3.1.1. Intermediasi Bank Umum ... 36

3.1.2. Penghimpunan Dana Masyarakat ... 37

3.1.3. Penyaluran Kredit ... 39

3.2. Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ... 43

3.3. Kinerja Perbankan Syariah ... 46

3.4. Perkembangan Sistem Pembayaran ... 48

3.4.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai ... 48

3.4.1.1. Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow) ... 48

3.4.1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar / PTTB Uang Kartal ... 49

3.4.1.3. Uang Palsu ... 49

(8)

3.4.2.1. Transaksi Kliring ... 50

3.4.2.2.Transaksi RTGS ... 50

BOKS FINANCIAL INCLUSION : Indikator Perbankan dan Kependudukan ... 52

Bab 4 Keuangan Daerah ... 54

4.1. Realisasi Pendapatan Daerah... 54

4.2. Realisasi Belanja Daerah ... 56

Bab 5 Kesejahteraan Masyarakat ... 59

5.1. Ketenagakerjaan ... 59

5.2. Nilai Tukar Petani ... 62

BOKS PENETAPAN UPAH MINIMUM DI JAWA TENGAH ... 64

Bab 6 Prospek Perekonomian ... 69

6.1. Pertumbuhan Ekonomi ... 69

6.2. Inflasi ... 72

BOKS ASESMEN DAMPAK KENAIKAN BBM TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH 2012 ... 76

Daftar Istilah ... 79

LAMPIRAN ... 81

(9)

Ringkasan Eksekutif

Perekonomian Jawa Tengah pada triwulan I-2012 masih dapat tumbuh tinggi. Kinerja ekspor yang masih cukup kuat menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan I-2012 yang tercatat sebesar 6,1%. Sesuai polanya, pertumbuhan ekonomi pada triwulan tersebut menurun dibanding triwulan IV-2012 (6,4% yoy). Tingginya pertumbuhan ekspor tidak terlepas dari ekspor (perdagangan) antar daerah. Sementara data ekspor untuk bulan Januari 2012 menunjukkan kenaikan 22,1% dibanding Januari 2011, meski menurun 10,1 dibanding Desember 2011.

Selain ekspor, dari sisi penggunaan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2012 tertinggi masih disumbang oleh kegiatan konsumsi rumah tangga sejalan dengan tingkat keyakinan konsumen yang masih berada pada level optimis. Disamping itu, kegiatan investasi juga tumbuh tinggi, yang lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang menunjukkan bahwa Jawa Tengah menjadi daerah yang menarik untuk berinvestasi. Dari sisi sektoral, pertumbuhan yang tinggi tercatat pada seluruh sektor ekonomi, kecuali sektor pertanian yang mengalami kontraksi. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor jasa, meski sumbangan pertumbuhan masih dari sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR).

Dari sisi perkembangan harga, kenaikan harga pada triwulan I-2012 yang diukur dengan indeks harga konsumen (IHK) menunjukkan peningkatan. Inflasi tahunan Jawa Tengah triwulan I-2012 tercatat sebesar 3,45% (yoy), naik dari triwulan sebelumnya yang mencapai 2,68% (yoy). Secara umum, sejalan dengan masuknya musim panen--terutama beras, pasokan bahan pangan relatif terjaga. Namun demikian, deflasi yang terjadi pada triwulan I-2011 menyebabkan inflasi tahunan pada kelompok volatile foods mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Inflasi Jawa Tengah pada triwulan I-2012 juga dipengaruhi oleh meningkatnya ekspektasi inflasi terutama pada akhir triwulan terkait dengan rencana kenaikan harga BBM. Namun demikian, inflasi inti justru mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya. Sementara itu, inflasi kelompok administered prices relatif stabil. Inflasi pada kelompok inti disumbang oleh kenaikan harga rokok dan harga BBM non-subsidi. Secara triwulanan, meski terdapat faktor positif (yang menurunkan tekanan inflasi) terkait musim panen, dampak meningkatnya ekspektasi inflasi masyarakat terlihat dari inflasi yang pada triwulan ini lebih tinggi mencapai 0,90% (qtq), atau naik dari triwulan sebelumnya (0,76% qtq).

Kegiatan intermediasi perbankan di Jawa Tengah tetap ekspansif dengan risiko

kredit yang terkendali. Tingkat pertumbuhan kredit perbankan yang cukup tinggi (18,11%,

yoy) mendorong Loan to Deposit Ratio perbankan di Jawa Tengah baik sistem konvensional maupun prinsip syariah masih dapat dijaga pada level yang cukup tinggi (97,14%) dengan rasio kredit non lancar yang rendah (2,71%). Kondisi tersebut sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah yang pada triwulan ini masih tumbuh positif. Sementara itu,Sistem Pembayaran di Jawa Tengah pada triwulan I-2012 berjalan baik, yang tercermin dari penurunan uang tidak layar edar, relatif kecilnya jumlah uang palsu yang ditemukan dan peningkatan kegiatan kliring. Kondisi tersebut memperkuat stabilitas makroekonomi dan dunia usaha di Jawa Tengah.

Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah pada triwulan I-2012 lebih baik dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya, tercermin dari realisasi pendapatan maupun belanja daerah. Namun demikian, realisasi keuangan Pemerintah perlu terus ditingkatkan terutama pada awal-awal tahun agar tidak menumpuk pada akhir tahun sehingga

(10)

dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih optimal. Dari sisi pendapatan daerah, dengan realisasi pendapatan asli daerah yang mencapai 25,85%, kemandirian pemerintah Jawa Tengah relatif semakin baik. Dari sisi belanja daerah, realisasi belanja terutama masih dalam bentuk belanja rutin pegawai, sementara belanja modal masih rendah.

Ke depan, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan I-2012 diperkirakan akan sedikit melambat dibandingkan triwulan ini, yaitu dalam kisaran 5,8%-6,0% (yoy). Pengaruh krisis Eropa diperkirakan masih akan membayangi kinerja sektor industri. Sementara sektor PHR diperkirakan meningkat dengan masuknya musim liburan sekolah. Sedangkan pada triwulan II-2012, kondisi cuaca diperkirakan lebih mendukung produksi sektor pertanian. Dengan kondisi tersebut, produksi padi, yang mulai meningkat pada akhir triwulan II-2012 (panen gadu) diperkirakan bisa lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara dari sisi penggunaan, konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh stabil dan masih akan tetap menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi, serta didukung oleh pertumbuhan investasi yang cukup tinggi. Sementara itu, dengan melihat realisasi di triwulan I-2012, sektor pemerintah diperkirakan juga akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi di triwulan II-2012.

Sementara itu, pada triwulan II-2012 tekanan inflasi Jawa Tengah diperkirakan semakin meningkat dan berada dalam kisaran 4,2%-4,7% (yoy). Pada awal triwulan II-2012, inflasi Jawa Tengah di April 2012 tercatat sebesar 4,02% (yoy), meningkat dibandingkan posisi akhir triwulan I-2012. Secara keseluruhan, tekanan inflasi pada triwulan II-2012 diperkirakan dipengaruhi oleh kondisi pasokan bahan pangan, terutama beras, yang semakin terbatas. Disamping itu, tekanan kenaikan harga, terutama terkait sektor pengakutan dan komunikasi, diperkirakan meningkat seiring masa liburan sekolah. Beberapa faktor risiko inflasi lainnya antara lain: (1) faktor musiman tahun ajaran baru, (2) kemungkinan penyesuaian harga BBM (baik subsidi maupun non-subsidi) mengingat harga minyak dunia masih cenderung mengalami kenaikan dan (3) penyesuaian tarif jasa terminal naik/turun kendaraan dan alat berat secara roll

on-roll off sebesar 30% di Pelabuhan. Terkait dengan kemungkinan kenaikan harga BBM dan

rencana pembatasana konsumsi BBM, meningkatnya ekspektasi inflasi perlu diwaspadai meski pada awal triwulan II-2011, ekspektasi inflasi masyarakat sudah membaik (menurun).

(11)

Bab 1

Perkembangan Ekonomi Makro

Perekonomian Jawa Tengah pada triwulan I-2012 masih dapat tumbuh tinggi. Kinerja ekspor yang masih cukup kuat menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan I-2012 yang tercatat sebesar 6,1%. Sesuai polanya, pertumbuhan ekonomi pada triwulan tersebut menurun dibanding triwulan IV-2012 (6,4% yoy). Tingginya pertumbuhan ekspor tidak terlepas dari ekspor (perdagangan) antar daerah. Sementara data ekspor untuk bulan Januari 2012 menunjukkan kenaikan 22,1% dibanding Januari 2011, meski menurun 10,1 dibanding Desember 2011.

Selain ekspor, dari sisi penggunaan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2012 tertinggi masih disumbang oleh kegiatan konsumsi rumah tangga sejalan dengan tingkat keyakinan konsumen yang masih berada pada level optimis. Disamping itu, kegiatan investasi juga tumbuh tinggi, yang lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang menunjukkan bahwa Jawa Tengah menjadi daerah yang menarik untuk berinvestasi. Dari sisi sektoral, pertumbuhan yang tinggi tercatat pada seluruh sektor ekonomi, kecuali sektor pertanian yang mengalami kontraksi. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor jasa, meski sumbangan pertumbuhan masih dari sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR).

Ekonomi Jawa Tengah pada triwulan I-2012 mampu tumbuh cukup kuat. Pada triwulan laporan, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah mencapai 6,1% (yoy), melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat 6,4% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah tersebut masih berada dibawah angka pertumbuhan ekonomi nasional yang mencatat angka pertumbuhan sebesar 6,3% (yoy).

Sumber: BPS Jateng, diolah Sumber: BPS Jateng. diolah

Dari sisi permintaan, kegiatan ekspor Jawa Tengah pada triwulan I-2012 masih dapat tumbuh tinggi. Ditengah dampak krisis utang Eropa, ekspor barang dan jasa provinsi Jawa Tengah keluar negeri masih tercatat cukup tinggi. Meski menurun dibanding triwulan sebelumnya, nilai ekspor Jawa Tengah pada triwulan I-2012 masih lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Komponen penggunaan yang juga tumbuh tinggi adalah konsumsi lembaga non profit, diikuti oleh pertumbuhan investasi. Kegiatan investasi yang

6,5 6,3 4,9 6,4 6,1 0 1 2 3 4 5 6 7 47 48 49 50 51 52 53 I II III IV I 2011 2012 % yoy Rp Triliun

Nominal PDRB Laju Pert. (yoy) - axis kanan

7,01 1,54 0,8 (2,84) 6,65 -4 -2 0 2 4 6 8 47 48 49 50 51 52 53 I II III IV I 2011 2012 % qtq Rp Triliun

Nominal PDRB Laju Pert. (qtq) - axis kanan

Grafik 1.1 PDRB Jateng ADHK 2000 dan Laju Pertumbuhan Tahunan

Grafik 1.2 PDRB Jateng ADHK 2000 dan Laju Pertumbuhan Triwulanan

(12)

tercermin pada Pembentukan Modal Domestik Bruto (PMTB) tumbuh lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya dan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Namun demikian, konsumsi rumah tangga masih tumbuh tinggi dan menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini. Sementara,

Dari sisi penawaran, semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan tahunan yang cukup tinggi pada triwulan ini, kecuali sektor pertanian yang mengalami kontraksi. Pertumbuhan dari sisi penawaran terutama didorong oleh pertumbuhan sektor jasa-jasa dan sektor pertambangan dan penggalian. Sementara itu, sektor industri pengolahan tumbuh signifikan sehingga menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan laporan. Selanjutnya, sumbangan pertumbuhan terbesar kedua bersumber dari sektor perdagangan, hotel dan restoran. Perkembangan kondisi perekonomian global maupun nasional yang semakin optimis dan membaik terus menjadi pendorong pertumbuhan di sektor industri. Namun demikian, sektor pertanian yang menjadi salah satu sektor utama pembentuk PDRB Jawa Tengah tidak mampu tumbuh positif pada triwulan laporan.

TABEL 1.1

PERTUMBUHAN PDRB JAWA TENGAH MENURUT JENIS PENGGUNAAN

(PERSEN, YOY)

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah (data PDRB berdasarkan harga konstan tahun 2000)

Keterangan : *) angka sangat sementara, terdapat revisi angka PDRB Jateng pada triwulan I,II dan III tahun 2010

1.1.

Analisis PDRB Sisi Permintaan

1.1.1. Konsumsi

Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2012 tumbuh cukup signifikan sebesar 6,6% (yoy), meningkat bila dibandingkan angka pertumbuhan pada triwulan IV-2011 yang sebesar 5,7% (yoy). Secara umum, pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang masih cukup kuat tersebut antara lain dipengaruhi oleh terjaganya daya beli masyarakat. Kondisi tersebut tercermin pada tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian di Jawa Tengah yang masih berada pada level yang optimis. Dengan perkembangan tersebut, secara triwulanan, kegiatan konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 1,5% (qtq) pada triwulan ini.

2012

I II III IV I

Konsumsi Rmh Tangga 6,5 7,5 7,6 5,7 6,6 6,6

Konsumsi Lembaga Non Profit (4,1) (3,8) 4,5 13,5 2,9 9,5

Konsumsi Pemerintah 11,9 10,4 9,2 3,2 7,7 4,3

Pembentukan Modal Tetap Bruto 6,4 10,1 10,0 5,2 7,6 8,5

Ekspor (7,1) 9,2 15,9 19,1 7,2 17,8

Impor (6,4) 13,9 20,2 26,9 10,7 13,9

PDRB 6,5 6,3 4,9 6,4 6,0 6,1

(13)

Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Wil. V Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Wil. V

Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Wil. V

Masih kuatnya level konsumsi rumah tangga tersebut tercermin pada tetap terjaganya optimisme konsumen yang terlihat dari hasil dari Survei Konsumen yang diselenggarakan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia V sampai dengan posisi akhir triwulan I-2012. Survei tersebut menunjukkan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di Jawa Tengah masih pada level optimis1. Dibandingkan posisi akhir triwulan 2011, IKK mengalami tren yang menurun, yaitu

pada nilai 112,8 dibandingkan posisi pada akhir tahun 2011 sebesar 129,3 (Grafik 1.3). Penurunan tersebut terkait dengan rencana kebijakan Pemerintah untuk menaikan harga BBM. Namun demikian, dibandingkan awal tahun 2011, tingkat optimisme konsumen pada triwulan I-2012 masih lebih tinggi. Selain itu, konsumen juga masih optimis terhadap kondisi perekonomian saat ini yang ditunjukkan dari Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) yang sebesar 112,07 meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 107,6 (Grafik 1.4).

1Dikatakan optimis jika angka indeks berada di atas 100 dan pesimis jika di bawah 100 0 20 40 60 80 100 120 140 160 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 2009 2010 2011 2012 (Indeks)

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

Ekspektasi Konsumen (IEK)

Optimis Pesimis 0 20 40 60 80 100 120 140 160 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2009 2010 2011 2012 (Indeks)

Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Penghasilan saat ini

Ketersediaan lapangan kerja Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama

Optimis Pesimis 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2009 2010 2011 2012 (Indeks)

Ekspektasi Konsumen (IEK) Ekspektasi Penghasilan Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja Ekspektasi Kondisi Ekonomi

Optimis

Pesimis

Grafik 1.3 Indeks Keyakinan Konsumen di Jawa Tengah

Grafik 1.4 Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini di Jawa Tengah

Grafik 1.5 Komponen Indeks Ekspektasi di Jawa Tengah

(14)

Sumber: BPS Jateng, diolah Sumber: BPS Jateng, diolah

Indikasi masih tingginya konsumsi rumah tangga juga terlihat dari penjualan listrik PLN segmen Rumah Tangga (Grafik 1.6.). Secara tahunan, penjualan listrik PLN untuk segmen rumah tangga tumbuh 8,7% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 8,5% (yoy). Kondisi ini menunjukkan adanya indikasi kebutuhan konsumsi energi masyarakat yang masih cukup tinggi. Dapat ditambahkan bahwa sesuai siklusnya, penjualan listrik PLN segmen rumah tangga cenderung turun pada triwulan I dibanding triwulan sebelumnya.

Penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Solar dan Premium Jawa Tengah yang meningkat juga mengindikasikan kegiatan konsumsi yang masih kuat (Grafik1.7). Realisasi penjualan bensin dan solar pada triwulan ini tumbuh masing-masing sebesar 15,2%(yoy) dan 11,8%(yoy).

Sumber : Dinas PPAD Prov. Jawa Tengah Sumber : Bank Indonesia

Untuk konsumsi pemerintah, pada triwulan I-2012 tumbuh mencapai 4,3% (yoy), lebih tinggi bila dibandingkan angka pertumbuhan pada triwulan IV-2011 sebesar 3,2% (yoy). Walaupun tingkat penyerapan belanja pemerintah di triwulan ini masih rendah (sesuai polanya secara triwulanan pertumbuhan konsumsi pemerintah sebesar -12,6%), pertumbuhan tahunan yang lebih tinggi tersebut diperkirakan terkait dengan pelaksanaan program-program

Grafik 1.6 Penjualan Listrik Segmen Rumah Tangga 0 100 200 300 400 500 600 700 800 -5 0 5 10 15 20

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt

Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2010 2011 2012

Juta KWH

Rumah Tangga (RHS) yoy_RT

%

Grafik 1.7 Penjualan Solar dan Premium di Jawa Tengah -9% -4% 1% 6% 11% 16% 300 400 500 600 700 800 I II III IV I 2011 2012 Persen Kilo Liter

Premium Solar Pert. Yoy - axis kanan

Pert. Qtq - axis kanan Pert. Yoy - axis kanan Pert. Qtq - axis kanan

-20% -10% 0% 10% 20% 30% 40% 150 170 190 210 230 250 270 I II III IV I II III IV I 2010 2011 2012 Persen unit

BBNKB (unit) Pert. Yoy Pert. Qtq

-40% -20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% 140% 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 I II III IV I Persen Triliun Rp

Giro Pemerintah yoy qtq

Grafik 1.8 Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) Jawa Tengah

Grafik 1.9 Posisi Giro Pemerintah di Perbankan Jawa Tengah

(15)

ini, seperti pembangunan jalan tol Semarang - Solo tahap II, perbaikan jalan utama di pantura barat dan timur, pembangunan beberapa jembatan yang runtuh, dan infrastruktur lainnya. Kondisi tersebut tercermin pada realisasi belanja Pemda yang lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya.

Konsumsi Pemerintah yang cukup tinggi tersebut tercermin pada simpanan giro milik pemerintah yang ada di perbankan menunjukkan peningkatan yang signifikan. Di awal tahun, rekening giro milik Pemerintah tumbuh mencapai 53,6% (yoy) dan 119,4% (qtq) (Grafik 1.9.). Hal ini menunjukkan bahwa penyerapan anggaran masih relatif rendah di triwulan awal sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. (lihat bab keuangan daerah).

1.1.2. Investasi

Investasi yang tercermin dari pembentukan modal tetap bruto (PMTB) pada triwulan I-2012 tumbuh cukup tinggi sebesar 8,5% (yoy). Pertumbuhan investasi tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan angka pertumbuhan pada triwulan IV-2011 dan triwulan I-2011 yang masing-masing mencapai 5,2% (yoy) dan 6,4% (yoy). Cukup tingginya pertumbuhan tersebut tersebut terkait dengan realisasi beberapa proyek walaupun masih dalam tahap awal.

Kegiatan investasi di Jawa Tengah diperkirakan terkait dengan pelaksanaan beberapa proyek infrastruktur. Dapat diinformasikan bahwa beberapa proyek besar yang akan dilaksanakan oleh pemerintah maupun swasta di 2012 antara lain jalan tol, jembatan, waduk, pembangkit listrik, instalasi air bersih serta pendirian pabrik dan gedung perkantoran. Diantaranya adalah, Proyek jalan tol Semarang-Solo masih terus berjalan yang kini beranjak ke seksi II (Ungaran-Bawen), pembangunan jalan JLLS di Selatan Jawa Tengah, pembangunan waduk Jatibarang di Semarang dan waduk Logung di Kudus, pembangunan jalan lingkar Ambarawa, pendirian pabrik gula di Blora dan lain sebagainya.

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Sumber: PT. PLN (Persero) Distribusi Wil. Jateng&DIY

Kegiatan investasi pada triwulan ini antara lain juga terlihat pada konsumsi/penjualan semen di Jawa Tengah yang tumbuh cukup tinggi. Pada grafik 1.10. terlihat bahwa pertumbuhan penjualan semen di Jawa Tengah pada triwulan I-2012 masih tinggi, yaitu mencapai 19,9% (yoy), meski menurun dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat 24,7% (yoy). Penurunan konsumsi semen terutama terjadi pada dua bulan pertama triwulan I-2012.

0 100 200 300 400 500 600 -10 -5 0 5 10 15 20 25

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2010 2011 2012

Juta KWH

Kons. Listrik Industri (RHS) g_yoy (%)

%

Grafik 1.11 Jumlah Pelanggan PLN Segmen Industri di Jawa Tengah

Grafik 1.10 Penjualan Semen di Jawa Tengah

-30% -20% -10% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 0 100 200 300 400 500 600

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar

2010 2011 2012

Ribu Ton Realisasi g_yoy (%-rhs)

(16)

Namun, pada Maret 2012 konsumsi semen di Jawa Tengah mulai melonjak. Hal tersebut menunjukkan masih maraknya pembangunan di wilayah Jawa Tengah.

Pertumbuhan jumlah pelanggan PLN untuk sektor industri dan bisnis juga terus menunjukkan peningkatan mengkonfirmasi masih menariknya prospek kegiatan investasi di Jawa Tengah. Meski menurun pada Maret 2012, secara keseluruhan konsumsi listrik segmen industri lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya dan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Kondisi tersebut mengindikasikan terus terjadinya ekspansi oleh kalangan dunia usaha di Jawa Tengah. (Grafik 1.11. dan 1.12)

Sumber: PT. PLN Distribusi Wil. Jateng&DIY Sumber : Dinas PPAD Prov Jawa Tengah, diolah

Kegiatan investasi di Jawa Tengah juga terlihat pada penjualan truk/pick up baru yang cenderung meningkat. Grafik 1.13. menunjukkan perkembangan jumlah pengadaan truk baru di Jawa Tengah pada triwulan ini juga masih menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi pada kisaran 25% (yoy). Pembelian truk biasanya dipergunakan untuk keperluan bisnis/usaha, sehingga perkembangan penjualan truk ini dapat menjadi proxy peningkatan investasi.

Dari sisi pembiayaan, indikasi cukup tingginya kegiatan investasi diindikasikan oleh tren meningkatnya kredit investasi perbankan. Kredit investasi yang disalurkan oleh perbankan di Jawa tengah mengalami peningkatan baik nominal maupun pertumbuhannya, dengan pertumbuhan yang mencapai diatas 45,1% (yoy), seperti terlihat pada grafik 1.14.

Sumber: DSM, Bank Indonesia Sumber :DSM, Bank Indonesia

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 -10 -5 0 5 10 15

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

2010 2011 Juta KWH Bisnis (RHS) yoy_bis (%) % 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 2200 2400

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2010 2011 2012

Total Truck/Pick-Up (Unit) Truck/Pick-Up Plat Hitam Truck/Pick-Up Plat Kuning

Grafik 1.12 Jumlah Pelanggan PLN Segmen Bisnis di Jawa Tengah

Grafik 1.13 Penjualan Truck/Pick-up Baru di Jawa Tengah -10% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 8 9 10 11 12 13 14 15 16 I II III IV I 2011 2012 Persen Triliun Rp

Kredit Investasi Pert. Yoy - axis kanan Pert. qtq - axis kanan

Grafik 1.14 Kredit Investasi di Jawa Tengah Grafik 1.15 Perkembangan Impor Non Migas

Barang Modal Jawa Tengah -61% -43% -2% 18% 86% -70% -50% -30% -10% 10% 30% 50% 70% 90% 150 200 250 300 350 400 I II III IV I 2011 2012 Persen Juta USD

(17)

Kaegiatan investasi juga terlihat dari impor non migas Jawa Tengah untuk barang-barang modal2 (Capital Goods) memperlihatkan peningkatan yang cukup signifikan pada triwulan

ini. Impor barang modal tumbuh sebesar 8,6% (yoy), meningkat jika dibandingkan dengan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mengalami kontraksi cukup dalam. (Grafik 1.15.)

1.1.3. Ekspor dan Impor

Perdagangan eksternal (ekspor-impor dan perdagangan antar pulau) di wilayah Jawa Tengah pada triwulan I-2012 mengalami kenaikan yang signifikan. Perkembangan ekspor3

pada PDRB Jawa Tengah triwulan I-2012 tumbuh 16,4% (yoy), cukup stabil jika dibandingkan dengan triwulan IV-2011 yang tumbuh sebesar 19,1% (yoy). Sejalan dengan ekspor, impor juga mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, yaitu sebesar 13,9% (yoy), sementara pada triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan 26,9% (yoy). Secara neto, ekspor tahunan Jawa Tengah tumbuh cukup mengesankan, yaitu mencapai 44,5% (yoy). Selain dipengaruhi oleh tingginya perdagangan antar daerah, hal tersebut juga terkait pertumbuhan negatif ekspor neto pada triwulan I-2011. Dapat ditambahkan bahwa berdasarkan data BPS, ekspor ke luar negeri dari Jawa Tengah turun 10,04% dibanding Desember 2011, atau mencapai USD395,41 juta. Namun, nilai ekspor tersebut masih lebih tinggi dibandingkan November 2011 (USD377,68 juta) dan naik 22,21% dibanding Januari 2011. Sementara itu, angka sementara ekspor Jawa Tengah pada bulan Februari 2012 mencapai USD388,40 juta.

Sumber: DSM, Bank Indonesia Sumber : Terminal Peti Kemas Semarang

Sementara berdasarkan data ekspor dan impor luar negeri yang diolah dari Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter (DSM) Bank Indonesia, kinerja ekspor non migas Jawa Tengah sampai dengan triwulan I-2012 tumbuh sebesar 7,1% (yoy), walaupun mengalami perlambatan

2 Barang-barang impor berdasarkan klasifikasi BEC dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu:

1. Barang modal (Capital) adalah barang-barang yang digunakan untuk keperluan investasi

2. Bahan baku (Raw Material) adalah barang-barang mentah atau setengah jadi yang akan diproses kembali oleh sektor industri

3. Konsumsi (Consumption) adalah kategori barang-barang jadi yang digunakan langsung untuk konsumsi baik habis pakai

maupun tidak.

BEC merupakan pengklasifikasian kode barang dengan 3 digit angka, yang dikelompokkan berdasarkan kegunaan utama barang berdasarkan daya angkut komoditi tersebut.

3 Pengertian ekspor dan impor dalam konteks PDRB adalah mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara

dan antar provinsi

-60% -40% -20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 I II III IV I 2011 2012 Persen Ribu Boks Ekspor Impor

pert. Eks (yoy) - axis kanan pert. Imp (yoy) - axis kanan

Grafik 1.16 Perkembangan Ekspor Impor Non Migas di Jawa Tengah

Grafik 1.17 Perkembangan Volume Bongkar Muat Peti Kemas

-60% -40% -20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% 250 300 350 400 450 500 550

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar

2011 2012

Persen

Nillai (Juta USD)

(18)

dari triwulan sebelumnya yang sebesar 9,9% (yoy). Sementara itu, impor non migas menunjukkan adanya pertumbuhan yang signifikan yaitu sebesar 24,0% (yoy) sejalan dengan pertumbuhan impor dalam PDRB Jawa Tengah. (Grafik 1.16.)

Selanjutnya, volume arus bongkar muat peti kemas untuk kegiatan ekspor impor ke luar negeri di terminal peti kemas Semarang juga mengkonfirmasikan adanya peningkatan pertumbuhan. Pada triwulan ini, pertumbuhan tahunan volume arus bongkar muat peti kemas di terminal Semarang relatif meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. (Grafik 1.13). Sementara itu, perdagangan antar daerah yang juga menjadi komponen dalam penghitungan ekspor impor dalam PDRB ini diperkirakan mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini karena puncak panen raya khususnya untuk komoditas padi di Jawa Tengah terjadi pada triwulan laporan, sehingga hal tersebut mendorong terjadinya peningkatan ekspor antar daerah. Disamping itu, adanya beberapa perbaikan infrastruktur yang dapat meminimalisir gangguan distribusi seperti perbaikan jalan dan jembatan ditengarai semakin memperlancar perdagangan antar daerah.

1.2. Analisis PDRB Sisi Penawaran

Dilihat dari sisi sektoral, pada triwulan ini semua sektor mengalami pertumbuhan positif dan pada level yang cukup tinggi, kecuali untuk sektor pertanian yang mengalami kontraksi. Pada triwulan laporan, pertumbuhan yang cukup tinggi dialami oleh sektor jasa-jasa, sektor pertambangan dan penggalian, sektor angkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan. Dari sisi sumbangan terhadap pertumbuhan, sektor industri pengolahan dan sektor PHR memberikan sumbangan pertumbuhan yang terbesar terhadap PDRB Jawa Tengah periode triwulan ini.

TABEL 1.2.

PERTUMBUHAN PDRB JAWA TENGAH MENURUT LAPANGAN USAHA (PERSEN, YOY)

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah (data PDRB berdasarkan harga konstan tahun 2000)

Keterangan : *) angka sangat sementara) , terdapat revisi angka PDRB Jateng pada triwulan I,II dan III tahun 2011

1.2.1. Sektor Pertanian

Sektor pertanian pada triwulan I-2012 mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar -0,4% (yoy), setelah pada triwulan IV-2011 mengalami pertumbuhan positif sebesar 3,7% (yoy). Kontraksi pertumbuhan ini menunjukkan bahwa panen raya tanaman bahan makanan,

2012

I II III IV I

Pertanian 3,5 3,0 (4,3) 3,7 1,3 (2,0)

Pertambangan & Penggalian 2,0 5,1 1,6 11,3 4,9 8,7

Industri Pengolahan 7,2 6,2 6,4 7,2 6,7 8,1

Listrik,Gas & Air Bersih 4,9 4,1 3,1 5,1 4,3 7,6

Bangunan 5,6 6,5 6,3 6,9 6,3 8,0

Perdagangan, Hotel & Restoran 7,8 8,0 7,8 6,5 7,5 7,5

Angkutan & Komunikasi 8,7 11,0 6,5 8,3 8,6 8,6

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 4,8 7,6 6,4 7,6 6,6 8,6

Jasa - jasa 8,2 6,8 9,8 5,5 7,5 9,4

PDRB 6,5 6,3 4,9 6,4 6,0 6,1

2011

Total Lapangan Usaha

(19)

triwulan yang sama tahun sebelumnya. Cuaca ekstrim yang masih sering terjadi di awal tahun 2012 diduga memberikan dampak negatif terhadap produksi komoditas-komoditas lainnya, seperti tanaman palawija, hortikultura, buah-buahan, dan juga tanaman perkebunan. Sementara pada awal tahun 2011, produksi hortikultura (terutama cabai-cabaian) cukup baik sehingga mendorong penurunan harga cabai-cabaian pada periode tersebut.

Indikasi relatif rendahnya kinerja sektor pertanian, terlihat pada produksi padi yang lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Dari grafik 1.18. terlihat bahwa produksi padi triwulan ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan dibandingkan dengan produksi triwulan IV-2011, atau tumbuh 44,4%, karena terjadinya panen raya. Namun demikian, terlihat pula bahwa jumlah produksi padi pada panen raya tahun ini lebih rendah dibandingkan dengan produksi padi pada periode yang sama tahun sebelumnya sehingga mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar -12,1% (yoy).

Sumber : Dinpertan TPH Prov. Jateng Sumber : Dinpertan TPH Prov. Jateng

*Ket: Angka perkiraan Dinas dan ARAM I *Ket: Angka perkiraan Dinas dan ARAM I

1.2.2. Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan tumbuh mengesankan, mencapai 8,1% (yoy). Pertumbuhan pada triwulan I-2012 tersebut menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan IV-2011 dan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 7,2% (yoy). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan masih dapat tumbuh ditengah pengaruh krisi utang Eropa. Adanya pengalihan ekspor ke negara-negara non Eropa dan pengalihan ke pasar domestik diperkirkan menjadi faktor yang mendukung masih tingginya kinerja sektor ini. Iklim usaha yang kondusif serta kondisi perekonomian yang sangat mendukung baik tingkat nasional maupun daerah juga diperkirakan turut mendorong tingginya pertumbuhan sektor ini.

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 60 I II III IV I II III IV I* 2010 2011 2012 Juta ton

Produksi Padi (RHS) g Produksi Padi (%, yoy)

Grafik 1.18 Perkembangan Produksi Padi di Jawa Tengah

Grafik 1.19 Perkembangan Luas Penen di Jawa Tengah -50 100 150 200 250 300 350 400 450 -50 0 50 100 150 200 250 300 350

Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar*

2010 2011 2012

Ribu Ha %

Luas Panen (ha)-RHS g Luas Panen (%, mtm)

(20)

Sumber: DSM, Bank Indonesia

Kegiatan sektor industri yang masih cukup baik juga tercermin pada data impor bahan

baku4 (raw material) yang masih tumbuh cukup baik. Pada triwulan laporan, impor tumbuh

sebesar 5% (yoy) yang mengindikasikan masih terjaganya gairah dunia industri untuk memproduksi barang lebih banyak, atau dapat pula menunjukkan peningkatan kapasitas produksi di sektor industri (Grafik 1.20).

Hasil liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah V menunjukkan bahwa kegiatan perusahaan di sektor ini masih cukup bergairah. Hal tersebut ditunjukkan pada kapasitas produksi yang berada pada tingkat yang cukup tinggi, seiring dengan kegiatan produksi yang meningkat.

1.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR)

Pada triwulan I-2012 sektor PHR tumbuh cukup signifikan sebesar 7,5% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan IV-2011 yang tercatat sebesar 6,5% (yoy). Tingginya pertumbuhan sektor PHR diperkirakan banyak didukung oleh subsektor perhotelan dengan semakin banyaknya kegiatan meeting, invention, convention, dan

exhibition (MICE) yang dilakukan di Jawa Tengah. Selain itu, sektor PHR yang masih

menunjukkan kinerja pertumbuhan yang cukup bagus yang ditopang oleh masih kuatnya tingkat konsumsi masyarakat serta ekspektasi dan optimisme keyakinan konsumen yang terus terjaga seiring membaiknya kondisi perekonomian dan relatif terjaganya tingkat inflasi di level yang cukup rendah.

Kinerja sektor PHR yang cukup baik tersebut dikonfirmasi dari hasil Survei Perdagangan Eceran (SPE) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia wilayah V pada triwulan I-2012 (Grafik 1.21.). Indeks Perdagangan Eceran hasil Survei Perdagangan Eceran (SPE) yang dilakukan di beberapa pusat perbelanjaan menunjukkan bahwa perkembangan indeks perdagangan eceran menunjukkan angka indeks yang stabil walaupun dengan tren yang menurun. 20% 55% 25% 17% 5% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 500 550 600 650 700 750 800 850 900 950 1.000 I II III IV I 2011 2012 Persen Juta USD

Bh. Baku pert. yoy - axis kanan

(21)

Sumber: Survei Penjualan Eceran, KPw BI Wil. V Sumber: BPS

Selain itu, jumlah kendaraan baru (mobil maupun sepeda motor) yang terdaftar di Jawa Tengah yang ditunjukkan oleh jumlah obyek Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Baru (PBBNKB I) juga menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan. Peningkatan tersebut tidak lepas dari masih tingginya animo masyarakat dalam melakukan pembelian barang-barang khususnya kendaraan, yang pada akhirnya turut meningkatkan volume transaksi perdagangan yang cukup signifikan di Jawa Tengah.

Sub sektor Hotel juga menunjukkan peningkatan pada triwulan ini yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan tingkat penghunian kamar (TPK) hotel. TPK pada triwulan I-2012 tercatat sebesar 48,1% lebih tinggi dibandingkan TPK triwulan I-2011 yang tercatat sebesar 42,5%. (Grafik 1.22.)

Sumber: Dinas PPAD Prov Jawa Tengah Sumber: Dinas PPAD Prov Jawa Tengah

1.2.4. Sektor Jasa

Sektor jasa-jasa pada triwulan ini tumbuh sangat tinggi, yaitu sebesar 9,4% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2011 yang sebesar 5,5% (yoy). Salah satu indikator pertumbuhan sektor ini dapat dilihat dari perkembangan kredit sektor jasa-jasa oleh perbankan di Jawa Tengah. Dari grafik 1.25 di bawah terlihat bahwa penyaluran kredit jasa mengalami peningkatan dari sisi nominal dan pertumbuhan baik secara tahunan maupun triwulanan.

Grafik 1.21. Indeks Penjualan Eceran Riil

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Jan Feb

Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb

2010 2011 2012

Persen Total Bintang 1 Bintang 2

Bintang 3 Bintang 4 Bintang 5

Grafik 1.22.Tingkat Penghunian Kamar Hotel Jawa Tengah 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 -30 -20 -10 0 10 20 30 40

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2010 2011 2012

Ribu unit

Sepeda Motor (unit, RHS) g% (yoy)

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 -20 0 20 40 60 80 100

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags sep Okt

Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul

Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2010 2011 2012

Mobil (unit, RHS) g% (yoy)

Grafik 1.23. Penjualan Motor Baru di Jawa Tengah

(22)

Sumber: DSM, Bank Indonesia Sumber :DSM, Bank Indonesia

1.2.5. Sektor-sektor Lainnya

Pada triwulan I-2012, sektor Bangunan mengalami pertumbuhan sebesar 8,0% (yoy), sedikit meningkat bila dibandingkan angka pertumbuhan triwulan IV-2011 yang sebesar 6,9% (yoy). Perkembangan konstruksi pada triwulan ini sangat dipengaruhi oleh pelaksanaan proyek infrastruktur pemerintah maupun swasta yang sudah berjalan pada triwulan ini, khususnya perbaikan jalan raya utama dan jembatan yang rusak karena pengaruh musim hujan maupun beban berat kendaraan. Diantaranya adalah perbaikan ruas jalan pantura timur (ruas Kudus-Pati), pantura barat (Tegal), jembatan Pabelan (Magelang) dan sebagainya. Selain itu, pembangunan berbagai gedung perkantoran serta pembangunan/perluasan pabrik oleh pihak swasta juga turut menyumbang pertumbuhan sektor ini.

Kinerja sektor bangunan tersebut dapat dilihat pada pertumbuhan konsumsi semen (Grafik 1.10.). Pada triwulan ini konsumsi semen meningkat tajam dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya. Konsumsi semen itu sendiri dapat digunakan sebagai cerminan dari kinerja sektor ini mengingat peran semen yang cukup sentral sebagai bahan baku dalam setiap pengerjaan konstruksi bangunan maupun infrastruktur. Selain itu, dari sisi pembiayaan, kredit sektor konstruksi juga melonjak tajam. Pada akhir triwulan I-2012, kredit sector bangunan/konstruksi tumbuh hampir mencapai 35,7% (yoy) (Grafik 1.23).

Sementara sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan pada triwulan I-2012 tumbuh sebesar 8,6% (yoy). Pertumbuhan tersebut mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan angka pertumbuhan pada triwulan IV-2011 yang tercatat sebesar 7,6% (yoy). Pada subsektor perbankan, pertumbuhan kredit perbankan pada triwulan I-2012 tercatat sebesar 18,11% (yoy) walaupun sedikit melambat dari pertumbuhan triwulan IV-2011 yang tercatat sebesar 21,29%. Pertumbuhan kredit yang positif pada triwulan ini banyak dipengaruhi peningkatan aktivitas ekonomi pada awal tahun ini yang mengalami peningkatan. (lihat Bab III Perkembangan Perbankan) 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 I II III IV I 2011 2012 Persen Triliun Rp

Kredit Sektor Konstruksi Pert. yoy - axis kanan 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% -0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 I II III IV I 2011 2012 Persen Triliun Rp

Kredit Sektor Jasa Pert. yoy - axis kanan

Grafik 1.26. Kredit Sekor Bangunan di Jawa Tengah

Grafik 1.25. Kredit Sektor Jasa di Jawa Tengah

(23)

TABEL 1.3

PERKEMBANGAN KEGIATAN BANK (RP TRILIUN)

Sumber : LBU dan LBPR, Bank Indonesia * Keterangan: Kredit menurut lokasi bank

Kinerja sub sektor perbankan secara umum masih tumbuh cukup baik dan stabil. Beberapa indikator kinerja perbankan, seperti dana pihak ketiga, outstanding kredit, LDR (loan to deposit

ratio) serta kualitas kredit yang tercermin dari rasio NPL (non performing loans) masih relatif

cukup baik (Tabel 1.3).

Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan I-2012 tumbuh signifikan sebesar 8,6% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2011 yang sebesar 8,3% (yoy). Peningkatan pertumbuhan sektor ini terutama didorong oleh aktivitas komunikasi yang dilakukan masyarakat yang terus meningkat, khususnya melalui telekomunikasi seluler maupun akses internet yang pertumbuhannya sangat pesat. Tren peningkatan sektor ini antara lain juga tercermin pada hasil survei penjualan eceran (SPE) yang dilakukan Kantor Perwakilan BI Wilayah V khususnya kelompok transportasi dan Komunikasi (Grafik 1.24.). Indeks penjualan riil kelompok transportasi dan komunikasi ini menunjukkan pertumbuhan yang masih positif pada akhir triwulan ini.

Sumber : Survei Penjualan Eceran, BI Semarang Sumber : PT. PLN Distrbusi Wil. Jateng&DIY, diolah

Sektor listrik, gas dan air (LGA) mengalami pertumbuhan sebesar 7,6% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2011 yang tercatat sebesar 5,1% (yoy). Pada sub sektor listrik, pola pertumbuhan tahunannya masih tercatat positif dan sejalan dengan pergerakan pergerakan pertumbuhan sektor ini dimana pertumbuhan penjualan listrik pada triwulan ini meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Sementara itu sub sektor air bersih diperkirakan tumbuh stabil. Indikasi perkembangan sektor ini diantaranya terlihat pada penjualan listrik oleh PLN (total konsumsi listrik Jawa Tengah).

yoy qtq Asset - Total 156,97 163,27 170,00 179,47 187,55 19,49% 4,51% DPK - Total 117,38 123,09 126,69 133,74 138,71 18,17% 3,72% Kredit - Total 114,08 120,56 124,79 131,42 134,75 18,11% 2,53% LDR - Perbankan (%) 97,19 97,94 98,50 98,26 97,14 NPL -Perbankan (%) 3,05 3,17 3,02 2,45 2,71

I N D I K A T O R I-11 II-11 III-11 IV-11 I-12 Growth

(40) (35) (30) (25) (20) (15) (10) (5) 0 5 10 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar

2011 2012

Persen Indeks

Transport dan Komunikasi pert. yoy - axis kanan

1.000 1.100 1.200 1.300 1.400 1.500 1.600 -9 -4 1 6 11 16

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2010 2011 2012

Juta KWH

Total Penjualan yoy_RT

%

Grafik 1.7 Indeks Penjualan Riil Kel. Transportasi dan Komunikasi.

(24)

Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh sebesar 8,7% (yoy), mengalami penurunan dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 11,3% (yoy). Pertumbuhan di sektor ini terutama didorong oleh meningkatnya produksi sub sektor penggalian pasir dan batu yang sangat dominan porsinya. Peningkatan subsektor penggalian pasir ini salah satunya masih disebabkan oleh maraknya aktivitas penggalian pasir pasca erupsi merapi dan banjir lahar dingin di Magelang pada tahun 2010 yang menghasilkan stok pasir yang sangat melimpah.

(25)

BOKS

PERTUMBUHAN INDUSTRI MANUFAKTUR JAWA TENGAH

Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang pada triwulan I-2012 tercatat mengalami penurunan sebesar -6,36% (q to q), demikian juga dengan industri manufaktur mikro dan kecil yang turun sebesar -2,21% (q to q). Meskipun demikian, jika dibandingkan dengan posisi tahun sebelumnya, industri manufaktur besar dan sedang tetap mengalami pertumbuhan yang positif sebesar 1,35% (yoy). Di sisi lain, industri manufaktur mikro dan kecil mampu tumbuh dengan lebih baik, yaitu sebesar 9,86%.

Tabel

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar & Sedang Tw IV-2011 dan Tw I- 2012

Sumber: BPS Jateng, diolah

Pada industri manufaktur besar dan sedang, penurunan pertumbuhan triwulanan terjadi terutama pada jenis industri minuman, industri komputer dan industri kimia. Sedangkan jenis industri yang masih ekspansif adalah industri farmasi, industri mesin serta industri pakaian jadi. Pada industri manufaktur mikro dan kecil, penurunan terutama terjadi pada industri alat angkutan, industri komputer serta industri minuman. Sementara industri pengolahan, industru bahan kimia dan industri kendaraan bermotor masih menunjukkan kinerja yang baik.

Penurunan secara umum kinerja industri secara triwulanan, tidak terlepas dari berkurangnya aktivitas industri setelah terselesaikannya pesanan pada akhir tahun. Pada awal tahun, pertumbuhan industri cenderung akan melandai.

Jika dibandingkan dengan pertumbuhan industri manufaktur nasional, terlihat bahwa pada triwulan laporan baik di level nasional maupun Jateng sama-sama mengalami penurunan. Di level nasional, terjadi penurunan sebesar -0,82% untuk industri manufaktur sedang dan besar serta -1,12% untuk industri manufaktur mikro dan kecil.

(26)

Pebandingan Pertumbuhan Industri Manufaktur Nasional dan Jateng (Tw I-2012)

Sumber: BPS Jateng, diolah

Sementara, jika diperhitungkan secara tahunan, terlihat bahwa kinerja industri manufaktur baik di Jateng maupun nasional sama-sama mengalami pertumbuhan. Industri mikro dan kecil, terbukti mampu tumbuha lebih baik dibandingkan dengan industri besar dan menengah.

(27)

Bab 2

Perkembangan Inflasi

Dari sisi perkembangan harga, kenaikan harga pada triwulan I-2012 yang diukur dengan indeks harga konsumen (IHK) menunjukkan kenaikan. Inflasi tahunan Jawa Tengah triwulan I-2012 tercatat sebesar 3,45% (yoy), naik dari triwulan sebelumnya yang mencapai 2,68% (yoy). Secara umum, sejalan dengan masuknya musim panen--terutama beras, pasokan bahan pangan relatif terjaganya. Namun demikian, deflasi yang terjadi pada triwulan I-2011 menyebabkan inflasi tahunan pada kelompok volatile foods mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Inflasi Jawa Tengah pada triwulan I-2012 juga dipengaruhi oleh meningkatnya ekspektasi inflasi terutama pada akhir triwulan terkait dengan rencana kenaikan harga BBM. Namun demikian, inflasi inti justru mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya. Sementara itu, inflasi kelompok administered prices relatif stabil. Inflasi pada kelompok inti disumbang oleh kenaikan harga rokok dan harga BBM non-subsidi.

Secara triwulanan, meski terdapat faktor positif (yang menurunkan tekanan inflasi) terkait musim panen, dampak meningkatnya ekspektasi inflasi masyarakat terlihat dari inflasi yang pada triwulan ini lebih tinggi mencapai 0,90% (qtq), atau naik dari triwulan sebelumnya (0,76% qtq).

Secara umum, perkembangan inflasi Jawa Tengah pada triwulan I-2012 menunjukkan adanya kenaikan (rebound) setelah menunjukkan tren penurunan pada tahun sebelumnya. Kondisi tersebut terlihat dari laju inflasi tahunan Jawa Tengah yang pada triwulan I-2012 mencapai 3,46% (yoy), yang mengalami peningkatan setelah tren penurunan laju inflasi yang terjadi sejak triwulan IV-2010 hingga triwulan IV-2011, sehingga pada akhir triwulan 2011 tersebut tercatat sebesar 2,68% (yoy).

Secara triwulanan, inflasi Jawa Tengah pada triwulan I-2012 tersebut lebih tinggi dari inflasi triwulan IV-2011. Meskipun pada triwulan ini terdapat faktor musim panen yang mengurangi tekanan inflasi, secara triwulanan (qtq) inflasi mencapai 0,90% (qtq), lebih tinggi dari triwulan IV-2011 (0,76% qtq). Kondisi tersebut tidak terlepas dari dampak rencana kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi yang pada awalnya akan diterapkan pada bulan April 2012. Meski tidak jadi dinaikan, rencana kebijakan tersebut telah mendorong meningkatnya ekspektasi masyarakat terhadap inflasi.

Berdasarkan kelompok barang, secara triwulanan kenaikan inflasi tersebut terutama disumbang oleh kenaikan inflasi kelompok Makanan Jadi dan kelompok Transportasi. Secara triwulanan, inflasi kelompok Makanan Jadi pada triwulan I-2012 mencapai 1,21% (qtq), naik dari 0,39% (qtq) pada triwulan sebelumnya. Sedangkan inflasi kelompok Transportasi mengalami kenaikan dari -0,12% (qtq) pada triwulan IV-2011 menjadi 0,88% (qtq) pada triwulan laporan. Kenaikan laju inflasi pada kedua kelompok komoditas tersebut terkait dengan meningkatnya ekspektasi inflasi masyarakat sejalan dengan adanya rencana kenaikan harga BBM bersubsidi. Sementara meski secara triwulanan inflasi kelompok Bahan Makanan menurun dibanding triwulan sebelumnya, inflasi kelompok ini pada triwulan I-2012 lebih tinggi dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mengalami deflasi. Kondisi tersebut menyebabkan

(28)

inflasi tahunan kelompok Bahan Makanan meningkat cukup tinggi dibanding triwulan sebelumnya.

Berdasarkan disagregasi inflasi, secara tahunan kenaikan inflasi terutama terjadi pada inflasi kelompok volatile food (VF). Kenaikan inflasi kelompok VF terutama karena pengaruh deflasi pada triwulan 2011 karena adanya koreksi harga bumbu-bumbuan. Pada triwulan I-2012, inflasi kelompok VF menurun dibanding triwulan sebelumnya. Berlangsungnya musim panen padi yang terjadi pada triwulan laporan menyebabkan harga bahan pangan, terutama beras mengalami penurunan terutama pada akhir triwulan I-2012. Kondisi tersebut tercermin dari penurunan inflasi subkelompok padi-padian yang secara triwulanan mengalami penurunan. Demikian juga dengan inflasi triwulanan komoditas bumbu-bumbuan yang masih mengalami deflasi pada triwulan ini. Kenaikan inflasi juga terjadi pada kelompok administered prices. Perkembangan yang menggembirakan adalah pada kelompok inti yang pada triwulan I-2012 mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya. Penurunan tersebut terutama terkait dengan penurunan harga komoditas internasional yang didukung oleh nilai tukar yang relatif stabil, sementara ekspektasi inflasi cenderung meningkat.

Meskipun ekspektasi inflasi masyarakat mengalami kenaikan, secara tahunan inflasi Jawa Tengah masih cukup terkendali. Kondisi tersebut terlihat pada perkembangan inflasi Jawa Tengah yang berada dibawah inflasi nasional. Inflasi Jawa Tengah pada triwulan I-2012 mencapai 3,46% (yoy) lebih rendah dari inflasi nasional yang mencapai 3,97% (yoy) (Grafik 2.1.). Namun demikian, tren peningkatan inflasi Jawa Tengah yang lebih tinggi dibanding inflasi nasional perlu mendapat perhatian. Kondisi tersebut menyebabkan perbedaan antara inflasi Jawa Tengah dan inflasi nasional semakin mengecil.

Sementara itu, berdasarkan inflasi empat kota di Jawa Tengah yang disurvei oleh BPS, kenaikan inflasi hampir terjadi di semua kota, dengan kenaikan terbesar terjadi di kota Surakarta. Pada triwulan I-2012, inflasi Kota Surakarta meningkat dari 1, 93% (yoy) pada triwulan IV-2011 menjadi 3,39% (yoy) pada triwulan laporan. Sedangkan, kota Tegal justru mengalami penurunan laju inflasi di triwulan ini. Dilihat dari levelnya, inflasi tahunan tertinggi tercatat di Kota Purwokerto (3,75%).

Sumber: BPS, diolah

Grafik 2.1. Inflasi Jawa Tengah Dibandingkan Nasional (%) 3.46 3.97 0.90 0.88 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

I II III IV I II III IV I II III IV I

2009 2010 2011 2012

%

Jateng (yoy) Nas (yoy)

(29)

2.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok

Berdasarkan kelompok barang dan jasa, sumbangan inflasi triwulanan tertinggi terjadi pada kelompok Makanan Jadi dan kelompok Transport. Pada triwulan I-2012, kelompok Makanan Jadi mengalami kenaikan laju inflasi menjadi 1,21% (qtq) dari 0,39% (qtq) pada triwulan sebelumnya. Sementara, kelompok Transport mengalami kenaikan laju inflasi dari -0,12% (qtq) pada triwulan IV-2011 menjadi 0,88% (qtq) pada triwulan ini. Sedangkan kelompok Bahan Makanan mengalami penurunan inflasi triwulanan, menjadi 1,48% (qtq) dari 2,16% (qtq) pada triwulan IV-2011. Hal tersebut mengindikasikan bahwa, rencana kenaikan harga BBM bersubsidi cukup berdampak signifikan terhadap inflasi triwulanan. Sementara penurunan pada kelompok Bahan Makanan didukung oleh kondisi pasokan yang relatif terjaga seiring berlangsungnya masa panen.

Dengan perkembangan tersebut, inflasi tahunan pada kelompok komoditas Makanan Jadi dan Transportasi mengalami kenaikan di triwulan I-2012. Pada triwulan laporan, inflasi kedua kelompok tersebut masing-masing mencapai 3,52% (yoy) dan 1,88% (yoy). Sementara kelompok Bahan Makanan, secara tahunan justru mengalami kenaikan yang tertinggi, dari 1,13% (yoy) pada triwulan IV-2011 menjadi 5,14%(yoy) pada triwulan laporan. Namun demikian, hal tersebut disebabkan oleh penurunan angka IHK yang terjadi pada triwulan I-2011 sehingga menyebabkan deflasi secara bulanan5 (Tabel 2.1).

TABEL 2.1.

INFLASI JAWA TENGAH BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA

KELOMPOK (%, qtq) I-10 II-10 III-10 IV-10 I-11 II-11 III-11 IV-11 I-12

UMUM / TOTAL 0,91 1,33 2,87 1,62 0,15 0,03 1,72 0.76 0.90

BAHAN MAKANAN 1,16 4,83 5,68 4,67 -2,38 -1,5 2,96 2.16 1.48

MAKANAN JADI 2,06 0,22 2,46 1,37 0,84 0,46 1,40 0.39 1.21

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 0,54 0,39 1,62 0,50 1,35 0,60 0,60 0.60 0.54

SANDANG 0,25 1,40 0,96 2,47 1,60 1,31 3,52 -0.08 0.19

KESEHATAN 0,22 0,21 0,40 0,64 0,58 0,93 0,49 0.37 0.56

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 0,14 0,11 2,09 -0,05 0,40 0,02 3,69 0.40 0.21

TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 0,47 0,06 2,93 -0,38 0,46 0,37 0,74 -0.12 0.88

KELOMPOK (%, yoy) I-10 II-10 III-10 IV-10 I-11 II-11 III-11 IV-11 I-12

UMUM / TOTAL 3,40 4,57 5,59 6,88 6,08 4,72 3,56 2.68 3.45

BAHAN MAKANAN 3,16 9,37 11,20 17,30 13,20 6,36 3,62 1.13 5.14

MAKANAN JADI 7,81 6,08 6,04 6,23 4,96 5,22 4,14 3.14 3.52

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 2,18 2,28 3,58 3,09 3,92 4,14 3,09 3.18 2.35

SANDANG 2,54 4,53 4,20 5,17 6,58 6,49 9,20 6.48 5.01

KESEHATAN 1,70 1,24 1,49 1,48 1,85 2,58 2,67 2.39 2.37

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 2,48 2,55 2,37 2,30 2,57 2,47 4,07 4.54 4.35

TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 1,69 1,37 3,16 3,08 3,06 3,39 1,18 1.45 1.88

Sumber : BPS, diolah

Pada kelompok bahan makanan, secara triwulanan inflasi terjadi terutama pada subkelompok Sayuran dan subkelompok Lemak dan Minyak. Berbeda dengan subkelompok Padi-padian, secara triwulanan inflasi subkelompok Sayuran pada triwulan ini tercatat 6,38% (qtq), setelah pada triwulan sebelumnya mengalami inflasi sebesar 0,18% (qtq). Berdasarkan

5 Terjadi pengaruh Base Effect akibat penurunan angka IHK sejak Februari 2011 hingga April 2011 yang memicu

(30)

anekdotal informasi yang diperoleh, kenaikan harga sayur di wilayah Jawa Tengah terkait dengan kondisi cuaca yang masih tergolong basah terutama pada awal triwulan sehingga produksi sayuran kurang optimal. Selain itu, hal tersebut juga tidak terlepas dari meningkatnya ekspektasi inflasi terkait rencana kenaikan harga BBM bersubsidi, dimana kondisi permintaan justru relatif turun. Sementara itu, inflasi triwulanan subkelompok Lemak dan Minyak mencapai 11,43% (qtq) naik signifikan dibandingkan kondisi pada triwulan IV-2011 yang mengalami deflasi sebesar -2,98% (qtq). Kondisi tersebut salah satunya disebabkan oleh kenaikan harga CPO di pasar internasional yang mencapai 11,79% (qtq). Kondisi tersebut menyebabkan inflasi tahunan subkelompok Sayuran pada triwulan ini mencapai 13,49% (yoy) dari 0,36% (yoy) pada triwulan IV-2011. Sedangkan inflasi tahunan subkelompok Lemak dan Minyak pada triwulan I-2012 mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari -3,52% (yoy) pada triwulan IV-2011 menjadi 8,29% (yoy) (Tabel 2.2.).

Di sisi lain, inflasi subkelompok Padi-padian mengalami penurunan yang disebabkan cukup baiknya pasokan seiring puncak panen yang terjadi pada triwulan ini. Pada triwulan ini, laju inflasi triwulanan pada subkelompok Padi-padian tercatat mencapai 0,96% (qtq). Penurunan harga beras salah satunya dipengaruhi oleh tingkat produksi beras yang pada triwulan ini mengalami kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya, seiring berlangsungnya masa panen (lihat bab 1). Penurunan harga beras terutama terjadi pada bulan Maret 2012, dengan sumbangan inflasi mencapai -0,18%. Namun, pada Januari 2012, harga beras di Jawa Tengah sempat meningkat sehingga memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,20%. Dapat ditambahkan bahwa penurunan harga beras tertinggi pada bulan Maret 2012 terutama terjadi di Kota Purwokerto (sumbangan inflasi 0,53%), diikuti Kota Tegal dengan sumbangan inflasi -0,24%. Namun demikian, inflasi pada subkelompok ini masih lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang mengalami deflasi. Dengan demikian, secara tahunan inflasi subkelompok padi-padian mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya.

Meskipun secara triwulanan mengalami penurunan, inflasi subkelompok Padi-padian secara tahunan pada triwulan ini masih tercatat cukup tinggi. Laju inflasi tahunan subkelompok padi-padian pada triwulan ini mencapai 16,45% (yoy), tertinggi dibandingkan subkelompok lainnya. Kondisi tersebut disebabkan oleh deflasi yang terjadi sejak Februari 2011 hingga April 2011 yang membuat angka IHK pada bulan-bulan tersebut menjadi cukup rendah sehingga laju kenaikan angka IHK yang terjadi pada triwulan ini menjadi lebih tinggi. Sedangkan laju perubahan harga secara tahunan untuk komoditas Bumbu-bumbuan masih menunjukkan deflasi yang mencapai -26,95% (qtq).

Penurunan harga beras memberikan pengaruh yang positif bagi pengadaan beras dan stok beras Bulog. Selama bulan Maret 2012, rata-rata pengadaan beras mencapai 8-10 ribu ton/hari. Sementara realisasi pengadaan Bulog dari awal tahun hingga 27 Maret 2012 cukup positif, dengan rincian gabah sebesar 87.270 ton, beras sebesar 190 ribu ton, dan setara beras sebesar 147 ribu ton. Stok beras di Bulog Divre Jateng pada bulan Maret 2012 sebesar 136.172 ton.

Meski secara keseluruhan mengalami penurunan, terdapat beberapa komoditas subkelompok bumbu-bumbuan yang meningkat. Penurunan harga juga terjadi pada komoditas bumbuan, dimana pada triwulan ini perkembangan harga kelompok Bumbu-bumbuan mengalami deflasi sebesar -8,57% (qtq) yang terutama disebabkan oleh penurunan

(31)

mengalami kenaikan harga cukup tinggi sehingga perlu diwaspadai untuk ke depannya, yaitu bawang putih dan bawang merah. Berdasarkan informasi anekdotal, kenaikan harga bawang putih tersebut salah satunya disebabkan oleh rencana kebijakan pembatasan pintu masuk impor, dimana dengan kebijakan tersebut, importir cenderung mengimpor lebih banyak sebagai antisipasi pasokan dan menghemat biaya. Namun, hal tersebut diperburuk dengan aksi spekulan di negara China yang merupakan negara asal impor bawang putih, sehingga membuat harga komoditas tersebut mengalami kenaikan.

TABEL 2.2.

INFLASI JAWA TENGAH BERDASARKAN SUB KELOMPOK BAHAN MAKANAN

Komoditas (%, qtq) 2010 2011 2012

I II III IV I II III IV I

BAHAN MAKANAN 1,16 4,83 5,68 4,67 -2,38 -1,50 2,96 2,16 1,48

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 5,93 -1,20 10,17 5,46 -3,22 1,45 9,50 3,83 0,96

Daging dan Hasil-hasilnya -0,56 1,80 13,65 -7,06 -2,43 -1,52 5,04 1,23 -0,22

Ikan Segar -1,90 -0,04 8,24 -2,00 2,54 -2,04 8,50 -3,37 0,85

Ikan Diawetkan -0,54 6,01 1,11 0,69 2,02 0,86 1,70 -0,81 4,04

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya -0,23 1,94 3,17 -0,39 3,08 1,61 -1,28 2,00 1,29

Sayur-sayuran 1,04 16,32 -0,99 6,86 -5,93 1,68 4,74 0,18 6,38

Kacang - kacangan 0,19 0,13 2,39 0,57 2,28 0,10 0,68 -0,22 2,81

Buah - buahan -0,87 1,78 4,67 -0,90 0,88 2,22 4,11 -3,34 2,13

Bumbu - bumbuan -6,02 43,70 -9,22 39,16 -11,67 -17,72 -19,74 20,97 -8,57

Lemak dan Minyak 5,26 -1,61 10,59 6,42 -0,72 -2,98 3,24 -2,98 11,43

Bahan Makanan Lainnya 0,37 1,03 3,95 0,11 -0,14 3,83 3,70 0,07 -0,20

Komoditi (%, yoy) 2010 2011 2012

I II III IV I II III IV I

BAHAN MAKANAN 3,16 9,37 11,20 17,30 13,20 6,36 3,62 1,13 5,14

Padi-padian, Umbi-umbian & Hasilnya 11,74 9,67 19,71 21,59 11,09 14,07 13,37 11,63 16,45

Daging dan Hasil-hasilnya 4,57 5,54 10,21 6,92 4,91 1,49 -6,19 2,17 4,48

Ikan Segar -6,43 -3,17 0,49 4,02 8,72 6,55 6,80 5,32 3,58

Ikan Diawetkan -0,97 4,43 5,65 7,33 10,10 4,75 5,37 3,80 5,85

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya -0,96 1,72 4,40 4,52 7,98 7,64 2,99 5,46 3,63

Sayur-sayuran -8,42 17,03 12,55 24,34 15,76 1,19 7,04 0,36 13,49

Kacang - kacangan 0,46 0,76 2,79 3,30 5,46 5,43 3,67 2,86 3,40

Buah - buahan 2,80 4,07 3,34 4,66 6,50 6,96 6,39 3,77 5,06

Bumbu - bumbuan 9,20 67,80 22,57 70,61 60,34 -8,19 -18,82 -29,43 -26,95

Lemak dan Minyak 0,15 -1,95 11,93 21,90 14,97 13,37 5,84 -3,52 8,29

Bahan Makanan Lainnya 0,70 1,85 3,17 5,53 5,00 7,91 7,65 7,60 7,53

Sumber : BPS, diolah

Dari hasil Survei Pemantauan Harga (SPH)6, terbatasnya pasokan menjadi penyebab

kenaikan harga sayur dan minyak. Hasil SPH untuk wilayah Semarang dan sekitarnya yang dilakukan oleh KPwBI Wilayah V (Jateng-DIY) mengkonfirmasi adanya kecenderungan kenaikan harga komoditas Sayuran dan Minyak. Dari dua pasar tradisional dan dua pasar modern yang dipantau, kenaikan harga sayuran tersebut telah terlihat sejak akhir triwulan IV-2011 hingga

6Merupakan survei rutin bulanan yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Wilayah V

(32)

Januari 2012 yang terutama dipicu oleh kenaikan harga tomat sayur dan wortel. Sementara untuk komoditas minyak goreng menunjukkan adanya tren kenaikan harga sejak awal triwulan. Dari hasil survei tersebut, penurunan pasokan menjadi alasan utama kenaikan harga. Sementara, untuk komoditas beras dan bumbu, terutama cabai merah, cenderung mengalami penurunan harga pada triwulan ini (Grafik 2.2).

Sumber: SPH KBI Semarang

Grafik 2.2. Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Bahan Makanan Hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) KPwBI Wilayah V

Pada kelompok Makanan Jadi, seluruh subkelompok mengalami kenaikan laju inflasi triwulanan. Inflasi kelompok makanan mengalami kenaikan menjadi 1,21% (qtq) dari 0,39% (qtq) pada triwulan sebelumnya (Tabel 2.3.). Kenaikan inflasi tertinggi terjadi pada subkelompok Minuman Non-alkohol. Kenaikan harga pada kelompok ini diperkirakan terutama terkait dengan meningkatnya ekspektasi inflasi pada akhir triwulan karena adanya rencana

7,000 8,000 9,000 10,000 11,000 12,000 13,000

Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2009 2010 2011 2012

Rp/kg

Beras Gula Pasir Minyak Goreng

-5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000 45,000 50,000 55,000

Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2009 2010 2011 2012

Rp/kg

Cabai Merah Cabai Rawit Bawang Merah Bawang Putih

3,000 5,000 7,000 9,000 11,000 13,000 15,000

Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2009 2010 2011 2012

Rp/kg

Tomat Sayur Wortel Kentang Kacang Panjang 68,000

69,000 70,000 71,000 72,000 73,000 74,000 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000

Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2009 2010 2011 2012

Rp/kg Rp/kg

Daging Ayam Ras Telur Ayam Ras Daging Sapi (RHS)

18,000 19,000 20,000 21,000 22,000 23,000 24,000 25,000 26,000 27,000 28,000

Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2009 2010 2011 2012

Rp/kg

Bandeng Kembung Mas Tongkol Ikan

Bumbu-Bumbuan

Gambar

Grafik  1.6  Penjualan  Listrik  Segmen  Rumah  Tangga  0  100 200 300 400 500 600 700 800 -505101520
Grafik  1.13  Penjualan  Truck/Pick-up  Baru  di  Jawa Tengah  -10%0%10%20%30%40%50%60%8910111213141516 I II III IV I 2011 2012 PersenTriliun Rp
Grafik  1.22.Tingkat  Penghunian  Kamar  Hotel  Jawa Tengah  0 102030405060708090 100-30-20-10010203040
Grafik 2.2. Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Bahan Makanan   Hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) KPwBI Wilayah V
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam buku Pengantar ke Filsafat Sains, Andi hakim Nasution menyatakan bahwa perbedaan manusia dengan hewan terletak pada kemampuan manusia untuk berpikir dan

Guna mewujudkan keseimbangan pembangunan fisik dan non fisik sebagai mediator antara sistem ekonomi dan sosial dalam kehidupan manusia masyarakat Boyolali juga memerlukan

ii. Intelektual Melayu berpendidikan Melayu 1. Merupakan lepasan Maktab Perguruan Sultan Idris 2. Berganding bahu dengan gol cerdik pandai agama bagi menyumbangkan

Berbagai nama untuk unit/instalsi pelayanan gawat darurat di rumah Berbagai nama untuk unit/instalsi pelayanan gawat darurat di rumah sakit diseragamkan

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas hidayah dan ridho-Nya, skripsi PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PADA MATERI KERUSAKAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN

Langkah pertama dari metode FMEA adalah pembuatan skala rating 1-10 dan kriteria.Kriteria pada variabel frekuensi menunjukkan nilai batas atas dan batas bawah untuk setiap

Pembangunan Bangunan Dam Parit 1 Paket Kelompok Tani Vois Desa Tunas Muda.. Pembangunan Bangunan Dam Parit 1 Paket Kelompok Jujuk Permai

Dalam menciptakan suatu karya koreografi pendidikan membutuhkan waktu yang cukup lama, melalui proses pemilihan tokoh sesuai dengan karakter yang akan dibawakan,