• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hiperpituitarisme Fix

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hiperpituitarisme Fix"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

HIPERPITUITARISME

Disusun oleh :

Rizky Rosiana Efendi

(20131660088)

Muyassila Sriwijayanti

(20131660062)

Robiatul Adewiyah

(20131660103)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

2015

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala kebesaran dan limpahan nikmat yang diberikan – Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Mata Kuliah Sistem Pencernaan dengan judul “Asuhan Keperawatan Hiperpituitarisme.”

Adapun penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui secara menyeluruh mengenai aplikasi konsep asuhan keperawatan penyakit

Hiperpituitarisme. Dalam penulisan penelitian ini, berbagai hambatan telah kami alami. Oleh karena itu, terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan karena kemampuan kami semata – mata. Namun karena adanya dukungan dan bantuan dari pihak – pihak yang terkait.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa pengalaman kami masih sangat terbatas. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak agar makalah ini lebih baik dan bermanfaat.

Serta akhir kata, kami ucapkan semoga Allah SWT selalu membalas budi baik kita semua.

Surabaya, 30 Maret 2015 Penyusun

(3)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... 1 KATA PENGANTAR... 2 DAFTAR ISI... 3 BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 4 1.2 Tujuan... 4

BAB II : KONSEP DASAR PENYAKIT 2.1 Definisi... 5 2.2 Etiologi... 5 2.3 Manifestasi Klinis... 5 2.4 Patofisiologi... 6 2.5 Pemeriksaan Penunjang... 8 2.6 Terapi... 8 2.7 Pencegahan... 9 2.8 Web of Causation... 11

BAB III : KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Gambaran Kasus... 12

3.2 Pengkajian... 12

3.3 Diagnosa Keperawatan... 13

3.4 Intervensi... 14

3.5 Evaluasi... 15

BAB IV : ASPEK LEGAL ETIK 4.1 Identifikasi Isu... 16 4.2 Analisa... 16 4.3 Membuat Keputusan... 17 BAB V : PENUTUP 5.1 Kesimpulan... 18 5.2 Saran... 18 DAFTAR PUSTAKA... 19

(4)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.1. Latar Belakang

Hipertiroidisme dan tirotoksikosis sering dipertukarkan. Tirotoksikosis berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan. Sedangkan

hipertiroidisme adalah tirotoksikosis sebagai akibat produksi tiroid itu sendiri. Tirotoksikosis terbagi atas kelainan yang berhubungan dengan hipertiroidisme dan yang tidak berhubungan dengan hipertiroidisme. Tiroid sendiri diatur oleh

kelenjar lain yang berlokasi di otak, disebut pituitari. Pada gilirannya, pituitari diatur sebagian oleh hormon tiroid yang beredar dalam darah (suatu efek umpan balik dari hormon tiroid pada kelenjar pituitari) dan sebagian oleh kelenjar lain yang disebut hipothalamus, juga suatu bagian dari otak.

Hiperpituitari adalah suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau hiperplasi hipofisisme sehingga menyebabkan peningkatkan sekresi salah satu hormone hipofise atau lebih.

Hipothalamus melepaskan suatu hormon yang disebut thyrotropin releasing hormone (TRH), yang mengirim sebuah sinyal ke pituitari untuk melepaskan thyroid stimulating hormone (TSH). Pada gilirannya, TSH mengirim sebuah signal ke tiroid untuk melepas hormon-hormon tiroid. Jika aktivitas yang

berlebihan dari yang mana saja dari tiga kelenjar-kelenjar ini terjadi, suatu jumlah hormon-hormon tiroid yang berlebihan dapat dihasilkan, dengan demikian

berakibat pada hipertiroid. Pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).

1.1.2. Tujuan

 Untuk mengetahui konsep teori pada penyakit hiperpituitarisme

 Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada penderita hiperpituitarisme

(5)

KONSEP DASAR PENYAKIT 2.1.1 Definisi

Hiperpituitarisme adalah suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau hiperplasi hipofisisme sehingga menyebabkan peningkatkan sekresi salah satu hormone hipofise atau lebih yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari . Hormon – hormon hipofisis lainnya sering dikeluarkan dalam kadar yang lebih rendah (Hotma Rumahardo, 2000)

2.1.2 Etiologi

Hiperpituitari dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau hipotalamus, penyebab mencakup :

a) Adenoma primer salah satu jenis sel penghasil hormon, biasanya sel penghasil GH, ACTH atau prolakter.

b) Tidak ada umpan balik kelenjar sasaran, misalnya peningkatan kadar TSH terjadi apabila sekresi HT dan kelenjar tiroid menurun atau tidak ada. (Elisabeth, Endah P. 2000)

2.1.3 Manifestasi Klinis

a) Perubahan bentuk dan ukuran tubuh serta organ – organ dalam (seperti tangan, kaki, jari – jari tangan, lidah, rahang, kardiyamegali)

b) Impotensi c) Visus berkurang d) Nyeri kepala

e) Perubahan siklus menstruasi (pada klien wanita), infertilitas f) Libido seksual menurun

g) Kelemahan otot, kelelahan dan letargi (Hotman Rumahardo, 2000)

2.1.4 Patofisiologi

Hiperfungsi hipofise dapat terjadi dalam beberapa bentuk bergantung pada sel mana dari kelima sel-sel hipofise yang mengalami hiperfungsi.

(6)

Kelenjar biasanya mengalami pembesaran disebut adenoma makroskopik bila diameternya lebih dari 10 mm atau adenoma mikroskopik bila diameternya kurang dari 10 mm, yang terdiri atas 1 jenis sel atau beberapa jenis sel. Adenoma hipofisis merupakan penyebab utama hiperpituitarisme.penyebab adenoma hipofisis belum diketahui. Adenoma ini hampir selalu menyekresi hormon sehingga sering disebut functioning tumor.

Kebanyakan adalah tumor yang terdiri atas sel-sel penyekresi GH,ACTH dan prolaktin. Tumor yang terdiri atas sel-sel pensekresi TSH-,LH- atau FSH- sangat jarang terjadi. Functioning tumor yang sering di temukan pada hipofisis anterior adalah:

1) prolactin-secreting tumors ( tumor penyekresi prolaktin ) atau prolaktinoma. Prolaktinoma (adenoma laktotropin) biasanya adalah tumor kecil, jinak, yang terdiri atas sel-sel pensekresi prolaktin. Gejala khas pada kondisi ini sangat jelas pada wanita usia reproduktif dan dimana terjadi tidak menstruasi, yang bersifat primer dan sekunder, galaktorea (sekresi ASI spontan yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan), dan infertilitas.

2) somatotroph tumors ( hipersekresi pertumbuhan )

Adenoma somatotropik terdiri atas sel-sel yang mengsekresi hormon pertumbuhan. Gejala klinik hipersekresi hormon pertumbuhan bergantung pada usia klien saat terjadi kondisi ini.

Misalnya saja pada klien prepubertas,dimana lempeng epifise tulang panjang belum menutup, mengakibatkan pertumbuhan tulang-tulang memanjang sehingga mengakibatkan gigantisme. Pada klien postpubertas, adenoma somatotropik mengakibatkan akromegali, yang ditandai dengan perbesaran ektremitas ( jari, tangan, kaki ), lidah, rahang, dan hidung. Organ-organ dalam juga turut membesar ( misal; kardiomegali).Kelebihan hormon pertumbuhan menyebabkan gangguan metabolik, seperti hiperglikemia dan hiperkalsemia. Pengangkatan tumor dengan pembedahan merupakan pengobatan pilihan. Gejala metabolik dengan tindakan ini dapat mengalami perbaikan, namun perubahan tulang tidak mengalami reproduksi.

(7)

3) corticotroph tumors ( menyekresi ardenokortikotrofik /ACTH )

Adenoma kortikotropik terdiri atas sel-sel pensekresi ACTH. Kebanyakan tumor ini adalah mikroadonema dan secara klinis dikenal dengan tanda khas penyakit Cushing’s.

Ada dua perubahan fisiologis karena tumor hipofisis:

1) perubahan yang timbul karena adanya space-occupying mass dalam kranium. 2) perubahan yang di akibatkan oleh hipersekresi hormone dari tumornya itu

sendiri.

Adenoma hipofisis adalah adenoma intraselular (tumor didalam sella tursika ), dengan besar diameter kurang dari 1cm dengan tanda-tanda hipersekresi hormone.

Klasifikasi hipofisis/ adenoma hipofisis.

1) encapsulated (tidak ada metastasis dalam sella tursika ) 2) invasive ( sella tursika rusak karena metastasis )

3) mikroadenoma ( encapsulate tumor dengan diameter kurang dari 10 mm ) 4) makroadenoma ( encapsulate tumor dengan diameter lebih dari 10mm).

Perubahan neorologis bisa terjadi akibat tekanan jaringan tumor yang semakin membesar.tekanan ini bisa terjadi saraf optic, saraf karnial III (okulomotor ), saraf karnial IV ( troklear ), dan saraf karnial V (trigeminal).tumor yang sangat besar bisa menginfiltrasi hipotalamus.

2.1.5 Pemeriksaan Penunjang 1) Pemeriksaan Laboratorik.

Pengeluaran 17 ketosteroid dan 17 hidraksi kortikosteroid dalam urin menurun, BMR menurun.

(8)

a. Foto polos kepala

b. Poliomografi berbagai arah (multi direksional) c. Pneumoensefalografi

d. CT Scan

e. Angiografi serebral 3) Pemeriksaan Lapang Pandang

a. Adanya kelainan lapangan pandang mencurigakan b. Adanya tumor hipofisis yang menekan kiasma optik 4) Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan kartisol, T3 dan T4, serta esterogen atau testosteron b. Pemeriksaan ACTH, TSH, dan LH

c. Tes provokasi dengan menggunakan stimulan atau supresan hormon, dan dengan melakukan pengukuran efeknya terhadapkadar hormon serum.

2.1.6. Terapi

Dikenal 2 macam terapi, yaitu: 1) Terapi pembedahan

Tindakan pembedahan adalah cara pengobatan utama. Dikenal dua macam pembedahan tergantung dari besarnya tumor yaitu : bedah makro dengan

melakukan pembedahan pada batok kepala (TC atau trans kranial) dan bedah mikro (TESH atau trans ethmoid sphenoid hypophysectomy). Cara terakhir ini (TESH) dilakukan dengan cara pembedahan melalui sudut antara celah infra orbita dan jembatan hidung antara kedua mata, untuk mencapai tumor hipofisis. Hasil yang didapat cukup memuaskan dengan keberhasilan mencapai kadar HP yang diinginkan tercapai pada 70 – 90% kasus. Keberhasilan tersebut juga sangat ditentukan oleh besarnya tumor.

Efek samping operasi dapat terjadi pada 6 – 20% kasus, namun pada umumnya dapat diatasi. Komplikasi pasca operasi dapat berupa kebocoran cairan serebro spinal (CSF leak), fistula oro nasal, epistaksis, sinusitis dan infeksi pada luka operasi.

(9)

Keberhasilan terapi ditandai dengan menurunnya kadar GH di bawah 5 µg/l. Dengan kriteria ini keberhasilan terapi dicapai pada 50 – 60% kasus, yang terdiri dari 80% kasus mikroadenoma, dan 20 % makroadenoma.

2) Terapi radiasi

Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau tindakan operasi tidak memungkinkan, dan menyertai tindakan pembedahan kalau masih terdapat gejala akut setelah terapi pembedahan dilaksanakan.

Radiasi memberikan manfaat pengecilan tumor, menurunkan kadar GH , tetapi dapat pula mempengaruhi fungsi hipofisis. Penurunan kadar GH umumnya mempunyai korelasi dengan lamanya radiasi dilaksanakan. Eastment dkk

menyebutkan bahwa, terjadi penurunan GH 50% dari kadar sebelum disinar (base line level), setelah penyinaran dalam kurun waktu 2 tahun, dan 75% setelah 5 tahun penyinaran.

Peneliti lainnya menyebutkan bahwa, kadar HP mampu diturunkan dibawah 5 µg/l setelah pengobatan berjalan 5 tahun, pada 50% kasus. Kalau pengobatan dilanjutkan s/d 10 tahun maka, 70% kasus mampu mencapai kadar tersebut. 2.1.7 Pencegahan

Primer • Edukasi

Program ini bertujuan merubah prilaku masyarakat, dalam hal pola makan dan memasyarakatkan pemakaian garam beriodium.

• Penyuntikan lipidol

Sasaran penyuntikan lipidol adalah penduduk yang tinggal di daerah endemik diberi suntikan 40 % tiga tahun sekali dengan dosis untuk orang dewasa dan anak di atas enam tahun 1 cc, sedang kurang dari enam tahun diberi 0,2 cc – 0,8 cc.

Sekunder

 Tindakan Operasi

 Pada struma nodosa non toksik yang besar dapat dilakukan tindakan operasi bila pengobatan tidak berhasil, terjadi gangguan misalnya :

(10)

penekanan pada organ sekitarnya, indikasi keganasan yang pasti akan dicurigai.

 thyroidectomi. Pada pelaksanaannya ada yang mengangkat sebagain kelenjar (hemithyroidectomi, subtotal thyroidectomi, isthmolobectomi), keseluruhan (total thyroidectomi) atau bisa juga radikal thyroidectomi pada kasus kanker. Pemilihan itu tergantung dari kasus atau kelainan yang dijumpai.

Tersier

 Cukupilah makanan ber-Yodium dalam nutrisi sehari-hari, seperti mengkonsumsi garam beryodium.

 Diet yang bergizi baik.

 Olahraga yang teratur.

 Menghindari gaya hidup yang tidak sehat dan beresiko.

 Menaati nasehat dari Dokter dan minumlah obat yang diresepkan dengan teratur (anti-tirod dan Yodium radioaktif).

(11)
(12)

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 3.1.1 Gambaran Kasus

Seorang anak berusia 13 tahun dibawa ke Poli Tumbuh Kembang karena dia tumbuh melebihi anak seusianya. BB lahirnya adalah 3 kg. Hasil

pemeriksaan fisik menunjukkan TB 181,7 cm, BB 79,1 kg, nadi 100x/menit, dan TD 110/65 mmHg, mengalami kelemahan otot, nyeri kepala hebat, dan pandangan matanya kabur. Pemeriksaan X – Ray toraks dan EKG normal, kadar BUN kreatinin, serum kalsium, kolesterol, dan elektrolit juga normal. Hasil pemeriksaan fungsi tyroid menunjukkan protein bound iodine 4,3 µ/100 ml, BMR meningkat 40%, dan tyroidal radioaktif meningkat 5,9%. Pada pemeriksaan visus dinyatakan menurun

3.1.2 Pengkajian A. Keluhan Utama :

 Mengalami kelemahan otot

 Nyeri kepala hebat

 Pandangan matanya kabur

B. Pemeriksaan Fisik :

 TB : 181,7 cm

 BB : 79,1 kg

 Mengalami kelemahan otot

 Nyeri kepala hebat

 Pandangan matanya kabur

 Amati bentuk wajah.

 Kepala, tangan/lengan, dan kaki bertambah besar, dagu menjorok ke depan.

 Adanya kesulitan menguyah.

 Adanya perubahan pada persendian dimana klien mengeluh nyeri dan sulit bergerak.

 Peningkatan respirasi kulit.

 Suara membesar karena hipertropi laring.

 Pada palpasi abdomen, ditemukan hepatomegali.

(13)

C. Pemeriksaan Penunjang :

 Nadi : 100x/menit

 TD : 110/65 mmHg

 Pemeriksaan X – Ray toraks dan EKG : normal

 Kadar BUN kreatinin, serum kalsium, kolesterol, dan elektrolit : normal

 Pemeriksaan fungsi tyroid :

 protein bound iodine : 4,3 µ/100 ml

 BMR : meningkat 40%,

 Tyroidal radioaktif : meningkat 5,9%

 Pada pemeriksaan visus : menurun

3.1.3 Diagnosa Keperawatan

Data Etiologi Masalah Keperawatan

Subjektif :

 Pasien mengatakan nyeri kepala hebat Objektif :  Skala nyeri 9 Penekanan jaringan oleh tumor Nyeri Subjektif :  Pasien mengatakan kekerunan pada mata Objektif :  Pemeriksaan visus dinyatakan menurun Gangguan transmisi impuls Perubahan sensori perseptual (penglihatan)

(14)

 Diagnosa Keperawatan :

1. Nyeri berhubungan dengan penekanan jaringan oleh tumor

2. Perubahan sensori perseptual (penglihatan) berhubungan dengan gangguan transmisi impuls

3.1.4 Intervensi Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan penekanan jaringan oleh tumor.

 Tujuan :

 Perubahan dalam rasa nyaman

 Penurunan tingkat nyeri

 Kriteria Hasil :

 Pasien tidak mengeluh nyeri

 Pasien merasa nyaman

 Skala nyeri 2 ( 0 – 4 )

Intervensi Rasional

Dorong klien agar mau mengungkapkan apa yang dirasakan.

Agar perawat mengetahui apa yang dirasakan klien.

Kaji skala nyeri Untuk mengetahui intensitas dari nyeri dan menentukan intervensi selanjutnya.

Berikan tehnik relaksasi dan distraksi Pengalihan perhatian dapat mengurangi rasa nyeri.

Kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi rasa nyeri.

Pemberian obat analgetik untuk mengurangi nyeri.

2. Perubahan sensori perseptual (penglihatan) berhubungan dengan gangguan transmisi impuls

 Tujuan :

 Pasien mencapai fungsi optimal dalam batas-batas kemampuan

 Kriteria Hasil

 Kemampuan untuk merawat diri

 Kemampuan mengatur lingkungan yang aman

 Berorientasi pada tempat dan nama, tidak terjadi cedera

Intervensi Rasional

Dorong klien agar mau melakukan pemeriksaan lapang pandang.

Agar perawat mengetahui jarak lapang klien.

(15)

Nilai usia pasien Kejadiandegenerasimuscular,katarak,kerusakan retina

3.1.5 Evaluasi

• Jalan nafas pasien efektif

• Komunikasi verbal dari pasien lancar • Tidak terjadi tanda-tanda infeksi

(16)

BAB IV

ASPEK LEGAL ETIK 4.1.1 Identifikasi Isu

Kelenjar hipofisis adalah suatu kelenjar yang terletak di dasar tengkorak dibawah hypothalamus yang memegang peranan penting dalam sekresi hormon dari semua organ-organ endokrin. Hormon yang diproduksi sebagai stimulator-provokator organ organ lain sehingga mampu aktif.

Angka kejadian gangguan kelenjar pituary dari episode konsultan rumah sakit di Inggris tahun 2002-2003 sebanyak 0,016% (2.061) mengalami hipofungsi dan gangguan lain dari kelenjar hipofisis, persentase dari laki-laki dan perempuann adalah 54% laki-laki dan selebihnya untuk perempuan. Di Jepang, terdapat 1.272 pasien dewasa dengan hipopituitari (SMU, 2004). Hypopituitarism terdaftar sebagai gangguan langka oleh Institut Kesehatan Nasional (NIH), yang mempengaruhi kurang dari 200.000 orang di Amerika Serikat. Secara internasional, hypopituitarism memiliki kejadian diperkirakan 4,2 kasus per 100.000 per tahun dan prevalensi diperkirakan 45,5 kasus per 100.000 tanpa perbedaan gender. Regal et al melaporkan studi pertama merinci prevalensi dan kejadian hypopituitarism dalam suatu populasi di barat laut Spanyol. Mereka mempelajari populasi dewasa dari 146.000 dan menemukan prevalensi 45,5 kasus per 100.000 penduduk (Corenblum, 2013).

Dampak lanjut pada gangguan kelenjar hipofise tejadi hipersekresi maupun hiposekresi hormon, hal ini akan menyebabkan beberapa kelainan yang perlu kita ketahui tanda, diagnosa dan penatalaksanaanya. Masalah tersebut dapat diatasi dengan peran aktif petugas kesehatan baik berupa promotif, preventiv, kuratif dan rehabilitatif. Hal ini dilakukan dengan pendidikan kesehatan, pencegahan,

pengobatan sesuai program dan memotivasi klien agar cepat pulih sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan secara optimal.

4.2.1 Analisa

Seorang anak berusia 13 tahun dibawa ke Poli Tumbuh Kembang karena dia tumbuh melebihi anak seusianya. BB lahirnya adalah 3 kg. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan TB 181,7 cm, BB 79,1 kg, nadi 100x/menit, dan TD 110/65 mmHg, mengalami kelemahan otot, nyeri kepala hebat, dan pandangan matanya kabur. Pemeriksaan X – Ray toraks dan EKG normal, kadar BUN kreatinin, serum

(17)

kalsium, kolesterol, dan elektrolit juga normal. Hasil pemeriksaan fungsi tyroid menunjukkan protein bound iodine 4,3 µ/100 ml, BMR meningkat 40%, dan tyroidal radioaktif meningkat 5,9%. Pada pemeriksaan visus dinyatakan menurun 4.3.1 Membuat Keputusan

Pengobatan lebih di tujukan kepada menggatikan kekurangan hormon target, bukan hormon hipofisis. Jika terjadi kekurangan TSH maka di berikan hormon tiroid, jika terjadi kekurangan kortikotropin di berikan hormon adrenokortikal dan jika terjadi kekurangan LH dan FSH di berikan estrogen progesteron atau

testosteron. Hormon pertumbuhan biasanya di berikan kepada anak-anak. Jika penyebabnya adalah tumor hipofisis yang kecil, maka di lakukan pengangkatan tumor, Tumor penghasil prolaktin di atasi dengan pemberian bromokriptin. Penyinaran dengan kekuatan tinggi atau dengan proton juga bisa di gunakan untuk menghancurkan tumor hpofise. Tumor yang besar dan telah menyebar keluar sella tursika tidak mungkin hanya di atasi dengan pembedahan. Setelah pembedahan harus di berikan penyinaran berkekuatan tinggi untuk membunuh sisa sel-sel tumor. Terapi penyinaran cenderung menyebabkan hilangnya fungsi hipofisis secara perlahan, baik sebagian maupun keseluruhan. Karena itu fungsi kelenjar target biasanya di nilai setiap 3-6 bulan untuk tahun pertama kemudian setiap tahun pada tahun berikutnya.

(18)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Hiperpituitari adalah suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau hiperplasi hipofisisme sehingga menyebabkan peningkatkan sekresi salah satu hormonhipofise atau lebih. Masalah keperawatan utama yang muncul pada penyakit hiperpituitari adalah nyeri dan perubahan sensori perseptual (penglihatan)

B. Saran

1) Bagi Mahasiswa

Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui penyebab, tanda gejala dari tumor otak serta penanganannya agar dapat menghindari terjadinya tumor otak baik untuk dirinya sendiri maupun keluarganya. Serta hendaknya mampu

memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan hiperpituitari secara holistik didasari dengan pengetahuan yang mendalam mengenai penyakit tersebut.

2) Bagi Masyarakat

Diharapkan masyarakat mampu untuk menjaga kesehatannya terutama jika ada infeksi pada hipofisis di otak agar dapat cepat ditangani agar tidak

menimbulkan penyakit hiperpituitari. 3) Bagi Institusi

Diharapkan makalah asuhan keperawatan ini dapat menjadi refrensi untuk menambah pengetahuan tentang penyakit hiperpituitari tersebut

(19)

DAFTAR PUSTAKA

1. Francis S. 2002. Endrokinologi Dasar Dan Klinik. Greenipan Smeltzer Dan Base Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Buku Kedokteran Vol. 2

2. Elisabeth j. Corwin. 2000. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta : EGC.

3. Doengoes, Marlyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC.

4. Hotman Rumahardo. 2002. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Endrokin. Jakarta : EGC

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh signifikan perhitungan yang lebih kecil dari 0,05 (p>0,05), maka Ho yang menyatakan tidak ada hubungan antara persepsi kebersihan

Pihak Pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang

Belum adanya lokasi spesifik LPPB, karena berbagai kesulitan yang dihadapi Pemerintah Daerah, dapat dibantu dengan pendekatan holistik dalam perencanaan dan penentuan

yang pasti mereka hanya bergaul dengan orang-orang yang seperti mereka juga. Namun perlu diketahui juga bahwa pergaulan mereka tentu tidak baik atau melanggar etika

Penelitian ini dapat digunakan sebagai penambah wawasan seorang penulis sebagai seorang mahasiswa, selain itu penelitian ini sebagai informasi pengetahuan mengenai

Menurut Puspitawati dan Sri Dewi Anggadini (2014:57) mendefinisikan bahwa, “ sistem informasi akuntansi sebagai suatu sistem yang berfungsi untuk mengorganisasi

oleh karena peneliti menggunakan prinsip 5T dalam pemberian intervensi kepada responden yaitu yang pertama adalah tepat obat, buah pisang mengandung banyak senyawa yang

Logo sponsor akan dicantumkan pada backdrop dengan ukuran large (L) yang akan dipasang selama event HEXION 2016 berlangsung di Kampus Anggrek BINUS University.  Logo