• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan pembelajaran berbasis masalah untuk mengeksplorasi hasil berpikir reflektif siswa dalam pemecahan masalah matematika pada pokok bahasan aritmetika sosial di kelas VII-Appreciation SMP Joannes Bosco Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penerapan pembelajaran berbasis masalah untuk mengeksplorasi hasil berpikir reflektif siswa dalam pemecahan masalah matematika pada pokok bahasan aritmetika sosial di kelas VII-Appreciation SMP Joannes Bosco Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015"

Copied!
636
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENGEKSPLORASI HASIL BERPIKIR REFLEKTIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN ARITMETIKA SOSIAL DI KELAS VII-APPRECIATION SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015. SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Disusun oleh: Theresia Veni Dwi Lestari NIM : 111414038. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ii.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. iii.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN PERSEMBAHAN. “Ora et labora” Akan ada hasil yang baik dibalik sebuah perjuangan  Hiduplah dengan penuh syukur . Skripsi ini kupersembahkan untuk: Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas segala berkat, kasih, dan penyertaan dan mukjizat-Nya  Orangtuaku tercinta, Bapak Agustinus Tohir dan Ibu Yosepha Murasih yang selalu setia memberi dukungan dan kasih sayang  Kakakku tercinta, Henrica Nina Lestari yang selalu setia membimbingku  Sahabat-sahabatku yang hadir mewarnai hidupku. Almamaterku, Universitas Sanata Dharma . iv.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagai layaknya karya ilmiah.. Yogyakarta, 13 Juli 2015. Theresia Veni Dwi Lestari. v.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK. Theresia Veni Dwi Lestari (NIM: 111414038). 2015. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Mengeksplorasi Hasil Berpikir Reflektif Siswa dalam Pemecahan Masalah Matematika pada Pokok Bahasan Aritmetika Sosial di Kelas VII-Appreciation SMP Joannes Bosco Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah untuk mengeksplorasi hasil berpikir reflektif siswa (2) hasil berpikir reflektif siswa berkemampuan akademik tinggi, sedang, atau rendah pada saat mengerjakan soal tes materi aritmatika sosial di kelas VII-Appreciation SMP Joannes Bosco Yogyakarta. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Subyek penelitian ini adalah 21 siswa kelas VII-Appreciation SMP Joannes Bosco Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juli 2015. Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui observasi, rekaman video, wawancara dan tes tertulis. Hasil observasi dianalisis secara kuantitatif. Video pembelajaran dianalisis secara kualitatif dengan membuat transkrip video, reduksi data, dan kategorisasi. Jawaban tes tertulis dan hasil wawancara dianalisis secara kualitatif untuk mengetahui cara berpikir reflektif siswa. Langkah-langkah yang digunakan adalah: (1) reduksi data (2) kategorisasi data (3) sistesisasi. Hasil penelitian yang diperoleh adalah (1) pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan berjalan dengan baik dengan persentase keterlaksaan RPP 89,77%. Pada pembelajaran berbasis masalah ini, kegiatan menggali kemampuan berpikir reflektif siswa tampak saat guru banyak memberikan pertanyaan yang mendorong siswa untuk berpikir reflektif dan siswa menanggapi dengan antusias. Siswa memberikan ide penyelesaian masalah, menanggapi pertanyaan, diskusi tentang pemecahan masalah dalam kelompok, dan belajar memutuskan penyelesaian masalah yang digunakan. (2) Hasil berpikir reflektif siswa kelompok atas, sedang atau bawah dipengaruhi oleh tingkat kesukaran soal yang dihadapi. Pada soal dengan tingkat kesulitan mudah, siswa kelompok sedang lebih berpikir secara reflektif dibanding siswa kelompok atas dan bawah. Pada soal dengan tingkat kesulitan sedang, siswa kelompok atas lebih berpikir secara reflektif dibanding siswa kelompok sedang dan bawah. Kata kunci: berpikir reflektif, pembelajaran berbasis masalah, pemecahan masalah matematika, aritmetika sosial. vi.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT Theresia Veni Dwi Lestari (NIM: 111414038). 2015. Implementation of Problem Based Learning for Exploring Students Reflective Thinking in Mathematics Problem Solving of Social Arithmetic for VII Appreciation Class in Joannes Bosco Yogyakarta Junior High School 2014/2015. Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Sciences Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta. The aims of the research were to determine: (1) the feasibility of learning by using problem based learning model to explore the reflective thinking result of students (2) the result of reflective thinking of students in high group, medium group, or low group when students work on the problems of social arithmetic test in class VII-Appreciation of Joannes Bosco Yogyakarta Junior High School. The method used in this research is descriptive qualitative. The subjects of the research are 21 students in class VII- Appreciation of Joannes Bosco Yogyakarta Junior High School. Data was gathered from February to July 2015. The data of the research are collected by doing direct observation, video recordings, interviews and written tests. The result of the observation was analyzed quantitatively. The result of the recording video was analyzed qualitatively by making video transcription, reduction, and data categorization. The answers of the written tests and the result of interview were analyzed in a qualitative to gain the students' reflective thinking. There were three steps that were done, those are: (1) data reduction (2) data categorization and (3) synthesization. The result of the research are: (1) implementation of problem based learning has been carried out properly, with the percentage of the implementation of lesson plan is 89,77%. In this problem based learnig, activities that explore the reflective thinking ability of students looked when the teacher gives a lot of questions that encourage students to think reflectively and students responded enthusiastically. Students can provide problem-solving ideas, respond to the questions, discussion about solving problems in groups, and learn how to decide a problem solving. (2) the result of students’ reflective thinking by high group, medium group or low group is influenced by the level of difficulty question. For easy level question, students in medium group are thinking reflectively more than students in high and low groups. For medium level question, students in high group think reflectively more than the other groups. Key words: reflective thinking, problem based learning, mathematics’ problem solving, social arithmetic. vii.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS. Yang bertanda tangan di bawah ini saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama. : Theresia Veni Dwi Lestari. Nomor Mahasiswa. : 111414038. Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: PENERAPAN. PEMBELAJARAN. BERBASIS. MASALAH. UNTUK. MENGEKSPLORASI HASIL BERPIKIR REFLEKTIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN ARITMETIKA SOSIAL DI KELAS VII-APPRECIATION SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015 Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin kepada saya maupun memberikan royalti pada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Yogyakarta, 13 Juli 2015 Yang menyatakan.. (Theresia Veni Dwi Lestari). viii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR. Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika. Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan banyak pengalaman dan hambatan, akan tetapi berkat dukungan, motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan mendukung, diantaranya: 1.. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd., selaku Kepala Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma.. 2.. Ibu Veronika Fitri Rianasari, M.Sc., selaku dosen pembimbing akademik.. 3.. Bapak Sukardjono, M.Pd., selaku dosen pembimbing awal yang telah memberikan pelajaran bagi peneliti tentang langkah-langkah penulisan skripsi.. 4.. Ibu Haniek Sri Pratini, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu membimbing penulis selama penyusunan skripsi ini.. 5.. Segenap dosen dan karyawan JPMIPA Universitas Sanata Dharma atas segala pelayanan selama penulis di Universitas Sanata Dharma.. 6.. Ibu Ag. Nuranisah Safriatun, S.Ag., selaku Kepala SMP Joannes Bosco Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 yang telah memberikan kesempatan serta izin untuk melakukan penelitian. ix.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 7.. Bapak Ibnu Sundaru, S.Pd., selaku guru Matematika SMP Joannes Bosco Yogyakarta yang telah membantu penulis untuk memvalidasi instrumen penelitian.. 8.. Siswa-siswi kelas VII-Appreciation SMP Joannes Bosco Yogyakarta yang telah membantu sebagai subyek penelitian.. 9.. Teman-teman yang telah membantu menjadi observer selama penelitian, Mas Singgih, Mita, Indah, Natalia, Fania, dan Angel.. 10. Sahabat-sahabatku di bangku kuliah, Miss (Naldis), Ana, Etak, Imak, Elisa, Neri, Pebri, Mela, terimakasih atas dukungan, kasih sayang, dan kebersamaannya selama ini. 11. Sahabat terbaikku, Dita dan Yoan yang selalu menyempatkan waktu untuk membantu penelitian ini baik saat pengambilan video penelitian maupun sebagai penyemangat peneliti. 12. Semua pihak yang tanpa sengaja tidak disebutkan di sini namun telah memberikan begitu banyak doa dan dukungan agar skripsi ini selesai. Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik selalu penulis harapkan demi perbaikan di masa yang akan datang. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kemajuan dan perkembangan pendidikan.. Yogyakarta, 13 Juli 2015 Penulis,. Theresia Veni Dwi Lestari x.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL ……………………………………………….... i. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………….. ii. HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………...... iii. HALAMAN PERSEMBAHASAN DAN MOTTO …………………. iv. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………... v. ABSTRAK ………………………………………………………….... vi. ABSTRACT ............................................................................................ vii. HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAAN PUBLIKASI ……. viii. KATA PENGANTAR ……………………………………………….. ix. DAFTAR ISI ………………………………………………………..... xi. DAFTAR TABEL ……………………………………………………. xv. DAFTAR GAMBAR ……………………………………………….... xvii. DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………. xix. BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………. 1. A. Latar Belakang Masalah ……………………………………… 1 B. Identifikasi Masalah ………………………………………….. 5. C. Pembatasan Masalah ………………………………………..... 6. D. Rumusan Masalah …………………………………………..... 6. E. Tujuan Penelitian ……………………………………………... 7. F. Penjelasan Istilah ……………………………………………... 7. G. Manfaat Hasil Penelitian …………………………………….... 9. BAB II LANDASAN TEORI ………………………………………... 11. A. Pengertian Belajar …………………………………………...... 11. B. Berpikir Reflektif (Reflective Thinking)……………………….. 12. 1. Pengertian Berpikir ………………………………………... 12. 2. Pengertian Berpikir Reflektif……………………………..... 13. 3. Tahap-tahap Berpikir Reflektif ……………………...…….. 17. xi.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4. Taraf Berpikir Reflektif…………………………………...... 20. 5. Peran Guru dalam Pembelajaran Reflektif ………...………. 22. C. Teori Belajar …………….……………………………………. 23. 1. Teori Belajar Piaget ………………………………………... 23. 2. Teori Belajar Vygotsky …………………………………..... 26. D. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) …………………….... 28. 1. Pengertian Pembelajaran …………………………………... 28. 2. Pengertian dan Karakteriktik Pembelajaran Berbasis Masalah …………………………………………………..... 29. 3. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah ……....... 31. 4. Peran Guru dalam Pembelajaran Berbasis Masalah ……….. 32. E. Pemecahan Masalah ………………………………………....... 35. F. Aritmetika Sosial ……………………………………………... 36 G. Penelitian yang Relevan ……………………………………… 41 H. Kerangka Berpikir …………………………………………… . 42 BAB III METODE PENELITIAN ………………………………….. . 44 A. Jenis Penelitian ……………………………………………...... 44 B. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………........ 45. C. Subyek Penelitian …………………………………………...... 45 D. Obyek Penelitian …………………………………………….... 45. E. Data Penelitian ………………………………………………... 46. F. Instrumen Pembelajaran ……………………………………… 46 G. Instrumen Penelitian ………………………………………….. 47 H. Metode Pengumpulan Data ………………………………….... 56. I. Validitas Instrumen Penelitian ...…………………………….... 57. J. Metode Analisis Data ………………………………………… 59 K. Keabsahan Data ………………………………………………. 65 BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ……………………………………………………... 66. A. Pelaksanaan Penelitian ……………………………………...... 66. xii.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. B. Analisis Data …………………………………………………. 71. 1. Analisis data pembelajaran berbasis masalah …………...... 72. a) Keterlaksanaan. program. pembelajaran. berbasis. masalah ……………………………………………….... 72. b) Transkrip rekaman video ………………………………. 73. c) Penentuan topik-topik data …………………………….. 74. d) Penentuan kategori-kategori data …………………….... 78. e) Analisis Aktifitas Berpikir Reflektif Siswa dalam Kelompok …………………………………………….... 80. 2. Analisis data cara berpikir reflektif siswa ……………….... 83. a) Deskripsis data …………………………………………. 83. b) Penentuan topik-topik data …………………………...... 86. c) Kategorisasi data ..…………………………………….... 92. d) Sistesisasi data …………………………………………. 94. e) Analisis Data Skor Kuesioner …......…………………... 98. C. Pembahasan …………………………………………………... 101. 1. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ……...... 101. a. Pertemuan pertama …………………………………...... 101. b. Pertemuan kedua ...…………………………………...... 111. c. Pertemuan ketiga ...…………………………………...... 116. d. Pertemuan keempat ...………………………………...... 122. e. Pertemuan kelima ..…………………………………...... 126. 2. Cara Berpikir Reflektif Siswa …………………………….. 130. a. Cara berpikir reflektif siswa soal nomor 1 …………...... 131. b. Cara berpikir reflektif siswa soal nomor 2 …………...... 141. c. Cara berpikir reflektif siswa soal nomor 3 …………...... 149. d. Cara berpikir reflektif siswa soal nomor 4 …………...... 157. e. Cara berpikir reflektif siswa soal nomor 5 …………...... 164. f. Cara berpikir reflektif siswa soal nomor 6 …………...... 172. g. Cara berpikir reflektif siswa soal nomor 7 …………...... 181. D. Keterbatasan penelitian ………………………………………. 190. xiii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB V PENUTUP …………………………………………………... 191. A. Kesimpulan …………………………………………………... 191. B. Saran …………………………………………………………. 195. DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………... 196. LAMPIRAN ………………………………………………………….. 199. xiv.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR TABEL. Tabel 2.1. Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Piaget …………………... 24. Tabel 2.2. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah …………….. 31. Tabel 3.1. Kisi-kisi Tes Tertulis ………………………………………….... 48. Tabel 3.2. Kisi-kisi Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran Berbasis. .......... Masalah ……………………………………………………….... Tabel 3.3 Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Berpikir Reflektif Siswa. 49 51. Tabel 3.4. Kisi-kisi Pertanyaan Wawancara ………………………………. 52. Tabel 3.5. Kisi-kisi Lembar Kuesioner ……………………………………. 54. Tabel 3.6. Interpretasi Besarnya Koefisien Korelasi (rxy) …………………. 59. Tabel 4.1. Data Keterlaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah ……….... 73. Tabel 4.2. Topik Data Pembelajaran Pertemuan Pertama …………………. 74. Tabel 4.3. Topik Data Pembelajaran Pertemuan Kedua …………………... 75. Tabel 4.4. Topik Data Pembelajaran Pertemuan Ketiga …………………... 77. Tabel 4.5. Kategorisasi Data Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan I ……. 79. Tabel 4.6. Kategorisasi Data Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan II …... 79. Tabel 4.7. Kategorisasi Data Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan III ….. 79. Tabel 4.8. Persentase Banyak Siswa yang Melakukan Aktivitas Berpikir. .......... Reflektif dalam Kelompok …………………………………….. 81. Tabel 4.9. Hasil Tes dari 21 Subyek Penelitian ………………………….... 83. Tabel 4.10 Contoh Deskripsi Jawaban Siswa Soal Nomor Empat ……….... 84. Tabel 4.11 Topik Data Jawaban Siswa Soal Nomor Empat ……………….. 86. Tabel 4.12 Sistesis Data Proses Berpikir Reflektif Siswa Soal Nomor 4 ….. 95. Tabel 4.13 Persentase Siswa pada Setiap Taraf Berpikir Soal Nomor 1 …... 97. Tabel 4.14 Persentase Siswa pada Setiap Taraf Berpikir Soal Nomor 2 …... 97. Tabel 4.15 Persentase Siswa pada Setiap Taraf Berpikir Soal Nomor 3 …... 97. Tabel 4.16 Persentase Siswa pada Setiap Taraf Berpikir Soal Nomor 4 …... 97. Tabel 4.17 Persentase Siswa pada Setiap Taraf Berpikir Soal Nomor 5 …... 97. Tabel 4.18 Persentase Siswa pada Setiap Taraf Berpikir Soal Nomor 6 …... 98. xv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Tabel 4.19 Persentase Siswa pada Setiap Taraf Berpikir Soal Nomor 7 …... 98. Tabel 4.20 Skor Berpikir Reflektif Siswa Kelompok Atas ………………... 98. Tabel 4.21 Skor Berpikir Reflektif Siswa Kelompok Sedang ……………... 99. Tabel 4.22 Skor Berpikir Reflektif Siswa Kelompok Bawah …………….... 100. xvi.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR GAMBAR. Gambar 4.1 Salah satu siswa memimpin doa ……………………………. 123. Gambar 4.2 Tampilan games aritmatika sosial ………………………….. 124. Gambar 4.3 Kegiatan siswa saat berdiskusi dalam kelompok …………... 125. Gambar 4.4 Kegiatan siswa membahas soal bersama-sama …………….. 126. Gambar 4.5 Jawaban kuis II nomor 3 …………………………………..... 128. Gambar 4.6 Jawaban S7 Soal Nomor 1 ………………………………….. 133. Gambar 4.7 Jawaban S13 Soal Nomor 1 ……………………………….... 135. Gambar 4.8 Jawaban S13 Soal Nomor 1 ……………………………….... 137. Gambar 4.9 Jawaban S3 Soal Nomor 1 ………………………………….. 139. Gambar 4.10 Jawaban S18 Soal Nomor 2 ……………………………….. 143. Gambar 4.11 Jawaban S13 Soal Nomor 2 ……………………………….. 145. Gambar 4.12 Jawaban S9 Soal Nomor 2 ……………………………….... 148. Gambar 4.13 Jawaban S18 Soal Nomor 3 ……………………………….. 150. Gambar 4.14 Jawaban S13 Soal Nomor 3 ……………………………….. 153. Gambar 4.15 Jawaban S3 Soal Nomor 3 ……………………………….... 155. Gambar 4.16 Jawaban S26 Soal Nomor 4 ……………………………….. 158. Gambar 4.17 Jawaban S16 Soal Nomor 4 ……………………………….. 160. Gambar 4.18 Jawaban S3 Soal Nomor 4 ……………………………….... 162. Gambar 4.19 Jawaban S7 Soal Nomor 5 ……………………………….... 165. xvii.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Gambar 4.20 Jawaban S6 Soal Nomor 5 ……………………………….... 166. Gambar 4.21 Jawaban S1 Soal Nomor 5 ……………………………….... 168. Gambar 4.22 Jawaban S23 Soal Nomor 5 ……………………………….. 170. Gambar 4.23 Jawaban S6 Soal Nomor 6 ……………………………….... 173. Gambar 4.24 Jawaban S15 Soal Nomor 6 ……………………………….. 175. Gambar 4.25 Jawaban S1 Soal Nomor 6 ……………………………….... 177. Gambar 4.26 Jawaban S3 Soal Nomor 6 ……………………………….... 179. Gambar 4.27 Jawaban S7 Soal Nomor 7 ……………………………….... 182. Gambar 4.28 Jawaban S13 Soal Nomor 7 ……………………………….. 185. Gambar 4.29 Jawaban S9 Soal Nomor 7 ……………………………….... 187. xviii.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN. LAMPIRAN A A.1 Surat Selesai Penelitian …………………………………………….. 199. A.2 Validitas Soal Tes Uji Coba oleh Pakar ……………………………. 200. A.3 Validitas Soal Tes Uji Coba ………………………………………... 202. A.4 Reliabilitas Soal Tes Uji Coba ……………………………………... 209. A.5 Tingkat Kesukaran Soal Tes Hasil Belajar …………………………. 210. A.6 Validitas oleh Pakar Lembar Keterlaksanaan RPP ……………….... 211. A.7 Validitas oleh Pakar Kuesioner Berpikir Reflektif Siswa ………….. 217. A.8 Validitas oleh Pakar Pedoman Wawancara ……………………….... 222. A.9 Validitas oleh Pakar Lembar Observasi Aktifitas Berpikir Reflektif Siswa dalam Kelompok …………………………………... 225. LAMPIRAN B B.1 RPP …………………………………………………………………. 226. B.2 Lembar Keterlaksanaan RPP ……………………………………….. 253. B.3 Contoh LKS ………………………………………………………... 273. B.4 Soal Kuis I dan II …………………………………………………... 286. B.5 Nilai Kuis I dan Kuis II …………………………………………….. 287. B.6 Contoh Lembar Jawab Kuis ………………………………………... 288. B.7 Soal Tes …………………………………………………………...... 293. xix.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. B.8 Kunci Jawaban ……………………………………………………... 295. B.9 Contoh Lembar Jawab Tes …………………………………………. 302. B.10 Contoh Kuesioner …………………………………………………... 307. B.11 Lembar Observasi Cara Berpikir Reflektif Siswa dalam Kelompok. 311. LAMPIRAN C C.1 Transkrip Video Pembelajaran ……………………………………... 346. C.2 Transkrip Wawancara ………………………………………………. 362. C.3 Deskripsi Jawaban Tes ……………………………………………... 432. C.4 Topik Jawaban …………………………………………………….... 474. C.5 Kategori Jawaban …………………………………………………... 597. C.6 Sintesis Jawaban ……………………………………………………. 604. xx.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pandangan seseorang tentang belajar akan mempengaruhi tindakantindakan yang berhubungan dengan belajar, dan setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda tentang belajar. Belajar bukan hanya sebatas menghafal dan bukan pula mengingat. Menurut Slameto (2013: 2,4) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya. Berdasarkan. pengalaman. peneliti. sebagai. seorang. pebelajar. (mahasiswa calon guru) dan juga pendidik saat menjalani Program Pengalaman Lapangan (PPL), terdapat suatu hal yang penting dalam belajar yaitu mengetahui apa yang ingin dicapai melalui belajar tersebut. Apa yang ingin dicapai adalah tujuan dari belajar yang harus disadari oleh si pebelajar. Kegagalan dari proses pembelajaran salah satunya karena tidak mengetahui apa yang ingin dicapai dari belajar tersebut. Si pebelajar tidak memiliki arahan yang jelas dalam menempuh proses pembelajaran. Selain penetapan tujuan dalam pembelajaran, kemampuan berpikir juga sangat penting dimiliki. 1.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. oleh siapa pun yang ingin belajar. Hal ini sejalan dengan apa yang telah dikemukakan oleh Hutchins yang ditulis dalam Hullfish & Smith (1974). Berdasarkan hal tersebut, sekolah-sekolah hendaknya merupakan pusat pembinaan berpikir secara kontinu sehingga siswa dapat belajar berpikir dengan baik dalam menilai dan menyimpulkan masalah-masalah yang dihadapi. Proses berpikir merupakan suatu kegiatan mental untuk membangun dan. memperoleh. pengetahuan.. Dalam. suatu. proses. pembelajaran,. kemampuan berpikir siswa dapat dikembangkan dengan memperkaya pengalaman yang bermakna melalui persoalan pemecahan masalah. Pengembangan kemampuan berpikir matematik tingkat tinggi saat ini sedang banyak dibicarakan dalam pembelajaran matematika. Salah satu kemampuan berpikir yang termasuk dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan berpikir reflektif. Berpikir reflektif adalah aktivitas mental yang sadar bahwa seseorang memeriksa tindakannya, keputusannya, dan batinnya dalam situasi yang ada di seluruh proses penyelesaian masalah. Harapannya, dengan kemampuan berpikir reflektif siswa akan mampu mengontrol aktivitas berpikir yang terjadi pada dirinya sendiri dan proses penyelesaian masalah yang dilakukan siswa dapat lebih jelas dan terarah. Hal ini dapat terjadi karena pada saat siswa mampu mengontrol aktivitas kognitifnya maka siswa akan mencari strategi-strategi yang tepat untuk menyelesaikan sebuah masalah, sehingga belajar akan lebih efektif dan.

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. efisien. Kemampuan berpikir reflektif ini dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika di sekolah. Ada empat hal mengenai perlunya dibiasakan mengembangkan kemampuan berpikir reflektif, yakni: (1) tuntutan zaman yang menghendaki warga negara dapat mencari, memilih, dan menggunakan informasi untuk kehidupan bermasyarakat dan bernegara, (2) setiap warga negara senantiasa berhadapan dengan berbagai masalah dan pilihan sehingga dituntut mampu berpikir reflektif, (3) kemampuan memandang sesuatu dengan cara yang berbeda dalam memecahkan masalah, dan (4) berpikir reflektif merupakan aspek dalam memecahkan permasalahan secara kreatif agar siswa dapat bersaing secara adil dan mampu bekerja sama dengan bangsa lain (Wahab, 1996 & Maulana, 2007 dalam Muin & Lia, 2013). Suharna, dkk (2013) melakukan penelitian dengan cara mengkaji jurnal dan buku-buku tentang berpikir reflektif. Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa kesulitan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika disebabkan karena kurangnya pembelajaran yang melibatkan berpikir reflektif. Berdasarkan kenyataan di atas, dapat dikatakan bahwa kemampuan berpikir reflektif siswa sangat penting untuk dimiliki dan dikembangkan, akan tetapi di sisi lain ternyata kemampuan berpikir reflektif siswa masih kurang bahkan belum terlihat dengan jelas dalam pembelajaran matematika. Fenomena-fenomena yang menunjukkan bahwa siswa kelas VII-Appreciation SMP Joannes Bosco Yogyakarata, kurang/belum memunculkan kemampuan.

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4. berpikir reflektif yaitu: Pertama, beberapa siswa tidak bertanya ketika mengalami kesulitan dalam belajar. Kedua, beberapa siswa kurang dalam memberikan ide-ide atau gagasan-gagasan dalam penyelesaian masalah matematis. Ketiga, beberapa siswa kurang mampu menangkap apa yang diketahui dan ditanyakan dalam soal yang ada. Berdasarkan pendapat ahli, penelitian yang relevan dan pengamatan peneliti saat di lapangan, diperlukan adanya suatu model pembelajaran untuk memfasilitasi kemampuan berpikir reflektif siswa. Model pembelajaran yang diperlukan yaitu model pembelajaran yang lebih banyak melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Siswa perlu dibiasakan untuk mampu mengkonstruksi. sendiri. pengetahuannya. dan. mampu. menggunakan. pengetahuannya tersebut ke dalam situasi lain yang lebih kompleks sehingga pengetahuan tersebut akan menjadi milik siswa dan melekat selamanya. Salah satu model pembelajaran matematika yang didasari oleh pandangan konstruktivisme adalah pembelajaran berbasis masalah (PBM) atau sering pula disebut problem based learning (PBL). Dalam prosesnya, pembelajaran ini menyuguhkan suatu lingkungan pembelajaran dengan masalah sebagai basisnya. Masalah dimunculkan sedemikian rupa sehingga siswa perlu menginterpretasikan suatu masalah, mengumpulkan informasi yang dibutuhkan, menilai alternatif solusi, memilih dan mempresentasikan solusi yang telah dipilihnya. Secara keseluruhan siswa membangun pengetahuannya, dengan dibantu oleh keberadaan pengajar yang berperan besar sebagai fasilitator pembelajaran..

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5. Pembelajaran. berbasis. masalah. yang. berdasarkan. pandangan. konstruktivisme ini dapat memicu tumbuh kembangnya kemampuan berpikir reflektif. pada. siswa,. karena. proses. pembelajaran. diawali. dengan. permasalahan yang mendukung proses berpikir reflektif dan siswa membangun pengetahuannya sendiri melalui pengalaman belajarnya. Hal ini didukung oleh penelitian terdahulu oleh Dea Kania (2012) yang menunjukkan peningkatan kemampuan berpikir reflektif pada kelompok eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dari pada kelompok kontrol dengan menggunakan model konvensional (pembelajaran ekspositori). Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, peneliti melakukan penelitian dengan judul, “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Menggali Kemampuan Berpikir Reflektif Siswa dalam Pemecahan Masalah Matematika pada Pokok Bahasan Aritmetika Sosial di Kelas VII Appreciation SMP Joannes Bosco Yogyakarta pada Tahun Ajaran 2014/2015”.. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini diidentifikasikan sebagai berikut. 1. Beberapa siswa tidak bertanya ketika mengalami kesulitan dalam belajar. 2. Beberapa siswa kurang dalam memberikan ide-ide atau gagasan-gagasan dalam penyelesaian masalah matematis..

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6. 3. Beberapa siswa kurang mampu menangkap apa yang harus diselesaikan dengan apa yang diisyaratkan oleh soal yang ada.. C. Pembatasan Masalah Beberapa masalah telah teridentifikasi, tetapi karena keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya, maka penelitian ini dibatasi pada pengamatan mengenai “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Menggali Kemampuan Berpikir Reflektif Siswa pada Pemecahan Masalah Matematika pada Pokok Bahasan Aritmetika Sosial di Kelas VII-Appreciation SMP Joannes Bosco Yogyakarta”.. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, masalah yang hendak diteliti adalah: 1.. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran berbasis masalah untuk mengeksplorasi hasil berpikir reflektif siswa dalam pemecahan masalah matematika pada pokok bahasan aritmetika sosial di kelas VII-Appreciation SMP Joannes Bosco Yogyakarta?. 2.. Bagaimana hasil berpikir reflektif yang dilakukan siswa yang berkemampuan akademik tinggi, sedang atau rendah pada pemecahan masalah matematika melalui pembelajaran berbasis masalah pada pokok.

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7. bahasan aritmetika sosial di kelas VII-Appreciation SMP Joannes Bosco Yogyakarta?. E. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang akan diteliti maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1.. Untuk. mengetahui. menggunakan. model. keterlaksanaan pembelajaran. pembelajaran berbasis. matematika. masalah. untuk. mengeksplorasi hasil berpikir reflektif siswa dalam pemecahan masalah matematika pada pokok bahasan aritmetika sosial di kelas VIIAppreciation SMP Joannes Bosco Yogyakarta. 2.. Untuk mengeksplorasi hasil berpikir reflektif siswa berkemampuan akademik tinggi, sedang atau rendah pada saat mengerjakan soal tes materi aritmetika sosial di kelas VII-Appreciation SMP Joannes Bosco Yogyakarta.. F. Penjelasan Istilah 1.. Belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan baik dalam sikap, keterampilan, dan pengetahuannya akibat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya..

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8. 2.. Proses Berpikir Berpikir adalah suatu proses mental dalam mengolah informasi yang dimiliki untuk menciptakan pengetahuan baru, yang melibatkan kerjakerja mental seperti mempertimbangkan, mengabstraksi, menalar, membayangkan dan memecahkan masalah. Oleh karena itu, untuk mengetahui proses berpikir seseorang hanya dapat diamati melalui proses cara mengerjakan tes dan hasil yang ditulis secara berturut selain itu ditambah dengan wawancara mendalam mengenai cara kerjanya.. 3.. Berpikir Reflektif Berpikir reflektif adalah aktivitas mental yang sadar bahwa seseorang memeriksa tindakannya, keputusannya, dan batinnya dalam situasi yang ada di seluruh proses penyelesaian masalah.. 4.. Pembelajaran berbasis masalah Pembelajaran berbasis masalah adalah sebuah teknik atau cara yang disusun secara teratur dan logis dimana pembelajaran menggunakan permasalahan dalam dunia nyata sebagai langkah awal dalam mengumpulkan. dan. mengintegrasikan. pengetahuan. baru,. serta. mengarahkan pada memecahkan masalah, komunikasi, kerja kelompok dan keterampilan interpersonal. 5.. Pemecahan masalah Pemecahan masalah adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan prosedur rutin, akan tetapi harus dipecahkan untuk mencapai tujuan.

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9. dengan menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman yang dimiliki.. G. Manfaat Penelitian 1. Bagi calon pendidik Menambah pengetahuan dan mempelajari lebih dalam tentang berpikir reflektif siswa pada pemecahan masalah matematika. Peneliti dapat mempertimbangkan hasil penelitian ini sebagai acuan dalam langkah-langkah pengajaran yang dapat mengembangkan proses berpikir siswa sehingga siswa dapat lebih mudah mempelajari matematika. 2. Bagi guru Penelitian ini diharapkan memberikan masukan dan contoh dalam meningkatkan kemampuan mengajar dan menggali kemampuan berpikir siswa secara lebih mendalam, sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika. Terutama, untuk membantu mengelola proses pembelajaran dengan mengoptimalkan proses berpikir baik secara individual maupun secara bersama-sama. 3. Bagi siswa Proses berpikir reflektif siswa dapat diasah dan juga dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam pemecahan masalah matematika terutama pada pokok bahasan aritmetika sosial. Selain itu, penelitian ini juga berguna bagi siswa untuk:.

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10. a. Dapat memetakan permasalahan yang dihadapi ke dalam struktur pemecahan masalah secara lebih sederhana. b. Berguna dalam membuat keputusan mengenai rencana penyelesaian dan perbaikan atas masalah yang dihadapi secara kreatif dan kritis..

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengertian Belajar Menurut Slameto (2013: 2,4) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya. Burton mengatakan dalam bukunya “The Guidance of Learning Activities”, bahwa belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka mampu berinteraksi dengan lingkungannya (Aunurrahman, 2012: 35). Menurut Gagne (1984), belajar dapat didefinikan sebagai suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian belajar menurut para ahli, dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan baik dalam sikap, keterampilan, dan pengetahuannya akibat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya.. 11.

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12. B. Berpikir Reflektif (Reflective Thinking) 1. Pengertian Berpikir Berpikir adalah proses pembentukan representasi mental baru melalui transformasi informasi yang melibatkan kerja-kerja mental seperti mempertimbangkan, mengabstraksi, menalar, membayangkan, dan memecahkan masalah (Solso, 1991: 405). Berpikir melibatkan transformasi secara aktif pengetahuan yang telah dimiliki untuk menciptakan pengetahuan baru yang dapat digunakan untuk mencapai suatu sasaran (Glas & Holyoak, 1986). Menurut Mayer (dalam Solso, 2001), ada tiga gagasan dalam berpikir yaitu: a). berpikir bersifat kognitif, yakni terjadi didalam otak tetapi nampak dalam perilaku.. b) berpikir merupakan suatu proses yang melibatkan pengelolaan pengetahuan dalam sistem kognitif. c). berpikir. diarahkan. oleh. otak. dan. menghasilkan. perilaku. memecahkan masalah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa berpikir adalah sebuah proses mental yang terjadi di otak oleh seseorang dalam mengolah informasi untuk dapat menyelesaikan masalah. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI mengatakan bahwa Henningsen dan Stein (1997) membagi aktivitas berpikir matematik tingkat. tinggi. menjadi. beberapa. hal. yang. meliputi:. mencari,. mengeksplorasi pola, memahami struktur dan hubungan-hubungan.

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13. matematik, menggunakan data, merumuskan dan memecahkan masalah, bernalar analogis, mengestimasi/memprediksi, menyusun alasan yang rasional, menggeneralisasi, mengkomunikasikan ide-ide matematik, serta bagaimana memeriksa kebenaran suatu jawaban. Cara untuk mengetahui bagaimana proses berpikir siswa, Herbert (Herawati dalam Tatag, 2002: 46) menyatakan bahwa proses berpikir dalam belajar matematika adalah kegiatan mental yang ada dalam pikiran siswa. Oleh karena itu untuk mengetahuinya hanya dapat diamati melalui proses cara mengerjakan tes dan hasil yang ditulis secara terurut selain itu ditambah dengan wawancara mendalam mengenai cara kerjanya. Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli di atas, berpikir adalah suatu proses mental dalam mengolah informasi yang dimiliki untuk menciptakan pengetahuan baru, yang melibatkan kerja-kerja mental. seperti. mempertimbangkan,. mengabstraksi,. menalar,. membayangkan dan memecahkan masalah untuk mencapai suatu sasaran.. 2. Pengertian Berpikir Reflektif Refleksi telah dibahas dalam sejumlah disiplin ilmu. Refleksi berarti mengingat kembali tindakan yang telah direkam melalui pengamatan (Uno, dkk, 2011: 69). Refleksi merupakan kegiatan mengingat, merenungkan, mencermati, dan menganalisis kembali suatu tindakan yang telah dilakukan dalam observasi (Asrori, 2009: 54). Refleksi sangatlah penting dalam kegiatan pembelajaran. Dengan.

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14. melakukan. refleksi,. siswa. dapat. mengembangkan. keterampilan-. keterampilan berpikir tingkat tinggi, yang salah satunya adalah berpikir reflektif melalui pengalaman memecahkan masalah. Dewey pertama membedakan berpikir reflektif menjadi jenis lain dari berpikir, pada tahun 1910, mendefinisikan berpikir reflektif sebagai "pertimbangan aktif, terus-menerus, dan hati-hati terhadap keyakinan atau mempertimbangkan alasan yang mendukung pengetahuan yang diharapkan dan selanjutnya menyimpulkan kecendurangannya". Dewey (1933) menjelaskan bahwa proses berpikir reflektif dimulai dengan kebingungan seseorang, yang mendorong mereka untuk mencari solusi untuk menyelesaikan masalah. Dewey (1933) lebih lanjut menyatakan bahwa untuk menjadi seorang yang berpikir reflektif, seseorang harus berpikiran terbuka, sepenuh hati, dan bertanggung jawab dalam tindakannya. Sependapat dengan Dewey, Schon (1983) sepakat bahwa berpikir reflektif adalah faktor yang signifikan dalam memecahkan permasalahan. Saat berinteraksi dengan situasi yang bermasalah, orang dapat meneliti kemungkinan arah tindakan dan menurunkan teori-teori baru untuk situasi tertentu berdasarkan pengalaman sebelumnya dan teori-teori yang sudah ada. Oleh karena itu, refleksi dianggap sebagai percakapan interaktif antara pemecah masalah dan situasi bermasalah. Schon (1983) menjelaskan bahwa asal-usul pemikiran reflektif seseorang berasal dari unsur kejutan, seperti kejadian tidak menyenangkan atau kejadian.

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15. menyenangkan, hasil yang tidak diharapkan, atau tindakan yang tidak biasa. Ketidakseimbangan yang terjadi mengakibatkan beberapa orang terlibat dalam situasi tersebut dan berlatih berefleksi untuk mengatasi setiap masalah yang muncul, sementara yang lain memilih untuk mengesampingkan masalah tersebut. Beberapa ahli lain, Boud dkk (1985) menggambarkan refleksi terjadi ketika orang-orang mendapatkan kembali pengalamannya, menyatu. dalam. emosi. yang. terkait. dengan. pengalaman,. mempertimbangkan hal itu, dan mengevaluasinya. Sebuah komponen penting yang mendorong individu dalam proses reflektif adalah niat. Meskipun orang lain dapat melakukan intervensi dengan strategi untuk memfasilitasi refleksi dari seseorang, tetapi seberapa besar seseorang berefleksi adalah keputusan mereka sendiri (Boud et al. 1985). Manfaat berpikir reflektif adalah sebagai cara untuk memperbaiki kesalahan dalam tindakan dan keputusan seseorang untuk menyelesaikan tugas, berpikir reflektif juga memberikan jalan bagi orang untuk memeriksa asumsi yang digunakan untuk membuat makna dari suatu hal (Mezirow, 1991). Mezirow menyoroti pentingnya berpikir reflektif karena merupakan sarana mengarahkan kesadaran individu terhadap bagaimana keyakinan diterima atau ditolak, dan nilai-nilai pribadi bercampur dengan kebudayaan mempengaruhi interpretasi mereka tentang suatu hal. Isu-isu seperti keadilan sosial, kesetaraan, dan emansipasi dianggap berhubungan dengan keputusan yang dibuat.

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16. terhadap tindakan. Ketika berpikir reflektif, seseorang mungkin menantang keyakinan dominan dan nilai-nilai kemasyarakatan.. Sudut pandang lain, Confucius (500 SM), seorang filsuf dari Cina kuno, menganggap refleksi sebagai pemeriksaan batin. Pandangannya refleksi sangat menekankan kritik diri sendiri dengan tujuan untuk terus meningkatkan. kesejahteraan. dan. etika. seseorang.. Confucius. menyebarkan pentingnya mengubah hidup seseorang menjadi kehidupan yang bermakna dengan terlibat dalam silent reflection setiap hari. Silent reflection adalah renungan introspektif yang memungkinkan manusia untuk menilai apakah mereka memperlakukan orang lain secara adil, sopan, dan secara moral. Hal ini memungkinkan seseorang untuk memeriksa, memahami, mengkonfirmasi, dan memverifikasi kualitas kehidupan seseorang dalam suatu masyarakat (Wang, 2012). Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat didefinisikan berpikir reflektif dalam konteks pemecahan masalah yaitu sebagai aktivitas mental yang sadar bahwa seseorang memeriksa tindakannya, keputusannya, dan batinnya dalam situasi yang ada di seluruh proses penyelesaian masalah. Saat terjadi renungan introspektif pada berbagai isu, seseorang aktif memperoleh pemikiran baru dan membuat perubahan untuk meningkatkan situasi yang tidak memuaskan. Semua upaya seseorang yang disengaja untuk mengubah pemikiran, tindakan, dan cara-cara untuk menafsirkan segala hal, baik di tingkat individu dan masyarakat, dianggap tindakan berpikir reflektif..

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17. 3. Tahap-tahap Berpikir Reflektif Hullfish & Smith (1974) menyebutkan fase - fase aktivitas reflektif adalah sebagai berikut: a. Terpapar suatu situasi problema b. Klasifikasi problem c. Hipotesa-hipotesa dibentuk, diuji dan dimodifikasi. Hipotesa-hipotesa mengarah kepada membuat prediksi-prediksi (ramalan-ramalan) dalam bentuk “Jika …, maka ….” Hipotesa-hipotesa ini di-cek, bila tidak sesuai berarti prediksi kita tidak tepat. d. Pengambilan tindakan berdasarkan hipotesa yang dianggap baik. Ada orang yang telah belajar dari pengalamannya untuk mengembangkan semacam suatu sistem untuk menghadapi problemaproblemanya. Bila kebiasaan itu berlangsung normal dan mantap, namun sewaktu-waktu tidak menghasilkan sesuatu penyelesaian, mereka mengkonsentrasikan pada suatu fase tunggal dalam proses pemecahan masalah, yaitu, mengadakan “klarifikasi” problema tersebut, dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut (Hullfish & Smith: 1974). 1) Apakah problema yang sebenarnya? Dapatkah dipecahkan dalam sub-sub problema? 2) Apakah problema ini sama dengan problema-problema lain dimasa lalu? 3) Adakah persamaan fundamental problema ini dengan problema yang lain itu?.

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18. 4) Adakah perbedaannya yang fundamental? 5) Apakah hubungan perbedaan ini- dengan informasi baru, atau metode pemecahan yang baru? 6) Dapatkah dirumuskan kembali problema itu? Dewey (1933) memiliki pemikiran bahwa suatu ide itu benar apabila berakibat memberi kepuasan jika diuji secara objektif dan ilmiah. Seseorang diharapkan menerapkan logika sains pada pengalaman yang problematis untuk memecahkan masalah-masalah sosial dan perorangan yang paling penting. Dewey (1933) menyebutkan langkah-langkah berpikir reflektif dalam memecahkan masalah yaitu: 1) Adanya kesulitan yang dirasakan atau kesadaran akan adanya masalah Kesulitan mungkin dirasakan dengan adanya kepastian yang memadai, sehingga hal ini menyebabkan akal budi memikirkan pemecahannya yang mungkin atau menimbulkan kegelisahan atau kejutan yang tidak jelas baru kemudian mencetuskan upaya yang pasti untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Pada langkah ini, siswa merasakan adanya permasalahan setelah mengalami langsung pengalaman dalam situasi belajar. 2) Menentukan letak dan batas permasalahan Langkah ini menuntun siswa untuk berpikir kritis yang terkendali dan pemikiran yang tidak terkendali. Berdasarkan pengalaman pada langkah pertama tersebut siswa mempunyai.

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19. masalah khusus yang merangsang pikirannya, dalam langkah ini siswa mencermati permasalahan dan timbul upaya mempertajam masalah sampai pada menentukan faktor-faktor yang diduga menyebabkan timbulnya masalah. 3) Saran pemecahan yang mungkin Siswa mempunyai atau mencari informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut, dalam langkah ini siswa memikirkan dan merumuskan penyelesaian. masalah dengan. mengumpulkan data-data pendukung. Saat bertindak siswa dipimpin oleh pengalamannya sendiri. 4) Pengembangan melalui penalaran dari langkah ketiga Pada. langkah. ini. siswa. mengembangkan. berbagai. kemungkinan dan solusi untuk memecahkan masalah. Siswa berusaha. untuk. mengadakan. penyelesaian. masalah. dengan. memunculkan hipotesis penyelesaian masalah. Pada langkah ini siswa memutuskan saran penyelesaian masalah yang terbaik untuk digunakan sebagai pemecahan masalah. 5) Melakukan pengamatan dan percobaan lebih lanjut sampai pada penarikan kesimpulan Pada langkah ini, siswa mencoba mempraktikkan salah satu kemungkinan pemecahan yang dipandang terbaik. Hasilnya akan membuktikan betul tidaknya pemecahan masalah itu atau diterima tidaknya hipotesis penyelesaian masalah sebelumnya. Bilamana pemecahan masalah itu salah atau kurang tepat, maka akan.

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20. dicobanya kemungkinan yang lain sampai ditemukan pemecahan masalah yang tepat untuk sampai pada kesimpulan.. 4.. Taraf Berpikir Reflektif Menurut John Lannin dkk (2014), ada tiga kemungkinan sikap siswa dalam. menghadapi. permasalahan. antara. lain:. (a). menyadari. permasalahan namun ia tidak mencoba menyelesaikan permasalahan dan langsung keluar dari permasalahan; (b) menyadari permasalahan kemudian ia mencoba untuk menemukan penyelesaian, namun ia keluar dari siklus tanpa mendapatkan penyelesaian dari permasalahan atau (c) menyadari permasalahan kemudian ia mencoba untuk menemukan penyelesaian secara terus-menerus hingga menemukan hasil yang benar. Terdapat tiga taraf berpikir reflektif dalam penelitian ini yang diadaptasi berdasarkan langkah-langkah berpikir reflektif (Dewey, 1933) yaitu: 1) Siswa berpikir reflektif hingga keluar dari masalah dengan menemukan jawaban yang benar Siswa yang dikatakan berpikir reflektif dan keluar dari masalah dengan menemukan jawaban yang tepat adalah siswa yang melalui tahap-tahap berpikir reflektif sebagai berikut: a) Siswa dihadapkan dalam suatu permasalahan dan berusaha memahami permasalahan dengan membaca soal secara berulangulang..

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21. b) Siswa menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal. c) Siswa mengingat-ingat konsep yang berkaitan dengan masalah dan kemudian menentukan saran pemecahan masalah yang mungkin. d) Siswa memutuskan pemecahan masalah yang dianggap terbaik untuk digunakan dalam penyelesaian masalah. e) Siswa. melakukan. melakukan. langkah-langkah. pengecekan. pada. hasil. penyelesaian. masalah,. jawaban. menarik. dan. kesimpulan dengan benar. 2) Siswa berpikir reflektif tetapi keluar dari masalah tanpa menemukan jawaban yang tepat a) Siswa dihadapkan dalam suatu permasalahan dan berusaha memahami permasalahan dengan membaca soal secara berulangulang. b) Siswa menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal. c) Siswa mengingat-ingat konsep yang berkaitan dengan masalah dan kemudian menentukan saran pemecahan masalah yang mungkin. d) Siswa memutuskan pemecahan masalah yang dianggap terbaik untuk digunakan dalam penyelesaian masalah. e) Siswa. melakukan. melakukan. langkah-langkah. pengecekan. kesimpulan dengan salah.. pada. hasil. penyelesaian. masalah,. jawaban. menarik. dan.

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22. 3) Siswa tidak berpikir reflektif Siswa dikatakan tidak berpikir reflektif apabila pada tahap-tahap berpikir reflektif terdapat keadaan dimana siswa tidak berusaha memahami soal dengan cara membaca soal berulang-ulang, dan/atau siswa tidak mengingat-ingat konsep yang berkaitan dengan masalah dan/atau siswa tidak menentukan pemecahan masalah yang akan digunakan dan/atau siswa tidak melakukan pengecekan jawaban.. 5.. Peran Guru dalam Pembelajaran Reflektif (Reflective Teaching) Mengajar adalah sebuah kegiatan yang sifatnya kompleks, tak menentu, dan istimewa yang membutuhkan pandangan dan karya seni di dalamnya (Schon, 1983). Menurut Ann Sebren (1992), peranan guru dalam pembelajaran reflektif (reflective teaching) adalah sebagai berikut. a.. Mempertahankan lingkungan yang aman dan suportif Penting bagi guru untuk mempertahankan lingkungan yang aman dan suportif. Guru mengembangkan hubungan antar siswa menjadi fokus dan suportif sehingga terbuka terhadap pertanyaan dan ide.. b.. Memperbolehkan kepastian diri pada siswa Refleksi merupakan hal yang begitu personal. Guru menjadi fasilitator untuk merangang keaktifan siswa dalam berpikir reflektif dengan mengajukan pertanyaan seperti “ceritakan kembali pelajaran terakhir yang telah dipelajari!” atau “apa yang kita pelajari minggu lalu?”. Pertanyaan ini bertujuan untuk membangun siswa menghubungkan kegiatan apapun yang paling menjadi perhatian mereka..

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23. c.. Mengajukan pertanyaan yang layak dan menantang Pertanyaan-pertanyaan digunakan untuk mendukung para siswa mengolah kembali apa yang terjadi, mengevaluasi apa yang terjadi, dan mendapatkan aksi alternatif dan menganalisis alasan-alasan mengapa sesuatu terjadi.. d.. Merangsang percakapan reflektif Dialog yang reflektif menyediakan sebuah kesempatan bagi para siswa untuk mengungkapkan pandangan dan perasaan tentang suatu hal secara lebih jelas, terorganisasi dan lebih terfokus sehingga siswa dapat menganalisis kegiatan di dalam kelas. Siswa mempelajari lebih lanjut untuk mencapai sebuah pemahaman yang diharapkan.. e.. Membantu membuat hubungan Guru mengarahkan siswa untuk lebih fokus terhadap refleksi pada hubungan-hubungan antara konsep-konsep yang dipelajari dengan pengalaman belajar siswa. Siswa diarahkan untuk menghubungkan tujuan, tindakan dan keputusan yang diambil dengan informasi yang relevan dari lingkungan belajar.. C. Teori Belajar 1.. Teori Belajar Piaget Menurut Piaget (dalam Slameto, 2013), seorang anak maju melalui empat tahap perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa, yaitu sensorimotor, pra operasional, operasi kongkrit, dan operasi formal (Tabel 2.1 Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Piaget). Kecepatan.

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24. perkembangan tiap individu melalui urutan tiap tahap ini berbeda dan tidak ada individu yang melompati salah satu dari tahap tersebut. Perkembangan sebagian tergantung pada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan berinteraksi aktif dengan lingkungan. Hal ini mengindikasikan bahwa lingkungan di mana anak belajar sangat menentukan proses perkembangan kognitif anak. Tabel 2.1 Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Piaget Tahap Sensorimotor. Praoperasional. Operasi kongkrit. Perkiraan Kemampuan-kemampuan Utama Usia Lahir Anak banyak beraksi reflek, reflek tersebut sampai 2 belum terkoordinasikan. Terjadi tahun perkembangan perbuatan sensori-motor dari yang sederhana ke yang relatif lebih kompleks. 2 sampai 7 Anak mulai mempelajari nama-nama dari tahun objek yang sama dengan apa yang dipelajari orang dewasa dan ditandai dengan: a. Memperoleh pengetahuan/konsepkonsep; b. Kecakapan yang didapat belum tetap (konsisten); c. Kurang cakap memikirkan tentang apa yang sedang dipikirkannya, kurang cakap merencanakan sesuatu yang dilakukan, masih berdasarkan pengalaman-pengalaman yang diamati dengan menggunakan tanda-tanda atau perangsang sensori; d. Bersifat egosentris dalam arti memandang dunia berdasarkan pengalamannya sendiri, dan berdasarkan pengamatannya pada masa itu saja. 7 sampai Pikiran anak sudah mulai stabil dalam arti 11 tahun aktivitas batiniah (internal action), dan skema pengamatan mulai diorganisasikan menjadi sistem pengerjaan yang logis (logical operation system). Anak mulai dapat berpikir lebih dulu akibat-akibat yang mungkin terjadi dari perbuatan yang akan dilakukannya, ia tidak lagi bertindak cobacoba salah (trial and error). Menjelang akhir periode ini anak telah menguasai prinsip menyimpan (conservational principles). Anak masih terikat pada objek-objek konkret..

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25. Operasi formal. 11 tahun Kecakapan anak tidak lagi terbatas pada sampai objek-objek yang konkret serta: dewasa a. Ia dapat memandang kemungkinankemungkinan yang ada melalui pemikirannya (dapat memikirkan kemungkinan-kemungkinan); b. Dapat mengorganisasikan situasi/masalah; c. Dapat berpikir dengan benar (dapat berpikir logis, mengerti hubungan sebabakibat, memecahkan masalah/berpikir secara ilmiah).. Peran guru sangat penting untuk menciptakan situasi belajar yang sesuai dengan teori Piaget. Beberapa implikasi teori Piaget dalam pembelajaran, menurut Slavin (Nur dalam Trianto, 2012) sebagai berikut: a.. Memfokuskan pada proses berpikir anak, tidak sekedar pada produknya. Disamping itu dalam pengecekkan kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sampai pada jawaban tersebut.. b.. Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali dalam inisiatif-diri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran.. c.. Penerimaan perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan. Bahwa seluruh anak berkembang melalui urutan perkembangan yang sama namun memperolehnya pada kecepatan yang berbeda. Oleh karena itu, guru harus melakukan upaya khusus untuk lebih menata kegiatan-kegiatan kelas untuk individu-individu dan kelompokkelompok kecil daripada kelompok klasikal. Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Di dalam kelas tidak menyajikan pengetahuan jadi,.

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26. melainkan anak didorong untuk menemukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi dengan lingkungannya. Oleh karena itu, guru dituntut untuk mempersiapkan beraneka ragam kegiatan yang memungkinkan anak melakukan kegiatan secara langsung. Berdasarkan teori belajar Piaget ini, dapat dikatakan bahwa siswa SMP kelas VII dapat diarahkan untuk berpikir reflektif karena berada pada tahap operasional formal dari Piaget. Kemampuan siswa tidak lagi terbatas pada objek-objek yang konkret, siswa dapat memandang kemungkinankemungkinan yang ada melalui pemikirannya (dapat memikirkan kemungkinan-kemungkinan),. dan. dapat. mengorganisasikan. situasi/masalah, serta dapat berpikir dengan benar (dapat berpikir logis, mengerti hubungan sebab-akibat, memecahkan masalah/berpikir secara ilmiah).. 2.. Teori Belajar Vygotsky Perkembangan intelektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman baru dan menantang serta ketika mereka berusaha untuk. memecahkan. masalah. yang. dimunculkan.. Dalam. upaya. mendapatkan pemahaman, individu berusaha mengkaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan awal yang telah dimilikinya kemudian membangun pengertian baru. Seperti halnya Piaget, Vygotsky berpendapat bahwa individu membentuk pengetahuan sebagai hasil dari pemikiran dan kegiatan siswa sendiri. Namun, Vygotsky juga menekankan pentingnya pengaruh-pengaruh sosial terhadap perkembangan kognitif dan peran pengajaran dalam perkembangan anak (Steward dalam Santrock, 2002)..

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27. Vygotsky menyarankan bahwa interaksi sosial itu penting saat siswa menginternalisasikan pemahaman-pemahaman yang sulit, masalahmasalah, dan proses. Selanjutnya, proses internalisasi melibatkan rekonstruksi aktivitas psikologi dengan dasar penggunaan bahasa. Jelas tampak bahwa penggunaan bahasa (bahasa dapat diartikan dalam bentuk dialog, argumentasi, pertanyaan, ataupun tulisan kreatif) secara aktif yang didasarkan pemikiran merupakan sarana bagi para siswa untuk menegosiasi kebermaknaan pengalaman-pengalaman mereka (Ratna, 2011). Zona perkembangan proximal (Zone of Proximal Development) yang sering disingkat dengan ZPD ialah istilah Vygotsky untuk tugas-tugas yang terlalu sulit untuk dikuasai sendiri oleh anak-anak, tetapi yang dapat dikuasai dengan bimbingan dan bantuan dari orang-orang dewasa atau anak-anak yang lebih terampil (Santrock, 2002). Penekanan Vygotsky pada ZPD menegaskan keyakinannya tentang pentingnya pengaruhpengaruh sosial terhadap perkembangan kognitif dan peran pengajaran dalam perkembangan anak (Steward dalam Santrock, 2002). Batas tertinggi pada ZPD ialah level tanggung jawab tambahan anak yang dapat diterima dengan bantuan instruktur yang terampil. Batas terendah pada ZPD ialah level pemecahan masalah yang dicapai pada tugas-tugas yang dikerjakan sendiri oleh anak. Teori belajar Vygotsky tentang ZPD perlu dipertimbangan oleh guru ketika menetapkan tujuan yang ingin dicapai pada pembelajaran berbasis masalah. Standar kompetensi yang dibuat oleh pemerintah.

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28. merupakan titik awal untuk menentukan tujuan belajar, namun menentukan tujuan belajar yang sesuai dengan ZPD yang dimiliki siswa jauh lebih baik. Tujuan belajar pada pembelajaran berbasis masalah dicapai melalui proses penyelesaian masalah sehingga permasalahan yang dibuat oleh guru hendaknya berada pada ZPD siswa karena setiap siswa memiliki ZPD-nya masing-masing. Oleh sebab itu, peran kelompok pada pembelajaran berbasis masalah sangatlah penting dalam menyelesaikan permasalahan, di mana siswa dapat mengerjakan permasalahan yang sulit dengan bantuan guru ataupun siswa lain yang lebih terampil. Permasalahan-permasalahan yang menantang dapat memacu siswa untuk berpikir reflektif dalam mencari pemecahan masalah matematika. Pada proses pemecahan masalah tersebut, interaksi sosial (diskusi) antara siswa satu dengan siswa yang lain ataupun siswa dengan guru dapat mempengaruhi pemahaman siswa dan merangsang pemikiran reflektif pada siswa.. D. Pembelajaran Berbasis Masalah 1. Pengertian Pembelajaran Menurut Trianto (2010), pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran terjadi ketika ada interaksi dua arah antara guru dan siswa. Guru dan siswa berkomunikasi secara intens dan terarah menuju.

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29. suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya. Pembelajaran merupakan perubahan yang bertahan lama dalam perilaku, atau dalam kapasitas berperilaku dengan cara tertentu, yang dihasilkan dari praktik atau bentukbentuk pengalaman lainnya (Schunk, 2012). Menurut Jackson, 1991 (dalam Rusman, 2012). pembelajaran merupakan upaya yang sistemis dan sistematis dalam menata lingkungan belajar guna menumbuhkan dan mengembangkan belajar peserta didik. Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah disebutkan menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha yang dilakukan antara guru dan siswa (interaksi dua arah) secara sistemis dan sistematis dalam menata lingkungan belajar dan menggunakan sumber belajar untuk mencapai tujuan yang diharapkan.. 2. Pengertian dan Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Dewey (Nur dalam Rusmono, 2012), sekolah merupakan laboratorium untuk pemecahan masalah kehidupan nyata, karena setiap siswa memiliki kebutuhan untuk menyelidiki lingkungan mereka dan membangun secara pribadi pengetahuannya. Menurut Rusman (2014) karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut: a. permasalahan menjadi starting point dalam belajar; b. permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur; c. permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective);.

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30. d. permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar; e. belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama; f. pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM; g. belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif; h. pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan; i. keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar; dan j. PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar. Berdasarkan teori-teori di atas pembelajaran berbasis masalah adalah sebuah teknik atau cara yang disusun secara teratur dan logis dimana pembelajaran menggunakan permasalahan dalam dunia nyata sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru. Pembelajaran ini berfokus pada keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Margetson (dalam Rusman, 2012) mengemukakan bahwa model PBM membantu meningkatkan perkembangan keterampilan belajar.

Gambar

Tabel 2.1  Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Piaget …………………..   24  Tabel 2.2  Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah ……………
Tabel 4.19  Persentase Siswa pada Setiap Taraf Berpikir Soal Nomor 7 …..   98  Tabel 4.20  Skor Berpikir Reflektif Siswa Kelompok Atas ……………….
Tabel 2.1 Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Piaget  Tahap  Perkiraan  Usia  Kemampuan-kemampuan Utama  Sensorimotor  Lahir  sampai  2  tahun
Tabel 2.2 Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Proyek akhir ini menghasilkan alat praktikum sistem plc-pneumatik, yang mempunyai prinsip kerja mengebor suatu benda kerja dengan 4 lubang dengan diameter bor 10 mm,

Penelitian untuk menentukan letak dan kedalaman akuifer air tanah telah dilakukan di Jorong Ranah Salido Kanagarian Ujung Gading Kabupaten Pasaman Barat Sumatera Barat.. Penelitian

RtrC'NERASI ION Tf,TIB^C^ VANC DIPREKONSENTRASIXAN PADA Sf, K^M

Dalam upaya meningkatkan pembangunan sektor-sektor unggulan ini sehingga mampu menjadi sektor yang strategis dalam pengembangan wilayah, maka tujuan penelitian ini adalah:

(2009) melaporkan bahwa salah satu virus yang berasosiasi dengan gejala mosaik kuning pada tanaman kacang panjang yang berasal dari Bubulak, Dramaga Bogor dan Sidorejo,

Subyek penelitian diambil dari individu-individu yang memiliki jabatan di Organisasi Resimen Mahasiswa, seperti ketua koordinasi wilayah (korwil),Passiter KODIM Sebagai

Help students to solve the problem Teacher facilitates students to collect. the useful information and arrange

Peralatan memory juga menjadi faktor penting jika perlengkapan mobile hanya memiliki kapasitas memory yang kecil.Dengan berbagai macam peralatan mobile, dari