PSIKOLOGI POLITIK DAN MASSA Pengantar Psikologi Massa
Pertemuan II
OLEH:
ALI MASHURI, S.PSI., M.SC Rabu, 04 September 2012
PENGANTAR PSIKOLOGI MASSA
A. Sekilas Sejarah
Psikologi massa (Crowd Psychology) pertama kali
muncul di akhir Abad ke-19 di Eropa, khususnya
di Perancis (Nye, 1975);
Faktor sosial yang melatar-belakangi Psikologi
Massa adalah maraknya kerusuhan sosial serta
semakin intensifnya arus industrialisasi dan
urbanisasi di Perancis khususnya dan di negara
negara industri di Eropa umumnya disepanjang
pertengahan sapai akhir abad ke-19 (Moscovici,
1985);
PENGANTAR PSIKOLOGI MASSA
A. Sekilas Sejarah
Dirunut ke belakang, dalam skalanya yang lebih besar,
kemunculan fenomena massa dipengaruhi oleh dua
macam peristiwa: renaissance di abad ke 14 sampai 17 dan berbagai revolusi di abad ke-18 sampai ke-19;
Ada revolusi industri di Inggris tahun 1750 dan di Amerika
Serikat tahun 1850 (bidang ekonomi), revolusi Perancis tahun 1789 dan revolusi Amerika tahun 1775-1783
(bidang politik), serta ‘pencerahan’ atau enlightenment di abad ke-18 (bidang filsafat dan agama).
PENGANTAR PSIKOLOGI MASSA
A. Sekilas Sejarah
Gabungan dan akumulasi kedua macam peristiwa
bersejarah tersebut memantik timbulnya berbagai-bagai fenomena sosial baru di daratan Eropa umumnya dan di Inggris, Perancis, Italia khususnya serta di ranah Amerika Utara.
Bentuk-bentuk fenomena sosial tersebut adalah migrasi
besar-besaran ke daerah perkotaan (urban migration), kian populernya ideal-ideal demokrasi, serta tidak
terbendungnya gelombang kapitalisme, yang kesemuanya telah mengubah karakter hidup masyarakat terutama di abad ke-18 dan ke-19;
PENGANTAR PSIKOLOGI MASSA
A. Sekilas Sejarah
Di abad 19, seiring dengan industrialisasi yang
kian deras, terorbitlah apa yang dinamakan
sebagai ‘masyarakat massa’ (mass society).
Menurut Blumer (1951), massa eksis
berbarengan dengan media massa
(pertama-tama adalah surat-kabar).
PENGANTAR PSIKOLOGI MASSA
A. Sekilas Sejarah
Kekhawatiran atas fenomena masyarakat massa
dilandaskan pada diagnosa atas semakin
hilangnya wibawa institusi gereja, keluarga, dan
militer.
Trend semacam ini dianggap memicu
‘keterserabutan’ (rootlessness) dan ‘irasionalitas’
(mindlessness) yang menjadikan massa korban
empuk bagi impuls-impuls anarkis, dan bagi
agitator atau provokator yang tidak
bertanggung-jawab (Reicher, 2001).
PENGANTAR PSIKOLOGI MASSA
A. Sekilas Sejarah
Psikologi massa dengan demikian merupakan
ekspresi kekhawatiran dari kalangan penguasa
terhadap fenomena massa tersebut (McClelland,
1989).
Atau dengan kata lain, Psikologi Massa muncul
pertama tama sebagai usaha untuk ‘melawan dan
memerangi’ fenomena massa yang dianggap
serba mengkhawatirkan baik secara ideologis
maupun secara praktis (Barrows, 1981).
PENGANTAR PSIKOLOGI MASSA
A. Sekilas Sejarah
Van Ginneken (1985) mengungkapkan bahwa banyak
sekali versi sejarah psikologi sosial yang menempatkan ilmuwan sosial Perancis Gustave Le Bon sebagai Bapak Psikologi Massa yang pada tahun 1895 menerbitkan
bukunya berjudul Psychologie des foules (The Crowd: A
Study of the Popular Mind);
Padahal, Le Bon bukanlah orang pertama yang menulis
tentang fenomena massa pada akhir abad ke-19, dan bahkan Le Bon dianggap telah menjiplak karya
penulis-penulis Perancis dan juga penulis-penulis-penulis-penulis Italia yang telah menerbitkan karya serupa (Barrows, 1977).
PENGANTAR PSIKOLOGI MASSA
A. Sekilas Sejarah
Antropolog kriminolog Italia, Sighele telah menulis buku La
Folla Delinquente (The Criminal Crowd) di tahun 1981 dan
menuding Le Bon telah menjiplak karyanya serta karya sejarawan Perancis Taine yang menulis buku Les Origines
de la France Contemporaine (The Origins of
Contemporary France) yang diterbitkan antara 1875
sampai 1893 (van Ginneken, 1992);
Meskipun demikian, Le Bon adalah penulis Psikologi
Massa yang paling sintetis dan sistematis dibandingkan penulis-penulis lain. Faktor inilah yang membuat tulisan Le Bon paling populer dan berpengaruh, baik secara
akademis maupun politis (McPhail, 1991; van Ginneken, 2003).
PENGANTAR PSIKOLOGI MASSA
A. Sekilas Sejarah
Secara akademis, Freud mencurahkan lebih dari
sepertiga bagian bukunya Goup Psychology and The
Analysis of The Ego tahun 1921 untuk menganalisis
dan mengelaborasi pemikiran-pemikiran dalam buku
Le Bon The Crowd: An Analysis of The Popular Mind.
Psikolog sosial Amerika Serikat Gordon Allport di
tahun 1951 menyatakan bahwa buku Le Bon tersebut
sebagai buku psikologi sosial yang paling
PENGANTAR PSIKOLOGI MASSA
A. Sekilas Sejarah
Secara politis, karya Le Bon memberi
inspirasi bagi diktator Italia Mussolini dan
diktator Jerman Hitler untuk menemukan
cara-cara memanipulasi massa (Reicher,
1999).
PENGANTAR PSIKOLOGI MASSA
A. Sekilas Sejarah
Dalam memahami dan menjelaskan
fenomena massa, pemikir-pemikir klasik
(akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20)
berpatokan pada sejumlah konsep
pemikiran;
Pertama, konsep sugesti dan mesmerisme
yang diintroduksikan oleh Franz Anton
Mesmer (1734-1815).
PENGANTAR PSIKOLOGI MASSA
A. Sekilas Sejarah
Dalam bukunya The Influence of the Planets, ia berargumen bahwa cairan magnetis mengaliri alam raya serta badan semua jenis
makhluk hidup;
Konsekuensinya, segenap gangguan fisik dan psikis bermuara pada ketidakseimbangan cairan tersebut dan bentuk perlakuan magnetis akan bisa menyembuhkannya.
Sementara itu, James Braid (1795-1860) mulai mengkonsep-ulang klaim-klaim mesmer dan mengembangkan sebuah ide bahwa efek mesmerisme (yaitu ketidakseimbangan cairan magnetis) lebih bersifat psikis.
Tahun 1842, ia mengeluarkan istilah ‘hipnosa’ sebagai pisau analisa untuk menerangkan fenomena trance (kesurupan) dan sugestibilitas (keadaan gampang dipengaruhi).
PENGANTAR PSIKOLOGI MASSA
A. Sekilas Sejarah
Dengan kata lain, orang yang terasuki ke dua
macam fenomena tersebut kualitas akalnya
merosot menjadi primitif.
Gagasan ini selanjutnya digunakan oleh psikolog
massa klasik guna menjelaskan munculnya
primitivisme, irasionalitas, dan emosionalitas
massa.
PENGANTAR PSIKOLOGI MASSA
A. Sekilas Sejarah
Penemuan mikroba dan kaitannya dengan penyakit
oleh, sebagai contoh utama, Pasteur dan Koch,
didudukkan sebagai sumber ide untuk
mengkonseptualisasikan fernomena massa.
Konsep ‘penularan mental’ (mental contagion) muncul
dalam karya Le Bon (1895);
Melalui konsep-konsep ini, ada keyakinan bahwa
karena massa ‘mengada’ (eksis) dalam keadaan
‘tanpa-norma’ (normlessness) dan anonim,
karakteristik emosional dan destruktif bisa tersebar
sangat cepat.
PENGANTAR PSIKOLOGI MASSA
A. Sekilas Sejarah
Pandangan semacam ini menyejajarkan kondisi massa persis
seperti penyakit—beberapa pengarang mendiskripsikan pandangan ini sebagai model ‘medis’ massa.
Konsep ketiga adalah etologi.
Beberapa pemikiran populer tentang agresivitas destruktif
massa--sebagai contoh adalah kekerasan suporter sepakbola--telah menggambarkan proses bagaimana para fans berusaha mempertahankan wilayah atau teritori mereka, baik itu berupa basis tempat tinggal, pub-pub, ataupun stadion milik klub.
Perilaku ini dijabarkan lewat kiasan teritorialitas (kesadaran
akan batas-batas wilayah yang dikuasai) sebagaimana diimpor dari etologi.
PENGANTAR PSIKOLOGI MASSA
A. Sekilas Sejarah Dalam perkembangannya, psikologi massa merupakan
studi pinggiran dan tidak menjadi paradigma-paradigma dominan psikologi social (Reicher, 2001).
Sebagai bukti konkritnya, edisi kedua Kamus Kognisi
Sosial tidak memasukkan istilah massa atau crowd dalam entri indeksnya (Wyer & Srull, 1994).
Ada sejumlah alasan mengapa psikologi massa kurang
berkembang secara optimal;
Pertama, massa diyakini sebagai fenomena yang
menyempal dari urusan kehidupan sehari-hari dan dengan begitu memberikan kita sedikit pemahaman atas realitas sosial dan psikologis yang normal (Reicher, 2001)
PENGANTAR PSIKOLOGI MASSA
A. Sekilas Sejarah Sikap seperti ini berdampak ikutan pada kurangnya penelitian-penelitian psikologi tentang proses massa.
Sementara di awal perkembangannya, ada beberapa hal yang menjelaskan mengapa perkembangan psikologi massa kurang populer (Joesoef, 1979).
Pertama, di awal sejarah kemunculannya, massa terlanjur disemati dengan label-label negatif.
Karakterisasi sejenis ini dimotori oleh simpulan-simpulan Gustave Le Bon, sang pelopor psikologi massa. Le Bon, dalam bukunya berjudul
The Crowd: A Study of the Popular Mind (2002, versi terjemahan
bahasa Inggris) berpendapat bahwa massa mudah disugesti, dihipnotis, emosional, anonim, dan dengan demikian cenderung bertindak destruktif.
PENGANTAR PSIKOLOGI MASSA
A. Sekilas Sejarah Ditinjau dari pihak penguasa waktu itu di sekitar akhir
abad ke-19, yang kebetulan didominasi oleh kalangan borjuis, massa merupakan gejala yang dianggap anti-normatif sehingga sangat potensial mengganggu
kemapanan tatanan sosial.
Akibatnya, penguasa-penguasa borjuis kala itu menyuap
para sarjana agar mereka menghentikan studi tentang massa.
Untuk merealisasi ambisi politis ini, penguasa borjuis tidak
segan-segan memecat sarjana yang menentang kehendak mereka.
Karena tidak mau mengambil resiko, para sarjana
PENGANTAR PSIKOLOGI MASSA
A. Sekilas Sejarah Kedua, di akhir abad ke-19 aliran pemikiran atomisme
(elementarisme) masih kukuh menghegemoni wacana sosial.
Atomisme ini bersinggungan dekat dengan sikap hidup masyarakat liberal pada waktu.
Dalam pemikiran ini, individu lah yang menjadi episentrum atau titik pusatnya.
Masyarakat dibentuk oleh individu dan bukan sebaliknya.
Sangat berbeda dengan pandangan ini, psikologi massa justru
mengasumsikan bahwa masyarakat lah yang membentuk individu; Kerangka berpikir yang kontras ini mengakibatkan para sarjana yang
meminati massa pun kurang mendapat sokongan dana penelitian sehingga mereka relatif tersingkir.
PENGANTAR PSIKOLOGI MASSA
A. Sekilas Sejarah Ketiga, timbulnya aliran ilmu psikologi sosial.
Pada intinya psikologi sosial menitik-beratkan pada
hubungan antara individu dengan kelompok sebagai satuan sosial yang terorganisir.
Dengan struktur yang lebih jelas dan relatif stabil,
kelompok sebagai obyek studi psikologi sosial memang memudahkan penelitian dibandingkan massa yang
bersifat terlalu abstrak.
Atas dasar pertimbangan inilah ilmu psikologi sosial lebih
PENGANTAR PSIKOLOGI MASSA
A. Sekilas Sejarah Keempat, persoalan metodologis.
Karena keberadaan dan gerakannya acap tidak kontinu
dan labil hingga kemunculannya sulit diduga, maka massa menjadi obyek studi yang hanya bisa ditelaah secara
post-facto.
Jadi, massa sebatas bisa diselidiki pada aspek-aspek
pasca kejadiannya dan bukannya pada sebelum dan saat kemunculannnya.
Keterbatasan ini tentu membuat peneliti kesulitan
menegakkan representativitas dan objektivitas studinya tentang massa.
PENGANTAR PSIKOLOGI MASSA
B. Definisi Psikologi Massa Psikologi massa: Studi mengenai tingkah-laku banyak
orang atau kumpulan manusia, atau mengenai kelompok-kelompok yang terorganisasi dengan longgar sekali
(Kamus Lengkap Psikologi karangan J.P. Chaplin terjemahan Indonesia oleh Dr. Kartini Kartono).
Crowd psychology is the study of collective behavior in
which large numbers of people who are in the same place at the same time behave in a uniform manner which is
volatile, appears relatively unorganized, is characterized by strong emotions, and is often in violation of social
norms (Graumann & Moscovici,1986; Milgram & Toch, 1969; Moscovici, 1985; Reicher, 1987).
PENGANTAR PSIKOLOGI MASSA
B. Definisi Psikologi Massa Crowds include mobs, panics, demonstrations, rallies, and
audiences.
Social psychologists often treat crowd behavior as a major
part of the wider phenomenon of collective behavior, which also includes RUMORS, crazes, fads and fashions, social movements and cults, and contagions of expression,
PENGANTAR PSIKOLOGI MASSA
C. Objek studi Psikologi Massa Mengacu pada definisi-definisi di atas, objek studi atau
apa yang dipelajari dalam psikologi intinya bisa djelaskan berdasarkan dua macam pendekatan, yaitu pendekatan struktural dan behavioral (perilaku).
Secara struktural, obyek psikologi massa adalah satuan
sosial yang tatanannya sangat longgar, yaitu crowds yang bersifat terlokalisir (localized crowd) atau menyebar
PENGANTAR PSIKOLOGI MASSA
B. Objek studi Psikologi Massa Crowd: Kumpulan orang berjumlah relatif banyak yang
satu sama lain hadir langsung secara berhadap-hadapan di tempat dan waktu yang sama yang ditandai dengan emosi yang kuat, persamaan tujuan dan perhatian.
Masses: Kumpulan orang yang memiliki minat serupa
ihwal ide dan isu tertentu tetapi di antara mereka tidak berada pada kedekatan fisik secara langsung
PENGANTAR PSIKOLOGI MASSA
B. Objek studi Psikologi Massa Para sosiolog dan psikolog sosial membagi dua macam
perilaku sosial: perilaku institusional dan perilaku kolektif.
Perilaku institusional adalah bentuk perilaku yang terorganisasi
secara rapi/baik lewat harapan yang berkaitan dengan
pusparagam peranan serta lewat organisasi dan situasi-situasi dimana peranan tersebut dicanangkan.
Perilaku kolektif, sebaliknya, menunjuk pada bentuk perilaku
dalam situasi yang tidak terdefinisi secara pasti dan jernih sehingga menampilkan masalah yang baru (tidak familiar) sekaligus menantang.
PENGANTAR PSIKOLOGI MASSA
D. Permasalahan Metodologis dalam Psikologi Massa
Perilaku kolektif, baik berujud crowd maupun mass, sebagai
obyek studi psikologi massa sulit diteliti oleh karena memiliki beberapa sifat (Aguirre & Quarantelli, 1983
Pertama, perilaku kolektif bersifat tidak-terprediksi. Perilaku
kolektif muncul seakan-akan hanya karena ‘aksiden yang
mujur’ atau ‘kejadian yang jarang dan serba-kebetulan.
Akibatnya, peneliti tidak memiliki cukup kesempatan untuk
menyelidiki berbagai macam entitas yang relevan dengan perilaku kolektif seperti kerusuhan supoter atau proses membiaknya rumor.
PENGANTAR PSIKOLOGI MASSA
D. Permasalahan Metodologis dalam Psikologi Massa
Di samping itu, fenomena perilaku kolektif juga dikatidakan bersifat
sementara dan cair.
Perilaku kolektif berlangsung sedemikian singkat dan seringkali
lenyap sebelum suatu penelitian dilakukan terhadapnya(Berk, 1974). Watak khas perilaku kolektif semacam itu tidak memungkinkan cukup
waktu untuk merencanakan suatu desain penelitian, untuk
mengembangkan instrumen yang tepat, atau untuk melatih personel yang hendak dikerahkan ke lapangan.
Massa atau crowd dengan lekas berubah menjadi aksi rusuh atau panik.
Kesulitan mempelajari perilaku kolektif secara alamiah terletidak pada bentuk fenomena tersebut
PENGANTAR PSIKOLOGI MASSA
D. Permasalahan Metodologis dalam Psikologi Massa Ketiga, perilaku kolektif sulit dikendalikan.
Meskipun problem pengukuran sudah dipecahkan,
ketersediaan perilaku kolektif yang hendak diukur sangat terbatas (Evans, 1975).
Perilaku kolektif tidak bisa dipergelarkan. Desain
eksperimen hampir mustahil. Penelitian laboratorium tidak secara memadai diadaptasikan dengan kondisi alamiah perilaku kolektif.
Tentu ada hambatan etis untuk mengkreasi setting (yang
menegangkan misalnya) nyata perilaku kolektif yang jelas-jelas membahayakan partisipan.