• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA YUNANI KUNO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA YUNANI KUNO"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA YUNANI KUNO

Pertanyaan merupakan awal dari pengetahuan. Dengan semakin banyak dan berkualitasnya suatu pertanyaan maka akan menjadi identitas seseorang dalam berpikir. Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan membangun khususnya pada diri orang itu sendiri dan ketika dikembangkan akan sangat berguna bagi orang banyak. Pertanyaan itu pula yanga akan menjadi arah pemikiran yang ada berdasarkan dengan karakteristik orang tersebuut. Pentingnya memiliki pertanyaan ini membuat seseorang menyadari besarnya kekuatan yang diberikan jika seseorang memiliki pengetahuan yang luas. Seiring perjalanan waktu maka setiap pengetahuan terus berkembang pada diri orang lain maupun masyarakat luas. Terkadang adanya ketidak pahaman mengenai pentinya filsafat ini, karena sebagian besar manusia masih bersikap skeptis terhadap segala sesuatu sehingga minimnya pertanyaan yang dimiliki oleh setiap orang.

Pemikiran yang kritis diungkapkan oleh para filsuf berdasarkan pada pertanyaan-pertanyaan dimana masih ditemukan ketidakpuasan atas setiap jawaban yang ada, bahkan berusaha sendiri menemukan jawaban terbaik sehingga tidak bisa terbantahkan lagi. Pertanyaan-pertanyaan dan hasil pemikiran-pemikiran yang dihasilkan sangat beranekaragam karena manusia adalah makhluk yang unik. Manusia harus dapat berpikir dan menjelaskan secara jelas menurut pemikirannya agar dapat dimenegrti oleh orang lain. Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini memiliki proses yang sangat panjang dari zaman Yunani kuno hingga zaman kontemporer. Saat ini setiap orang harus semakin kritis dengan keadaan dan apapun yang terjadi dalam hidup agar memiliki kualitas hidup yang baik dengan menyadari bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini bersifat dinamis. Kita harus menemukan cara untuk berpikir shingga menghasilkan pemikiran-pemikiran yang dapat menjadi landasan atau bahkan pedoman dalam menjalankan hidup ini. Dengan wujud yang masih bersifat abstrak dalam pikiran sehingga perlu dilaksanakan sebuah langkah konkret dalam bentuk menjelaskan baik itu berbentuk deskriptif atau implementasi sehingga dapat dengan mudah dipahami dan dimengerti oleh orang lain.

Definisi / Karakteristik pemikiran pada masa Yunani Kuno

Periode filsafat Yunani merupakan periode terpenting dalam sejarah peradaban manusia. Hal ini disebabkan karena pada saat itu terjadi perubahan pola pikir mitosentris yaitu pola pikir yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam. Pada saat itu, gempa bumi bukanlah suatu fenomena biasa melainkan suatu fenomena di mana Dewa Bumi yang sedang menggoyangkan kepalanya.

Pada periode ini muncullah filosof pertama yang mengkaji tentang asal usul alam yaitu Thales (624-546 SM). Pada masa itu, Ia mengatakan bahwa asal alam adalah air karena unsur terpenting bagi setiap makhluk hidup adalah air. Air dapat berubah menjadi gas seperti uap dan benda padat seperti es, dan bumi ini juga berada di atas air. Sedangkan Heraklitos berpendapat bahwa segala yang ada selalu berubah dan sedang menjadi. Ia mempercayai bahwa arche (asas yang pertama dari alam semesta) adalah api. Api dianggapnya sebagai lambang perubahan dan kesatuan. Api mempunyai sifat memusnahkan segala yang ada dan mengubah sesuatu tersebut menjadi abu atau asap. Sehingga Heracllitos menyimpulkan bahwa yang mendasar dalam alam semesta ini adalah bukan bahannya, melainkan aktor dan penyebabnya, yaitu api. Api adalah unsur yang paling asasi dalam alam karena api dapat mengeraskan adonan roti dan di sisi lain dapat melunakkan es. Artinya, api adalah aktor pengubah dalam alam ini, sehingga api pantas dianggap sebagai simbol perubahan itu sendiri.

(2)

Zaman keemasan filsafat, karena pada masa iniorang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Selanjutnya tumbuhlah sikap kritis yang menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli pikir yangterkenal dan sikap kritis ini lah yang menjadikan cikal bakal tumbuhnya ilmupengetahuan modern yaitu sikap an inquiring (suatu sikap yang senang menyelidikisesuatu secara kritis)

Tokoh / Filosof beserta pemikirannya yang hidup pada massa Yunani Kuno Beberapa tokoh filsuf yang terkenal pada masa ini ialah:

1. Thales (624-546 SM)

Mengawali babak baru dalam sejarah filsafat Barat Kuno dengan memberi jawaban yang tidak mitologis atas pertanyaan: Apakah yang merupakan prinsip dasar (arche) segala sesuatu? Ia menjawab, "Air adalah prinsip awal." Air adalah anasir yang menghidupkan dan memunculkan segala sesuatu. Berkat kekuatan dan daya kreatifnya sendiri — jadi, tanpa sebabsebab dari luar dirinya — air mampu tampil dalam segala bentuk. Ia bersifat mantap dan tidak terbinasakan.

Ahli pikir Yunani bernama Thales yang pada 2.500 tahun lalu pertama kali menemukan bahwa matematika tidak hanya dapat digunakan untuk menghitung, namun juga untuk mempelajari alam semesta. Salah satu temuan Thales yang paling terkenal ketika itu adalah kemampuannya untuk memprediksi gerhana matahari yang terjadi pada tahun 585 SM dengan sangat tepat. Thales juga dikenal sebagai penemu pertama sistem berpikir logis & stem of logical reasoning) yang merupakan akar dari pemodelan. Tidaklah mengherankan ketika itu masyarakat Yunani menyebutnya sebagai salah satu dan tujuh Sages, yang berarti salah satu dan tujuh manusia terbijak, di muka bumi. Salah satu prinsip Thales yang terkenal adalah bahwa "...melalui pengamatan dan proses berpikir (reasoning) kita mampu menjelaskan apa yang terjadi di alam secara sederhana...." Prinsip inilah yang kemudian dikcmbangkan oleh salah satu pengikut beliau yang terkenal, yaitu Phytagoras. Sejarah mencatat bahwa pemikiran-pemikiran Thales sangat berpengaruh bagi Phytagoras, sehingga beberapa tahun setelah kematian Thales, Phytagoras terkadang duduk di rumahnya, merenung dan menyanyikan lagu kesedihan untuk Sang Guru yang visioner.

2 Anaximandros (611-546 SM)

Anaximandros adalah salah satu murid Thales. Ia mengatakan bahwa prinsip segala sesuatu bukanlah anasir alam yang konkret seperti air. Mengapa? Sebab, seandainya air sebagai unsur basah sungguh-sungguh merupakan prinsip segala sesuatu, sebagaimana diajarkan Thales, seharusnya terdapat juga dalam segala sesuatu, misalnya pada api. Tetapi, nyatanya tidak demikian. Air dan api tidak bisa diperdamaikan. Keduanya malah saling meniadakan! Maka, fakta adanya api memperlihatkan bahwa ajaran Thales itu tidak tahan uji. Anaximandros lalu menetapkan prinsip lain sebagai asas segala sesuatu. Prinsip itu adalah prinsip abstrak yang dinamainya to apeiron, "yang tidak terbatas" (dari a = tidak, dan eras = batas). To apeiron ini bersifat ilahi, abadi, tidak terubahkan (mantap) dan meliputi segala-galanya. Dari prinsip abstrak ini, berasal segala sesuatu yang ada di dalam jagad raya sebagai unsur-unsur berla: wanan (yang panas dan yang dingin, yang kering dan yang basah, malam dan terang). Kepada prinsip inijuga, semua itu pada akhirnya akan kembali.

3. Pythagoras (580-500 SM)

Seorang matematikawan, filsuf, dan pemuka agama dari Iona, yang mendirikan suatu komunitas persaudaraan rahasia yang mampu bertahan hingga sekitar tahun 300 SM. Karena komitmen mereka tersebut kepada kerahasiaan, baik Pythagoras maupun pengikutnya sama sekali tidak meninggalkan tulisan. Pythagoras (532 SM) adalah ahli filsafat dan ilmu ukur. Pythagoras, pada masanya telah mengatakan bahwa bumi itu bulat atau tidak datar. Ia berpendapat bahwa ukuran kepastian dan kebenaran adalah problem "sistem angka"

(3)

(numerikal). Masalah keselamatan termasuk kebersihan jiwa, juga dipandang sebagai problem numerikal.

4. Anaximenes (585-525 SM)

Pandangan bahwa udaralah prinsip dasar segala sesuatu, diterapkan Anaximenes jugs pada pandangannya tentang jiwa manusia. Menurutnya, jiwa manusia tidak lain hanyalah udara yang dipupuk dengan bernapas. Seperti jiwa menjamin kesatuan tubuh, demikian pula udara melingkupi segalagalanya. Dengan pandangan ini, Anaximenes kerap disebut sebagai pemikir pertama yang mengeinukakan persamaan antara tubuh manusiawi dan jagad raya, suatu tema yang kelak mengarah kepada pengertian manusia sebagai "dunia kecil" (mikrokosmos) yang mencerminkan jagad raya sebagai "dunia besar" (makrokosmos).

5. Konfusius (541-479 SM),

Seorang filsuf dan orang bijak dari Cina, pendiri agama Kong Hu Chu. Ia mengambil khazanah budaya dan tradisi Cina yang ada kala itu, yang memberi tekanan sangat humanistis. Kita harus berusaha mengembangkan keutamaan-keutamaan yang penting, seperti keugaharian dan pengendalian diri; dan sejauh kita berhasil dalam hal ini atau dalam penyempumaan hubungan pribadi, pemerintahan dengan hukum menjadi kurang perlu. Interaksi antara Jen (hakikat manusia) dan Li (tatanan dan aturan) adalah dasar dari sebagan besar pemikiran Konfusianisme. Dengan itu, perilaku manusia Iebih ditekankan daripada ibadat kepada sesuatu yang Adikodrati. Karya utamanya adalah The Analecis.

6. Heraclmus (540-480 SM)

Seorang filsuf yang hidup di Efesus (sekarang Turki), yang banyak dikenal dengan sebutan "orang yang tak jelas" karena gaya tulisannya yang kabur dan samar. "Segala sesuatu selalu berubah," katanya. Ia menggunakan api sebagai simbol perubahan yang terus-menerus dalam semesta ini, yang disatukan dalam "kesatuan dari unsur-unsur yang bertentangan" secara teratur. Heraclitus barangkali adalah filsufpertama yang mempertanyakan validitas persepsi indrawi. Meskipun kesatuan unsur yang bertentangan mungkin tidak begitu nyata bagi persepsi indrawi, namun akal budi (logos) menunjukkan bahwa dunia ini ada sebagai sebuah sistem, di mana perubahan dari satu arah selalu diimbangi oleh perubahan-perubahan dari arab yang lain, dan di mana hal-hal yang sating bertentangan tidak dapat ada tanpa adanya yang lain. Heraclitus mencela orang kebanyakan karena dinilainya kurang pemahaman. la membandingkan mereka dengan keledai yang lebih memilih dedak daripada emas. la menulis sebuah buku yang sangat panjang yang hanya beberapa bagiannya saja dapat ditemukan.

7. Herakleitos (sekitar 540-474 SM)

Herakleitos: "segala sesuatu mengalir”. Menurut Herakleitos, perubahan wujud zat berlangsung secara sinambung. Ibarat sungai, "segala sesuatu mengalir".Ungkapan ini kini menjadi motto himpunan ilmuwan theology yang khusus mengaji masalah perubahan bentuk dan aliran zat tak sederhana. Barangkali, karena api begitu bebas bergerak, maka pilihan Herakleitos jatuh pada api sebagai zat asal. Bagi dia, alam mulai terbentuk ketika api mengikuti "aliran ke bawah", memampat menjadi air kemudian menjadi tanah. Sabaliknya, dalam aliran ke atas, api merenggang dan menghasilkan api kembali.

(4)

8. Parmenides (540-470 SM)

Ia menjadi terkenal dengan pernyataannya "Hanya 'yang ada' itu ada". menides tidak mendefinisikan apa itu "yang ada", tetapi is menyebutkan beberapa sifatnya yang meliputi segala sesuatu. Menurutnya, "yang ada" itu tidak bergerak, tidak berubah, dan tidak terhancurkan. "Yang ada" itu juga tidak tergoyahkan dan tidak dapat disangkal. Kalau orang menyangkal bahwa "yang ada" itu tidak ada, dengan pernyataannya sendiri orang itu mengakui bahwa "yang ada" itu ada. Sebab, kalau benar "yang ada" itu tidak ada, orang itu tidak dapat menyangkal adanya "yang ada". Jadi, kenyataan bahwa "yang ada" itu dapat di-tolak keberadaannya menunjukkan "yang ada" itu memang ada, sedangkan "yang tidak ada" itu tidak ada! Sesuatu "yang tidak ada" sama sekali tidak dapat dikatakan atau dipikirkan, apalagi didiskusikan (disanggah atau diiyakan).

Sebaliknya, "yang ada" itu selalu dapat dikatakan, dipikirkan, dan didiskusikan. Oleh sebab itu, pernyataan Parmenides ini menjadi terkenal, "Ada dan pemikiran itu satu dan sama." Maksudnya, "yang ada" itu selalu bisa dipikirkan, dan "yang dapat dipikirkan" selalu ada. Parmenides membuat suatu pemisahan tajam antara apa yang kelak disebut "pengetahuan empiris", yakni pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pengalaman atau pencerapan indrawi (empeiria, Yunani), dengan "pengetahuan akal budi" yang murni dan sejati. Jenis pengetahuan yang terakhir ini hanya diperoleh berkat akal budi yang mampu menangkap "ada" yang bersifat satu dan tidak berubah, di balik segala sesuatu yang bersifat indrawi melulu dan tidak mantap. Dengan gaya seorang penyair, Parmenides menantang siapa pun untuk berani memakai daya akal budinya melawan arus pendapat umum, "Jangan biarkan dirimu didesak ke jalan yang salah oleh kuatnya kebiasaan dan pandangan umum. Jangan percaya pada penglihatan yang menyesatkan dan telinga yang hanya mengumpulkan bunyi-bunyi. Juga jangan percaya pada lidah: hanya akal budi semata-mata hendaklah menjadi penguji dan hakim segala sesuatu!"

9. Empedokles

Empedokles menyatakan bahwa ada empat anasir pokok, yakni air, tanah, api, dan udara. Keempat anasir ini harus diterima sebagai anasir pokok, sebab menurut observasi pancaindra, keempat anasir ini dapat dijumpai di mana-mana. Udara, misalnya, adalah anasir tersendiri yang harus juga diterima selain api, air, tanah, dan udara dalam arti uap-kabut (ban-dingkan dengan pandangan Anaximenes sebelumnya), sebab gejala-gejala adanya angin membuktikan itu.

10. Anaxagoras (500-425 SM).

Anaxagoras adalah filsuf pertama yang menetapkan kemandirian roh atau rasio (nous) terhadap semua anasir atau materi. Kata Anaxagoras, "Dan tatkala nous mulai membuat gerakan, is memisahkan dirinya dari segala sesuatu yang terbawa masuk ke dalam gerakan itu.Anaxagoras mengatakan ada banyak sekali anasir penyusun realitas — jumlahnya tidak terhingga! Ia menyebut anasir-anasir itu spermata (benih-benih). Setiap benda, bahkan seluruh realitas, tersusun dari suatu campuran yang mengandung semua benih dalam proporsi tertentu.

Pancaindra tidak sanggup mencerap semua benih yang ada dalam suatu benda; kita hanya mampu mencerap benih.yang dominan. Kalau melihat suatu benda, misalnya emas, kita segera dapat mengenalinya sebagai emas sebab benda itu memang mempunyai benih emas sebagai benih yang dominan. Namun, dalam kenyataannya, menurut Anaxagoras, benda itu mempunyai — selain benih emas — juga benih tembaga, perak, besi, dan lain-lain. Hanya

(5)

saja, semua benih yang lain ini sama sekali tidak dominan sehingga pancaindra kita tidak dapat menangkapnya.

11. Sokrates (470-399 SM),

Sokrates adalah seorang yang menjadi batas pengantara atau masa perubahan antara para filsuf "pra-Sokrates" dan filsuf-filsuf Yunani selanjutnya. Ia mencari cinta kebijaksanaan (sophia), filsafat. Meskipun ia menyatakan hanya rnengetahui satu hal — yaitu bahwa ia tidak tahu apa-apa — namun ia sangat disegani dalam perdebatan karena cecaran pertanyaannya terhadap orangorang yang merasa dirinya serba tahu dan karena kemampuannya mematahkan argumen-argumen yang retoris dan cacat.

Pada akhir hidupnya, ia dituduh mengingkari kepercayaan kepada dewa-dewa bangsa Yunani dan merusak pikiran kaum muda, sehingga dinyatakan bersalah dan kemudian dijatuhi hukuman mati. la menolak tawaran kawan-kawannya untuk melarikan diri dari penjara, dan memilih untuk menjalani hukuman mati dengan meminum racun. la tidak menulis apa pun tentang filsafat. Sokrates menghubungkan pengetahuan, kebenaran, dan kepastian pengetahuan dengan moralitas. Bahkan is mengatakan bahwa salah satu hal yang penting dalam kehidupan manusia adalah kcutamaan dan hal keutamaan itu adalah pengetahuan (virtue is knowledge).

12. Demokritos

Menurut Demokritos, seluruh realitas terdiri atas atom-atom tak terbatas jumlahnya yang hanya berbeda karena bentuk dan beratnya. Oleh karena itu, segala apa yang terjadi sudah mutlak dan pasti. Pandang-an dunia Epikuros, mengikuti Demokritos, adalah mekanisme. Atomisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa seluruh realitas terdiri atau tercipta dari gugusan unsur-unsur terkecil yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Unsur terkecil penyusun realitas itu diberi nama "atom" (a = tidak, dan tomos = terbagi). Atom-atom ini tidak tertangkap pancaindra dan tidak mempunyai kualitas, misalnya, panas atau manis.

Akibat dari pemikirannya itu mengenai atom maka lahirlah lima sifatyang terkandung pemikiran beliau yaitu:

a. Konsep materialistis-monistik yaitu atom merupakan sekedar materi yang tidak didampingi apapun karena disekelilingnya hampa.

b. Konsep dinamika perkembangan yaitu segala sesuatu selalu berada dalam keadaanbergerak sehingga berlaku prinsip dinamika.

c. Konsep murni alamiah yaitu pergerakan atom itu bersifat intrinsic, primer, tanpasebab, dan tidak dipengaruh oleh sesuatu diluar dirinya.

Pandangan Demokritos membawa konsekuensi besar bagi filsafat ilmu pengetahuan. Di satu pihak, dengan menekankan juga aktivitas subjek dalam mengenali objek, ajaran Demokritos memperlihatkan adanya saling ketergantungan mutlak antara subjek dan objek. Dengan kata lain, dalam proses pengenalan, baik subjek maupun objek tidak dapat berdiri sendiri. Realitas tidak melulu objektif, terlepas dari subjek, tetapi juga tidak bisa semata-mata subjektif tanpa ada sangkut-patut dengan objek.

Di lain pihak, dengan ajarannya bahwa realitas terdiri dari atom-atom yang luar biasa halusnya sehingga tidak dapat dicerap dengan pancaindra, Demokritos mengakui bahwa kita tidak dapat mengenali hakikat sejati suatu benda. Yang dapat kita amati hanyalah gejala atau penampakan benda itu. Dalam bahasa filsafat, yang dapat kita kenali hanyalah "benda bagi-saya" (the thing for me), sedangkan "benda-pada-dirinya-sendiri (the thing in itself) selalu luput dari pengamatan kita. "Tentunya akan menjadi jelas," kata Demokritos, "ada satu masalah yang tidak dapat dipecahkan, yakni bagaimana keadaan setiap benda dalam kenyataan sesungguhnya Sesungguhnya, kita sama sekali tidak tahu sebab kebenaran terletak di dasar jurang yang dalam.""

(6)

Tentang manusia, Demokritos berpendapat bahwa manusia pun terdiri dari atom-atom melulu. Ini sejalan dengan pandangannya bahwa jiwa manusia adalah atom-atom halus ("Atom-atom api," katanya). Atom-atom ini digerakkan oleh gambaran-gambaran kecil suatu benda (eidokt); dan dengan demikian, muncul kesan-kesan indrawi atas benda itu. Dengan ajaran etikanya, Demokritos mengajarkan aturan-aturan kehidupan praktis yang menunjukkan idealisme tinggi. Menurutnya, tujuan tertinggi dari hidup manusia adalah euthymia, keadaan batin yang sempurna, yang terdiri dari keseimbangan semua faktor dalam hidup: kesenangan dan kesusahan, kenikmatan dan pantang. Yang bertugas mengusahakan keseimbangan ini adalah roh atau rasio.

13. Aristoteles

Berbeda dengan kecenderungan Sokrates yang menganggap tindakan yang baik sebagai masalah pengetahuan yang tepat, bagi Aristoteles tindakan itu bukan sesuatu yang dapat diketahui dengan tepat. Pengetahuan yang tepat hanyalah mungkin dalam bidang yang ada kepastiannya, misalnya dalam ilmu pasti atau fisika. Pengetahuan itu disebut episteme. Episteme hanya mungkin di mana objek pengetahuan tidak dapat berubah. Namun, manusia itu makhluk yang bebas, ia berakal budi (memiliki nous) dan mampu untuk memilih dengan bebas sikap mana yang mau diambil (prohairesis). Ia tidak pernah dapat dipastikan. Oleh karena itu, pengetahuan ilmiah atau episteme bukan macam pengetahuan yang cocok untuk etika.

Aristoteles berpendapat bahwa logika tidak termasuk ilmu pengetahuan sendiri, tetapi mendahului ilmu pengetahuan scbagai persiapan untuk berpikir dengan cara ilmiah. Maksud yang sama diekspresikan juga dalam nama yang diberikan kepada karya-karya Aristoteles tentang logika, yaitu Oiganon (alat). Logika tidak merupakan suatu cabang ilmu pengeta-huan, melainkan suatu alat agar kita dapat mempraktekkan ilmu pengetahuan. Baru pada akhir masa kuno (dalam abad ke-6 M) nama Organon mulai dipakai. Karena tidak ada pengetahuan pasti mengenai tindakan manusia, ctika tidak mungkin menetapkan dengan tepat bagaimana manusia harus bertindak.

Tugas etika bukan menyediakan daftar peraturan yang dapat dilaksanakan seakan-akan dengan mata tertutup, melainkan menyediseakan-akan semacam visi atau perspektif. Orang yang memiliki perspektif itu akan menemukan bagaimana ia harus bertindak dalam situasi konkret. Perspektif itu disebut pengertian yang tepat (orthos logos). Bertindak secara etis berarti bertindak menurut pengertian yang tepat itu. Pengertian yang tepat bukan suatu tolok ukur terurai, melainkan lebih berupa sikap batin atau ketajaman akal etis untuk memahami tindakan mana yang dalam situasi tertentu paling tepat. Etika Aristoteles sering dikatakan termasuk etika egois, dalam arti bahwa yang menentukan adalah akibat bagi si pelaku. Menurut Aristoteles, orang hendaknya bertindak sedemikian rupa sehingga is diarahkan kepada kebahagiaan.

Namun, kita harus berhati-hati memakai label "egois" itu. Sebenarnya, alternatif "egois" - "altruis" pada Aristoteles tidak pada tempatnya. Ini karena manusia diarahkan kepada kebahagiaannya "egois") apabila ia ber-praxis, artinya berpartisipasi dalam menjalankan kehidupan bersama para warga polis, bukan dengan hanya memperhatikan dirinya sendiri, melainkan justru dengan merealisasikan hakikat sosialnya sebagai zoon politikon. Jadi, etika Aristoteles tidak egoistik dalam arti sesungguhnya (seakan-akan hanya kepentinganku, "saya"lah yang perlu diperhatikan). Catatan ini juga berlaku bagi etika Plato, Stoa, etika teonom, dan teori hukum kodrat Thomas Aquinas.

Etika Aristoteles juga disebut eudemonisme karena nilai tertinggi adalah kebahagiaan. Cita-citanya adalah "hidup yang baik". Etika Aristoteles mau mengantar kepada cara hidup yang terasa bermakna, positif, bermutu, memuaskan. Itulah cita-cita seluruh etika Yunani dan etika Abad Pertengahan Eropa: penunjuk jalan menuju hidup yang bermakna. Bagaimana

(7)

hidup bermakna itu tercapai, di situ terdapat perbedaan pendapat. Aristoteles memilih theoria, perenungan hal-hal Ilahi, dan praxis, partisipasi aktif dalam kehidupan bersama sekelompok manusia. Plato seluruhnya berfokus pada theoria di mana manusia mencari Idea Yang Baik, Sang Nilai pada dirinya sendiri. Kaum Epikurean mengatakan, pokoknya, hindarilah perasaan-perasaan sakit. Stoa menganjurkan agar orang dengan sadar merelakan din menyatu dengan hukum slam yang sama dengan hukum Ilahi yang meresapi semuanya.

Salah satu cara bagaimana Aristoteles mempraktekkan deduksi adalah silogisme (syllogismos). ltulah penemuan Aristoteles yang terbesar dalam bidang logika dan silogisme mempunyai peranan sentral dalam kebanyakan karyanya tentang logika. Silogisme adalah argumentasi yang terdiri dari tiga proposisi (bahasa Inggris: "propositions"). Dalam setiap proposisi dapat dibedakan dua unsur: 1) hal tentang apa sesuatu dikatakan dan 2) apa yang dikatakan. Hal tentang apa sesuatu dikatakan disebut "subjek" dan apa yang dikatakan tentang subjek disebut "predikat". Kalau kita memilih sebagai contoh proposisi "Raja adalah seorang manusia", maka dalam proposisi ini subjek adalah "Raja" dan predikat adalah "seorang manusia".

14. Epikuros (341-270SM)

Epikuros sebenarnya tidak berminat pada metafisika itu sendiri. Yang dimak- sudkannya adalah membebaskan manusia dari takdir. Kaum Epikurean adalah penganut kebebasan kehendak. Dengan memberikan peran kunci kepada tyche, kejadian murni kebetulan tadi, mereka mau menyelamatkan kebebasan manusia. Manusia bukan budak takdir, manusia dapat menentukan kehidupannya sendiri. Sebagaimana kaum Epikurean melawan takdir, begitu juga mereka melawan mitos-mitos keagamaan. Mereka ingin mencerahkan manusia, membebaskannya dari ketakutan terhadap dewa-dewa, kematian, pengadilan sesudah kematian, serta neraka.

REFERENSI

Bertens, K. Sejarah Filsafat Yunani, Yogyakarta: Kanisius, 1999 Magee, Bryan, The Story of Philosophy, Yogyakarta: Kanisius, 2008

Yuana, Kumara Ari, 100 Tokoh Filsuf Barat dari Abad 6 SM-Abad 21 yang Menginspirasi Dunia Bisnis, Jakarta: Andi, 2010

Tjahjadi, Simon Petrus L. Petualangan Intelektual Konfrontasi Dengan Para Filsuf Dari Zaman Yunani Hingga Zaman Modern, Yogyakarta: Kanisius, 2004

____________ Amin Nur Thoyibah

(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu dengan dosen Afid Burhanuddin, M.Pd.)

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi pada kuadran II ini merupakan kondisi yang cukup rawan karena akan menjadi ajang kepentingan banyak pihak, termasuk pihak asing untuk berebut memanfaatkan (eksploitasi)

Pokok kajian akuntansi Islam yang membedakan dengan kapitalisme, sosial- isme adalah kajian substansi (doktrinal), se- dangkan aksiden (tampakan) bersifat relatif yang

Kemampuan kepala sekolah dalam menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik, sebanyak 88% (58 orang) kepala sekolah dianggap

Hanya saja yang menjadi kritik terhadap gejala semaraknya minat akan keingintahuan terhadap tawasuf adalah penyalahgunaan tasawuf sebagai ajang bisnis-ekonomis yang justru

Adalah kenikmatan dari hegemoni Tayangan-tayangan barat di televisi Tak lama ia memenuhi segala sudutnya Sampai sekolah, kampus dan rumah kita Sedang yang di Palestina.

Dalam kasus ini variabel lama tinggal tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan rumah tangga untuk melakukan tindakan pencegahan. Hal ini dapat disebabkan karena penduduk

Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat keberhasilan fat lose programe terhadap penurunan berat badandan

/ambil mengeringkan bayi dan juga setelah itu, paskan bahwa kepala berada pada posisi yang benar agar  jalan napas tetap terbuka... 2angsangan lain yang dapat membantu bayi