• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berinvestasi Di Pasar Modal Sejak Dini Demi Menatap Masa Depan Yang Gemilang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Berinvestasi Di Pasar Modal Sejak Dini Demi Menatap Masa Depan Yang Gemilang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Berinvestasi Di Pasar Modal Sejak Dini Demi Menatap Masa Depan Yang Gemilang Oleh: Sony Hartono

Pelaksana pada Pusdiklat Pengembangan Sumber Daya Manusia

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata investasi berarti penanaman uang atau modal di suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. Bertolak dari definisi tersebut, kita sebagai masyarakat awam bisa melakukan investasi, di antaranya dengan berinvestasi di pasar modal Indonesia.

Mendengar kata investasi di pasar modal, sebagian besar masyarakat Indonesia masih alergi. Ada yang menganggap hal itu adalah judi, riba, ataupun tipu-menipu. Stigma negatif dari masyarakat terhadap pasar modal Indonesia beberapa tahun terakhir ini berangsur-angsur mulai berkurang. Hal ini merupakan buah dari sosialisasi yang dilakukan oleh Bursa Efek Indonesia selaku otoritas penyelenggara kegiatan traksaksi pasar modal Indonesia dan Bapepam-LK selaku regulator pasar modal Indonesia terhadap masyarakat mengenai kemudahan, manfaat, dan pentingnya berinvestasi di pasar modal.

Pasar Modal Indonesia termasuk dalam kategori emerging market yang mempunyai potensi untuk berkembang lebih besar. Ironisnya jumlah investor pasar modal di Indonesia hanya sekitar 300-ribuan orang atau hanya sekitar 0,2 % dari total seluruh penduduk Indonesia. Kecilnya jumlah investor pasar modal Indonesia mengakibatkan aktivitas transaksi pasar modal yang didominasi oleh pemodal asing, sehingga investor Indonesia selama ini cenderung ikut arus terhadap pemodal asing yang cenderung memanipulasi arah pergerakan pasar.

Oleh karena itu, pemerintah dalam hal ini Bursa Efek Indonesia dan Bapepam-LK rajin melakukan edukasi terhadap masyarakat serta melakukan roadshow ke berbagai daerah untuk mengenalkan potensi berinvestasi di pasar modal Indonesia. Jika masyarakat Indonesia sudah semakin banyak yang ‘bermain’ di pasar modal maka pasar modal Indonesia akan semakin mantap dan tidak mudah dipermainkan oleh pemodal asing.

Untuk berinvestasi di pasar modal kita bisa melakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung ataupun tidak langsung. Investasi secara langsung dilakukan dengan pembelian saham atau obligasi sesuai kehendak kita tanpa melalui manajer investasi. Investasi langsung seperti ini mengharuskan kita mempunyai account rekening di perusahaan sekuritas. Investasi seperti ini menuntut pengetahuan dan pengalaman kita mengenai pasar modal yang lebih dalam karena kita dituntut sendiri menentukan saham apa yang akan kita beli, kapan waktu yang tepat untuk membeli ataupun menjualnya kembali.

Cara yang kedua adalah bertransaksi secara tidak langsung dengan cara memanfaatkan jasa manajer investasi. Manajer investasi bertindak selaku pihak yang mengelola uang kita untuk dibelikan produk-produk investasi yang komposisinya sudah ditentukan oleh manajer investasi tersebut tentunya berdasarkan analisis fundamental ataupun teknikal terhadap saham ataupun obligasi yang menjadi penyusun produk investasi tersebut yang lebih dikenal dengan istilah reksadana. Dalam hal ini jelas bahwa investor mempercayakan uang mereka untuk dikelola oleh manajer investasi dengan harapan tingkat risiko yang dihadapi akan lebih kecil daripada kalau secara langsung membeli saham ataupun obligasi tanpa bantuan manajer investasi.

(2)

Lalu pertanyaannya, investasi bentuk apa yang cocok untuk pegawai negeri yang pendapatannya tidak terlalu besar dan minim pengalaman dalam berinvestasi? Jawabannya adalah Reksadana. Mengapa reksadana? Karena reksadana memungkinkan kita untuk memulai berinvestasi dengan nilai rupiah yang tidak terlalu besar. Hal ini dimungkinkan karena sekarang ini sudah banyak agen-agen penjual reksadana yang menjual unit penyertaan dalam reksadana dengan nominal mulai dari 100 ribu rupiah.

Bagaimana dengan risiko yang ada? Setiap berinvestasi pasti selalu ada risiko. Dalam hal ini, Reksadana juga mempunyai risiko. Oleh karena itu, sebelum berinvestasi ada baiknya kita bisa mengenali karakteristik diri kita. Apakah kita termasuk orang yang sangat berani menanggung risiko (risk takers) atau sebaliknya, kita termasuk orang yang kurang berani bahkan cenderung menghindari risiko (risk averse).

Jika kita mempunyai kecenderungan risk takers maka tidak ada salahnya kita memilih investasi dalam reksadana saham, di mana mayoritas instrumen penyusun reksadana itu (80%) berupa saham. Namun berbeda kalau kita cenderung berada dalam kelompok risk averse. Ada baiknya kita memilih reksadana pasar uang atau pendapatan tetap.

Reksadana pasar uang merupakan reksadana yang tersusun dari instrumen-instrumen surat utang yang jatuh temponya kurang dari satu tahun. Sedangkan mayoritas instrumen penyusun reksadana pendapatan tetap (sekurang-kurangnya 80%) adalah obligasi. Secara umum tingkat risiko reksadana pasar uang lebih kecil daripada jenis reksadana lainnya, namun tingkat keuntungan yang diberikan juga lebih kecil.

Jenis yang terakhir adalah Reksadana campuran yaitu reksadana yang instrumen penyusunnya terdiri dari saham, obligasi ataupun surat utang yang jatuh tempo kurang dari satu tahun.

Setelah kita tahu tentang bermacam-macam produk reksadana, bagaimana cara kita berinvestasi, kapan saat yang tepat untuk berinvestasi, dan berapa besar jumlah yang harus kita investasikan? Pertanyaan-pertanyaan itulah yang seringkali dilontarkan oleh para investor pemula. Langkah-langkah dalam membeli reksadana adalah sebagai berikut:

1. Kita bisa membeli reksadana pada agen-agen penjual reksadana, yaitu perusahaan-perusahaan sekuritas ataupun Bank-bank yang ditunjuk. Namun, untuk lebih mudahnya, investor pemula bisa memilih membeli reksadana di Bank.

2. Sebaiknya kita membeli produk Reksadana yang diterbitkan oleh perusahaan manajer investasi yang mempunyai image yang cukup bagus. Jika ingin lebih merasa aman, Anda dapat membeli produk reksadana dari Manajer Investasi ‘’Plat Merah’’ seperti halnya Danareksa, Mandiri Manajer Investasi ( anak perusahaan Bank Mandiri), Bahana TCW (anak perusahaan Bank Indonesia), ataupun BNI.

3. Setiap manajer Investasi tentunya mempunyai berbagai jenis produk reksadana. Yang harus kita lakukan adalah memilih satu atau beberapa produk reksadana yang bisa kita tentukan dengan melihat prospektus dari masing-masing reksadana itu yang mencantumkan komposisi instrumen saham atau obligasi perusahaan apa yang menjadi penyusunnya. Sebaiknya dalam hal ini kita memilih reksadana yang tersusun dari saham-saham Blue Chip (perusahaan-perusahaan berkapitalisasi

(3)

besar dan sangat likuid) ataupun obligasi-obligasi yang mempunyai minimal peringkat B sampai dengan AAA. Namun, bagi kita yang tidak ingin dipusingkan dengan pemilihan-pemilihan yang menuntut pengetahuan teknis tentang dunia pasar modal yang cukup mumpuni, maka kita bisa meminta agen penjual reksadana tempat kita membeli untuk meminta print out performa masing-masing produk reksadana yang dijual. Kita bisa melihat performa harian, bulanan, bahkan tahunan dari produk reksadana tersebut. Biasanya performa ini ditunjukkan dalam satuan prosentase.

4. Selanjutnya, kapan waktu yang tepat untuk membeli reksadana? Sebenarnya waktu yang tepat adalah ketika harga pasaran reksadana tersebut setelah kita beli dan pada hari-hari selanjutnya akan naik terus, namun waktu tersebut adalah sangat sulit untuk kita temukan. Kita kembali lagi ke hakikat investasi yaitu dalam jangka panjang nilai investasi kita menunjukkan kecenderungan naik.

Berdasarkan data historis, indeks berbagai bursa dunia cenderung mengalami kenaikan dari tahun ketahun walaupun juga pernah mengalami penurunan, namun trennya dalam jangka panjang tetap mengalami kenaikan. Oleh karena itu untuk mengantisipasi kesulitan dalam menentukan timing pembelian kita bisa menggunakan metode Dollar Cost Averaging dalam berinvestasi instrumen reksadana.

Dollar Cost Averaging (DCA) merupakan suatu strategi yang diterapkan guna mereduksi kesalahan timing dalam pembelian saham. DCA memfokuskan kepada kedisiplinan investor untuk menginvestasikan sejumlah dananya dalam nominal tertentu dan dilakukan berulang kali dalam jumlah yang sama dalam rentang waktu yang tertentu pula. Misalnya kita setiap bulan menginvestasikan uang kita satu juta rupiah untuk membeli saham atau obligasi, ataupun dalam bentuk reksadana. Metoda ini akan lebih efektif dilakukan untuk investasi jangka panjang, sehingga seorang investor tidak perlu memantau terus harga sahamnya setiap hari.

Sekarang ini sudah ada beberapa Bank agen penjual reksadana yang menawarkan program Installment Plan yang mana bank secara otomatis mendebit/mengalokasikan uang dalam rekening anda setiap bulannya dalam jumlah yang sama, dalam tanggal yang sama pula setiap bulannya untuk dibelikan reksadana, jadi semacam tabungan otomatis dalam bentuk reksadana.

Dengan demikian kita tidak perlu khawatir jika pasar saham sedang bearish (harga-harga saham cenderung tutun dalam jangka waktu yang lama), karena jika kita yakin reksadana yang kita beli terdiri dari saham-saham ataupun obligasi yang mempunyai fundamental perusahaan baik dan prospek ke depannya serta citra perusahaan di publik bagus, maka seiring berjalannya waktu saham pembentuk reksadana tersebut pasti akan naik nilainya.

Tabungan saham ataupun obligasi dalam bentuk reksadana dengan mengaplikasikan metoda DCA dalam sebagian besar kasus yang diteliti selama ini telah menunjukkan performa yang lebih bagus daripada bertransaksi saham setiap saat atau setiap hari. Jika kita memang investor sejati yang berorientasi jangka panjang. Anggap saja tabungan reksadana itu sebagai harta karun untuk anak cucu

(4)

tercinta kita kelak walaupun kita tidak menikmatinya sekarang, toh yang kita gunakan adalah uang lebih dari kebutuhan kita sehari-hari.

Mengapa anda tidak merubah saja mind set Anda dari seorang spekulan yang setiap hari memelototi indeks menjadi seorang investor sejati seperti 'Mbah' Warren Buffet yang mampu menaklukkan keserakahan Wallstreet. Metoda DCA akan melatih Anda berdisiplin dalam berinvestasi disamping akan mengurangi risiko dari investasi Anda. 5. Langkah selanjutnya setelah kita membeli reksadana kita tidak perlu melihat indeks

bursa ataupun harga saham setiap hari, karena hal tersebut akan mengganggu psikologis kita. Dan jika kebetulan indeks sedang jatuh akan mempengaruhi kondisi psikologis kita menjadi negatif, yang pada akhirnya akan mengganggu konsentrasi kita dalam bekerja. Anggap saja investasi itu merupakan uang lebih, yang kalau pun habis tidak akan mengganggu kondisi finansial kita secara signifikan. Oleh karena itu, banyak finansial advisor yang menyarankan, jika kita berinvestasi seyogyanya tidak terlalu bernafsu apalagi sampai menggunakan uang yang sifatnya untuk keperluan urgent.

6. Kapan kita harus menjual reksadana kita? Walaupun pada poin 5 disebutkan bahwa kita tidak perlu untuk mengecek indeks bursa terus-menerus, tapi kita tidak boleh menutup mata melihat perkembangan ekonomi makro disekitar kita. Pada intinya reksadana dapat dijual setiap hari. Namun kapan waktu untuk menjualnya kembali itu dapat didasarkan pada preferensi kita masing-masing sebagai investor.

Misalnya kita menjual saat target hasil dari investasi kita (yield) adalah 50 % maka kita bisa menjualnya saat reksadana itu nilainya pasarnya sudah mencapai 50 % dari nilai pasar. Yang perlu mendapat catatan disini adalah biasanya pada saat awal membeli reksadana pihak agen penjual memberikan informasi jika reksadana dijual dalam kurun waktu kurang dari setahun atau dalam kurun waktu yang disepakati bersama akan dikenakan tambahan biaya penalti yang besarannya tergantung masing-masing jenis produk reksadana yang dibeli.

Pada saat nilai reksadana kita turun dan harga-harga saham berjatuhan sebaiknya kita tidak perlu panik, karena kembali lagi ke poin 5 kita anggap hal itu sebagai uang lebih yang kalau hilang tidak perlu takut. Karena jika kita ikut panik dengan kondisi pasar maka kerugianlah yang akan kita terima. Namun jika kita bersabar maka berdasarkan data-data historis untuk reksadana yang berkualitas bagus dalam hal instrumen penyusunnya (terdiri dari saham-saham ataupun obligasi dari perusahaan ternama/ besar) kecenderungannya nilai pasarnya akan terus naik setelah periode bearish berlalu.

7. Bagaimana untuk memperoleh Nilai Aktiva Bersih harian Reksadana? Kita bisa membacanya di koran-koran bisnis nasional seperti Bisnis Indonesia, Investor Daily ataupun Kontan. Beberapa dari koran tersebut juga menyediakan website, seperti yang dapat diakses pada www.kontan.co.id.

Jadi, tidak tertutup kemungkinan bagi kita sebagai Pegawai Negeri Sipil untuk berinvestasi di Pasar Modal yang identik dengan stigma investasi beresiko tinggi dan hanya cocok untuk investor kelas kakap. Dengan memiliki tabungan reksadana sejak dini, tidak mustahil kita

(5)

akan mendapatkan manfaat yang besar di hari tua dan tidak tergantung dengan uang pensiun yang relatif kecil.

Selamat berinvestasi di Pasar Modal Indonesia !

Jika kita mempunyai kecenderungan risk takers maka tidak ada salahnya kita memilih investasi dalam reksadana saham, di mana mayoritas instrumen penyusun reksadana itu (80%) berupa saham. Namun berbeda kalau kita cenderung berada dalam kelompok risk averse. Ada baiknya kita memilih reksadana pasar uang atau pendapatan tetap.

Sumber Gambar: http://www.investortrip.com/images/china_stocks.jpg

(6)

Referensi

Dokumen terkait

Mery : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Harga Saham di Pusat Informasi Pasar Modal Medan, 2004... Mery : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Harga Saham di Pusat

Fluktuasi harga saham cenderung mempengaruhi minat investasi pada perusahaan yang bersangkutan. Harga saham dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik secara mikro

Harga saham ditentukan oleh emiten dan penjamin emisi yang didasarkan pada analisis fundamental emiten. Hasil penjualan saham, keseluruhannya masuk sebagai modal perusahaan.. 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebagai salah satu instrumen pasar modal pertama kali diperkenalkan pada 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga saham

Penelitian ini merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar modal dengan mengamati pergerakan harga saham untuk mengetahui apakah ada abnormal return yang diperoleh pemegang

EFISIENSI PASAR SAHAM SYARIAH DENGAN EVENT STUDY : PENGARUH PENGUMUMAN PEMBAGIAN DIVIDEN TERHADAP RETURN HARGA SAHAM-.. SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) PERIODE DESEMBER 2010

Sebaliknya, bukti integrasi pasar saham dalam Uni Eropa cenderung menjadi kuat ketika analisis kointegrasi dilakukan dengan menggunakan data jangka waktu yang lebih lama (Serletis

Harga saham yang lebih rendah setelah dilakukan pemecahan saham stock split akan meningkatkan investor kecil untuk melakukan investasi sehingga akan menunjukan pasar yang semakin