• Tidak ada hasil yang ditemukan

الله ِهْيَلَع

Dalam dokumen studi hadis - UIN Sunan Ampel Surabaya (Halaman 41-53)

tuan bakal diusir oleh kaummu sendiri’. Nabi saw.

bertanya, ‘Benarkah mereka akan mengusir saya?’

Waraqah menjawab, ‘Benar, belum pernah seorang pun yang diberi wahyu seperti tuan yang tidak dimusuhi orang. Apabila saya masih diberi kehidupan kelak, niscaya saya akan menolong tuan semampu saya’. Selang beberapa waktu kemudian Waraqah meninggal dunia dan wahyu pun terputus untuk sementara waktu. (HR.al- Bukha>ri>).

َِّبَّنلا ُتْيَأَر َلاَق و رْمَع ِنْب َِّللَّا ِدْبَع ْنَع ىَّلَص

ُالله

‘Ya Rasulullah, saya ingin tahallul (bercukur atau memotong rambut) sebelum menyembelih kurban’.

Nabi menjawab, ‘Sembelihlah, tidak masalah’. Maka tidaklah Rasulullah saw. pada waktu itu ditanya perihal mendahulukan atau mengakhirkan manasik haji kecuali beliau bersabda.’Kerjalan, tidak masalah.

(HR. al-Bukha>ri>).

َلاَق َةَناَوَع وُبَأ اَنَ ثَّدَح َلاَق َليِعاَْسَِإ ُنْب ىَسوُم اَنَ ثَّدَح ْيَْ بُج ُنْب ُديِعَس اَنَ ثَّدَح َلاَق َةَشِئاَع ِبَِأ ُنْب ىَسوُم اَنَ ثَّدَح ِهِب َلَجْعَ تِل َكَناَسِل ِهِب ْكِيرَُتَ َلا َلَاَعَ ت ِهِلْوَ ق ِف ساَّبَع ِنْبا ِنَع ِليِزْنَّ تلا َنِم ُجِلاَعُ ي َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص َِّللَّا ُلوُسَر َناَك َلاَق اَمُهُكِيرَحُأ َنََأَف ساَّبَع ُنْبا َلاَقَ ف ِهْيَ تَفَش ُكِيرَُيَ اَِّمِ َناَكَو ،ًةَّدِش ُكِيرَُيَ َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص َِّللَّا ُلوُسَر َناَك اَمَك ْمُكَل .اَمُه

.اَمُهُكِيرَُيَ ساَّبَع َنْبا ُتْيَأَر اَمَك اَمُهُكِيرَحُأ َنََأ ديِعَس َلاَقَو َلَجْعَ تِل َكَناَسِل ِهِب ْكِيرَُتَ َلا َلَاَعَ ت َُّللَّا َلَزْ نَأَف ِهْيَ تَفَش َكَّرَحَف ، َكِرْدَص ِف ُهَل ُهُعَْجَ َلاَق ُهَنآْرُ قَو ُهَعَْجَ اَنْ يَلَع َّنِإ ِهِب ُهَأَرْقَ تَو

اَنْ يَلَع َّنِإ َُّثُ ْتِصْنَأَو ُهَل ْعِمَتْساَف َلاَق ُهَنآْرُ ق ْعِبَّتاَف ُهَنَْأَرَ ق اَذِإَف

ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص َِّللَّا ُلوُسَر َناَكَف .ُهَأَرْقَ ت ْنَأ اَنْ يَلَع َّنِإ َُّثُ ُهَناَيَ ب ْسا ُليِْبَِج ُهَتََأ اَذِإ َكِلَذ َدْعَ ب َمَّلَسَو ُليِْبَِج َقَلَطْنا اَذِإَف ،َعَمَت

.ُهَأَرَ ق اَمَك َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص ِبَّنلا ُهَأَرَ ق

10

Mu>sa> ibn Isma>’i>l bercerita kepada kami, katanya Abu>

‘Awa>nah bercerita kepada kami, katanya Mu>sa> ibn Abi

‘Aishah bercerita kepada kami, katanya Sa’i>d ibn Jubayr bercerita kepada kami dari Ibn ‘Abba>s ketika mengomentari firman Allah “Jangan kamu gerakkan bibirmu untuk membaca al-Qur’an karena hendak cepat-cepat menguasainya”. Kata Ibn ‘Abba>s, ‘Nabi saw. menuturkan ayat yang diturunkan dengan suara keras sampai Nabi menggerakkan bibir untuk memberi contoh buat kalian sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi saw.’ Sa’i>d berkata, ‘Saya pun turut menggerakkan bibir sebagaimana yang saya saksikan dari perilaku ibn Abba>s’. Maka turunlah firman-Nya,

“Janganlah kamu gerakkan bibirmu untuk membaca al- Qur’an karena hendak cepat-cepat menguasainya.

Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya di dadamu, dan membuat kamu pandai membacanya”. (QS. al-Qiya>mah: 16-17).

Katanya. ‘Yakni menghimpunkan untuk al-Qur’an di

10 Ibid., III, 12

dalam dadamu dan kamu mampu membacanya.

“Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaan itu”. Katanya, ‘Yakni dengarkan dan perhatikan’. “Kemudian sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya” QS. al-Qiya>mah:

18-19). Katanya, ‘Yakni karena anugrah Kami akhirnya kamu dapat membacanya. Maka setelah Nabi saw. didatangi Jibril, Nabi selalu tekun mendengarkan, dan apabila Jibril telah pergi maka Nabi dapat membacanya seperti yang dibacakan oleh Jibril kepadanya. (HR. al-Bukha>ri>).

ُسُنوُي َنََرَ بْخَأ َلاَق َِّللَّا ُدْبَع َنََرَ بْخَأ َلاَق ُناَدْبَع اَنَ ثَّدَح ُدْبَع َنََرَ بْخَأ َلاَق دَّمَُمُ ُنْب ُرْشِب اَنَ ثَّدَحَو ح ِيىِرْه زلا ِنَع َلاَق ُهَوَْنَ ِيىِرْه زلا ِنَع رَمْعَمَو ُسُنوُي َنََرَ بْخَأ َلاَق َِّللَّا ْيَ بُع ِنَِرَ بْخَأ َناَك َلاَق ساَّبَع ِنْبا ِنَع َِّللَّا ِدْبَع ُنْب َِّللَّا ُد

َناَكَو ،ِساَّنلا َدَوْجَأ َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص َِّللَّا ُلوُسَر

َناَكَو ،ُليِْبَِج ُهاَقْلَ ي َيِْح َناَضَمَر ِف ُنوُكَي اَم ُدَوْجَأ

ُيَ ف َناَضَمَر ْنِم ةَلْ يَل ِيلُك ِف ُهاَقْلَ ي

ُلوُسَرَلَ ف ،َنآْرُقْلا ُهُسِراَد

ِحيِيرلا َنِم ِْيَْْلِْبِ ُدَوْجَأ َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص َِّللَّا ِةَلَسْرُمْلا .

11

‘Abda>n bercerita kepada kami, katanya ‘Abd Alla>h bercerita kepada kami, katanya Yu>nus mengabarkan kepada kami dari al-Zuhri> (h) dan Bisyr ibn Muhammad bercerita kepada kami, katanya ‘Abd Alla>h bercerita kepada kami, katanya ‘Abd Alla>h bercerita kepada kami, katanya Yu>nus dan Ma’mar bercerita kepada kami dari al-Zuhri> dengan matan hadis yang sama, dikatakan pula ‘Ubayd Alla>h ibn

‘Abd Alla>h bercerita kepadaku dari Ibn ‘Abba>s, katanya: ‘Nabi Muhammad saw. adalah sosok manusia yang amat pemurah, dan tampak lebih pemurah sewaktu di bulan Ramadan, yaitu ketika Jibril menemuinya. Biasanya Jibril datang kepada Nabi saw.

setiap malam di bulan Ramadan, dan keduanya membaca al-Qur’an dengan bergantian. Sungguh Nabi tampak lebih pemurah untuk berbuat kebajikan sebagaimana sejuknya angin yang berhembus. (HR. al- Bukha>ri>).

11 Ibid., III, 56

Contoh hadis taqri>ri> atau sunnah taqri>riyyah adalah:

َّدَح ِشَمْعَلأا ِنَع َةَيِواَعُم وُبَأ َنََرَ بْخَأ َلاَق مَلَس ُنْب ُدَّمَُمُ اَنَ ث ىَسوُم ِبَِأَو َِّللَّا ِدْبَع َعَم اًسِلاَج ُتْنُك َلاَق قيِقَش ْنَع ِدَِيج ْمَلَ ف ،َبَنْجَأ ًلُجَر َّنَأ ْوَل ىَسوُم وُبَأ ُهَل َلاَقَ ف ِيىِرَعْشَلأا َمَأ ،اًرْهَش َءاَمْلا ِهِذَِبِ َنوُعَ نْصَت َفْيَكَف ىِيلَصُيَو ُمَّمَيَ تَ ي َناَك ا

اًبِييَط اًديِعَص اوُمَّمَيَ تَ ف ًءاَم اوُدَِتَ ْمَلَ ف ِةَدِئاَمْلا ِةَروُس ِف ِةَيلآا َدَرَ ب اَذِإ اوُكَشْوَلأ اَذَه ِف ْمَُلَ َصِيخُر ْوَل َِّللَّا ُدْبَع َلاَقَ ف َ تَ ي ْنَأ ُءاَمْلا ُمِهْيَلَع اَذِل اَذَه ْمُتْهِرَك اََّنَِّإَو ُتْلُ ق .َديِعَّصلا اوُمَّمَي

َرَمُعِل راَّمَع َلْوَ ق ْعَمْسَت َْلََأ ىَسوُم وُبَأ َلاَقَ ف .ْمَعَ ن َلاَق َِّللَّا ُلوُسَر ِنَِثَعَ ب ىَّلَص

ُالله ِهْيَلَع َمَّلَسَو ،ُتْبَ نْجَأَف ةَجاَح ِف

َّرَمَتَ ف ،َءاَمْلا ِدِجَأ ْمَلَ ف ،ُةَّباَّدلا ُغَّرََتَ اَمَك ِديِعَّصلا ِف ُتْغ

ِيِبَّنلِل َكِلَذ ُتْرَكَذَف ىَّلَص

ُالله ِهْيَلَع َمَّلَسَو َناَك اََّنَِّإ َلاَقَ ف

ِضْرَلأا ىَلَع ًةَبْرَض ِهِيفَكِب َبَرَضَف .اَذَكَه َعَنْصَت ْنَأ َكيِفْكَي ِيفَك َرْهَظ اَِبِ َحَسَم َُّثُ ،اَهَضَفَ ن َُّثُ

ِهِلاَِشِ َرْهَظ ْوَأ ،ِهِلاَمِشِب ِه

َْلَ َرَمُع َرَ ت ْمَلَ فَأ َِّللَّا ُدْبَع َلاَقَ ف ُهَهْجَو اَمِِبِ َحَسَم َُّثُ ،ِهِيفَكِب ُتْنُك قيِقَش ْنَع ِشَمْعَلأا ِنَع ىَلْعَ ي َداَزَو راَّمَع ِلْوَقِب ْعَنْقَ ي ُبَأ َلاَقَ ف ىَسوُم ِبَِأَو َِّللَّا ِدْبَع َعَم َلْوَ ق ْعَمْسَت َْلََأ ىَسوُم و

َِّللَّا َلوُسَر َّنِإ َرَمُعِل راَّمَع ىَّلَص

ُالله ِهْيَلَع َمَّلَسَو َنََأ ِنَِثَعَ ب

َِّللَّا َلوُسَر اَنْ يَ تَأَف ،ِديِعَّصلِبِ ُتْكَّعَمَتَ ف ُتْبَ نْجَأَف َتْنَأَو ىَّلَص

ُالله ِهْيَلَع َمَّلَسَو ِإ َلاَقَ ف ُهَنَْرَ بْخَأَف .اَذَكَه َكيِفْكَي َناَك اََّنَّ

ًةَدِحاَو ِهْيَّفَكَو ُهَهْجَو َحَسَمَو .

12

Muhammad ibn Sala>m bercerita kepada kami, katanya Abu> Mu’a>wiyah bercerita kepada kami dari al-A’ma>sh dari Sha>qiq, katanya, saya duduk di sisi ‘Abd Alla>h ibn Mas’u>d dan Abu> Mu>sa> al-Ash’ari>. Abu> Mu>sa> bertanya kepada ‘Abd Alla>h, ‘Bagaimana pendapatmu tentang orang junub lalu ia tidak mendapatkan air selama satu bulan, bolehkah ia tayamum dan salat? Dan bagaimana sikapamu terhadap firman Allah,. “Lalu kamu tidak mendapat air maka bertayamumlah dengan tanah yang suci (baik)”. Maka ‘Abd Allah ibn Mas’u>d menjawab.

‘Kalau mereka diberi kelonggaran dalam masalah seperti ini, tentu yang lebih dikhawatirkan adalah mereka yang tertimpa kedinginan terhadap air, mereka

12 Ibid., II, 89

lalu hanya bertayamum dengan debu!’. Saya (al- A’mash) bertanya kepada Sha>qiq, ‘Apakah keengganan dia lantaran fatwanya ibn Mas’u>d itu?’

Jawabnya, ‘Ya’. Abu> Mu>sa> bertanya lagi. ‘Tidakkah anda mendengar peringatan Ammar kepada Umar:

Saya dikirim (diutus) Nabi saw. untuk suatu hajat, lalu saya junub, dan saya tidak mendapatkan air wudu’ itu, maka saya berguling-guling di pasir seperti binatang yang berguling-guling lalu saya ceritakan ihwal tersebut kepada Nabi saw. Nabi pun menasehati saya, dan bersabda, ‘Cukup bagimu melaksanakan berikut ini’. Nabi memukulkan kedua telapak tangan ke bumi sekali, lalu ditiupnya, setelah itu diusapkan kepada kedua punggung tangannya, dan kepada wajahnya.

Maka ‘Abd Alla>h menjawab, ‘Apakah anda tidak tahu kalau ‘Umar tidak puas dengan ucapan (peringatan) Amma>r?’ Dalam riwayat Ya’la>, dari al-A’ma>sh, dari Sha>qiq ada tambahan: Saya bersama ‘Abd Alla>h dan Abu< Mu>sa>, maka Abu> Musa> berkata (kepada ibn Mas’u>d). ‘Tidakkah anda mendengar peringatan Ammar kepada Umar’. Katanya. ‘Rasululllah saw.

mengutus saya dan anda (wahai Umar), saya jawab lalu saya berguling-guling di tanah, lalu kita menghadap Nabi saw. untuk menceritakan ihwal kita kepada Nabi.’ Maka Nabi bersabda. “Cukup bagimu melaksanakan berikut ini”. Nabi mencontohkan dengan mengusap wajah dan kedua tangan dengan sekali pukulan (tangan ke bumi) (HR. al-Bukha>ri>).

ِنَع سَنَأ ُنْب ُكِلاَم َنََرَ بْخَأ َلاَق َفُسوُي ُنْب َِّللَّا ُدْبَع اَنَ ثَّدَح َِّللَّا َلوُسَر َّنَأ ِهيِبَأ ْنَع َِّللَّا ِدْبَع ِنْب ِِلَاَس ْنَع باَهِش ِنْبا ُظِعَي َوُهَو ِراَصْنَلأا َنِم لُجَر ىَلَع َّرَم َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص ِف ُهاَخَأ ُهْعَد َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص َِّللَّا ُلوُسَر َلاَقَ ف ،ِءاَيَْلِا

.ِناَيمِلإا َنِم َءاَيَْلِا َّنِإَف

13

’Abd Alla>h ibn Yu>suf bercerita kepada kami, katanya Ma>lik ibn Anas mengabarkan kepada kami dari Ibn Shiha>b dari Sa>lim ibn ‘Abd Alla>h dari ayahnya bahwasanya Rasulullah saw. berjalan melintasi seorang anshar yang sedang memberi nasehat (peringatan) saudaranya tentang rasa malu. Maka Rasul saw.

bersabda, “Tinggalkanlah dia! sesungguhnya rasa malu itu sebagian dari iman ( HR. al-Bukha>ri>).

ِالله ِلْوُسَر َفْلَخ ُتْيَلَص : َلاَق ُةَعاَفِر ْنَع ىَّلَص

ُالله ِهْيَلَع

َمَّلَسَو ِهْيِف اًكَراَبُم اًرْ يِثَك اًدَْحَ ِلله ُدْمَْلَِا : ُتْلُقَ ف ُتْسَطَعَ ف .

14

13 Ibid., III, 45

14Naysabu>ri> (al), Abu ‘Abd Alla>h Muhammad al-Ha>kim, al-Mustadrak

‘ala al-Sahihayn (Madinah: al-Maktabah al-‘Ilmiyyah, 1996), 16

Dinarasikan dari Rifa’ah ra., katanya: Saya salat bermakmum di belakang Nabi, lalu saya bersin dan saya mengucapkan “Segala puji bagi Allah yang banyak yang penuh keberkatan di dalamnya … (HR.

Ha>kim).

Perilaku sahabat dalam hadis terakhir tidak dikomentari oleh Nabi sebagai amalan yang salah, maka menjadi hadis taqri>ri> atau sunnah taqri>riyyah.

Contoh hadis ahwa>li> yang berkenaan dengan sifat Nabi dijelaskan dalam hadis dari Anas bin Malik sebagai berikut:

.اًقْلَخ ِساَّنلا َنَسْحَا َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص ِالله ُلْوُسَر َناَك

15

Rasulullah saw. adalah orang yang paling mulya akhlaknya (HR. Al-Buha>ri>).

Contoh hadis ahwa>li> yang berkenaan dengan fisik Nabi dalam beberapa hadis disebutkan di antaranya:

ا ًهْجَو ِسا َّنلا َن َسْحَا َمَّل َسَو ِه ْيَلَع ُالله ىَّلَص ِالله ُلْوُسَر َناَك .ِْيِْصَقلِْبِ َلاَو ِلْيِوَّطلِبِ َسْيَل اًقْلَخ ُهَنَسْحَاَو

16

15 Muhammad ibn Isma>’i>l al-Bukha>ri>, S{ahí>h al-Bukha>ri> , II, 17

16 Muslim Ibn al-Hajja>j, S{ahí>h Muslim (Beiru>t: Da>r al-Fikr, 1992 M.), II, 15.

“Rasulullah saw. adalah manusia yang sebaik-baiknya rupa dan tubuh, keadaan pisiknya tidak tinggi dan tidak pendek”. (HR. Muslim).

Contoh hadis hammi> dalam sebuah Hadis dari Ibn Abbas dinyatakan bahwa ketika Nabi berpuasa pada hari ‘Asyu>ra>

tanggal 10 dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa, mereka berkata: “Wahai Nabi, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani”. Nabi bersabda:

ُالله َءآَش ْنِا ِلِبْقُلمْا ُماَع َناَك اَذِاَف ُص

ْم اَن َمْوَ يل ْا .َعِساَتل ا

“Tahun yang akan datang insya Allah aku akan berpuasa pada hari yang kesembilan”. (HR. Muslim).17

Sikap Nabi demikian untuk menghindari waktu yang bersamaan dengan puasa orang Yahudi dan Nasrani. Pada saat hadis di atas disabdakan, Nabi berpuasa pada tanggal 10 dan setelah para sahabat memberitahu bahwa saat itu adalah saat puasa bagi pemeluk dua agama di atas, Nabi kemudian bercita- cita untuk berpuasa pada tanggal 9 ‘Asyu>ra>. Hasrat dan cita-cita itu belum sempat terealisir karena beliau wafat sebelum datang bulan ‘Asyura tahun berikutnya.

17 Ibid., I, 45

3. Pengertian Sunnah

Menurut bahasa sunnah berarti jalan dan kebiasaan yang baik atau yang jelek atau dikatakan pula dengan jalan (yang dijalani) baik yang terpuji maupun tercela. Bisa juga diartikan dengan jalan yang lurus. Berkaitan dengan pengertian dari sudut kebahasaan ini, Rasul saw. bersabda:

ِهِلِعاَف ِرْجأ ُلْثِم ُهَلَ ف ْيَْخ ىَلَع َّلَد ْنَم .

18

Barangsiapa yang menunjukkan pada suatu kebaikan, maka baginya seperti pahala orang yang mengerjakan kebaikan itu”. (HR. Muslim).

Pada hadis lain Rasul saw. bersabda pula:

ْوَل َّتََّح عاَرِذِب اًعاَرِذَو ْبَِشِب اًرْ بِش ْمُكِلْبَ ق ْنِم َنْيِذَّلا َنَنُس َّنَعِبَّتَ تَل بَض َرْحُج اْوُكَلَس

.

19

Sungguh kamu akan mengikuti kebiasaan atau jalan orang-orang sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga meskipun mereka memasuki lubang biawak, (niscaya kamu akan mengikutinya) (HR.al- Bukha>ri>).

18 Ibid., II, 9

19 Muhammad ibn Isma>’i>l al-Bukha>ri>, S{ahí>h al-Bukha>ri> , II, 67

Berbeda dengan pengertian kebahasaan di atas, dalam al-Qur'an, kata “sunnah” mengacu kepada arti “ketetapan atau hukum Allah”. Hal ini, seperti dapat dilihat pada surat al-Kahfi ayat 55, al-Isra>' ayat 77, al-Anfa>l ayat 38, al-Hijr ayat 13, al- Ahza>b ayat 38. 62, al-Fa>t}ir ayat 43, dan al-Mukmin ayat 85.

Bila kata sunnah diterapkan ke dalam masalah-masalah hukum syara', maka yang dimaksudkan dengan kata sunnah di sini, ialah segala sesuatu yang diperintahkan, dilarang, dan dianjurkan oleh Rasulullah saw. baik berupa perkataan maupun perbuatannya. Dengan demikian, apabila dalam dalil hukum syara' disebutkan al-Kitab dan al-Sunnah, maka yang dimaksudkannya adalah al-Qur’an dan Hadis.

Adapun sunnah menurut istilah, sebagaimana dalam mendefinisikan hadis, di kalangan para ulama terdapat perbedaan pendapat. Ada yang mengartikannya sama dengan hadis, ada yang membedakannya, bahkan ada yang memberikan syarat-syarat tertentu, yang berbeda dengan istilah hadis.

Pengertian sunnah menurut ahli hadis. ialah:

لُك َرِثُا اَم ِنَع َّنلا ىَّلَص ِِب ُالله ِهْيَلَع َمَّلَسَو ْنِم لْوَ ق ْوَا لْعِف

ْوَا رْيِرْقَ ت ةَفِصْوَا ةَّيِقْلَخ ةَّيِقُلُخْوَا ةَرْ يِسْوَا

ءاَوَس

Dalam dokumen studi hadis - UIN Sunan Ampel Surabaya (Halaman 41-53)