• Tidak ada hasil yang ditemukan

لا َةَّيِصَو

Dalam dokumen studi hadis - UIN Sunan Ampel Surabaya (Halaman 112-120)

َلا

Dari berbagai penjelasan tentang fungsi hadis terhadap al- Qur’an di atas, menurut ‘Abd al-Wahha>b Khalla>f, secara garis besar, ada tiga fungsi utama hadis Nabi terhadap al-Qur’an.

Pertama, menetapkan dan menguatkan hukum yang ada dalam al- Qur’an. Dengan demikian sebuah hukum dapat memiliki dua sumber hukum sekaligus, yaitu al-Qur’an dan hadis. Misalnya tentang kewajiban shalat, zakat, dan lain sebagainya. Kedua, memerinci dan menjelaskan hukum-hukum dalam al-Qur’an yang masih global, membatasi yang mutlaq dan men-takhsi>s keumuman ayat al-Qur’an. Kesemuanya itu dilakukan dalam rangka menjelaskan maksud al-Qur’an atau menjelaskan apa yang dikehendaki oleh al-Qur’an. Misalnya, perintah al-Qur’an tentang mendirikan salat, maka hadis menjelaskan secara terperinci tentang teknis pelaksanaan salat. Al-Qur’an memerintahkan untuk menunaikan zakat, maka hadis menjelaskan berapa bagian dari harta yang wajib dikeluarkan atau dizakati. Ketiga, membuat atau menetapkan hukum yang tidak ditetapkan dalam al-Qur’an.

Misalnya, larangan memakan binatang buas yang bertaring atau yang berkuku, larangan memakai pakaian sutra dan cincin emas bagi laki-laki dan lain sebagainya.29

Dengan memperhatikan dalil-dalil kehujjahan hadis serta fungsi hadis terhadap al-Qur’an, maka tidak ada alasan untuk menolak keberadaan hadis sebagai sumber ajaran agama Islam.

Beberapa dalil di atas, baik yang bersifat nakli maupun akli telah cukup merepresentasikan keberadaan hadis sebagai sumber hukum ajaran agama Islam. Di samping itu, dengan melihat

29‘Abd al-Wahhab Khalla>f, ‘Ilm Us}u>l, 39-40

fungsi hadis terhadap al-Qur’an, maka mustahil dalam mengerjakan syariat Islam tanpa menjadikan hadis Nabi sebagai sumber ajaran Islam. Di sinilah letak penting kedudukan hadis Nabi.

****

Rangkuman Materi

1. Hadis memiliki kedudukan yang sangat penting bagi ajaran Islam, menjadi sumber ajaran Islam kedua sesudah al-Qur’an.

2. Dalil kehujjahan hadis ada yang bersifat nakli (berdasarkan al-Qur’an dan hadis) dan akli (rasional).

3. Hadis berfungsi sebagai penguat dan penjelas bagi al- Qur’an serta menetapkan ketentuan hukum yang tidak terdapat dalam al-Qur’an.

Latihan

1. Jelaskan kedudukan hadis sebagai sumber ajaran agama!

2. Jelaskan dalil kehujjahan hadis!

3. Sebutkan satu persatu, apa saja fungsi hadis terhadap al- Qur’an!

Daftar Bacaan

‘Abd al-Wahhab Khallaf, ‘Ilm Us}u>l al-Fiqh. Kuwait: Dar al-Qalam, 1978

Abu> ‘Abd Alla>h Ibn Ya>zid ibn Ma>jah, Sunan Ibn Ma>jah (Beiru>t: Da>r al-Fikr, tth.)

Fatchurrahman, Ikhtis{ar Must{alahul Hadith. Bandung: al-Ma’arif, 1987

Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis.Jakarta:

Bulan Bintang, 1991.

Idri, Studi Hadis, Jakarta: Prenada Media Group, 2013

M. Syuhudi Ismail, Hadis Nabi Menurut Pembela, Pengingkaran dan Pemalsuannya. Jakarta: Gema Insani Press, 1995

Muhammad ‘Ajjaj al-Khaf}ib, Us}u>l al-Hadi>th| ‘Ulu>muh wa Must}alahuh. Beirut: Dar al-Fikr, 1989

Muhammad ibn Isma>’i>l al-Bukha>ri>, S{ahí>h al-Bukha>ri> (Beiru>t: Da>r al- Fikr, tth.)

Mukhtar Yahya dan Fatchurrahman, Dasar-dasar Pembinaan Hukum Fiqh Islam. Bandung: al-Ma’arif, 1986

Muslim Ibn al-Hajja>j, S{ahí>h Muslim (Beiru>t: Da>r al-Fikr, 1992 M.) Must}afa> al-Siba>’i>, al-Sunnah wa Maka>natuha> fî al-Tashri>’ al-Isla>mi>,

Beirut : al-Maktab al-Islami, 1985 M.

S}ubhi> al-S}a>lih, ‘Ulu>m al-Hadi>th| wa Must}alahuh. Beirut: Dar al-‘Ilm li al-Malayin, 1988

Software mausu’ah Hadith al-Syarif

Sulayma>n ibn Ash’ath Abu> Da>wud, Sunan Abi> Da>wud (Beiru>t: Da>r al-Fikr, 1988)

91

PENULISAN HADIS DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA

Pengantar

Hadis Nabi telah ditulis sejak masa Rasulullah. Para ulama berbeda pendapat tentang penulisan hadis karena memang ada hadis yang melarang penulisan hadis dan ada pula yang memperbolehkannya. Sungguhpun demikian, penulisan hadis telah dilakukan oleh umat Islam, di samping kebanyakan dihafalkan. Bahkan, pada masa khalifah ‘Umar ibn ‘Abd al-‘Azi>z (99-101 H.), dilakukan kodifikasi hadis yang menjadi awal mula dibukukannya hadis-hadis Nabi dalam kitab-kitab hadis.

Deskripsi Singkat Materi Pembelajaran

Pada bab 3 ini, perkuliahan difokuskan pada penulisan dan kodifikasi hadis serta sejarah perkembangannya yang mencakup bahasan tentang pro dan kontra pendapat tentang penulisan hadis, sejarah hadis pada masa Rasulullah dan para sahabat, hadis pada masa kodifikasi, dan hadis pada masa pasca kodifikasi.

Dalam bab ini dijelaskan tentang silang pendapat para ulama tentang boleh tidaknya menulis hadis menurut Rasulullah karena memang ada hadis yang melarang penulisan itu dan ada pula yang membolehkannya. Silang pendapat ini perlu dijelaskan sebelum penjelasan tentang sejarah penulisan hadis Nabi saw. agar

mahasiswa mengetahui bagaimana sesungguhnya sikap Rasulullah terhadap hadis-hadis yang disampaikannya, terutama dari segi penulisan. Selanjutnya dijelaskan tentang sejarah penulisan hadis yang dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase sebelum masa kodifikasi, fase masa kodifikasi, dan fase pasca kodifikasi.

Sejarah dan aktifitas penulisan pada ketiga fase ini perlu dikaji agar mahasiswa mengetahui bagaimana penulisan hadis pada masa-masa itu, kreatifitas para ulama dalam menyusun kitab- kitab hadis dengan metode yang beragam, dan ciri khas yang melekat pada masing-masing fase itu.

Tujuan Pembelajaran

Tujuan yang hendak dicapai melalui pembelajaran bab ini adalah untuk mengkaji pendapat para ulama yang pro dan kontra terhadap penulisan hadis, sejarah penulisan hadis pada masa Rasulullah dan para sahabat, kodifikasi hadis, dan keberadaan hadis pada masa pasca kodifikasi.

Uraian Materi

A. Pro dan Kontra Penulisan Hadis

Hadis Nabi saw sampai kepada kita melalui proses sejarah cukup panjang, dimulai sejak masa Nabi saw awal abad I H.

sampai dengan masa penyempurnaan penyusunan kitab-kitab hadis, sekitar abad IV-V H. Pengetahuan tentang sejarah perjalanan hadis Nabi saw ini sangat penting bagi studi hadis itu

sendiri. Dengan pengetahuan ini, seseorang akan memahami dengan sesungguhnya bagaimana hadis Nabi dituturkan dan disebarkan dengan pengawalan ekstra hati-hati sehingga menghasilkan berbagai ilmu yang berkaitan dengan kaidah- kaidah periwayatan dan penerimaan hadis.

Selanjurnya pada saat yang sama, diketahui betapa besar tantangan yang dihadapi dalam perjalanan pemeliharaan hadis tersebut, dan betapa besar jasa para ulama hadis yang telah berjuang mengawal hadis, termasuk mereka yang telah berhasil merintis dan mengembangkan keilmuan di bidang hadis Nabi.

Jika periwayatan dan penuturan al-Qur’an harus disampaikan dengan menjaga kesamaan dan ketepatan redaksinya (riwa>yah bi al-lafz{), maka penuturan hadis Nabi boleh diriwayatkan bi al-ma’na> (ditekankan pada kebenaran maknanya, bukan redaksinya). Oleh karena itu, keragaman redaksi hadis Nabi saw. tidak dapat dielakkkan dan bahkan bisa dipalsukan.

Dalam konteks ini, pengetahuan tentang sejarah perkembangan dan pembukuan hadis Nabi akan membantu memahami usaha yang dilakukan Nabi bersama para sahabat dan para ulama dalam menjaga otentisitas hadis Nabi saw.

Dari beberapa catatan tentang hadis pada masa Nabi saw., ada dua hal penting yang perlu dikemukakan, yaitu larangan menulis hadis dan perintah menulis hadis. Pada awalnya, Nabi saw. melarang para sahabat untuk menulis hadis karena dikhawatirkan akan terjadi percampuran antara ayat-ayat al- Qur'an dengan hadis. Misalnya dalam sebuah hadis riwayat Abu>

Sa’i>d al-Khudzri> disebutkan:

َلا

Dalam dokumen studi hadis - UIN Sunan Ampel Surabaya (Halaman 112-120)