SUBAK WANGAYA BETAN DALAM TRANSFORMASI PERTANIAN
9. Potensi Umum Subak
9.6 Sistem Budaya di Subak Wangaya Betan
9.6.2 Agama dan Kepercayaan
Landasan utama pengorganisasian seluruh subak yang ada di pelosok Bali mengacu pada konsep Tri Hita Karana, yakni tiga unsur penyebab kebahagiaan / kesejahteraan dalam kehidupan manusia khususnya masyarakat Bali. Ada pun unsur - unsurnya meliputi Tuhan Yang Maha Esa (parhyangan), manusia (pawongan), dan alam lingkungan (palemahan).
Untuk mencapai kebahagiaan material maupun spiritual, maka manusia (anggota subak) perlu menciptakan dan membina keserasian serta keharmonisan hubungan timbal balik antara ketiga unsur tersebut. Salah satu hubungan timbal balik tersebut adalah hubungan antara manusia dengan Sang Pencipta, sebagai salah satu aspek kepercayaan yang dianut oleh subak, yang dinyatakan dengan wujud kepercayaan kepada Dewi Sri (Dewi Kesuburan), bangunan suci dan upacara keagamaan.
Kegiatan upacara keagamaan yang ada di Subak Wangaya Betan disesuaikan dengan pola tanam yang disepakati oleh anggota subak baik secara bersama-sama oleh semua anggota subak maupun upacara keagamaan yang dilakukan secara perorangan di petak sawah masing-masing anggota subak. Upacara keagamaan tersebut terdiri dari upacara magpag toya, ngendagin, ngurit, mawinit pantun, ngerasikan, nandur, upacara tanaman berumur 1, 2, dan 3 bulan, padi meikuh lasan, memanen padi, merias Nini Kaki dan Nini Manuh, upacara padi di lumbung, upacara menurunkan padi, mrelina Dewa Nini, yang semua runutan upacara keagamaan ini telah dibahas pada bahasan awig-awig Subak Wangaya Betan.
Sebagai wujud fisik salah satu implementasi dalam hal menjaga keselarasan hubungan antara anggota subak dengan Tuhan Yang Maha Esa diwujudkan sebagai bangunan suci yang disebut Pura. Pura adalah sebagai tempat untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) beserta manifestasinya. Warga Subak Wangaya Betan dalam melakukan persembahyangan untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasi-Nya memiliki tempat pemujaan (pura) sebagai berikut.
a. Pura Ulun Suwi
Pura Ulun Suwi bertempat di bagian hulu Subak Wangaya Betan yakni di wilayah Munduk Juukan. Untuk lebih jelasnya tentang keadaan Pura Ulun Suwi maka disajikan dalam Gambar 3.9 di bawah ini. Dari Gambar 3.9 dapat dilihat kedaan Pura Ulun Suwi. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemangku yang bertugas di Pura Ulun Suwi (sama dengan pemangku yang bertugas di Pura Bedugul) yakni Jero Mangku I Nyoman Radji (umur 55 tahun) diperoreh informasi bahwa Pura Ulun Suwi menempati luas lahan kurang lebih seluas tiga are. Pada dasarnya jenis-jenis bangunan yang ada di Pura Ulun Suwi ini adalah sebagai berikut.
1. Di Utama Mandala, sebelah utara menghadap ke selatan terdapat bangunan pemujaan, merupakan tempat pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan manifestasinya sebagai Dewa Wisnu (Dewa Air).
Fungsinya adalah sebagai tempat memohon air (air
irigasi) dan sekaligus mengucapkan puji syukur atas segala karunia-Nya terhadap warga subak.
Gambar 3.9 Pura Ulun Suwi di Munduk Juukan (Foto : Dokumentasi Euis Dewi Yuliana, 2009).
2. Di sebelah barat tempat pemujaan kepada Dewa Wisnu, terdapat bangunan pemujaan, tempat pemujaan kepada Ida Bethara Ratu Wayan, berfungsi sebagai tempat memohon kemakmuran dan sekaligus mengucapkan puji syukur atas segala karunia-Nya terhadap warga subak.
3. Di sebelah timur tempat pemujaan kepada Dewa Wisnu, terdapat tempat pemujaan kepada Ida Bethara Ratu Nyoman, berfungsi sebagai tempat memohon kemakmuran dan sekaligus mengucapkan puji syukur atas segala karunia-Nya terhadap warga subak.
4. Di sebelah timur laut terdapat tempat pemujaan Pesimpangan Luhur Pucak Petali, berfungsi untuk nunas (minta) Pemungkah Tirta Penyepian di subak (sawah), pada saat padi berumur satu bulan, di mana anggota subak tidak boleh turun ke sawah selama tiga hari masa penyepian.
5. Di sebelah timur menghadap ke barat terdapat Gedong Simpen Ring Wengi, berfungsi sebagai tempat penyimpanan amerta dan hama penyakit ring wengi.
6. Di sebelah barat menghadap ke timur, memanjang dari utara ke selatan terdapat Bale Pemayasan, berfungsi sebagai tempat ngelinggihan (meletakkan) pratima sebelum ilen-ilen (tarian-tarian) dimulai pada saat piodalan.
7. Di Nista Mandala, terdapat Lawang, berfungsi sebagai pintu gerbang tempat keluar masuk ke utama mandala.
8. Di sebelah kiri dan kanan lawang, terdapat Pelinggih Pecalang Agung (Pengapit Lawang), berfungsi sebagai penjaga.
9. Di sebelah barat Pengapit Lawang, memanjang dari utara ke selatan menghadap ke timur terdapat Bale Gong, berfungsi sebagai tempat mentas gong pada saat piodalan.
10. Di sebelah selatan Bale Gong, terdapat Pewaregan Suci, berfungsi sebagai tempat memasak pada saat piodalan.
Hari piodalan di Pura Ulun Suwi dilaksanakan setiap Purwani Purnama Kapat (sehari sebelum bulan purnama). Para pe-
nyungsung di Pura Ulun Suwi adalah anggota Subak Wangaya Betan yang berjumlah 96 orang.
b. Pura Bedugul
Pura Bedugul merupakan salah satu dari tiga pura yang di-sungsung oleh anggota Subak Wangaya Betan yang bertempat di bagian tengah Subak Wangaya Betan yakni di wilayah Munduk Desa. Wilayah ini merupakan bagian tengah dari wilayah Subak Wangaya Betan. Untuk lebih jelasnya tentang keadaan Pura Bedugul maka disajikan dalam Gambar 3.10 berikut ini.
Gambar 3.10 Pura Bedugul yang terletak di Munduk Desa (Foto : Dokumentasi Euis Dewi Yuliana, 2009).
Dari Gambar 3.10 di atas dapat dilihat kedaan Pura Bedugul. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemangku yang bertugas di Pura Bedugul yakni Jero Mangku I Nyoman Radji (umur 55 tahun) diperoreh informasi bahwa Pura Bedugul menempati luas lahan kurang lebih seluas satu are.
Pada dasarnya jenis-jenis bangunan yang ada di Pura Bedugul ini adalah sebagai berikut.
1. Di sebelah utara menghadap ke selatan terdapat dua buah bangunan pemujaan. Bangunan pemujaan yang ada di sebelah timur merupakan tempat pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan manifestasinya sebagai Ida Bethari Sri / Ratu Gde Sedahan Sawah . Fungsinya adalah sebagai tempat memohon kemakmuran dan sekaligus mengucapkan puji syukur atas segala karunia-Nya terhadap warga subak.
2. Sedangkan bangunan pemujaan yang ada di sebelah barat merupakan tempat pemujaan kepada Ida Bethara Tembuku Aya dan Ida Bethara Ratu Nyoman, yang masing-masing di tengah-tengahnya dipisahkan oleh sebuah arca. Di sebelah kiri adalah tempat pemujaan kepada Ida Bethara Tembuku Aya, berfungsi untuk membagi dan mengontrol pembagian air di Subak. Sedangkan di sebelah kanan adalah tempat pemujaan kepada Ida Bethara Ratu Nyoman, yang berfungsi sebagai tempat memohon kemakmuran dan sekaligus mengucapkan puji syukur atas segala karunia- Nya terhadap warga subak.
3. Di sebelah selatan dari kedua bangunan pemujaan di atas, terdapat bangunan bale subak yang letaknya memanjang dari timur menghadap ke barat. Antara bangunan pemujaan dengan bangunan bale subak hanya dipisahkan oleh dasar
tanah, untuk bangunan pemujaan lebih tinggi bila dibandingkan dengan dasar tanah untuk bangunan bale subak. Bale Subak untuk saat ini berfungsi sebagai tempat sangkep (rapat) anggota subak, serta sebagai tempat pelaksanaan upacara di Pura Subak. Pemugaran bangunan bale subak rencananya akan dilaksankan pada tahun 2010, dengan biaya dari anggota subak sebesar 90 juta rupiah.
Bangunan bale subak akan ditingkatkan fungsinya selain berfungsi sebagai tempat sangkep (rapat) anggota subak, dan sebagai tempat pelaksanaan upacara, juga difungsikan sebagai Pewaregan (dapur) Suci, Bale Gong, dan sebagai Lumbung Subak.
Hari piodalan / ngusaba di Pura Bedugul dilaksanakan setiap menjelang panen (bila padi telah menguning). Pesaban Agung dilaksanakan pada saat pola tanam kerta masa, sedangkan Pesaban Alit dilaksanakan pada saat pola tanam (musim) gadon. Para pe-nyungsung di Pura Bedugul adalah anggota Subak Wangaya Betan yang berjumlah 96 orang.
c. Pura Penaringan
Pura Penaringan bertempat di bagian hilir Subak Wangaya Betan, yaitu di wilayah Munduk Desa. Untuk lebih jelasnya tentang keadaan Pura Penaringan maka disajikan dalam Gambar 3.11 di bawah ini.
Gambar 3.11 Pura Penaringan di Munduk Desa (Foto : Dokumentasi Euis Dewi Yuliana, 2009).
Dari Gambar 3.11 di atas dapat dilihat keadaan Pura Penaringan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemangku yang bertugas di Pura Penaringan yakni Jero Mangku Made Sukantra (umur 50 tahun) diperoreh informasi bahwa Pura Penaringan menempati luas lahan kurang lebih seluas 17 are.
Pada dasarnya jenis-jenis bangunan yang ada di Pura Penaringan ini adalah sebagai berikut.
1. Di Utama Mandala, tepat di tengah di sebelah utara menghadap ke selatan terdapat bangunan pemujaan, merupakan tempat pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan manifestasinya sebagai Ida Bethari Sri.
Fungsinya adalah sebagai tempat memohon kemakmuran
dan sekaligus mengucapkan puji syukur atas segala karunia-Nya terhadap warga subak.
2. Di sebelah barat tempat pemujaan kepada Ida Bethari Sri, terdapat tempat pemujaan Pesimpangan Luhur Pucak Petali, fungsinya sebagai tempat me-nyungsung (memuja) ke pura Luhur Pucak Petali.
3. Di sebelah barat tempat pemujaan Pesimpangan Luhur Pucak Petali, terdapat tempat pemujaan Pesimpangan Luhur Batu Panes, fungsinya sebagai tempat me- nyungsung (memuja) ke pura Luhur Batu Panes.
4. Di sebelah barat tempat pemujaan Pesimpangan Luhur Batu Panes, terdapat tempat pemujaan Pesimpangan Luhur Batu Karu, fungsinya sebagai tempat me- nyungsung (memuja) ke pura Luhur Batu Karu.
5. Di sebelah barat tempat pemujaan Pesimpangan Luhur Batu Karu, terdapat tempat pemujaan Ida Bethara Ratu Wayan, fungsinya sebagai tempat memohon kemakmuran dan sekaligus mengucapkan puji syukur atas segala karunia-Nya terhadap warga subak.
6. Di sebelah selatan tempat pemujaan Ida Bethara Ratu Wayan, menghadap ke timur terdapat Lumbung Ring Wengi, berfungsi sebagai tempat penyimpanan padi ring wengi.
7. Di sebelah selatan Lumbung Ring Wengi, terdapat tempat pemujaan Pemayasan Alit, berfungsi sebagai tempat pemujaan untuk yang mempunyai tanah tegalan, tempat pura Penaringan berada.
8. Di sebelah selatan tempat pemujaan Pemayasan Alit, terdapat Kolam Ring Wengi, berfungsi sebagai tempat mesucian (membersihkan) Ida Bethara.
9. Di sebelah timur tempat pemujaan kepada Ida Bethari Sri, terdapat tempat pemujaan Pesimpangan Luhur Tamblingan, fungsinya sebagai tempat me-nyungsung (memuja) ke pura Luhur Tamblingan.
10. Di sebelah timur tempat pemujaan Pesimpangan Luhur Tamblingan, terdapat tempat pemujaan Ida Bethara Ratu Nyoman, fungsinya sebagai wakil dari Ida Bethari Sri.
11. Di sebelah selatan tempat pemujaan Ida Bethara Ratu Nyoman, menghadap ke barat terdapat tempat pemujaan Pesimpangan Luhur Besi Kalung, fungsinya sebagai tempat me-nyungsung (memuja) ke pura Luhur Besi Kalung.
12. Di sebelah selatan tempat pemujaan Pesimpangan Luhur Besi Kalung, terdapat tempat pemujaan Pesimpangan Luhur Pucak Gunung Agung, fungsinya sebagai tempat me-nyungsung (memuja) ke pura Luhur Pucak Gunung Agung.
13. Di sebelah selatan tempat pemujaan Pesimpangan Luhur Pucak Gunung Agung, terdapat tempat pemujaan Pesimpangan Luhur Pekendungan, fungsinya sebagai tempat me-nyungsung (memuja) ke pura Luhur Pekendungan.
14. Di sebelah selatan tempat pemujaan Pesimpangan Luhur Pekendungan, menghadap ke utara memanjang dari timur ke barat terdapat Bale Pemayasan, berfungsi sebagai
tempat ngelinggihan (meletakkan) pratima sebelum ilen- ilen (tarian-tarian) dimulai pada saat piodalan.
15. Di Nista Mandala, terdapat Lawang, berfungsi sebagai pintu gerbang tempat keluar masuk ke utama mandala.
16. Di sebelah kiri dan kanan lawang, terdapat Pelinggih Pecalang Agung (Pengapit Lawang), berfungsi sebagai penjaga.
17. Di sebelah selatan Pengapit Lawang, memanjang dari timur ke barat menghadap ke utara terdapat Pewaregan Suci, berfungsi sebagai tempat memasak pada saat piodalan
18. Di sebelah barat Pewaregan Suci, terdapat Bale Gong, berfungsi sebagai tempat mentas gong pada saat piodalan.
Hari piodalan di Pura Penaringan dilaksanakan setiap Tumpek Kuningan. Para pe-nyungsung di Pura Penaringan adalah anggota Subak Wangaya Betan yang berjumlah 96 orang.