• Tidak ada hasil yang ditemukan

6. Buku Ajeg Subak.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "6. Buku Ajeg Subak.pdf"

Copied!
398
0
0

Teks penuh

Perubahan lahan pertanian ini terjadi di berbagai daerah, salah satunya adalah perubahan yang terjadi pada masyarakat petani di Subak Wangaya Betan yang telah mengalami proses transformasi dari pertanian modern menjadi pertanian. Dalam proses transformasi pertanian modern menjadi pertanian organik di Subak Wangaya Betan diperlukan upaya yang besar, tidak hanya dalam hal transfer teknologi dan pengetahuan, kemauan, kemampuan, keberanian terutama permodalan dan pemasaran produk pertanian organik. Penelitian mengenai transformasi pertanian modern menjadi pertanian organik memberikan rekomendasi dalam pengelolaan sistem subak dan merupakan salah satu upaya melestarikan sistem subak.

BAB I

PENDAHULUAN

Perubahan pada kaum tani tersebut melibatkan beberapa bidang, salah satunya adalah perubahan yang terjadi pada masyarakat petani di Subak Wangaya Betan yang telah mengalami proses transformasi pertanian modern menuju pertanian organik. Dari permasalahan di atas, buku ini mencoba menyelidiki transformasi pertanian modern ke pertanian organik di Subak Wangaya Betan. Kontribusi teoritis terkait transformasi pertanian modern ke pertanian organik di Subak Wangaya Betan khususnya pada permasalahan.

BAB II

KONSEP TRANSFORMASI PERTANIAN

Transformasi Pertanian Modern

Transformasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu proses perubahan dari bentuk sistem pertanian modern ke sistem pertanian organik, dengan cara a. Pertanian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu proses produksi yang didasarkan pada proses pertumbuhan tanaman, yang meliputi kegiatan manusia yang menggarap lahan tersebut (seperti budidaya dan pemupukan, penaburan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan pengolahan pasca panen) dengan tujuan memperoleh tanaman, atau bahkan hewan. Transformasi pertanian modern merupakan suatu proses perubahan bentuk sistem pertanian yang menerapkan atau menggunakan input eksternal yang tinggi seperti: penerapan bahan-bahan kimia pada pertanian (pupuk kimia, pestisida kimia, zat pengatur tumbuh dan bahan pembenah tanah lainnya), varietas unggul. (benih hibrida), menuju sistem pertanian berbasis daur ulang hara hayati, melalui sarana limbah tanaman dan ternak, mampu meningkatkan status kesuburan tanah, melalui tahapan yang memakan waktu, yaitu proses panjang yang bertahap.

Pertanian Organik di Subak Wangaya Betan

Subak Wangaya Betan merupakan satu-satunya subak di Bali yang mempunyai tiga tempat pemujaan (Tri Khayangan Subak) sebagai wujud pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan wujudnya sebagai Dewi Sri (Dewi Kesuburan). Subak Wangaya Betan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari dipimpin oleh Kepala Subak (Pekaseh) bersama Sekretaris (Petajuh) dan Direktur (Kesinoman). Dari uraian masing-masing “elemen” konsep di atas, maka dapat dirumuskan unit konsep pertanian organik di Subak Wangaya Betan sebagai berikut.

SUBAK WANGAYA BETAN DALAM TRANSFORMASI PERTANIAN

Letak Geografis Subak Wangaya Betan

Subak Wangaya Betan merupakan subak yang berada di Desa Mengesta, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. Dari Gambar 3.2, 3.3 dan 3.4 di bawah terlihat bahwa kota Penebel terletak sekitar 15 kilometer sebelah utara kota Tabanan. Subak Wangaya Betan terletak di hulu dari desa Mengesta, jarak dari desa Mengesta sekitar 3 kilometer barat daya kota Penebel, sedangkan Subak Wangaya Betan berjarak sekitar 3 kilometer timur laut desa Mengesta.

Tabel 3.1    Ketinggian Masing-Masing Kecamatan di  Kabupaten Tabanan dari Permukaan Laut
Tabel 3.1 Ketinggian Masing-Masing Kecamatan di Kabupaten Tabanan dari Permukaan Laut

Luas Wilayah

Sejalan dengan hal tersebut, kondisi persawahan di Subak Wangaya Betan sebagian besar topografinya landai hingga landai, dan hanya sebagian kecil yang topografinya datar. Sawah dibagian hulu semuanya mempunyai topografi yang landai, sedangkan dibagian hilir mempunyai topografi yang landai dan landai, bahkan sawah di bagian tengah mempunyai topografi yang datar. Pada lahan dengan topografi landai, di Subak Wangaya Betan dikembangkan sistem terasering untuk mencegah terjadinya erosi besar.

Keadaan Alam dan Iklim

Pada lahan dengan topografi curam, dibangun sistem terasering di Subak Wangaya Betan untuk mencegah erosi lebih lanjut. September). Sejauh ini kondisi air irigasi di Subak Wangaya Betan cukup baik, selain dari sumbernya juga didukung oleh curah hujan yang cukup, dan sejauh ini sungai yang mengairi persawahan di bagian hilir Subak Wangaya Betan mengalir. sepanjang tahun (Profil Perkembangan Desa Mengesta. Dengan kondisi geografis seperti itu, kawasan Subak Wangaya Betan di Desa Mengesta sangat bagus untuk lahan berpasir.

Sejarah Subak

  • Sejarah Subak di Bali
  • Sejarah Subak Wangaya Betan

Namun berikut ini kami mencoba menjelaskan sejarah subak di Bali dan khususnya sejarah perkembangan Subak Wangaya Betan. Dari Gambar 3.5 terlihat kondisi alam di Subak Wangaya Betan sangat asri, eksotik dan hijau. Tiga Palemahan: subak Wangaya Betan terdiri dari tiga wilayah yaitu (1) Tempek Munduk Juukan, (2) Desa Tempek Munduk, (3) Tempek Munduk Manggis.

Gambar 3.5  Pemandangan yang Sangat Indah di Subak  Wangaya   Betan (Foto :   Dokumentasi Euis  Dewi Yuliana, 2009)
Gambar 3.5 Pemandangan yang Sangat Indah di Subak Wangaya Betan (Foto : Dokumentasi Euis Dewi Yuliana, 2009)

Keanggotaan Subak

Apit Surang : penyatuan visi seluruh Subak Wangaya Betan untuk mencapai tujuan hidup rukun, sejahtera dan tertib. Jumlah anggota yang masih aktif terdiri dari petani pemilik dan petani bagi hasil yang terorganisasi dalam bentuk keanggotaan serikat pekerja, dalam artian anggota Subak Wangaya Betan tidak hanya berasal dari Banjar Dinas Wangaya Betan saja, namun juga dari daerah sekitarnya. daerah yang memiliki tanah di Subak Wangaya Betan. . Sampai saat ini sudah ada tiga kelompok tani yang terdaftar di Subak Wangaya Betan yaitu Kelompok Tani Ternak Sari Utama, Kelompok Ternak Apti Rahayu dan Kelompok Wanita Tani Kuntum Sari, namun sampai saat ini hanya Kelompok Tani Ternak Sari Utama dan Kelompok Wanita Tani Kuntum Sari yang masih aktif. .

Susunan Pengurus Subak

Kelompok Ternak Apti Rahayu mengalami kemunduran dalam organisasinya karena tidak adanya aktivitas dari para pemimpinnya, terutama ketua kelompok. Ketua Kelompok Ternak Apti Rahayu (Bapak Nyoman Arnawa) ini lebih aktif sebagai kader partai yaitu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang mencalonkan diri sebagai anggota legislatif di Kabupaten Tabanan pada pemilu legislatif tahun lalu, namun sempat tersingkir. akhirnya tidak terpilih. Daftar nama-nama Kelian Subak yang pernah mengepalai Subak Wangaya Betan disajikan pada Tabel 3.2 di bawah ini.

Gambar 3.7  Struktur Organisasi Subak Wangaya Betan  (Sumber Data : Hasil Wawancara dengan Kelian  Subak Wangaya Betan, 2009)
Gambar 3.7 Struktur Organisasi Subak Wangaya Betan (Sumber Data : Hasil Wawancara dengan Kelian Subak Wangaya Betan, 2009)

Peraturan (Awig-Awig) Subak

  • Awig-Awig Bidang Parhyangan

Awig-awig Subak Wangaya Betan diresmikan untuk digunakan pada tahun 1993 saat diadakan perlombaan Subak. Dalam Subak Wangaya Betan terdapat beberapa rangkaian ritual yang dilakukan sebagai bentuk pengabdian dan rasa syukur kepada anggota subak atas segala anugerah dan kemurahan hati yang diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Kegiatan ritual keagamaan di Subak Wangaya Betan dikelompokkan menjadi dua, yaitu ritual kolektif sesuai pola tanam yang disepakati anggota subak dan ritual.

Upacara mapag toya (menjemput air). Tujuannya adalah untuk menjemput air irigasi yang dialirkan ke wilayah

Upacara ngendagin (permulaan pengelolaan tanah)

Upacara ngerasikan, yaitu upacara yang dilaksanakan setelah selesai melaksanakan melasah (meratakan tanah

Setelah bibit padi berumur satu bulan, hendaknya kondisi sawah yang akan ditanami padi harus dalam keadaan baik/bersih sebelum dilakukan kegiatan penanaman padi. Waktu yang tepat untuk menanam padi disesuaikan dengan kondisi setempat, dengan perhitungan menggunakan hitungan hari yang disebut “mitra satru”, yaitu sesuai dengan hari ulang tahun setiap anggota Subak.

Upacara pada waktu padi berumur satu bulan. Kalau padi sudah berumur satu bulan setelah tanam, atau sudah

Upacara pada waktu padi berumur dua bulan. Upacara ini juga bertujuan untuk menyampaikan rasa syukur dan

Upacara padi meikuh lasan. Pada saat ini padi sudah keluar malai, sehingga nampak seperti ekor kadal

Upacara memanen padi dan merias Nini Kaki dan Nini Manuh, merupakan wujud bakti kepada Hyang

Upacara menurunkan padi. Upacara dilaksanakan pada saat padi di lumbung mulai diturunkan untuk diolah dan

  • Pekaseh
  • Kelian Subak
  • Hak Warga Subak
  • Bendahara
  • Administrasi
  • Awig-Awig Bidang Palemahan
    • Pengaturan Air Irigasi
    • Pertanian dalam Arti Luas

Mengarahkan dan memeriksa skema distribusi air di wilayah subakan agar anggota subak menerima secara proporsional. Subak Wangaya Betan yang terbagi menjadi tiga munduk yaitu: (1) Munduk Juukan, (2) Desa Munduk, (3) Munduk Manggis. Setiap munduk di Subak Wangaya Betan mempunyai sumber uang dari sisa hasil tahunan dan pemampel (iuran tetap dari anggota yang tidak aktif).

Dana anggota Subak Wangaya Betan selain berasal dari hasil sisa tahun dan pemampel juga berasal dari anggota subak, antara lain dalam bentuk sanksi dan kontribusi. Alokasi air irigasi yang diterima anggota Subak di Subak Wangaya Betan didasarkan pada sistem Ayahan. Anggota Subak Wangaya Betan yang menggunakan air lebih dari satu porsi karena mempunyai lahan sawah yang lebih luas, dikenakan kewajiban membayar kelebihannya sesuai dengan perjanjian subak.

Pemanfaatan air di Subak Wangaya Betan tidak hanya untuk irigasi sawah, namun juga untuk peternakan dan peternakan, dll. Pola budidaya yang dilakukan oleh marga subak Wangaya Betan saat ini adalah pola tanam kerta masa dimana padi ditanam secara bersamaan sehingga panen dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Saat ini terjadi perubahan mendasar pada awig – awig Subak yaitu penggunaan pupuk dan pestisida terkait dengan pertanian organik yang dilakukan di Subak Wangaya Betan.

Anggota Subak Wangaya Betan wajib menggunakan pupuk organik minimal 2 ton per hektar sesuai anjuran pemerintah.

Potensi Umum Subak

  • Bidang Pertanian
    • Pertanian Tradisional
    • Pertanian Modern
    • Pertanian Organik
  • Bidang Peternakan
  • Bidang Pengairan
  • Bidang Perkoperasian
  • Penerangan / Penyuluhan
  • Sistem Budaya di Subak Wangaya Betan
    • Organisasi Sosial Kemasyarakatan
    • Agama dan Kepercayaan

Selama ini budaya pertanian di Subak Wangaya Betan telah mengalami evolusi bertahap sejak penerapannya hingga saat ini. Anggota Subak Wangaya Betan biasanya memilih benih di lahan yang paling subur dimana air masuk untuk irigasi. Ketika pertanian tradisional diterapkan di Subak Wangaya Betan, anggota subak menanam varietas lokal.

Secara tradisional, para petani, termasuk petani di Subak Wangaya Betan, telah mengembangkan berbagai teknologi pengendalian hama dan penyakit. Dalam hal pengendalian hama dan penyakit, masyarakat petani Bali khususnya petani di Subak Wangaya Betan mengenal istilah mangluk merana. Pola tanam yang diterapkan pada saat diterapkannya pertanian modern di Subak Wangaya Betan adalah padi-padi (palawija).

Secara umum pengolahan sawah di Subak Wangaya Betan dilakukan dalam tiga tahap, yaitu pembajakan, penggarukan, dan perataan. Jadi sumber pengairan utama di Subak Wangaya Betan adalah dari mata air yang ada di kawasan Dusun Wangaya Betan Desa Mengesta. Hasil pertanian utama Subak Wangaya Betan adalah padi (padi) yang dipanen dua kali dalam setahun.

Pura Ulun Suwi terletak di bagian atas Subak Wangaya Betan yaitu di kawasan Munduk Juukan.

Gambar 3.8   Saluran Irigasi di Subak Wangaya Betan (Foto :  Dokumentasi Euis Dewi Yuliana, 2009)
Gambar 3.8 Saluran Irigasi di Subak Wangaya Betan (Foto : Dokumentasi Euis Dewi Yuliana, 2009)

PROSES TERJADINYA TRANSFORMASI PERTANIAN

Tahap Transformasi dari Pertanian Modern ke Pertanian Organik

  • Tahapan Sosialisasi
    • Sosialisasi Tahap Awal
  • Tahapan Pelaksanaan Sosialisasi

Awalnya, fokus utama yang ingin diusung oleh empat petani koperasi pionir adalah pengelolaan sampah di Subak Wangaya Betan. Namun sampai saat ini petani lain di Subak Wangaya Betan belum menerima inovasi pertanian organik tersebut….” Ungkapan di atas menunjukkan bahwa petani koperasi pionir merupakan penghubung antara lembaga nasional, dalam hal ini BPTP Provinsi Bali, dan lembaga tersebut. di Subak Wangaya Betan yaitu Kelompok Tani.

Ada pula sosialisasi nilai-nilai yang dilakukan BPTP Provinsi Bali kepada petani di Subak Wangaya Betan, yang dijelaskan lebih detail pada uraian berikut. Pemerintah dalam hal ini BPTP Provinsi Bali melakukan pengkajian sesuai dengan potensi umum Subak Wangaya Betan. Sedangkan pada pendekatan sosialisasi ini, BPTP Provinsi Bali memberikan penjelasan kepada petani di Subak Wangaya Betan tentang penilaian yang akan dilakukan seperti terlihat pada Gambar 4.1 dan 4.2.

Jadi, pertanian organik yang dikembangkan dalam kajian BPTP Provinsi Bali di Subak Wangaya Betan menekankan pada penggunaan pupuk organik, sedangkan faktor lainnya bisa berupa kombinasi teknologi lain. Dalam kajian teknologi SRI, beberapa prosedur rekomendasi BPTP Provinsi Bali yang sebaiknya diterapkan oleh petani di Subak Wangaya Betan adalah sebagai berikut. Pada Gambar 4.3 dan 4.4 terlihat bagaimana PPL dari BPTP Provinsi Bali aktif memberikan penjelasan kepada petani pada saat sekolah lapang di Subak Wangaya Betan.

Petani di Subak Wangaya Betan melakukan sekolah lapangan yang dipimpin oleh instruktur BPTP Provinsi Bali (Foto: Dokumentasi Subak Wangaya Betan, 2006). Adapun materi yang diberikan oleh pemerintah dalam hal ini BPTP Provinsi Bali kepada petani di Subak Wangaya Betan melalui sekolah lapang yang penilaiannya secara lengkap adalah sebagai berikut (Wiguna. Proses pembelajaran yang dilakukan di lapangan langsung ditujukan kepada petani yang merupakan anggota Subak Wangaya Betan oleh PPL dari BPTP Provinsi Bali seperti terlihat pada Gambar 4.7 dibawah ini.

Gambar 4.1.  Sosialisasi yang dihadiri oleh Petani di   Subak  Wangaya Betan (Foto : Dokumentasi Subak  Wangaya Betan, 2006)
Gambar 4.1. Sosialisasi yang dihadiri oleh Petani di Subak Wangaya Betan (Foto : Dokumentasi Subak Wangaya Betan, 2006)

Tahap Budidaya Pertanian Organik di Subak Wangaya Betan Wangaya Betan

  • Pemilihan Benih, Jenis Padi, dan Persemaian .1 Pemilihan Benih .1 Pemilihan Benih
    • Jenis Padi
    • Persemaian
  • Pengolahan Lahan, Pemupukan, dan Penanaman .1 Pengolahan Lahan .1 Pengolahan Lahan
    • Pemupukan
    • Penanaman
  • Pengairan dan Pemeliharaan Tanaman .1 Pengairan .1 Pengairan
    • Pemeliharaan Tanaman

Objek utama produksi pertanian organik yaitu pupuk organik dan pestisida organik akan diuraikan secara lengkap di bawah ini. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, fokus transformasi pertanian di Subak Wangaya Betan adalah peralihan penggunaan pupuk anorganik ke pupuk organik. Secara umum budidaya padi organik yang digunakan di Subak Wangaya Betan bergantung pada penggunaan pupuk organik.

Pupuk organik padat dalam bentuk padat diaplikasikan melalui akar tanaman, pupuk organik padat inilah yang dikenal oleh petani di Subak Wangaya Betan sebagai pupuk organik. Pupuk organik cair berupa cairan yang diaplikasikan pada tanaman melalui daun, Pupuk organik cair ini dikenal oleh petani di Subak Wangaya Betan dengan sebutan biourine atau pestisida organik. Pupuk organik yang dibutuhkan petani di Subak Wangaya Betan dapat dibuat dengan dua cara, yaitu (1).

Petani di Subak Wangaya Betan secara mandiri memproduksi pupuk organik dengan menggunakan bahan-bahan alami yang banyak terdapat di lingkungannya. Produksi pupuk organik di Subak Wangaya Betan dapat dilihat pada Gambar 4.9 dibawah ini. Petani menebar pupuk organik di lahan sawah yang telah dibajak (Foto: Dokumentasi Euis Dewi Yuliana, 2009).

Pupuk kandang yang digunakan petani di Subak Wangaya Betan merupakan pupuk kandang yang dibuat sendiri oleh petani. Mensosialisasikan penggunaan pupuk organik di Subak Wangaya Betan tidaklah mudah, BPTP Provinsi Bali bersama 4 tokoh pionir koperasi petani bekerja keras untuk mampu meyakinkan petani akan manfaat dan keuntungan menggunakan pupuk organik. Beberapa petani di Subak Wangaya Betan telah mengolah urine sapi menjadi pupuk cair yang disebut biourine, seperti terlihat pada Gambar 4.12 di bawah ini.

Gambar 4.8.  Petani  Mengolah  Tanahnya dengan  Menggunakan Kerbau (Foto : Dokumentasi  Subak Wangaya Betan, 2006)
Gambar 4.8. Petani Mengolah Tanahnya dengan Menggunakan Kerbau (Foto : Dokumentasi Subak Wangaya Betan, 2006)

Gambar

Tabel 3.1    Ketinggian Masing-Masing Kecamatan di  Kabupaten Tabanan dari Permukaan Laut
Gambar  3.2  Letak Wilayah Subak Wangaya Betan di Peta  Kabupaten Tabanan (Foto : Dokumentasi Profil  Pembangunan Desa Mengesta, 2004)
Gambar  3.4  Letak Wilayah Subak Wangaya Betan di Peta  Desa Mengesta (Foto : Dokumentasi Profil  Pembangunan Desa Mengesta, 2004)
Gambar 3.5  Pemandangan yang Sangat Indah di Subak  Wangaya   Betan (Foto :   Dokumentasi Euis  Dewi Yuliana, 2009)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tolok ukur kinerja adalah ukuran keberhasilan yang dipakai pada setiap unit kerja yang ditetapkan dalam bentuk standar pelayanan oleh masing-masing daerah (Fadilah dan

Aspek-aspek tersebut yaitu: (1) standar akreditasi Program Pendidikan Spesialis Konservasi Gigi yang digunakan sebagai tolok ukur dalam mengevaluasi dan menilai

Predikat WBD memiliki manfaat strategis dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan berbasis subak di Desa Mengesta. Pembangunan pariwisata yang terintegrasi dengan pertanian,

Dalam aspek input unit usaha batik yang menjadi tolok ukur pembelajaran komunal adalah terjadinya interaksi intensif dalam menetapkan hal-hal sebagai berikut; (1) menentukan

bahwa untuk melestarikan Lembaga Subak berdasarkan falsafah Tri Hita Karana sebagai organisasi sosial dalam bidang pertanian yang bersumber pada ajaran agama Hindu

Untuk menguji hipotesis yang menyatakan konversi lahan pertanian memiliki dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan petani di Subak Jadi, Kecamatan Kediri, Tabanan, maka

Yang dimaksud dengan tingkat tertentu tersebut di atas adalah baku mutu air yang ditetapkan dan berfungsi sebagai tolok ukur untuk menentukan telah terjadinya pencemaran air, juga

Materi yang diberikan dalam mata kuliah ini meliputi : Pemahaman tentang arti, aspek dan tolok ukur pengembangan mesin produksi pertanian, mempelajari fungsi, dasar