• Tidak ada hasil yang ditemukan

Transformasi Pertanian Modern

Dalam dokumen 6. Buku Ajeg Subak.pdf (Halaman 30-39)

KONSEP TRANSFORMASI PERTANIAN

1. Transformasi Pertanian Modern

Satuan konsep transformasi pertanian modern terdiri atas empat unsur, yaitu transformasi, pertanian, modern, dan pertanian modern.

Pertama, transformasi. Dalam transformasi, dibahas beberapa aspek tentang aktivitas manusia, dalam aktivitas tindakannya menuju aktivitas pencarian nilai-nilai yang dapat dijumpai dalam hubungan manusia dengan manusia lainnya atau kelompok sosial lainnya. Percepatan dari pergerakan manusia ini diawali dengan berkembangnya pola pikir manusia sehingga melahirkan sarana-sarana hidup yang memenuhi kehidupan lahiriah menusia yang bersangkutan, terutama dapat

dilihat dalam tataran aktivitas menuju pencapaian nilai-nilai ekonomi. Perkembangan ekonomi sebagai transisi ditandai oleh suatu transformasi yang mengandung perubahan yang mendasar pada struktur ekonomi, perubahan ini ditandai dengan peralihan dan pergeseran dari kegiatan sektor primer menuju sektor sekunder. Kayam (1989 : 1) menyatakan bahwa transformasi merupakan suatu proses pengalihan total dari suatu bentuk ke sosok bentuk yang baru yang akan mapan melalui suatu tahapan yang memerlukan waktu yang lama.

Transformasi diandaikan sebagai tahap akhir dari suatu proses perubahan. Transformasi dapat dibayangkan sebagai suatu proses yang lama bertahap-tahap, akan tetapi dapat pula dibayangkan sebagai suatu titik balik yang cepat bahkan abrupt.

Proses transformasi adalah suatu proses evolusioner dari saling pengaruh mempengaruhi antar unsur dalam suatu ideal type masyarakat. Transformasi mesti dipahami lewat suatu ideal type masyarakat yang sengaja diciptakan sebagai suatu model dan paradigma. Sebagai contoh Max Weber menyimpulkan transformasi masyarakat Eropa menjadi masyarakat kapitalis karena di dalam tubuh budaya masyarakat Eropa, sudah terkandung “bumbu-bumbu”, ingredients, budaya yang tidak dapat tidak akan melahirkan semangat kapitalis (Lewis dalam Kayam, 1989 : 1). Transformasi dapat pula diandaikan sebagai bagian dari proses linier-hierarkis yang menekankan perubahan pada sosok bentuk. Pembabakan transformasi linier hierarkis adalah pembabakan transformasi yang ditawarkan oleh ahli masa depan Alvin Toffler dalam The Three Waves. Pembabakan transformasi tersebut adalah gelombang revolusi pertanian, gelombang revolusi industri dan

gelombang masa depan dengan revolusi teknologi canggih di bidang elektronika, komputer serta biologi (Toffler dalam Kayam, 1989 :1).

Berbagai ilustrasi tentang sudut pandang mengenai transformasi, menunjukkan bahwa masyarakat, negara, dibayangkan pada suatu masa, pada suatu ketika, berubah bahkan menghendaki suatu perubahan yang berakhir (sementara) dengan suatu status transformasi. Kenyataan tersebut juga menunjukkan cepat atau lambat serat-serat budaya yang menyangga anyaman teguh suatu kebudayaan masyarakat pada suatu saat meruyak dan membusuk untuk kemudian tidak dapat berfungsi lagi sebagai pengikat kesatuan kebudayaan. Transformasi adalah kondisi perubahan dari serat- serat budaya tersebut, semuanya menunjukkan bahwa apa yang disebut sebagai masyarakat atau kebudayaan beserta segala sistem yang terkandung di dalam tubuhnya pada hakekatnya pada tahap tertentu adalah sebagai hasil dari “persetujuan- persetujuan sementara”, “kompromi”, “kesimpulan bersama sementara”, antara berbagai unsur yang menyangga suatu kebudayaan yang merupakan hasil dari dialog. Dialog tersebut dapat terjadi karena “perintah historis” seperti yang dialami oleh kebanyakan negara di dunia ketiga termasuk Indonesia, untuk mencoba mencari format dan sosok budaya yang akan lebih mampu dan efektif menjawab tantangan ekonomi serta kebudayaan yang dihadapkan kepadanya oleh statusnya sebagai kawasan jajahan negara-negara barat (Kayam, 1989 : 1).

Sedangkan dari sisi kebudayaan menurut Geriya (2000 : 26) menyatakan bahwa yang dimaksud transformasi

kebudayaan adalah perubahan bentuk dengan implikasi pada perubahan jaringan fungsi dan isi kebudayaan. Tranformasi ini merupakan suatu perubahan besar dimana kebudayaan mengalami pembesaran skala secara horizontal (lokal–

nasional–global) dan sekaligus secara vertikal (seni beradaptasi), namun bahasa dan esensi jati diri dari kebudayaan tersebut tetap berkelanjutan. Menurut Ngurah Bagus (1988 : 20), tolok ukur yang dapat dipakai untuk melihat terjadinya transformasi ini ada dua aspek yaitu (1) mata pencaharian masyarakat yang bersangkutan, (2) derajat perubahan baik horizontal maupun vertikal. Berdasarkan kriteria di atas, perubahan diidentifikasikan menjadi tiga jenis yaitu (1) perubahan yang bobotnya tidak besar, (2) perubahan besar yang mengarah pada dimensi vertikal dan horizontal, (3) perubahan yang mendasar yang berdampak pada revolusi kebudayaan.

Dalam budaya terjadi beberapa pola perubahan, satu di antaranya adalah inovasi. Inovasi adalah proses perubahan kebudayaan yang dikarenakan di dalam kebudayaannya sendiri terjadi pembauran yang biasanya didasari dengan penggunaan sumber-sumber alam, energi, modal, peraturan baru tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru, yang semuanya ini akan menyebabkan adanya sistem produksi dan dihasilkannya produk-produk baru. Dalam proses penemuan baru ini baik berupa alat maupun ide baru biasanya berlangsung cukup lama.

Transformasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu proses perubahan dari suatu bentuk sistem pertanian modern ke sistem pertanian organik, melalui suatu

tahapan yang memerlukan waktu, yang merupakan suatu proses yang lama bertahap-tahap. Transformasi pertanian modern menjadi pertanian organik di Subak Wangaya Betan sengaja diciptakan sebagai suatu model dan di dalam tubuh budaya masyarakat di Subak Wangaya Betan sudah terkandung “bumbu-bumbu”, ingredients, yakni budaya pertanian tradisional yang tidak dapat tidak akan melahirkan pertanian organik. Selain itu yang menjadi tolok ukur yang dapat dipakai untuk melihat terjadinya transformasi pertanian di Subak Wangaya Betan adalah perubahan yang menyangkut (1) mata pencaharian masyarakat yang bersangkutan dari menerapkan pertanian modern menjadi pertanian organik, dan (2) derajad perubahan baik horisontal maupun vertikal yang terjadi di Subak Wangaya Betan.

Kedua, pertanian. Secara umum telah dimaklumi oleh masyarakat luas, pengertian pertanian ialah suatu proses mengusahakan tanaman guna memenuhi kebutuhan, mulai dari pengelolaan tanah, penanaman, pemeliharaan, pemanenan.

Pengertian ini adalah pengertian yang sangat sederhana tentang pertanian. Memperhatikan pengertian tersebut, berarti terdapat unsur manusia sebagai pengusaha, tanah sebagai tempat berusaha dan tanaman sebagai obyek yang diusahakan.

Menurut Mosher (dalam Sahidu, 1986 : 4) memberikan rumusan, pertanian adalah sejenis proses produksi yang khas yang didasarkan atas proses-proses pertumbuhan, di dalamnya termasuk kegiatan manusia mengusahakan tanah dengan maksud untuk memperoleh hasil tanaman ataupun hasil hewan, tanpa mengakibatkan berkurangnya kemampuan tanah yang bersangkutan untuk mendatangkan hasil selanjutnya. Dalam tulisan-tulisan atau buku-buku sering dijumpai adanya

pembedaan pengertian pertanian ke dalam arti sempit dan pertanian dalam arti luas. Pertanian dalam arti sempit khusus ditujukan pada pertanian rakyat di pedasaan yang produksi utamanya bahan makanan utama seperti : padi, palawija, sayur- sayuran dan buah-buahan. Sedangkan pertanian dalam arti luas mencakup lima sektor yang ada dalam bidang pertanian yaitu pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Lebih ringkasnya pertanian didefinisikan sebagai (Sutanto, 1997 : 19) kegiatan menanami tanah dengan tanaman yang nantinya menghasilkan sesuatu yang dapat dipanen, dan kegiatan pertanian merupakan campur tangan manusia terhadap tetumbuhan asli dan daur hidupnya.

Pertanian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu proses produksi yang didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman, di dalamnya termasuk kegiatan manusia mengusahakan tanah (seperti pengolahan tanah dan pemupukan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan pengolahan pasca panen) dengan maksud untuk memperoleh hasil tanaman atau pun hewan. Tanpa mengakibatkan berkurangnya kemampuan tanah yang bersangkutan untuk mendatangkan hasil selanjutnya.

Ketiga, modern. Modern akan sulit dipahami tanpa dikaitkan dengan konsep modernitas dan modernisme. Namun tidak ada kesepakatan mengenai pengertian dari konsep-konsep modernitas dan modernisme. Artinya keduanya merupakan konsep tentang rentang waktu yang bertujuan untuk mendefinisikan secara kasar batas-batas kelembagaan suatu tatanan sosial. Modernisme adalah konsep-konsep kultural dan epistemologi yang berkaitan dengan tatanan dan pengalaman

kultural, gaya dan gerakan artistik dan arsitektural, sekumpulan pendirian dan masalah filosofis dan epistemologis, yakni pemikiran tentang sifat pengetahuan dan kebenaran (Barker, 2005 : 173-174).

Modernitas adalah periode sejarah yang hadir setelah Abad Pertengahan. Modernitas merupakan tata tertib pasca tradisional yang dicirikan perubahan, inovasi, dan dinamisme.

Lembaga-lembaga modernitas menurut Giddens (dalam Barker, 2005 : 174), mencakup (1) industrialisme (pengolahan alam dengan pengembangan lingkungan yang direkayasa), (2) kapitalisme (akumulasi modal dalam konteks persaingan tenaga kerja dan pemasaran produk), (3) pengawasan (pengendalian informasi dan administrasi sosial), (4) kekuatan militer (kendali atas sarana kekerasan dalam konteks industrialisasi perang. Selanjutnya Marx dan Engels (dalam Barker, 2005 : 176) menggambarkan proses inovasi yang mencirikan modernitas kapitalis sebagai kekalahan kekuatan alam atas manusia, atas permesinan, penerapan kimia pada perindustrian dan pertanian.

Modern yang dimaksud dalam penelitian ini adalah rentang waktu yang hadir setelah Abad Pertengahan, yang merupakan tata tertib pasca tradisional yang dicirikan dengan perubahan, inovasi, dan dinamisme. Proses inovasi dicirikan oleh semangat kapitalisme dan industrialisasi menggambarkan kekalahan kekuatan alam atas manusia, atas permesinan, dan atas penerapan kimia pada perindustrian serta pertanian.

Keempat, pertanian modern. Pertanian modern adalah pertanian yang menerapkan atau menggunakan input luar yang tinggi di bidang pertanian seperti : penerapan bahan-bahan

kimia pada pertanian (penggunaan pupuk kimia, pestisida kimia, zat pengatur tumbuh, dan bahan kimia pembenah tanah lainnya), penggunaan varietas unggul (benih hibrida), sistem irigasi teknis, penggunaan mesin-mesin pertanian yang menggunakan bahan bakar untuk mengolah tanah dan memanen hasil serta pengelolaan pasca panen..

Dalam pertanian modern, campur tangan manusia ini semakin jauh dalam bentuk pemanfaatan varietas unggul, masukan bahan kimia pertanian, termasuk pupuk kimia, pestisida kimia, zat pengatur tumbuh, dan bahan kimia pembenah tanah lainnya. Di samping itu memanfaatkan alat- alat/mesin-mesin pertanian untuk mengolah tanah dan memanen hasil pertanian. Pertanian modern di dalam meningkatkan produksi baik secara kualitas maupun kuantitas, sangat tergantung pada pemakaian pupuk-pupuk kimia/anorganik, pengendalian gulma, hama, jamur, dan penyakit tumbuhan juga menekankan pada penggunaan bahan- bahan kimia lainnya seperti : herbisida, insektisida, fungisida (pestisida). Salah satu ciri pertanian modern adalah memberikan unsur hara secara cepat dan langsung dalam bentuk larutan kimia sehingga segera diserap tanaman dengan dosis dan waktu pemberian yang sesuai dengan kebutuhannya.

Berdasarkan paparan masing-masing “unsur” konsep di atas, maka dapat dirumuskan satuan konsep transformasi pertanian modern sebagai berikut. Transformasi pertanian modern adalah suatu proses perubahan dari suatu bentuk sistem pertanian yang menerapkan atau menggunakan input luar yang tinggi seperti : penerapan bahan-bahan kimia pada pertanian (pupuk kimia, pestisida kimia, zat pengatur tumbuh,

dan bahan pembenah tanah lainnya), varietas unggul (benih hibrida), ke sistem pertanian yang berasaskan daur ulang hara secara hayati, melalui sarana limbah tanaman dan ternak, yang mampu memperbaiki status kesuburan tanah, melalui suatu tahapan yang memerlukan waktu, yang merupakan suatu proses yang lama bertahap-tahap. Tolok ukur yang dapat dipakai untuk melihat terjadinya transformasi pertanian di Subak Wangaya Betan adalah perubahan yang menyangkut (1) mata pencaharian masyarakat yang bersangkutan dari menerapkan pertanian modern menjadi pertanian organik, dan (2) derajad perubahan baik horisontal maupun vertikal yang terjadi di Subak Wangaya Betan. Derajad perubahan yang mungkin terjadi pada sistem pertanian mencakup berbagai subsistem pertanian seperti (1) perubahan pola pikir para pengambil keputusan di bidang pertanian mulai dari pemerintah, masyarakat bisnis, dan petani, (2) perubahan sarana produksi yang digunakan dalam budi daya pertanian, (3) perubahan cara budi daya pertanian dari pengolahan tanah, pembibitan, pemupukan, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan, (4) perubahan pengolahan pasca panen serta distribusi hasil pertanian, (5) serta perubahan kelembagaan dan institusi pendukung dalam pertanian. Selain itu mungkin pula terjadi perubahan pada subsistem yang lain seperti (1) ideologi petani, (2) nilai-nilai yang terdapat pada masyarakat petani, (3) norma-norma yang tumbuh dan berkembang di masyarakat tani, (4) perubahan perekonomian masyarakat tani, dan (5) perubahan ekosistem sawah dan lingkungan hidup petani.

Dalam dokumen 6. Buku Ajeg Subak.pdf (Halaman 30-39)