• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aksiologi Kajian Perkembangan Ilmu Informatika di Indonesia

BAB 3 BUDAYA

C. Aksiologi Kajian Perkembangan Ilmu Informatika di Indonesia

percikan-percikan pengetahuan, kemudian disusun secara sistematis menjadi ilmu pengetahuan (sains).

Akhirnya ilmu pengetahuan tersebut diaplikasikan melalui teknologi, technology is an apllied of science (teknologi adalah penerapan sains). Pemikiran pada wilayah proses dalam mewujudkan teknologi itu adalah bagian dari filsafat yang dikenal dengan epistemologi. Berdasarkan pada manfaat epistemologi dalam mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradaban tersebut, maka epistemologi bukan hanya mungkin, melainkan mutlak perlu dikuasai.

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar. Sebuah keniscayaan, bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat. Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral, maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya

“Momok kemanusiaan” yang dilakukan oleh Frankenstein58. Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan, sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern al.:

Pertama, nilai teori: manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional, orientasinya pada ilmu dan teknologi, serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru. Kedua, nilai sosial: dalam kaitannya dengan nilai sosial, manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik, menghargai profesionalisasi, menghargai prestasi, bersikap positif terhadap keluarga kecil, dan menghargai hak-hak asasi perempuan. Ketiga, nilai ekonomi, dalam kaitannya dengan nilai ekonomi, manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi, efisien menghargai waktu, terorganisasikan dalam kehidupannya, dan penuh perhitungan. Keempat, nilai pengambilan keputusan, manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat, dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi. Kelima, nilai agama: dalam hubungannya dengan nilai agama, manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik, analitis sebagai lawan dari legalitas, penalaran sebagai lawan dari sikap mistis.

1. Meningkatkan produktivitas kerja atau akvititas kegiatan sehari-hari;

2. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya komputasi yang terbatas;

3. Mengurangi/menghilangkan risiko kesalahan perhitungan yang kerap timbul;

4. Memperbaiki model pengendalian (kontrol) agar lebih efektif;

5. Mengautomatisasikan proses manual yang cenderung lambat dan rawan kesalahan;

6. Memberdayakan manusia yang memiliki banyak keterbatasan fisik;

7. Menghilangkan batas-batas ruang dan waktu yang menghambat proses;

8. Merepresentasikan/mengkonversikan objek maupun aktivitas fisik menjadi digital;

9. Memperbaiki kualitas berbagai produk digital yang dimiliki;

10. Memvirtualisasikan lingkungan fisik menjadi sebuah arena digital; dan lain- lain.

Dengan bekal pengetahuan sebagaimana tersebut di atas, maka peran dari Lulusan Informatika ditunggu masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat lebih baik, melalui dunia kerja sbb:

Petama, Karyawan – yang akan meniti karirnya dari level staf hingga tingkatan yang lebih tinggi (baca: manajemen), baik di perusahaan maupun bentuk organisasi lainnya; Ketika pertama kali rumpun ilmu komputasi diperkenalkan, hanya dikenal tiga jenis profesi: (i) system analyst, (ii) programmer, dan (iii) operator. Artinya, jika seseorang lulusan informatika ingin bekerja sebagai karyawan sebuah organisasi atau korporasi, maka hanya terdapat tiga jenjang karir profesinya. Saat ini, paling tidak terdapat lebih dari 200 jenis profesi di bidang informatika, seperti yang disinyalir oleh JANCO37, dengan susunan berdasarkan jenjang karir sebagai berikut:

1. Pada tataran tertingi, yaitu Eksekutif, paling tidak terdapat 10 jenis profesi di bidang TIK;

2. Pada tataran di bawahnya, yaitu Direktur dan Manajerial, paling tidak dikenal kurang lebih 74 jenis profesi;

3. Pada tataran Supervisi, Asisten Manajer, dan Administrator, kira-kira ada 33 jenis profesi; dan

4. Pada tataran Staf, Operator, Koordinator, Spesialis, Teknisi, dan Klerek, disinyalir terdapat sekitar 84 profesi.

5. Target program diploma misalnya, diarahkan agar lulusannya bisa bekerja pada level Staf atau Operator; sementara untuk program sarjana,

diarahkan untuk minimum dapat diterima sebagai supervisi atau asisten manajer; dan akhirnya program pasca sarjana diharapkan dapat mempersiapkan manajer-manajer yang handal di bidang informatika.

Kedua, Wiraswastawan (baca: entrepreneur) – yang akan menggunakan kemampuan kreativitas dan inovasi yang dimilikinya untuk membangun usaha mandiri atau menciptakan lapangan kerja bagi orang lain (biasanya dimulai dengan membangun usaha kecil menengah (baca: UKM); Ada hasil riset yang cukup menarik, yang mengatakan bahwa cukup banyak lulusan informatika di tanah air yang bercita-cita atau berkarir sebagai seorang wiraswastawan. Dengan berbekal ilmu yang dimiliki, lulusan tersebut berusaha untuk membangun usahanya sendiri, dengan cara mengembangkan dan menawarkan beraneka ragam produk dan jasa terkait dengan teknologi informasi dan komunikasi. Ditinjau dari jenis produk dan jasa yang digeluti seorang wiraswastawan TIK, paling tidak ada 3 (tiga) jenis kategori yang paling sering mengemuka, yaitu:

a. Pencipta dan/atau Pengembang Produk Perangkat Keras (Hardware) b. Pencipta dan/atau Pengembang Produk Perangkat Lunak (Software) c. Pencipta dan/atau Penyedia Jasa-Jasa Informatika (Services)

Ketiga, Profesional, menjadi freelancer yang siap direkrut kapan saja oleh siapa saja dalam format pekerjaan berbasis proyek atau program; Kaum profesional biasanya lebih menempatkan dirinya sebagai seorang freelancer bebas yang siap bekerja berdasarkan kontrak per proyek atau pun program.

Berbeda dengan karyawan yang biasanya akan mencoba mmeniti karir dari bawah hingga atas pada sebuah perusahaan tertentu, profesional lebih senang

“berkelana” dari satu tempat ke tempat lainnya untuk direkrut sebagai sumber daya proyek dan/atau program.

Bahkan beberapa orang bekerja berdasarkan kontrak jangka pendek (sekitar satu tahun) sampai dengan menengah (lima tahun) di beragam perusahaan secara simultan. Bahkan “karyawan” yang sering pindah-pindah kerja – alias “kutu loncat” – sering pula dikategorikan sebagai kaum “profesional” karena kompetensi, rekam jejak, dan kapabilitasnya yang membuat dirinya menjadi

“rebutan” berbagai perusahaan. Tidak sedikit lulusan informatika yang memiliki karakteristik semacam ini di dunia industri. Terdapat beberapa nama individu di bidang informatika yang besar karena kesuksesan mereka dalam menekuni karir sebagai profesional ini. Nama besar yang melekat pada individu ini dikarenakan