BAB II LANDASAN TEORI
C. Al-Qur’an Digital
2. Al-Qur’an Digital dari Perspektif Ulama’ Fiqih
Terdapat pula Al-Qur’an bagi orang yang sedang menghafal Al- Qur’an yang sering disebut dengan Al-Qur’an Bahriyah. Salah satu Al- Qur’an yang biasanya digunakan untuk menghafalkan Al-Qur’an adalah Al-Qur’an pojok. Al-Qur’an pojok adalah Al-Qur’an yang pada setiap akhir dari halaman terdapat akhir ayat. Salah satu contoh Al-Qur’an pojok adalah Al-Qur’an Kudus.
Dengan adanya cetakan Al-Qur’an dalam berbagai macam dan bentuk seperti AlQur’an yang dilengkapi tajwid, terjemahan dan asbabul wurud, kini orang yang ingin belajar Al-Qur’an tidak lagi harus pergi kepada seorang guru atau kiyai. Terlepas dari berbagai macam cetakan Al-Qur’an yang ada, terdapat pula metode pembelajaran Al-Qur’an secara online dan manual.34
Keempat kitab Al-Qur’an versi 8.0 yaitu adalah program dalam komputer yang menggabungkan dengan mushaf Al-Qur’an dan terjemahnya ke dalam delapan bahasa. Kelima Al-Mukri sebuah Al- Qur’an yang berbentuk audio dan bisa didengarkan pada saat bekerja.
Keenam yaitu Al-Muhaffizh yang dikeluarkan oleh serikat Korea selatan, Imex Corporation.35
Dari keenam mushaf Al-Qur’an tersebut ada beberapa ulama’
Fiqih yang berpendapat mulai dari memegang hingga menjualnya.
Berikut ini adalah beberapa pendapat dari para ulama’ Fiqih:
a. Hukum Memegang Al-Qur’an Berbentuk Digital.
Ada dua pendapat di kalangan ulama’ tentang hal ini, yakni:36 1) Pendapat pertama
Merupakan jumhur ulama’ dari keempat mazhab menyatakan bahwa haram bagi seorang yang berhadas kecil menyentuh Al-Quran secara keseluruhan atau sebagiannya.
Pendapat ini bersandarkan kepada dalil-dalil dari Al-Qur’an, Sunnah dan Ijma’. Dalam surat Al-Waqiah ayat 77-80, menjelaskan bahwa Allah melarang manusia untuk menyentuhnya dalam keadaan berhadas kecil dan besar, karena Al-Qur’an diperuntukkan untuk orang-orang yang suci.
Sedangkan dalam Hadist yang diriwayatkan oleh Hakim Bil Hizam:
35Khairul Anwar & Mushaddad, Status Al-Qur’an digital Dari Perspektif Fiqh, Vol.
9 No 10, 2014, h. 297-298
36 Khairul Anwar & Mushaddad, Status Al-Qur’an digital Dari Perspektif Fiqh, Vol.
9 No 10, 2014, h. 299
“Bahwa Rasulullah SAW ketika mengutus saya ke Yaman sebagai gubernur, Rasulullah bersabda: jangan sentuh Al-Qur’an melainkan kamu dalam keadaan suci.”
Sedangkan menurut Ijma’ para sahabat bersepakat bahwa Al-Qur’an tidak boleh disentuh oleh orang yang berhadas.
Syekh al-Islam ibn Taimiyyah ketika mengulas Athar ini menyebutnya tidak adanya perselisihan diakalangan sahabat dan tabi’ tabi’in.37
2) Pendapat ke dua.
Bagi seorang yang berhadas kecil menyentuh Al-Qur’an, pendapat ini di pelopori oleh ibn Abbas Al-sya’ib Al-Dhahhak, dan Dud Al-Zohiri. Pendapat ini menjadi pegangan mazhab Al- Zohiriyah, mereka menggunakan Hadist Bukhari dan Muslim dan Qiyas ibn Rusyd.38
b. Hukum Membawa Al-Qur’an ke Tempat Kotor.
Sudah dijelaskan oleh jumhur ulama’ bahwa untuk menjaga kesucian dan kehormatan Al-Qur’an orang yang berhadas tidak boleh menyentuhnya diharamkan baginya. Hukum ini bisa di jadikan tolak ukur bahwa Al-Qur’an tidak boleh di bawa ke tempat yang kotor, dan hukumnya haram. Kecuali dalam keadaan darurat.39
Al-Qur’an digital dalam konteksnya berbeda dengan kitab Al-Qur’an, karna secara zahirnya tersembunyi dalam suatu peralatan
37 Khairul Anwar & Mushaddad, Status Al-Qur’an digital Dari Perspektif Fiqh, Vol.
9 No 10, 2014, h.300
38 Khairul Anwar & Mushaddad, Status Al-Qur’an digital Dari Perspektif Fiqh, Vol.
9 No 10, 2014, h.301
39 Khairul Anwar & Mushaddad, Status Al-Qur’an digital Dari Perspektif Fiqh, Vol.
9 No 10, 2014, 305
yang mana ketika kita buka dan lihat peralatan tersebut maka kita tidak akan langsung melihat ayat Al-Qur’an yang tertulis seperti dalam kitab Al-Qur’an. Hal ini di perkuat oleh fatwa ulama’ yaitu Syekh Muhammad Soleh Al-Munjid menyatakan “ tidak haram membawa telefon yang mengandung program Al-Qur’an di dalamnya, karena Al-Qur’an tersebut adalah tersembunyi dan bukan tulisan secara Zahir oleh karena itu hukumnya bukan seperti mushaf Al-Qur’an.40
c. Hukum Memberi Al-Qur’an Digital Kepada Orang Kafir.
Ulama’ bersepakat Mushaf Al-Qur’an tidak boleh disentuh atau di pegang oleh orang kafir, karena orang kafir berhadas dan tidak suci. Mafhum mukhalafah dalam surat Al-Waqi’ah ayat 79 menunjukkan “bahwa orang yang boleh menyentuh Al-Qur’an hannyalah orang yang suci saja, yaitu dari pada hadas kecil dan besar. Manakala hukum memberi Al-Qur’an yang di tulis dengan terjemahannya adalah haram karena orang kafir boleh melakukan apa saja terhadap nas Al-Qur’an itu. Maka terlebih baik jika ingin berdakwah kepada bukan orang Islam dan ingin menunjukkan Al- Qur’an kepada mereka ialah dengan menunjukkan Al-Qur’an tanpa memberikannya sebagai hadiah.41
40 Khairul Anwar & Mushaddad, Status Al-Qur’an digital Dari Perspektif Fiqh, Vol.
9 No 10, 2014, 305
41Khairul Anwar & Mushaddad, Status Al-Qur’an digital Dari Perspektif Fiqh, Vol.
9 No 10, 2014, h.306
d. Hukum Menjual Al-Qur’an Digital.
Dalam konteks ini, ada dua hukum dalam memperjual beli Al-Qur’an, yaitu:
1) Menjual kepada orang Islam.
Dalam fatwah Al-Lajnah Al-Dimah menyatakan bahwa hukum menjual kepada orang Islam adalah harus, karena ia merupakan satu usaha untuk menyebar kebaikan dan tolong- menolong. Selain itu juga sebagai jalan memudahkan dan membantu orang Islam yang ingin menghafal atau membaca Al- Qur’an.42
2) Menjual kepada orang kafir.
Hukum menjual Al-Qur’an terhadap orang bukan Islam adalah haram. Ini disebkan karena mereka berhadas, begitu pula dalam konteks Al-Qur’an digital itu seperti halnya hukum memberi hadiah kepada orang non muslim.