• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PAPARAN DATA dan TEMUAN

B. Praktik Bagi Hasil Petani Penggarap Dengan Pemilik Lahan

2. Alasan pemilik lahan dan petani penggarap melakukan

45

hasilnya Rp 10.000.000, petani petani penggarap mendapatkan Rp 2.000.000 dan petani pemilik lahan Rp 8.000.000. ini merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang terdahulu didesa ini.

Disini semua biaya yang tanggung adalah pemilik lahan sedangkan petani penggarap hanya menjalankan kewajibannya untuk menanam serta merawat bawanh hingga panen dan menghasilkan bawang yang unggul.”38

Paparan data diatas adalah kegiatan pembagian hasil panen bawang merah antara pemilik lahan dan petani penggarap.Dimana pada saat panen bawang merah dan dijual kepada pembeli itu harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak baik pihak pemilik lahan maupun pihak petani penggarap agar tidak ada keraguan antara satu dengan yang lainnya. Sedangkan untuk pembagian hasil, petani penggarap akan meminta kepada pemilik lahan untuk datang ke rumahnya untuk menghitung sama-sama dan mendapatkan hak masing-masing.

2. Alasan Pemilik Lahan dan Petani Penggarap Melakukan

46 a. Alasan Pemilik Lahan

Praktik perjanjian bagi hasil terjadi dikarenakan pemilik lahan memilik lahan kosong yang tidak digarap sehingga pemilik lahan menawarkan kepada petani penggarap untuk menggarap lahan miliknya dengan cara melakukan perjanjian bagi hasil. hal ini sesuai dengan yang diuangkapka oleh pemilik lahan bernama bapak Hamdan yang mengatakan:

“saya memiliki beberapa sawah kosong nak yang saya gadai dari saudara-saudara saya, namun saya tidak pernah menggarap sawah itu karena saya tidak pandai dalam hal bertani bawang. Akhirnya saya melakukan perjanjian bagi hasil dengan petani penggarap sampai sawah yang saya gadai itu dikeluarkan lagi oleh pemiliknya.”39

Pernyataan bapak Hamdan tidak beda jauh dengan pernyataan pemilik lahan bernama ibu Arni yang mengatakan:

“begini dek, saya dan suami tidak memiliki keahlian dalam bertani bawang namun saya menggadai beberapa sawah dan saya melakukan perjanjian bagi hasil dengan 2 petani penggarap di sawah yang berbeda. Bahkan saya jarang mengunjungi sawah saya karena saya dan suami memiliki kesibukan dalam berdagang ikan, namun saya sudah

39 Hamdan (pemilik lahan), Wawancara, Nipa, 6 April 2022

47

mempercayai petani penggarap saya untuk menggarap sawah milik saya.”40

Pernyataan berbeda dari pemilik lahan bernama bapak Mustawa yang mengatakan:

“alasan bapak melakukan perjanjian bagi hasil dengan petani penggarap karena tenaga bapak sudah tidak mampu nak, jadi bapak memilih melakukan perjanjian bagi hasil, hitung-hitung membantu petani penggarap dikampung kita nak karena banyak dari mereka yang tidak memiliki mata pencarian.”41

Berdasarkan informasi yang peneliti peroleh dari hasil wawancara dengan pemilik lahan bernama ibu Ani yang mengatakan:

“saya melakukan perjanjian bagi hasil dengan petani penggarap karena bapak (suami) saya sudah tiada nak, jadi tidak ada lagi yang menggarap sawah. Anak-anak ibu juga sudah menikah dan ikut suaminya kadang pulang sekali-sekali melihat ibu jadi ibu melakukan perjanjian bagi hasil dengan petani penggarap agar sawah tidak kosong.”42

Adapun faktor yang menjadi alasan pemilik lahan melakukan praktik perjanjian bagi hasil adalah sebagai berikut:

40 Arni (pemilik lahan), Wawancara, Nipa, 6 April 2022

41 Mustawa (pemilik lahan), Wawancara, Nipa, 5 April 2022

42 Ani (pemilik Lahan), Wawancara, Nipa 6 April 2022

48

1) Dikarenakan pemilik lahan tidak memiliki keahlian dalam bertani bawang.

2) Karena tenaga pemilik lahan sudah tidak memungkinkan utnuk bertani sehingga memilih melakukan perjanjian praktik bagi hasil dengan petani penggarap.

3) Faktor kemanusiaan karena membantu orang lain dengan memberikan pekerjaan yaitu menggarap sawah miliknya dengan perjanjian bagi hasil hingga timbul rasa tolong menolong antara sesama manusia.

b. Alasan petani penggarap

Alasan petani penggarap melakukan perjanjian praktik bagi hasil dengan pemilik lahan karena tidak memiliki sawah sendiri untuk digarap dan keterbatasan ekonomi yang tidak mampu sehingga petani penggarap menerima tawaran pemilik lahan untuk melakukan perjanjian bagi hasil bertani bawang. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh bapak Nasrudin:

“Alasan saya melakukan perjanjian bagi hasil dulu karena saya tidak mempunyai lahan sendiri nak untuk saya garap.Sekarang Alhamdulillah saya

49

sudah mampu menggadai sawah hasil dari perjanjian bagi hasil yang saya lakukan dengan pemilik lahan.Tapi saya masih bekerja dengan pemilik lahan tempat saya bekerja dulu hingga sekarang dek.”43

Pernyataan yang senada diungkapkan oleh petani penggarap bernama buk Nursina yang mengatakan:

“Alasan saya yang pertama karena saya tidak mempunyai sawah semdiri dek hingga saya memutuskan untuk melakukan perjanjian bagi hasil dengan pemilik lahan. Alasan saya yang kedua karena saya ekonomi saya yang sangat kurang dek, jadi dengan apa saya harus mulai bertani bila saya tidak mempunyai modal. Berkerja sama dengan pemilik lahan ini sangat meringankan saya karena dibiayai oleh pemilik lahan.”44

Berdasarkan informasi yang peneliti peroleh dari hasil wawancara dengan salah seorang petani penggarap bernama bapak Suparto mengatakan bahwa ia tidak memiliki mata pencaraian lain atau pekerjaan lain selain bertani. Berikut adalah pernyataanya:

“Sebernarnya banyak sekali sumber pekerjaan didesa Nipa ini dek karena dekat dengan lautan dan sungai, namun saya tidak memiliki keahlian untuk memancing seperti orang-orang.Jadi saya tidak punya mata pencarian selain bertani dek.Itulah

43 Nasrudin (petani penggarap), Wawancara, Nipa, 3 April 2022

44 Nursina (petani penggarap), Wawancara, Nipa, 5 April 2022

50

alasan utama saya melakukan perjanjian bagi hasil dengan pemilik lahan dek, dan Alhamdulillah saya dan pemilik lahan sudah melangsungkan perjanjian bagi hasil ini cukup lama.”45

Respon tokoh masyarakat tentang alasan petani penggarap melakukan perjanjian bagi hasil yang bernama H. Yasin mengatakan bahwa:

“Alasan petani penggarap bermacam-macam dalam melakukan perjanjian bagi hasil dengan pemilik lahan nak.Apapun alasan mereka jika perjanjian bagi hasil ini membuat mereka lebih baik itu sah- sah saja menurut saya, semasih ini tidak merugikan salah satu pihak.Namun apabila dalam perjanjian bagi hasil ini merugikan salah satu pihak maka lebih baik di hentikan.”46

Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi petani penggarap dalam melakukan prkatik perjanjian bagi hasil sebagai berikut:

1) Faktor ekonomi yang sangat kurang

2) Tidak memiliki lahan sendiri untuk digarap

3) Tidak memiliki keahlian lain selain bertani sehingga memutuskan melakukan perjanjian bagi hasil dengan pemilik lahan.

45 Suparto (petani penggarap), Wawancara, Nipa, 3 April 2022

46 H. Yasin (tokoh masyarakat), Wawancara, Nipa, 7 April 2022

51

3. Bentuk Praktik Perjanjan Bagi Hasil Antara Pemilik Lahan Dengan Petani Penggarap Di Desa Nipa Kecamatan Ambalawi Kabupaten Bima

a. Akad dalam praktik bagi hasil

Bentuk perjanjian bagi hasil yang dilakukan pemilik lahan dan petani penggarap di Desa Nipa sepenuhnya di lakukan dengan cara lisan. Dalam perjanjian yang dilakukan tidak satupun dengan cara tertulis, terlebih oleh petani penggarap dan pemilik lahan yang berada didusun Ujung Harapn dan Rasa Desa. Mereka sama sekali tidak melakukan pencatatan atau surat-menyurat tentang perjanjian baik pada saat pengutaraan niat maupun pada saat negosiasi. Tidak ada catatan masing-masing pihak tentang cara pembagian hasil, maupun kewajiban keduanya, mereka hanya mengandalkan ingatan masing- masing.

Praktik perjanjian bagi hasil terdapat 3 unsur pokok yaitu pemilik lahan/pemodal, petani penggarap dan hasil panen bawang.Pemilik lahan /pemodal adalah orang yang memiliki lahan sekaligus modal namun tidak dapat

52

menggarap lahannya sendiri.Petani penggarap merupakan orang yang menggarap lahan, namun bukan lahan miliknya sendiri malainkan lahan milik pemilik lahan dan modal untuk menggarap/bertani berasal dari pemilik lahan.Hasil panen bawang adalah suatu tanaman yang dijadikan objek bagi hasil oleh petani penggarap dan pemilik lahan.

Seperti paparan diatas bahwa masyarakat Desa Nipamelakukan perjanjian bagi hasil dengan cara lisan sebagaimana hasil wawancara peneliti dengan pemilik lahan dan petani penggarap berikut.

Bapak Suparto mengatakan:

“Bentuk perjanjiannya lisan dek, karena baik saya maupun pemilik lahan tidak keberatan karena tidak adanya perjanjian tertulis.Kami sudah saling percaya satu sama lainnya dan tidak pernah terjadi masalah.”47

Pak Gama mengatakan:

“Secara lisan dek, kami tidak pernah melakukan perjanjian secara tertulis karena itu lebih memakan waktu dan biaya menurut orang sini dek.selama kami melakukan perjanjian sacara lisan tidak ada masalah yang terjadi, kami juga sudah saling percaya satu sama lain.”48

47 Suparto (petani penggarap), Wawancara, Nipa, 3 April 2022

48 Gama (petani penggarap), Wawancara, Nipa, 6 April 2022

53 Ibu Nursina mengatakan:

“Dari pertama pengutaraan niat oleh pemilik lahan itu secara lisan dek, kami tidak pernah membuat perjanjian secara tertulis.Perjanjian bagi hasil yang kami lakukan itu secara lisan dan selama saya berkerja sama dengan pemilik lahan belum ada yang melanggar perjanjian.”49

Bapak Hamdan (pemilik lahan) mengatakan:

“perjanjian bagi hasil yang kami lakukan secara lisan nak, kami tidak mau repot-repot dalam mengurus surat-surat untuk perjanjian tertulis. Ini sudah menjadi kebiasaan kami selama petani penggarap dan saya selaku pemilik lahan tidak melanggar kewajiban.”50

Penyataan yang senada datang dari bapak Mustawa (pemilik lahan) yang mengatakan:

“perjanjian yang dilakukan secara lisan nak, kebetulan yang bekerja dengan saya adalah menantu dari kakak saya jadi saya sudah cukup percaya dengan dia. Perjanjian ini juga sudah berlangsung lama.”51

Pernyataan petani penggarap dan pemilik lahan dibenarkan oleh bapak Mahfud (Kepala Desa Nipa) yang menyatakan:

49 Nursina (petani penggarap), Wawancara, Nipa, 5 April 2022

50 Hamdan (pemilik lahan), Wawancara, Nipa, 6 April 2022

51 Mustawa (pemilik lahan), Wawancara, Nipa, 5 April 2022

54

“perjanjian bagi hasil yang dilakukan pemilik lahan dan petani penggarap secara lisan dek, karena selama ini tidak ada satu pun dari pemilik lahan dan petani penggarap yang datang untuk mengurus surat-menyurat tentang perjanjian kerja sama secata tertulis dek.”52

b. Hak dan Kewajiban Pemilik Lahan

Pemilik lahan tentu saja memiliki hak yaitu memperoleh hasil dari lahan miliknya yang telah digarap oleh petani.Namun bukan hanya hak, pemilik lahan juga memiliki kewajiban yang harus dipenuhi sebagaimana pada perjanjian awal yang telah di lakukan dengan petani penggarap. Adapun kewajiban pemilik lahan seperti pernyataan bapak Hamdan yang merukapan pemilik lahan mengatakan:

“tentu saya memiliki kewajiban dek yang harus saya penuhi, kewajiban saya disini adalah memberikan modal kepada petani penggarap untuk membeli pupuk, obat-obatan untuk Hama dan seskali melihat sawah yang digarap dan Tanami bawang. Biasanya saya memelihara bibit sendiri jadi jarang untuk membeli bibit dek.”53

Pernyataan senada juga di ungkapkan oleh pemilik lahan bernama bapak Amrullah yang mengatakan:

52 Mafdud (kepala desa), Wawancara, Nipa, 8 April 2022

53 Hamdan (pemilik lahan), Wawancara, Nipa, 6 April 2022

55

“kewajiban saya adalah memberikan lahan saya nakserta menyediakan bibit bawang yang siap untuk ditanam , dan menanggung modal dari pertama penanaman bawang hingga saat panen nak. Bukan hanya itu saya juga membelikan pupuk dan obat- obatan untuk hama dan obat untuk menyuburkan bawang tersebut.”54

c. Hak dan Kewajiban Petani Penggarap

Petani penggarap memilki hak yaitu memperoleh hasil dari perjanjian bagi hasil yang dilakukan dengan pemilik lahan.Namun petani penggarap juga memiliki kewajiban yang harus dipenuhi selama melakukan kerja sama bagi hasil dengan pemilik lahan. Kewajiban yang harus dilakukan petani penggarap sebagaimana pernyataan dari bapak Nasrudin yang merupakan petani penggarap, yang mengatakan:

“kami disini meiliki kewajiban dek, dan kami harus menjalankan kewajiban kami dengan sepenuh hati agar hasil panen bawang merah kami memuaskan.

Kewajiban saya adalah menyiram bawang dengan baik setiap 2 (dua) hari sekali, menyamprot hama dan embun yang terdapat pada bawang setiap pagi, serta memberikan pupuk organik.”55

54 Amrullah (pemilik lahan), Wawancara, Nipa, 3 April 2022

55 Nasrudin (petani penggarap), Wawancara, Nipa, 3 April 2022

56

Pernyataan yang senada juga dinyatakan oleh petani penggarap bernama pak Suparto yang mengatakan:

“iya dek, kewajiban saya dalam perjanjian bagi hasil yang berlangsung adalah menyiram dan mengurus bawang merah hingga panen. Karena untuk mendapatkan bawang yang unggul maka harus rajin menyamprot hama dan embun setiap pagi.”56

4. Risiko dalam Melakukan Praktik Bagi Hasil

Risiko disini adalah risiko yang akan dihadapi ketika tanaman bawang merah mengalami gagal panen atau tidak subur, sehingga menyebabkan umbi darii bawang merah tersebut tidak besar atau memuaskan. Risiko lain yang dihadapi adalah ketika panen mendatang harga bawang merah menjadi turun sehingga ini merugikan pemilik lahan sekaligus yang mempunyai modal.

Kondisi diatas sebagaimana tergambar dalam hasil wawancara peneliti dengan beberapa pemilik lahan sekaligus pemilik modal sebagai berikut:

Pernyataan bapak Hamdan yang mengatakan:

“pernah nak, bapak pernah mengalami kerugian yang begitu besar karena hasil panen yang tidak memuaskan,

56 2022Suparto (petani penggarap), Wawancara, Nipa, 3 April 2022

57

biasanya pada musim pertama itu sering hujan karena sekitar bulan 2 kami sudah mulai menanam bawang. Pada saat musim pertama itu harga bawang cukup tinggi namun sedikit gagal panen.Tetapi saya tetap memberikan petani penggarap seperti kesepakatan awal meskipun saya mengalami kerugian.”57

Pernyataan yang senada juga datang dari bapak Ismail yang mengatakan:

“setiap orang pasti pernah mengalami kerugian dek dalam berusaha namun kita akan terus berusaha untuk menjadi lebih baik. Kerugian bapak karena gagal panen yang disebabkan hujan dek, apabila hujan secara terus menerus maka obat-obatan yang dibeli semakin banyak.Karena pada kesepakatan awal tidak menyepakati pengembalian modal dengan petani penggarap sehingga membuat saya rugi.namun ini menjadi pelajaran untuk saya dan petani penggarap kedepannya”58

Pernyataan yang sedikit berbeda dinyatakan oleh ibu Junari:

“kerugian yang saya alami pada saat panen kedua nak, karena pada saat panen kedua itu orang-orang akan panen raya atau panen semuanya sehingga harga bawang menjadi turun. terkadang hasil panen tidak dapat mengembalikan modal tetapi saya tetap memberikan hak petani penggarap yang telah kami janjikan agar petani penggarap tetap ingin bekerja sama dengan saya.”59

57 Hamdan (pemilik lahan), Wawancara, Nipa, 6 April 2022

58 Ismail (pemilik lahan), Wawancara, Nipa, 6 April 2022

59 Junari (pemilik lahan), Wawancara, Nipa, 7 April 2022

58

Paparan data diatas merupakan risiko yang dihadapi oleh pemilik lahan sekaligus pemilik modal, tetapi masih melakukan praktik bagi hasil dengan petani penggarap.

59 BAB III PEMBAHASAN

A. Analisis Terhadap Pelaksanaan Praktik Bagi Hasil Petani Bawang di Desa Nipa, Kecamatan Ambalawi, Kabupaten Bima

Manusia dalam kehidupan sehari-hari menjalankan aktivitas seperti manjalankan ibadah, kerjasama, tolong- menolong antara sesama manusia sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah SWT. Begitu pun dengan menjalankan kegiatan bermuamalah sebagaimana yang diperintahkan Allah SWT berdasarkan tata cara yang baik karena mencari ridho Allaw SWT. 60

Bagi hasil pertanian merupakan suatu perjanjian kerja sama antara pemilik lahan dengan petani sebagai penggarap.

Pelaksanaan bagi hasil pertanian yang dilakukan oleh masyarakat Desa Nipa, Kecamatan Ambalawi, Kabupaten Bima ini berlansung sudah cukup lama.Alasan mengapa masyarakat Desa Nipa Kecamatan Ambalawi Kabupaten Bima melakukan bagi hasil

60 Dian Setiyawan, “ Tinjauan Hukum Islam Tentang System Bagi Hasil Tanaman Cabai (Studi Dusun Delapan Desa Sendang Ayu Kec. Padang Ratu Kab.Lampung Tengah)”, (Skripsi, FS UIN Raden Intan Lampung, Lampung, 2019), hlm.

79.

60

pertanian tersebut karena antara pihak pemilik lahan dan petani penggarap intinya sama-sama saling membutuhkan.

Berdasarkan dari hasil pengamatan observasi dan wawancara yang peneliti lakukan di Desa Nipa Kecamatan Ambalawi Kabupaten Bima, peneliti menyimpulkan bahwa kegiatan bagi hasil yang dilakukan oleh petani penggarap dan pemilik lahan adalah sebagai berikut:

1. Proses/tahapan bagi hasil antara petani penggarap dan pemilik lahan yang terdiri dari:

a. Tahapan pengutaraan niat dari pemilik sawah kepada petani pengarap

b. Tahap negosiasi

c. Tahap pembagian hasil

2. Alasan pemilik lahan dan petani penggarap melakukan perjanjian bagi hasil

a. Alasan pemilik lahan

Adapun faktor yang menjadi alasan pemilik lahan melakukan praktik perjanjian bagi hasil adalah sebagai berikut:

1). Dikarenakan pemilik lahan tidak memiliki keahlian dalam bertani bawang

61

2). Karena tenaga pemilik lahan sudah tidak memungkinkan utnuk bertani sehingga memilih melakukan perjanjian praktik bagi hasil dengan petani penggarap.

3). Faktor kemanusiaan karena membantu orang lain dengan memberikan pekerjaan yaitu menggarap sawah miliknya dengan perjanjian bagi hasil hingga timbul rasa tolong menolong antara sesama manusia.

b. Alasan petani penggarap

Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi petani penggarap dalam melakukan prkatik perjanjian bagi hasil sebagai berikut:

1). Faktor ekonomi yang sangat kurang

2). Tidak memiliki lahan sendiri untuk digarap 3). Tidak memiliki keahlian lain selain bertanu

sehingga memutuskan melakukan perjanjian bagi hasil dengan pemilik lahan

3. Bentuk Praktik Perjanjian Bagi Hasil Antara Pemilik

Dokumen terkait