• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Kerangka Teori

1. Pengertian dan Istilah Tinjauan

Tinajuan merupakan sebuah kegiatan dalam merangkum data besar yang masih mentah kemudian mengelompokkan

18

atau memisahkan komponen-kompenen data serta bagian- bagian yang relavan, dan kemudian mengaitkan data yang dihimpun agar dapat menjawab permasalahan. Dalam penelitian ini yang dimaksud oleh peneliti dari tinjauan adalah kegiatan untuk mencari dan memecahkan komponen- komponen darisuatu permasalahan yang kemudian dikaji lebih dalam dan menghubungkannya dengan hukum ekonomi syariah.12

2. Pengertian Hukum Ekonomi Syariah

Hukum ekonomi syariah atau hukum ekonomi islammerupakan hukum yang mengatur hubungan antara manusia dengan sesama manusia berupa perjanjian atau kontrak, yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan objek atau benda-benda ekonomi dan juga berkaitan dengan ketentuan hukum pada benda-benda yang menjadi objek kegiatan ekonomi.

3. Pengertian Praktik Bagi Hasil

Praktik bagi hasil merupakan praktik yang dilakukan antara pemilik lahan dan petani penggarap sesuai dengan perjanjian

12 Landasan Teori, pengertian tinjauan”, dalam http://repository.uma.ac.id/artikel, diakses tanggal 31 Desember 2021, pukul 22.18.

19

diantara kedua belah pihak, dimana yang dibagi adalag hasil panen yang dikelola oleh petani penggarap.

a. Ciri-ciri bagi hasil menurut Antonio Syafii:

1) Penentuan besarnya rasio/nisbab bagi hasil yang telah disepati pada waktu akad dengan pedoman pada keuntungan bagi rugi.

2) Besarnya rasio bagi hasil didasarkan dengan jumlah keuntungan yang diperoleh.

3) Rasio bagi hasil tidak akan berubah selama akad masih berlaku, kecuali telah diubah atas kesepakatan bersama.

4) Bagi hasil tergantung pada usaha yang dijalankan.

Apabila terjadi keruagian, maka kerugian tersebut akan ditanggung bersama.

5) Jumlah pembagian laba akan meningkat sesuai dengan pembagian keuntungan.

b. jenis-jenis bagi hasil dalam pertanian

Adapun bagi hasil pertanian dalam ekonomi islam dapat dilakukan dengan tiga akad sebagai berikut:

1) Muzara’ah

a.) Pengertian Muzara’ah

20

Muzara’ah merupakan kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap lahan, di mana pemilik lahan memberikan lahan pertaniannya kepada si penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu dari pasil panen.

b.) Dasar Hukum Muzara’ah

Diriwayatkan oleh ibnu umar bahwa Rasulullah SAW pernah memberikan tanah Khaibar kepada penduduknya (waktu itu mereka masih yahudi) agar digarap dengan imbalan pembagian hasil tanam-tanaman dan buah- buahan.

Bukhari mengatakan bahwa telah berkata Abu Jafar, “ tidak ada satu pun di Madinah kecuali penghuninya mengelolah tanah secara muzara’ah dengan pembagian hasil 1/3 dan 1/4, hal ini telah dilakukan oleh Sayidina Ali, Sa’ad bin Waqash, Ibnu Mas’ud, Umar bin Abdul Azis, Qasim, Urwah Keluarga Abu Bakar, dan keluarga Ali.

21 c.) Rukun Muzara’ah

Rukun muzara’ah ada empat pembagian yaitu: adanya pemilik lahan, adanya petani penggarap, adanya lahan yang akan digarap, dan adanya akad dari kedua belah pihak.13

d.) Ketentuan Muzara’ah

Syarat-syarat muzara’ah adalah:

(1) Pemilik lahan harus menyerahkan lahan yang akan digarap kepada pihak yang akan menggarap.

(2) Penggarap wajib memiliki keterampilan bertani dan bersedian menggarap lahan yang diterimanya.

(3) Penggarap wajib memberikan keuntungan kepada pemilik lahan bila pengelolaan yang dilakukan menghasilkan keuntungan.

13 Dr. Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, (Jakarta: kencana, 2013), hlm. 240

22

(4) Akad muzara’ahdapat dilakukan secara mutlak dan/atau terbatas.

(5) Jenis benih yang akan ditanam dalam muzara’ah terbatas harus dinyatakan secara pasti dalam akad, dan diketahui oleh penggarap.

(6) Penggarap bebas memilih jenis benih tanaman untuk ditanam dalam akad muzara’ah mutlak.

(7) Penggarap wajib memperhatikan dan mempertimbangkan kondisi lahan, keadaan cuaca, serta cara yang memungkinkan untuk mengatasinya menjelang musim tanam.

(8) Penggarap wajib menjelaskan perkiraan hasil panen kepada pemilik lahan dalam akad muzara’ah mutlak.

(9) Penggarap dan pemilik lahan dapat melakukan kesepakatan mengenai pembagian hasil pertanian yang akan diterima oleh masing-masing pihak.

23

(10) Penyimpangan yang dilakukan penggarap dalam akad muzara’ah dapat mengakibatkan batalnya akad itu.

(11) Seluruh hasil panen yang dilakukan oleh penggarap yang melakukan pelanggaran (penyimpangan), menjadi milik pemilik lahan.

(12) Dalam hal penggarap melakukan pelanggaran, pemilik lahan dianjurkan untuk memberikan atas kerja yang dilakukan penggarap.

2) Mukhabarah

a.) Pengertian Mukhabarah

Menurut pendapat para ulama, mukhabarah merupakan kerja sama pengelolaan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, yang dimana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada si penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan tertentu dari

24

yang di panen, dan benihnya berasal dari penggarap.14

b.) Dasar Hukum Mukhabarah

Dasar hukum mukhabarah adalah adanya hadis yang memperbolehkannya sebagai berikut:

Dari Thawus ra. Bahwa ia suka bermukhabarah. Umar berkata: lalu aku katakana kepadanya: ya Abu Abdurrahman, kalau engkau tinggalkanmukhabarah ini, nanti mereka mengatakan bahwa Nabi SAW telsh melarang mukhabarah. Lantas Thawus berkata: hai Amr, telah menceritakan kepadaku orang yang sungguh-sungguh mengetahui akan hal itu, yaitu Ibnu Abbas bahwa Nabi SAW tidak melarang mukhabarah itu, hanya beliau berkata:

seseorang memberi manfaat kepada saudaranya lebih baik dari pada ia mengambil manfaat dari saudaranya itu dengan upah tertentu,” (HR. Muslim). 15 c.) Rukun Mukhabarah

Adapun rukun mukhabarah adalah:

(1) Pemilik tanah.

(2) Petani atau penggarap tanah.

14Dinar, “Mukhabarah dan Dasar Hukumnya”, dalam http://m.dream.co.id, diakses tanggal 17 Januari 2022, pukul 14.01.

15Dinar, “Mukhabarah dan Dasar Hukumnya”, dalam http://m.dream.co.id, diakses tanggal 17 Januari 2022, pukul 13.25.

25

(3) Tanah yang akan digarap.

(4) Ijab dan qabul secara lisan.

d.) Syarat-syarat Mukhabarah

Adapun syarat-syarat mukhabarah ialah sebagai berikut:

(1) Pemilik tanah dan penggarap harus orang yang sudah baligh dan berakal.

(2) Benih yang akan ditanam harus jelas dan menghasilkan.

(3) Lahan harus bisa menghasilkan, jelas batas- batasnya, dan diserahkan sepenuhnya kepada penggarap.

(4) Pembagian hasil harus jelas penentuannya.

(5) Jangka waktu harus jelas menurut kebiasaan masa tanam dan masa panen.

(6) Peralatan dibebankan kepada petani penggarap lahan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bagi hasil merupakan suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil antara pemilik modal dan pengelola usaha.Pembagian

26

hasil usaha ini juga dapat terjadi pada pihak pemilik lahan pertanian dan pihak pengelola lahan pertanian.16

4. Pengertian Petani dan Pemilik Lahan

Menurut undang-undang republik Indonesia nomor 2 tahun 1960 pasal (1), adapun pengertian dari petani dan pemilik lahan adalah

Petani, ialah orang, baik yang mempunyai maupun yang tidak mempunyai tanah

yang mata pencaharian pokoknya adalah mengusahakan tanah untuk pertanian.

Pemilik lahan, ialah orang atau badan hukum yang berdasarkan sesuatu hak menguasai tanah.17

5. Pengertian Bawang Merah

Bawang merah adalah tanaman hortikultura yang berbentuk umbi.Bawang merah adalah salah satu komoditas sayuran utama yang sangat pontensial dan terus mengalami peningkatan permintaan dan konsumsi.

Dokumen terkait