• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sehingga skipsi dengan judul Tinjuan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Praktik Bagi Hasil Petani Bawang di Desa Nipa Kecamatan Ambalawi Kabpupaten Bima dapat terselesaikan

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Sehingga skipsi dengan judul Tinjuan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Praktik Bagi Hasil Petani Bawang di Desa Nipa Kecamatan Ambalawi Kabpupaten Bima dapat terselesaikan"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Bagi hasil merupakan sarana untuk membantu makhluk sosial lainnya dalam memenuhi kebutuhannya. 4Rijal Darwis, “Sistem Bagi Hasil Pertanian Bagi Masyarakat Petani Kabupaten Gorontalo Perspektif Hukum Ekonomi Islam”, Vol. Bagi hasil pertanian merupakan kesepakatan kerjasama antara pemilik lahan dan petani sebagai penanam.

Di Desa Nipa, Kecamatan Ambalawi, Kabupaten Bima, banyak pemilik lahan dan penggarap yang menggunakan pola bagi hasil dalam melakukan kerjasama penanaman bawang merah.

Rumusan Masalah

Praktek bagi hasil adalah praktek yang dilakukan antara pemilik tanah dan petani penggarap sesuai dengan kesepakatan. Apa langkah pertama yang diambil petani bagi hasil dan pemilik dalam membuat perjanjian bagi hasil? Bagaimana pembagian hasil yang dilakukan oleh pemilik tanah dan penggarap dalam praktik bagi hasil.

Apa perjanjian bagi hasil yang umum digunakan oleh pemilik tanah dan pemegang saham? Apa hak dan kewajiban pemegang saham dan pemilik tanah dalam perjanjian bagi hasil ini. Bagaimana pengertian pemilik dan pemegang saham tentang pembagian keuntungan menurut hukum ekonomi syariah atau hukum Islam.

Praktek Berbagi Hasil Pemegang Saham dengan Pemilik Sawah (Modal) di Desa Nipa, Kecamatan Ambalawi, Kabupaten Bima. Faktor-faktor yang menjadi alasan pemilik tanah melakukan perjanjian bagi hasil adalah sebagai berikut: Bentuk-bentuk Praktek Perjanjian Bagi Hasil antara Pemilik Tanah dengan Petani di Desa Nipa Kecamatan Ambalawi Kabupaten Bima.

Bentuk kesepakatan bagi hasil yang dilaksanakan oleh pemilik tanah dan petani penggarap di Desa Nipa seluruhnya bersifat lisan. Karena tenaga kerja pemilik tidak bisa lagi bertani, mereka memutuskan untuk mengadakan perjanjian bagi hasil dengan petani bagi hasil. Bentuk perjanjian bagi hasil antara pemilik tanah dan petani penggarap dengan petani penggarap.

Bentuk-bentuk Praktek Bagi Hasil oleh Pemilik Tanah dan Bagi Bagi di Desa Nipa Kecamatan Ambalawi Kabupaten Bima Secara Tidak Tertulis/Lisan.

Tujuan dan Mafaat

Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

Pokok bahasan penelitian ini adalah pelaksanaan praktik kesepakatan bagi hasil produksi bawang merah antara pemilik lahan dan petani penggarap, apakah bagi hasil yang berlaku saat ini sudah sesuai dengan ketentuan hukum dagang syariah atau tidak. terletak di Desa Nipa, Kecamatan Ambalawi, Kabupaten Bima. Karena ada praktik bagi hasil yang tidak sesuai akad dari sudut pandang ekonomi Islam, sehingga merugikan salah satu pihak. Contoh yang muncul adalah dalam pembuatan perjanjian bagi hasil, ketika pemilik tanah penggarap petani melakukan perjanjian bagi hasil tanpa memperhitungkan modal awal, sehingga dapat merugikan pemilik tanah. tanah.

Karena lokasi penelitiannya belum pernah ditelaah mengenai bagi hasil dalam tinjauan Hukum Ekonomi Islam.

Telaah Pustaka

Penelitian sebelumnya juga pernah dilakukan oleh Ulil Amri dengan judul “Praktek Bagi Hasil Pertanian (Sawal) Dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Pada Masyarakat Tani Di Desa Palece Kecamatan Limboro Kabupaten Polewali Mandar)”. Bedanya praktik bagi hasil yang diteliti adalah praktik bagi hasil hasil pertanian (sawal), sedangkan peneliti sedang mempelajari praktik bagi hasil berdasarkan akad muzara yang dilakukan oleh masyarakat Desa Nipa. Penelitian sebelumnya juga pernah dilakukan oleh Dian Setiyawan dengan judul “Kajian Hukum Islam Sistem Bagi Hasil Tanam Cabai (Studi Dusun 8 Desa Sendang Ayu Kecamatan Padang Ratu Kabupaten Lampung Tengah)”.

Secara umum, kedua peneliti menggunakan penelitian lapangan melalui metode kualitatif deskriptif dan keduanya membahas bagi hasil.

Kerangka Teori

Perbedaan pokok bahasan dengan penelitian sebelumnya adalah mengkaji perjanjian kerjasama bersyarat antara petani tomat dan pemilik lahan, sedangkan peneliti sekarang fokus mempelajari praktik bagi hasil antara petani bawang merah dan pemilik lahan di Desa Nipa Kecamatan Ambalawi Kabupaten Bima. Adapun bagi hasil hasil pertanian dalam ekonomi Islam dapat dilakukan dalam tiga akad sebagai berikut: .. Muzara'ah adalah koperasi pengolahan hasil pertanian antara pemilik tanah dengan penggarap, dimana pemilik tanah menyerahkan tanah pertaniannya kepada penggarap yang ditanam dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu dari hasil panen. b.) Dasar hukum Muzara'ah. Menurut para ulama, mukhabarah adalah kerjasama pengelolaan pertanian antara pemilik tanah dan penggarap, dimana pemilik tanah memberikan tanah pertanian kepada penggarap untuk penanaman dan pemeliharaan dengan biaya tertentu.

Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 pasal (1) tahun 1960 adalah pengertian petani dan pemilik tanah.

Metode Penelitian

Kehadiran peneliti di lokasi merupakan alat utama untuk mengumpulkan data yang diperlukan terkait dengan masalah penelitian Pengumpulan data diperoleh dari hasil wawancara yang dilakukan dan dengan menggunakan metode dokumentasi Karena peran peneliti disini adalah untuk mendapatkan data maka peneliti harus terjun langsung ke lapangan untuk meneliti praktik bagi hasil yang dilakukan petani bawang merah di Desa Nipa, Kecamatan Ambalawi, Kabupaten Bima. Sumber data yang dimaksud dalam penelitian kualitatif adalah objek yang datanya diperoleh peneliti Sumber data dalam penelitian ini diperoleh langsung dari masyarakat dengan menggunakan teknik wawancara sebagai teknik utama Masyarakat yang bersangkutan adalah masyarakat Desa Nipa Ambalawi Kecamatan, Kabupaten Bima yaitu pihak-pihak terkait yang terlibat (pemilik tanah dan penggarap), selanjutnya disebut sebagai responden. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti langsung dari sumber data. Data primer bisa juga disebut sebagai data asli atau data baru yang up to date. Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara langsung. Teknik yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data.

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti dari berbagai sumber yang ada (peneliti yang menggunakan). Tanpa mengetahui prosedur pengumpulan data, peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang telah ditetapkan. Prosedur pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk membahas pertanyaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 19.

Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang sangat populer karena banyak digunakan dalam berbagai penelitian. Analisis data adalah proses pencarian dan pengumpulan data secara sistematis yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengkategorikan atau memecah data menjadi satuan-satuan, mensintesakannya, kemudian menyusunnya menjadi pola, memilih mana yang penting dan apa yang akan dipelajari, serta menarik kesimpulan. sehingga dapat dengan mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain. Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu analisis berdasarkan data yang diperoleh, yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi hipotesis.

Seperti triangulasi teknis, dimana kredibilitas data diuji dengan cara mengecek data terhadap sumber data yang sama dengan menggunakan teknik yang berbeda. Dengan menggunakan tiga teknik pengumpulan data yang berbeda, peneliti melakukan diskusi lebih lanjut dengan sumber data yang relevan atau pihak lain untuk memastikan data mana yang dianggap benar.

Sistematika Pembahasan

PAPARAN DATA dan TEMUAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

  • Sejarah berdirinya desa nipa
  • Kondisi geografis desa nipa
  • Keadaan sosial
  • Perekonomian desa nipa

Yang biasa terjadi di desa Nipa adalah pemilik tanah terlebih dahulu menyatakan niatnya dengan mendatangi atau memanggil para penggarap untuk mengajak mereka membuat kesepakatan bagi hasil saat menggarap lahannya untuk menanam bawang merah. Akhirnya saya membuat kontrak dengan pemegang saham untuk membagi produksi sampai pemilik ladang yang saya gadaikan dibebaskan kembali.”39. Sebagaimana telah disinggung di atas, masyarakat desa Nipa membuat kesepakatan bagi hasil secara lisan, sebagaimana hasil wawancara peneliti dengan pemilik dan penggarap tanah sebagai berikut.

Pemaparan data di atas merupakan risiko yang dihadapi oleh pemilik lahan yang juga pemilik modal namun masih mempraktekkan bagi hasil dengan petani penggarap. 60 . petani karena pemilik tanah dan petani penggarap pada hakekatnya sama-sama saling membutuhkan. Sehingga petani bagian tertarik untuk bekerja sama untuk produksi tanpa ada kontrak yang mengikat (lisan).

Berkaitan dengan kegiatan praktek bagi hasil antara pemilik tanah dan petani penggarap di Desa Nipa Kecamatan Ambalawi Kabupaten Bima dapat peneliti uraikan tentang kontrak-kontrak yang ada. Namun karena sistem bagi hasil yang dilakukan oleh masyarakat Desa Nipa berdasarkan kesepakatan awal, pemilik tanah dan pemilik tidak menentukan dalam kesepakatan awal modal apa yang akan digunakan dari penanaman pertama hingga panen. Dalam praktiknya, petani penggarap dan pemilik tanah lebih banyak menggunakan akad muzara'ah daripada akad mukhabarah.

Bentuk praktek perjanjian bagi hasil diuraikan mengenai kontrak yang digunakan oleh pemegang saham dan pemilik tanah dalam praktek bagi hasil, hak dan kewajiban pemilik tanah dan. Berdasarkan hukum ekonomi syariah, praktik bagi hasil oleh pemilik tanah dan penggarap di Desa Nipa Kecamatan Ambalawi Kabupaten Bima dikatakan sah meskipun pemilik tanah mengalami kerugian.

Tabel 2.1 Urutan Kepala Desa dari Tahun 1979-Sekarang  Data Tahun 2019
Tabel 2.1 Urutan Kepala Desa dari Tahun 1979-Sekarang Data Tahun 2019

Praktik Bagi Hasil Petani Penggarap Dengan Pemilik Lahan

  • Proses/tahapan perjanjian bagi hasil antara petani
  • Alasan pemilik lahan dan petani penggarap melakukan
  • Bentuk praktik perjanjian bagi hasil antara pemilik lahan
  • Risiko dalam melakukan praktik bagi hasil

PEMBAHASAN

Pelaksanaan Praktik Bagi Hasil Petani Bawang Di Desa

Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Praktik Bagi

PENUTUP

Kesimpulan

Praktik bagi hasil dilakukan dalam beberapa fase, yaitu fase pengungkapan niat, fase negosiasi, dan fase bagi hasil. Alasan petani bagi hasil mengadakan perjanjian bagi hasil karena faktor ekonomi dan tidak memiliki tanah sendiri, sedangkan alasan pemilik tanah mengadakan perjanjian bagi hasil karena faktor kemanusiaan dan tidak memiliki keahlian di bidang pertanian. Akibat sistem bagi hasil ini, terjadi kesalahan yang merugikan pemilik tanah karena pada saat kesepakatan atau perundingan awal pemilik tanah dan penggarap hanya menyepakati sekian persen untuk dibagi tanpa terlebih dahulu membahas hasil investasi.

Sehingga ketika bawang merah gagal panen atau harganya turun, bisa merugikan pemilik lahan. Persentase yang dibagi dalam panen adalah 80-20, yaitu ketika panen mencapai Rp 10.000.000, pemilik tanah menerima Rp 8.000.000. dan pemegang saham menerima Rp2.000.000. Karena kehendak keikhlasan kedua belah pihak, serta terpenuhinya rukun dan syarat-syarat hukum perjanjian bagi hasil.

Saran

Mohimi Syah, “Tinjauan hukum tentang pembagian keuntungan atas tanah pertanian antara pemilik tanah dan. Dian Setiawan, “Tinjauan Hukum Islam Tentang Sistem Bagi Hasil Pertanian Cabai (Studi Dusun Delapan Desa Sendang Ayu Kecamatan Rijal Darwis, “Sistem Bagi Hasil Pertanian Dalam Budidaya Masyarakat Tani Di Kabupaten Gorontalo, Perspektif Hukum Ekonomi Islam”.

Sudarmono, “Kajian Ekonomi Islam Sistem Bagi Hasil Bagi Petani Padi di Desa Seba-Seba Kecamatan Walengrang Timur Kabupaten Luwu”, IAIN Palopo: Palopo, 2017. Tri Ambar Gila Wahyuni, “Kajian Praktek Hukum Ekonomi Syariah perjanjian kerjasama bersyarat antara petani tomat dengan pemilik modal di desa Memben Baru, Kec.

Gambar

Tabel 2.1   Daftar Kepala Desa dari Tahun 1979-Sekarang, 27.
Tabel 2.1 Urutan Kepala Desa dari Tahun 1979-Sekarang  Data Tahun 2019
Tabel 2.2 Data Penduduk Setiap Dusun di Desa Nipa  Data Tahun 2021
Tabel 2.3 Data Pekerjaan Masyarakat Desa Nipa  Data Tahun 2021

Referensi

Dokumen terkait

Mackenzie di Kabupaten Pemalang dan akibat hukum bagi kedua belah pihak dari hasil mediasi tersebut, sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah mengkaji