• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PAPARAN DATA dan TEMUAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4. Perekonomian desa nipa

43

13. PNS/TNI/Polri 106 ✓ ✓

14. Tenaga honorer 105 ✓ ✓

15. Kerajinan ketak - 16. Industry batu bata 8 17. Maubel/tukang

kayu

15 ✓

4. Perekonomian Desa Nipa

44

3.) Pemberdayaan kelompok tani/penguatan kapasitas kelompok tani;

4.) Pembangunan saung pertemuan kelompok tani;

5.) Sertifikasi tanah pertanian masyarakat;

6.) Pengadaan alat mekanisme pertanian;

7.) Pemanfaatan lahan kosong untuk pertanian sayur, kacang, singkong;

8.) Pembangunan atau pemeliharaan Dam dan Embung Desa;

9.) Pembangunan saluran irigasi;

10.) Pengadaan mesin pompa air; dan

11.) Pembangunan dan pemeliharaan pagar area persawahan.

b. Sektor Perikanan dan Kelautan Desa Nipa

Sebagai salah produk unggulan, sektor perikanan dan kelautan mendapat perhatian yang serius dari pemerintah Desa Nipa.Program dalam sektor ini diarahkan agar meningkatnya kualitas dan kuantitas produksi perikanan dan kelautan.Harapan kedepannya dengan berkembangnya sektor perikanan dan kelautan dapat

45

meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Nipa terutama untuk masyarakat kurang mampu.

Beberapa kegiatan dalam program perikanan dan kelautan antara lain:

1.) Penyaluran bantuan Mesin Ketinting bagi nelayan;

2.) Penyaluran bantuan pukat bagi nelayan;

3.) Penyaluran bantuan peralatan pancing bagi nelayan;

4.) Sistem pemasaran hasil produksi perikanan dan kelautan yang terpadu; dan

5.) Pelatihan teknologi perikanan dan kelautan.

c. Sektor Perkebunan Desa Nipa

Pembangunan sektor perkebunan diharapkan mampu meningkatkan ekonomi masyarakat Desa Nipa.

Potensi lahan di Desa Nipa bagi pengembangan perkebunan dapat terjamin karena memiliki luas lahan mencapai 460 Ha. Untuk mendukung pembangunan sektor perkebunan, beberapa kegiatan yang dilaksanakan antara lain:

46

1.) Pelatihan teknologi perkebunan APBD II;

2.) Pengembangan tanaman mangga, jati, mahoni APBD I;

3.) Pelatihan pengolahan biji jambu mete.

d. Sektor Kehutanan Desa Nipa

Kondisi hutan di Desa Nipa sudah sangat memprihatinkan.Kebiasaan masyarakat yang sering melakukan peladangan secara liar dan penebangan pohon secara ilegal sehingga terjadi kerusakan hutan.Namun pemerintah Desa telah mengatur program terhadap sektor kehutanan dan diarahkan untuk pelestarian hutan.

Beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan antara lain;

1.) Reboisasi

2.) Penguatan kapasitas POKMAS peduli hutan;

3.) Pembuatan hutan desa; dan

4.) Sosialisasi tentang UU kehutanan pada masyarakat.

e. Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM

Disamping sektor pertanian sebagai penggerak utama ekonomi masyarakat Desa Nipa, sektor

47

perdagangan, koperasi, dan usaha kecil menengah, memegang peranan yang penting dalam pembangunan ekonomi.Sektor industri yang cukup berkembang adalah industri rumah tangga, sementara itu perdagangan juga sangat berkembang seperti perdagangan hasil bumi/pertanian.Koperasi sebagai ujung tombak perekonomian pun sangat memegang peranan penting dalam membantu permodalan bagi anggota masyarakat.Disamping itu ada juga usaha-usaha kecil masyarakat terus tumbuh dan berkembang dikalangan masyarakat.

Beberapa kegiatan yang dilaksanakan dalam sektor perindustrian, perdagangan, koperasi dan UKM antara lain:

1.) Bantuan modal bagi pedagang bakulan dan perkiosan;

2.) Penguatan modal koperasi;

3.) Penguatan kapasitas kelompok usaha masyarakat;

4.) Pelatihan manajemen pemasaran;

5.) Pelatihan pembuatan dan pengolahan jajanan;

48

6.) Pelatihan teknologi pengolahan ikan;

7.) Pelatihan teknologi pengolahan bawang merah;

dan

8.) Pembangunan warung teknologi desa (wartekdes).

33

STRUKTUR PEMERINTAHAN DESA NIPA KECEMATAN AMBALAWAI KABUPATEN BIMA NTB

KEPALA DESA MAHFUD MD

SEKERTARIS DESA RAJIF HASBI SP

KASIPEMBINAA NKEMASYARAK ATAN DEDI KURNIAWAN

KADUS UJUNG HARAPAN

KASIM KADUS

HARAPAN BARU JAKARIAH KADUS

NANGA RABA MARDAN KADUS

SANGIANG PLT.

HAIRUDIN

KADUS RASA DESE NASARUDI

N

KADUS NIPA JAYA

JAIDIN

KADUS NIPA I ALIADIN

KADUS NIPA II ABDULAH KADUS

PASIR P UTIH HAIRUDIN

KADUS DANA BURA FURKAN KASIEKONOMI

PEMBANGUNN AMIRDAN

KASIPEMERINTA HAN MAS’UD

KABID KEUANGAN SAHRUL S.Pdi

KABID PERENCANAAN DAN PELAPORAN

HASNUN

KABID UMUM DAN ASET

ALATIF

34

B. Praktik Bagi Hasil Petani Penggarap dengan pemilik sawah (modal) di Desa Nipa, Kecamatan Ambalawi, Kabupaten Bima

Aktifitas pertanian di Desa Nipa adalah sebuah rutinitas yang wajar karena di Desa Nipa terdapat begitu banyak lahan pertanian dan jauh dari perkotaan.Oleh karena itu lahan pertanian di Desa Nipa lebih banyak atau lebih luas dibandingkan dengan bangunan-bangunan atau gedung-gedung yang ada di Desa Nipa tersebut.Aktifitas kegiatan pertanian di Desa Nipa tidak seluruhnya melakukan perjanjian bagi hasil penanaman bawang merah, namun hal tersebut dilakukan oleh sebagian masyarakat Desa Nipa saja.oleh karena itu dalam skripsi ini peneliti akan menguraikan hal-hal terkait temuan peneliti tentang praktik bagi hasil petani bawang merah,diantaranya sebagai berikut:

1. Proses/tahapan perjanjian bagi hasil antara petani penggarap dan pemilik sawah di Desa Nipa, Kecamatan Ambalawi, Kabupaten Bima

Proses/tahapan perjanjian bagi hasil antara petani penggarap dan pemilik sawah terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut:

35

a. Tahap pengutaraan niat dari pemilik sawah kepada petani penggarap

Sebelum terjadinya praktik perjanjian bagi hasil antara pemilik sawah dan petani penggarap tentu didahului dengan adanya niat, yaitu untuk melakukan perjanjian bagi hasil terhadap penanaman bawang merah hingga panen.

Niat dapat berasal dari pemilik sawah atau dapat berasal dari petani penggarap, apabila niat datang dari pemilik sawah maka pemilik sawah akan mengunjungi atau menelpon setiap petani penggarap untuk ditawarkan agar mengelola sawah miliknya.

Kondisi tersebut sebagaimana tergambar dari hasil wawancara peneliti dengan petani penggarap yang bernama pak supatro yang mengatakan:

“begini nak, banyak sekali pemilik sawah yang datang menawarkan kepada saya untuk menggarap tanah miliknya agar ditanami dengan bawang merah. pemilik sawah juga bersedia memberikan modal kepada saya sampai dengan bawang merah yang ditanam tersebut panen. Ketika saya menyetujui untuk menggarap sawah tersebut dengan modal dari pemilik sawah kami pun melakukan perjanjian dengan bagi hasil yang akan dibgai ketika panen.”23

23 Suparto (petani penggarap), Wawancara, Nipa, 3 April 2022

36

Pernyataan pak Suparto juga sama dengan pernyataan pak Nasrudin yang mengatakan:

“ketika pemilik sawah datang menemui saya dan mengutarakan niatnya meminta saya untuk menggarap sawah miliknya agar ditanami bawang merah dan melakukan perjanjian bagi hasil setelah panen. Namun saya menolak dek, karena keadaan biaya untuk kedepannya tetapi pemilik sawah bersedia memberikan modal kepada saya dengan perjanjian bagi hasil ketika sudah panen, dan saya menerima tawaran tersebut aar saya mendapatkan pekerjaan sampingan.”24

Pernyataan kedua petani penggrap diatas dibenarkan oleh salah seorang pemilik sawah yang bernama bapak Amrullah yang menyatakan:

“jadi begini nak, saya datang kepada petani penggarap untuk mengutarakan niat saya agar petani tersebut mau membantu saya untuk menggarap sawah milik saya untuk ditanami bawang merah, saja juga memberika bantuan modal sehingga petani penggarap hanya fokus menggarap saja dan tidak memikirkan biaya. Namun kami biasanya melakukan perjanjian bagi hasil di awal dan akan diberikan pada saat panen,”25

24 Nasrudin (petani penggarap), Wawancara, Nipa, 3 April 2022

25 Amrullah (pemilik lahan), Wawancara, Nipa, 3 April 2022

37

Berdasarkan yang dikatakan bapak Amrullah bahwa dalam penggarapan sawah untuk ditanami bawang merah ini semua biaya ditanggung oleh pemilik sawah mulai dari penanaman hingga panen. Jadi untuk resiko biaya/modal menjadi tanggungan pemilik sawah, seperti yang dinyatakan oleh bapakSamsudin yang berkerja sebagai petani penggarap berikut ini:

“begini dek, saya sebagai petani penggarap hanya menyumbangkan tenaga namun untuk urusan biaya, seperti biaya untuk membeli bibit bawang, biaya untuk membeli obat-obatan hama, yang menggaji buruh, adalah pemilik sawah sedangkan hanya menyiram dan menyamprot saja dari pertama tanam hingga panen.”26

Pernyataan yang sama juga datang dari bapak Suparto sebagai petani penggarap yang menyatakan:

“iya nak, saya sebagai petani penggarap tidak menyediakan biaya untuk penggarapan serta penanaman bawang. Tugas saya hanya menyiram dan menyamprot hama pada bawang setiap hari, kalau untuk obat-obatan hama itu disediakan oleh pemilik sawah berdasarkan yang dibutuhkan setiap hanya.”27

26 Samsudin (petani penggarap), Wawancara, Nipa, 4 April 2022

27 Suparto (petani penggarap), Wawancara, Nipa, 3 April 2022

38

Pernyataan kedua petani penggarap ini di benarkan oleh bapak Ihwan sebagai pemilik tanah yang menyatakan:

“iya nak, kalau untuk keseluruhan biaya dari mulai tanam hingga panen saya tanggung sendiri, sedangkan petani penggarap hanya menyamprot dan menyiram saja sesuai dengan perjanjian yang kita tetapkan diawal.Untuk bibit, obat-obatan, buruh, sewa traktor dan biaya lainnya bapak tanggung sendiri.”28

Biasanya yang terjadi di Desa Nipa pengutaraan niat ini pertama kali dilakukan oleh pemilik lahan dengan cara mengunjungi atau menelpon petani penggarap untuk diajak melakukan perjanjian bagi hasil dalam menggarap tanah miliknya untuk ditanami bawang merah.

Gambaran diatas adalah proses penawaran perjanjian bagi hasil penanaman bawang merah yang dilakukan oleh masyarakat Desa Nipa Kecamatan Ambalawi Kabupaten Bima. Dengan kata lain penawaran perjanjian bagoi hasil ini dilakukan secara pribadi atau individu.

28 Ihwan (pemilik lahan), Wawancara, Nipa 4 April 2022

39 b. Tahap Negosiasi

Setelah terjadinya penawaran/pengutaraan niat antara pemilik sawah dengan petani penggarap, dan petani penggarap setuju serta berkenan untuk melaksanakan perjanjian bagi hasil dalam penggarapan tanah untuk di Tanami bawang merah.Selanjutnya pemilik lahan dan petani pengggarap melakukan negosiasi.Dalam negosiasi banyak hal yang akan dibahas seperti pembagian hasil, dan syarat serta kewajiban petani penggarap dan pemilik lahan.

Negosiasi ini bertujuan untuk mengetahui persenan yangakan di bagi pada saat panen mendatang, hal lain yang tercantum dalam negosiasi adalah membahas kewajiban-kewajiban dari pemilik sawah dan petani penggarap. Hal ini sebagaimana pengakuan dari petani penggarap yang bernama Safrudin yang mengatakan:

“jadi begini dek, ketika saya sudah setuju untuk melakukan perjanjian bagi hasil maka saya dan pemilik lahan akan membicarakan persenan yang akan kita bagi pada saat panen mendatang. Adapun kesepakatan yang telah kami ambil adalah apibila hasil panen mencapai Rp10.000.000 maka pemilik lahan menerima Rp 8.000.000 dan saya 2.000.000, begitupun seterusnya dek apabila hasil panen Rp

40

30.000.000 maka pemilik lahan menerima Rp 26.000.000 sedangkan saya Rp 6.000.000.”29

Pernyataan yang sama juga datang dari petanipenggarap yang bernama bapak Afian yang mengatakan:

“iya dek, saya dengan pemilik lahan melakukan perjanjian bagi hasil dalam penanaman bawang merah, dan menurut perjanjian kami diawal sebelum penanaman bibit apabila hasil panen mencapai Rp 10.000.000 maka saya mendapatkan upah Rp 2.000.000 sedangkan pemilik lahan Rp 8.000.000. ini sudah terjadi selama bertahun-tahun dek berdasarkan dari kebiasaan orang-orang terdahulu.” 30

Pernyataan kedua petani penggarap tersebut dibenarkan oleh pemilik lahan yang bernama bapak Mustawa yang mengatakan:

“benar sekali nak, perjanjian bagi hasil yang saya lakukan selama bertahun-tahun dengan petani penggarap, apabila hasil panen mencapai rp 10.000.000 maka untuk saya 8.000.000 dan untuk petani penggara Rp2.000.000. karena seluruh modal berasal dari saya.”31

29 Safrudin (petani penggarap), Wawancara, Nipa, 5 April 2022

30 Afian (petani penggarap), Wawancara, Nipa, 5 April 2022

31 Mustawa (pemilik lahan), Wawancara, Nipa, 5 April 2022

41

Ada pernyataan lain dari petani penggarap bernama ibu Nursina yang berbeda dengan kedua pernyataan dari petani penggarap diatas yang mengatakan:

“begini dek, berdasarkan perjanjian bagi hasi yang kami lakukan dengan pemilik lahan, apabila hasil panen mencapai Rp10.000.000 maka saya mendapatkan Rp3.000.000 dan pemilik lahan Rp7.000.000. ini biasanya disebut dengan pembagian 1/3 karena pemilik lahan hanya menyediakan lahan, bibit bawang merah, dan obat- obatan untuk hama. Sedangkan biaya untuk mengaji buruh pada saat tanam, hui (mencabut rumput), dan panen itu saya yang tanggung. Dan ini sudah berlangsung selama 7 (tujuh) tahun terakhir ini.”32

Dan pernyatan ibu Nursina dibenarkan oleh pemilik lahan bernama ibu Arni yang mengatakan:

“saya sudah mempercai petani penggarap yang bekerja dengan saya dek, karena saya tidak bisa memantau sawah milik saya jadi saya serahkan semua kepada petani penggarap. Namun saya yang membiayai dalam membeli bibit serta obat-obatan hama dan petani penggarap langsung datang kerumah sekali seminggu untuk mengambil obat tersebut. Dalam perjanjian awal apabila hasil panen mencapai Rp 10.000.000, saya berikan Rp 3.000.000 kepada petani penggarap sedangkan saya Rp7.000.000.”33

32Nursina (petani penggarap), Wawancara, Nipa, 5 April 2022

33 Arni (pemilik lahan), Wawancara, Nipa, 6 April 2022

42 c. Tahap Pembagian Hasil

Tahap selanjutnya dalam perjanjian bagi hasil merupakan tahap pembagian hasil tamanan bawang merah.pada tahap ini dalam melakukan pembagian hasil, biasanya pada saat panen telah tiba maka bawang akan dicabut lalu dikeringkan sekitar 4 (empat) – 5 (lima) hari, kemudian di ikat dan akan jual kepada pembeli yang biasanya langsung mengunjungi sawah petani sebagaimana dinyatakan oleh petani penggarap bernama Gama yang menyatakan:

“begini dek, kami sudah memiliki perjanjian bagi hasil diawal sebelum penanaman bawang merah, jadi tidak ada hal yang diributkan lagi dalam hal bagi hasil. apabila bawang sudah dipanen maka bawang tersebut akan dikeringkan lagi selama kurang lebih 5 hari tergantung cuaca yang ada, setelah kering bawang akan di ikat dan dijual kepada pembeli, dimana pembeli yang besar tawarannya maka itulah yang akan kami kasih.

Tentu dalam menjual kepada pembeli harus ada kesepakatan antara saya dengan pemilik lahan.

Apabila kami setuju maka bawang itu akan ditimbang, setelah itu sehari kemudian saya diminta oleh pemilik lahan untuk datang ke rumuhnya untuk menghitung bersama hasil panen tersebut. Sesuai dengan perjanjian bagi hasil diawal apabila hasil panen mencapai Rp 20.000.000 maka saya

43

mendapatkan Rp 4.000.000 dan pemilik lahan Rp 4.000.000.”34

Pernyataan bapak Gama sama dengan pernyataan petani penggarap bernama bapak Safrudin yang menyatakan:

“pemilik lahan biasanya tidak menunggu lama dek, sehari selepas panen bawang pemilik lahan langsung memanggil saya untuk datang kerumahnya dan menghitung kembali hasil panen.

Seperti perjanjian bagi hasil yang kami lakukan diawal apabila hasil panen Rp 10.000.000, maka pemilik lahan mendapatkan Rp 8.000.000 dan saya Rp 2.000.000, apabila hasil panen Rp 15.000.000 maka saya mendapatkan RP 3.000.000 dan pemilik lahan Rp 13.000.000.”35

Pernyataan kedua petani penggarap tersebut dibenarkan oleh pemilik lahan bernama bapak Amrullah yang mengatakan:

“saya tidak pernah menahan uang hasil keringat petani penggarap dek, karena saya tahu banyak kebutuhan yang akan mereka beli dengan uang dari bagi hasil ini. Ketika selasai panen saya langsung meminta ataupun menelpon petani penggarap untuk datang mengambil uangnya kerumah. Sebelum saya memberikan uangnya terlebih dahulu kami menghitung sama agar tahu berapa hak saya dan berapa hak petani penggarap. Dan seperti perjanjian bagi hasil diawal sudah dijelaskan apabila hasil panen Rp 10.000.000 maka saya mendapatkan Rp

34 Gama (petani penggarap), Wawancara, Nipa, 6 April 2022

35 Safrudin (petani penggarap), Wawancara, Nipa, 5 April 2022

44

8.000.000 dan petani penggarap Rp 2.000.000 begitu seterusnya.”36

Pernyataan senada juga datang dari pemilik lahan bernama bapak Ihwan yang mengatakan:

“sesekali dalam menjual bawang merah ada juga pembeli yang berhutang dek, namun saya meminta nota dengan jelas agar tidak keliru dalam menghitung uang hasil panen karena dalam uang tersebut ada hak petani penggarap. Biasanya apabila ada pembeli yang hutang maka saya akan memberikan uang pribadi saya terlebih dahulu untuk petani penggarap yang berkerja sama dengan saya. Agar tidak keliru kami menghitung sama- sama nota dari pembeli dan ketika pembeli yang berhutang membayar hutangnya maka uang itu sudah menjadi milik saya karena saya sudah memberikan uang pribadi saya kepada petani penggarap.Dan seperti yang saya jelaskan diawal tadi, perjanjian bagi hasil yang kami sepakati diawal apabila hasil panen Rp 10.000.000 maka petani penggarap mendapatkan Rp 2.000.000 dan saya mendapatkan Rp 8.000.000.”37

Respon tokoh masyarakat bernama H. Afran berkaitan dengan perjanjian bagi hasil yang dilakukan oleh pemilih lahan dan petani penggarap yang mengatakan:

“menurut saya cara pembagian hasil yang dilakukan oleh petani penggarap dan pemilik lahan ini sudah benar nak, dimana dalam setiap panen apabila

36 Amrullah (pemilik lahan), Wawancara, Nipa, 3 April 2022

37 Ihwan (pemilik lahan), Wawancara, Nipa 4 April 2022

45

hasilnya Rp 10.000.000, petani petani penggarap mendapatkan Rp 2.000.000 dan petani pemilik lahan Rp 8.000.000. ini merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang terdahulu didesa ini.

Disini semua biaya yang tanggung adalah pemilik lahan sedangkan petani penggarap hanya menjalankan kewajibannya untuk menanam serta merawat bawanh hingga panen dan menghasilkan bawang yang unggul.”38

Paparan data diatas adalah kegiatan pembagian hasil panen bawang merah antara pemilik lahan dan petani penggarap.Dimana pada saat panen bawang merah dan dijual kepada pembeli itu harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak baik pihak pemilik lahan maupun pihak petani penggarap agar tidak ada keraguan antara satu dengan yang lainnya. Sedangkan untuk pembagian hasil, petani penggarap akan meminta kepada pemilik lahan untuk datang ke rumahnya untuk menghitung sama-sama dan mendapatkan hak masing-masing.

2. Alasan Pemilik Lahan dan Petani Penggarap Melakukan Perjanjian Bagi Hasil

38 H. Afran (tokoh masyarakat), Wawancara, Nipa, 7 April 2022

46 a. Alasan Pemilik Lahan

Praktik perjanjian bagi hasil terjadi dikarenakan pemilik lahan memilik lahan kosong yang tidak digarap sehingga pemilik lahan menawarkan kepada petani penggarap untuk menggarap lahan miliknya dengan cara melakukan perjanjian bagi hasil. hal ini sesuai dengan yang diuangkapka oleh pemilik lahan bernama bapak Hamdan yang mengatakan:

“saya memiliki beberapa sawah kosong nak yang saya gadai dari saudara-saudara saya, namun saya tidak pernah menggarap sawah itu karena saya tidak pandai dalam hal bertani bawang. Akhirnya saya melakukan perjanjian bagi hasil dengan petani penggarap sampai sawah yang saya gadai itu dikeluarkan lagi oleh pemiliknya.”39

Pernyataan bapak Hamdan tidak beda jauh dengan pernyataan pemilik lahan bernama ibu Arni yang mengatakan:

“begini dek, saya dan suami tidak memiliki keahlian dalam bertani bawang namun saya menggadai beberapa sawah dan saya melakukan perjanjian bagi hasil dengan 2 petani penggarap di sawah yang berbeda. Bahkan saya jarang mengunjungi sawah saya karena saya dan suami memiliki kesibukan dalam berdagang ikan, namun saya sudah

39 Hamdan (pemilik lahan), Wawancara, Nipa, 6 April 2022

47

mempercayai petani penggarap saya untuk menggarap sawah milik saya.”40

Pernyataan berbeda dari pemilik lahan bernama bapak Mustawa yang mengatakan:

“alasan bapak melakukan perjanjian bagi hasil dengan petani penggarap karena tenaga bapak sudah tidak mampu nak, jadi bapak memilih melakukan perjanjian bagi hasil, hitung-hitung membantu petani penggarap dikampung kita nak karena banyak dari mereka yang tidak memiliki mata pencarian.”41

Berdasarkan informasi yang peneliti peroleh dari hasil wawancara dengan pemilik lahan bernama ibu Ani yang mengatakan:

“saya melakukan perjanjian bagi hasil dengan petani penggarap karena bapak (suami) saya sudah tiada nak, jadi tidak ada lagi yang menggarap sawah. Anak-anak ibu juga sudah menikah dan ikut suaminya kadang pulang sekali-sekali melihat ibu jadi ibu melakukan perjanjian bagi hasil dengan petani penggarap agar sawah tidak kosong.”42

Adapun faktor yang menjadi alasan pemilik lahan melakukan praktik perjanjian bagi hasil adalah sebagai berikut:

40 Arni (pemilik lahan), Wawancara, Nipa, 6 April 2022

41 Mustawa (pemilik lahan), Wawancara, Nipa, 5 April 2022

42 Ani (pemilik Lahan), Wawancara, Nipa 6 April 2022

48

1) Dikarenakan pemilik lahan tidak memiliki keahlian dalam bertani bawang.

2) Karena tenaga pemilik lahan sudah tidak memungkinkan utnuk bertani sehingga memilih melakukan perjanjian praktik bagi hasil dengan petani penggarap.

3) Faktor kemanusiaan karena membantu orang lain dengan memberikan pekerjaan yaitu menggarap sawah miliknya dengan perjanjian bagi hasil hingga timbul rasa tolong menolong antara sesama manusia.

b. Alasan petani penggarap

Alasan petani penggarap melakukan perjanjian praktik bagi hasil dengan pemilik lahan karena tidak memiliki sawah sendiri untuk digarap dan keterbatasan ekonomi yang tidak mampu sehingga petani penggarap menerima tawaran pemilik lahan untuk melakukan perjanjian bagi hasil bertani bawang. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh bapak Nasrudin:

“Alasan saya melakukan perjanjian bagi hasil dulu karena saya tidak mempunyai lahan sendiri nak untuk saya garap.Sekarang Alhamdulillah saya

49

sudah mampu menggadai sawah hasil dari perjanjian bagi hasil yang saya lakukan dengan pemilik lahan.Tapi saya masih bekerja dengan pemilik lahan tempat saya bekerja dulu hingga sekarang dek.”43

Pernyataan yang senada diungkapkan oleh petani penggarap bernama buk Nursina yang mengatakan:

“Alasan saya yang pertama karena saya tidak mempunyai sawah semdiri dek hingga saya memutuskan untuk melakukan perjanjian bagi hasil dengan pemilik lahan. Alasan saya yang kedua karena saya ekonomi saya yang sangat kurang dek, jadi dengan apa saya harus mulai bertani bila saya tidak mempunyai modal. Berkerja sama dengan pemilik lahan ini sangat meringankan saya karena dibiayai oleh pemilik lahan.”44

Berdasarkan informasi yang peneliti peroleh dari hasil wawancara dengan salah seorang petani penggarap bernama bapak Suparto mengatakan bahwa ia tidak memiliki mata pencaraian lain atau pekerjaan lain selain bertani. Berikut adalah pernyataanya:

“Sebernarnya banyak sekali sumber pekerjaan didesa Nipa ini dek karena dekat dengan lautan dan sungai, namun saya tidak memiliki keahlian untuk memancing seperti orang-orang.Jadi saya tidak punya mata pencarian selain bertani dek.Itulah

43 Nasrudin (petani penggarap), Wawancara, Nipa, 3 April 2022

44 Nursina (petani penggarap), Wawancara, Nipa, 5 April 2022

Dokumen terkait