• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA DATA

Dalam dokumen penilaian strategis lingkungan (Halaman 36-39)

Setelah menetapkan daftar singkat masalah lingkungan dan sosial di bawah Bagian Error! Reference source not found., analisis tindak lanjut dilakukan untuk memahami risiko lingkungan dan sosial tertentu yang terkait dengan komponen dan sub - komponen ERP, yang mencakup:

Komponen 1: Tata Kelola Hutan dan Lahan. Program ER akan fokus pada empat aspek utama yang mendukung peningkatan tata kelola lahan. Komponen 1 terdiri dari sub - komponen berikut:

o Sub - komponen 1.1: Memperkuat rezim perizinan, o Sub - komponen 1.2: Penyelesaian Perselisihan,

o Sub - komponen 1.3: Mendukung pengakuan tanah Adat, dan o Sub - komponen 1.4: Memperkuat perencanaan tata ruang desa.

Selain mengarah pada pengurangan emisi yang signifikan, diharapkan komponen ini akan memberikan manfaat non - karbon yang penting bagi stakeholder lokal, termasuk perusahaan konsesi dan masyarakat lokal serta masyarakat adat;

Komponen 2: Meningkatkan pengawasan dan administrasi hutan. Program ER akan mengatasi kelemahan kelembagaan untuk meningkatkan pengawasan dan administrasi hutan.

Di dalam Wilayah Hutan Negara, fokusnya adalah pada penguatan KPH Kalimantan Timur, yang mencakup seluruh area hutan produksi dan hutan lindung. Untuk meningkatkan tata kelola hutan di luar Wilayah Hutan Negara, khususnya hutan yang tersisa di dalam area tanaman perkebunan, Program akan memperkuat lembaga - lembaga non - kehutanan yang relevan. Komponen 2 terdiri dari sub - komponen berikut:

o Sub - komponen 2.1: Memperkuat kapasitas manajemen dalam Wilayah Hutan Negara:

pengembangan Unit Pengelolaan Hutan (KPH); dan

o Sub - komponen 2.2: Memperkuat pemerintah provinsi dan kabupaten untuk mengawasi dan memantau implementasi Tanaman Perkebunan lestari;

Komponen 3: Mengurangi deforestasi dan degradasi hutan dalam area berlisensi.

Komponen 3 bertujuan untuk melindungi hutan yang berlokasi di dalam perkebunan kelapa sawit dan di dalam konsesi kehutanan dengan mendukung finalisasi dan implementasi HCV, dan kebijakan RIL. Kegiatan - kegiatan ini secara langsung melibatkan perusahaan konsesi dan tanaman perkebunan, dan dengan demikian melengkapi perbaikan kebijakan yang lebih luas terkait dengan rezim perizinan yang dicakup dalam Komponen 1. Untuk lebih lanjut mendukung penerapan kebijakan RIL dan HCV, Program ER akan mengembangkan mekanisme untuk menyediakan insentif moneter dan non - moneter. Ini akan dikembangkan melalui proses konsultatif dengan stakeholder sektor swasta dan publik dan akan dikaitkan dengan Mekanisme Pembagian Manfaat REDD+. Mengurangi deforestasi berkaitan dengan ekspansi minyak kelapa sawit untuk mengatasi kurangnya insentif dan kapasitas praktik

manajemen berkelanjutan (hutan, tanaman perkebunan). Komponen 3 terdiri dari sub - komponen berikut:

o Sub - komponen 3.1: Implementasi kebijakan HCV untuk Kebun Kelapa Sawit;

o Sub - komponen 3.2: Dukungan untuk petani kecil dan Sistem Pemantauan dan Manajemen Kebakaran Berbasis Masyarakat (CBFMMS); dan

o Sub - komponen 3.3: Implementasi SFM dan HCV untuk Konsesi Kehutanan.

Komponen 4: Alternatif Berkelanjutan untuk Komunitas. Ini secara langsung mengatasi kurangnya mata pencaharian lestari alternatif yang diidentifikasi sebagai pemicu dasar perambahan. Kegiatan dirancang untuk memberikan peluang mata pencaharian di dalam area sensitif, termasuk area gambut, bakau, dan area konservasi. Selain itu, dengan mempromosikan kegiatan perhutanan sosial di dalam Wilayah Hutan Negara, komponen tersebut mendukung peningkatan akses ke wilayah berhutan bagi masyarakat lokal dan berkontribusi pada peningkatan tata kelola lahan. Selain mengurangi deforestasi dan degradasi yang terkait dengan perambahan, kegiatan dalam komponen ini diharapkan dapat menghasilkan manfaat non - karbon yang signifikan, berkontribusi pada hasil yang lebih adil, dan merupakan bagian penting dari strategi untuk mengurangi risiko pembalikan. Komponen 4 terdiri dari sub - komponen berikut:

o Sub - komponen 4.1: Mata Pencaharian Berkelanjutan;

o Sub - komponen 4.2: Kemitraan Konservasi; dan o Sub - komponen 4.3: Perhutanan Sosial.

Komponen 5: Manajemen Proyek dan Pengawasan. Komponen ini terdiri dari sub - komponen berikut:

o Sub - komponen 5.1: Koordinasi dan manajemen proyek;

o Sub - komponen 5.2: Pemantauan dan evaluasi; dan o Sub - komponen 5.3: Komunikasi program

Identifikasi risiko utama dalam komponen dan sub - komponen ERP membentuk dasar untuk pengembangan Program ESMF. Pada akhirnya, proses ini dimasukkan ke dalam perbaikan ERP.

2.4.1 Analisa Risiko dan Dampak

Tujuan utama dari proses SESA adalah mengidentifikasi implikasi lingkungan dan sosial dari implementasi rencana, kebijakan dan program yang diusulkan dalam ERP. Analisis risiko dan dampak dilakukan sebagai latihan hipotesis berdasarkan beberapa faktor dan isu strategis seperti yang disebutkan dalam bagian sebelumnya. Rencana, kebijakan dan intervensi yang diusulkan di bawah ERP diperiksa dari risiko kontekstual berdasarkan hasil konsultasi dengan para stakeholder dan analisis data spasial.

Kondisi dasar dan karakteristik sosial ekonomi yang disajikan dalam SESA berfungsi sebagai titik awal untuk analisa potensi risiko awal dan dampak dari masing - masing komponen dan sub - komponen

program. Proses ini kemudian diikuti oleh daftar pendek masalah lingkungan dan sosial melalui serangkaian konsultasi stakeholder di Kalimantan Timur dengan tujuan untuk:

 Memverifikasi asumsi / hipotesis awal;

 Memperoleh data tambahan yang relevan dengan penilaian risiko dan dampak;

 Mengidentifikasi stakeholder baru untuk keterlibatannya masa depan; dan

 Membentuk dasar ESMF.

Setelah risiko diidentifikasi, langkah selanjutnya mencakup penilaian dampak untuk memperkirakan potensi dampak jika risiko tidak dikurangi atau dikelola. Dampak yang diidentifikasi dalam langkah ini bersifat deskriptif, dan dapat diperingkatkan menggunakan kategori (rendah, sedang dan tinggi).

Kuantifikasi dampak akan dilakukan melalui partisipasi stakeholder dan / atau penilaian ahli.

Selanjutnya, sebagai bagian dari proses penyaringan, dampak yang diidentifikasi menggunakan proses di atas akan dikelompokkan ke dalam kelompok berikut:

 Dampak lingkungan yang positif;

 Dampak lingkungan negatif;

 Dampak sosial positif; dan

 Dampak sosial negatif.

Referensi silang antara gugus risiko dan dampak dirancang untuk mengidentifikasi Kebijakan Operasional Bank Dunia (OP) yang relevan dan Kebijakan Bank (BP) yang berpotensi untuk dipicu. OP dan BP ini terdiri dari:

 Penilaian Lingkungan (OP/BP 4.01);

 Habitat Alam (OP/BP 4.04);

 Hutan (OP/BP 4.36);

 Manajemen Hama (OP 4.09);

 Sumber Daya Budaya Fisik (OP/BP 4.11);

 Pemukiman Ulang Non - sukarela (OP / BP 4.12) dalam konteks pencegahan untuk potensi pembatasan akses, dan risiko pemukiman ulang; dan

 Masyarakat Adat (OP/BP 4.10).

Analisa risiko dan dampak serta identifikasi OP / BP Bank Dunia yang berpotensi dipicu oleh ERP mengarah pada analisa kesenjangan.

2.4.2 Analisa Kesenjangan

Analisa kesenjangan dilakukan dengan membandingkan risiko yang diidentifikasi dalam SESA sementara (dan dianalisa lebih lanjut dalam SESA) dengan kerangka pengaman yang ada dan OP / BP Bank Dunia. Analisa kesenjangan dilakukan untuk memastikan bahwa semua risiko yang disebabkan oleh ERP ditangani oleh perlindungan yang ada dan untuk memastikan kepatuhan dengan

standar Bank Dunia. Analisa kesenjangan juga dilakukan untuk mengidentifikasi kekurangan dalam kerangka peraturan saat ini untuk mengatasi persyaratan perlindungan.

Analisa ini bertujuan untuk mengidentifikasi apakah peraturan dan perlindungan nasional yang ada (mis, SIS REDD+, PRISAI, dan SES REDD Kaltim) sesuai untuk mengatasi risiko yang disebutkan di atas. Mekanisme upaya perlindungan untuk mengatasi risiko - risiko ini akan dirumuskan dalam dokumen ESMF yang akan dikembangkan secara terpisah dari SESA.

Dalam dokumen penilaian strategis lingkungan (Halaman 36-39)

Dokumen terkait