MENULIS LAPORAN PEMILIHAN KASUS
A. Hasil Penelitian
2. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan setelah langkah sebagai berikut : (1) Melakukan wawancara, (2) Menulis hasil wawancara melalui catatan dan rekaman tape recorder, (3) Mentranskrip hasil wawancara, (4) Membaca serta cek ulang hasil wawancara untuk
dikoreksi baik diperbaiki atau ditambah, (5) Melakukan studi dokumentasi, (6) Menulis hasil studi dokumentasi, (7) Melakukan wawancara tambahan dari hasil studi dokumentasi, dan (8) Mendeskripsikan data penelitian. Dalam menganalisis data, peneliti melakukan triangulasi.
Keabsahan data yang diperoleh dari wawancara dengan responden diperiksa dan dibandingkan dengan data yang diperoleh dari responden lainnya dan dengan studi dokumentasi. Jadi kegiatan ini membandingkan hasil wawancara dengan hasil studi dokumentasi. Analisis data penelitian sebagai berikut :
a. Pemahaman guru tentang konsep penilaian hasil belajar dalam seting pendidikan inklusif di Sekolah Uji Coba Implementasi Pendidikan Inklusif SDN X di Kalimantan Selatan
1) Pemahaman guru tentang konsep penilaian hasil belajar secara umum
Berdasarkan rangkuman hasil wawancara dengan 6 orang guru dan kepala sekolah di Sekolah Uji Coba Implementasi Pendidikan Inklusif SDN X di Kalimantan Selatan mengenai pemahaman konsep penilaian hasil belajar secara umum, pemahaman para guru sudah mengarah pada pemahaman konsep penilaian hasil belajar yang benar , hanya ada sebagian guru yang masih kurang fokus. Jawaban-jawaban guru mengenai konsep penilaian hasil belajar secara umum telah menunjukkan bahwa sekolah menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Hal ini peneliti katakan karena penjelasannya telah mendekati ke arah kebijakan penilaian yang mengacu pada penilaian seting KBK dan para guru di sekolah tersebut telah menyusun silabus dan sistem penilaian yang dilakukan melalui tim sekolah yang digunakan di kelas masing- masing. Para guru menjadi anggota jaringan kerja dalam menyusun rencana penilaian hasil belajar di tingkat sekolah atau gugus sekolah walaupun di antaranya ada yang tidak/kurang aktif.
Pemahaman guru-guru mengenai konsep hasil belajar jawabannya ada yang mengarah pada pemahaman konsep hasil belajar siswa yang benar.
2) Pemahaman guru tentang konsep penilaian hasil belajar dalam seting pendidikan inklusif
Pemahaman para guru mengenai konsep penilaian hasil belajar dalam seting pendidikan inklusif masih terbatas. Jawaban-jawabannya banyak yang hanya menjelaskan bahwa penilaian dalam seting pendidikan inklusif yaitu membedakan cara menilai hasil belajar siswa pada umumnya dengan siswa berkebutuhan khusus.
Ada beberapa faktor yang menyebabkannya, antara lain belum semua guru mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan mengenai penilaian dalam seting pendidikan inklusif. Untuk menambah wawasan bagi mereka mengenai penilaian dalam seting pendidikan inklusif, para guru di sekolah berinisiatif menyelenggarakan diskusi dan pembahasan khusus mengenai sistem penilaian dalam seting pendidikan inklusif. Tapi merekapun mengakui sifatnya tidak mendetail sehubungan yang dijadikan nara sumber adalah temannya sendiri yang telah mengikuti kegiatan sosialisasi/pendidikan dan pelatihan/seminar dan lokakarya dengan segala keterbatasannya.
b. Cara melaksanakan penilaian hasil belajar di Sekolah Uji Coba Implementasi Pendidikan Inklusif SDN X di Kalimantan Selatan
1) Perencanaan penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh guru
Perencanaan penilaian hasil belajar yang dilakukan guru tidak lepas dari penyusunan rencana pembelajaran yang mengacu pada silabus dan sistem penilaian serta kegiatan pembelajaranya. Silabus dan sistem penilaian di sekolah tersebut disusun/dibuat oleh tim sekolah, di kelas mereka mengacu/menggunakan silabus dan sistem penilaian tersebut. Bagi kelas yang ada siswa berkebutuhan khususnya para guru ada yang menyesuaikannya atau merevisinya
dengan situasi dan kondisi siswa berkebutuhan khusus, namun ada pula yang langsung menggunakannya berarti kurang/tidak menyesuaikannya dengan kebutuhan semua siswa.
Para guru di sekolah menyusun kisi-kisi penilaian/soal dan instrumen penilaian hasil belajar. Kisi-kisi dan penulisan soal tersebut mengacu pada silabus dan sistem penilaian. Hal ini membawa implikasi bahwa bagi para guru yang tidak menyesuaikan silabus dan sistem penilaian bagi semua siswa maka cara menyusun kisi-kisi dan instrumennya pun tidak menyesuaikannya untuk semua siswa. Walaupun secara umum mereka paham bahwa karakteristik yang menjadi acuan dalam menyusun kisi-kisi/instrumen penilaian hasil belajar antara lain karakteristik siswa, tingkat kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing siswa, kebutuhan khusus yang dimiliki siswa dan keterampilan-keterampilan hidup apa yang penting bagi masing-masing siswa tersebut.
Cara mengadministrasikan perencanaan penilaian hasil belajar di kelas/sekolah cukup lengkap antara lain adanya Silabus dan Sistem Penilaian, Program Semester, Persiapan Mengajar, Kisi-kisi Penulisan Soal, Daftar Nilai (Penilaian Unjuk Kerja, Penilaian Sikap, Tes Tertulis Harian dan PR/Tugas, Penilaian Produk, Penilaian Proyek, Penilaian Portofolio, Self Asesmen, Penilaian Blok dan Ulangan Umum), Pencapaian Target Kurikulum, Pencapaian Daya Seraf Kurikulum, Buku Rapor (Buku Laporan Penilaian Hasil Belajar Siswa), Buku Program Perbaikan, Buku Program Pengayaan, Buku Koreksi Pekerjaan Siswa, Buku Kejadian Sehari- Hari, Daftar Kenaikan Kelas/Kelulusan, Buku Analisis Soal Nilai Pasilitas dan Nilai Pembeda, Buku Analisa Soal Ulangan Umum, Bank Soal/Instrumen Penilaian (Kumpulan Ulangan Blok dan Ulangan Harian/Instrumen Penilaian Hasil Belajar), dan Catatan penilaian khusus.
Dalam Silabus dan Sistem Penilaian ternyata belum begitu nampak adanya penyesuaian kompetensi dan penilaian untuk siswa berkebutuhan khusus. Dalam persiapan mengajar nampak
adanya catatan-catatan khusus dalam upaya penyesuaian bahan ajar untuk siswa berkebutuhan khusus namun tidak semua guru melakukannya.
2) Cara melaksanakan penilaian hasil belajar dalam seting pendidikan inklusif
Dalam melaksanakan penilaian hasil belajar di sekolah hampir semua guru memahami bahwa ranah yang dinilai harus komprehensif meliputi ranah kognitif, apektif, dan psikomotorik.
Hanya pemahaman mengenai jenis tagihan yang digunakan tidak semua dipahaminya atau tidak dapat menyebutkannya walaupun sebenarnya mereka melakukannya. Yang menarik di sekolah ini adalah beberapa guru telah melaksanakan penilaian portofolio (portfolio) di sampaing bentuk tes yang lainnya seperti tes tertulis dan tes lisan, penilaian melalui produk, penilaian melalui unjuk kerja (performance), dan penilaian melalui penugasan . Merekapun telah berupaya memadukan penilaian hasil belajar dengan kegiatan pembelajaran seperti melakukan penilaian proses, membuat lembar kerja siswa (LKS), menggunakan pedoman observasi/pengamatan penilaian psikomotorik, pengamatan sikap siswa dan pengamatan minat siswa. Para guru di sekolah telah berupaya untuk membuat strategi guna mencerminkan kemampuan siswa secara autentik walaupun memang belum sesuai dengan yang mereka inginkan, yang jelas mereka telah berupaya bahwa dalam menilai hasil belajar siswa memanfaatkan berbagai jenis informasi antara lain melalui hasil tes dan hasil observasi/pengamatan. Para guru pun berupaya untuk mempertimbangkan kebutuhan khusus semua siswa dalam melaksanakan penilaian dalam seting pendidikan inklusif, hanya kenyataannya tidak semudah yang mereka duga, banyak hal yang belum dapat dilakukan karena keterbatasannya baik secara teori maupun praktek.
Semua guru telah berupaya menggunakan sistem pencatatan yang bervariasi dalam penilaian hasil belajar, seperti penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, tes tertulis (harian, PR/tugas), penilaian produk, penilaian proyek, penilaian portofolio dan self assessment. Hanya
dalam pelaksanannya berdasarkan studi dokumentasi pencatatannya/pengisiannya ada yang beberapa nilai yang tidak lengkap. Penilaian hasil belajar yang dilakukan dalam suasana formal mereka sering melakukannya, tetapi yang suasana informal tidak semua guru melakukannya.
Walaupun hasilnya belum begitu menggembirakan atau belum sesuai dengan yang diharapkan yaitu yang selaras dengan sistem penilaian dalam seting pendidikan inklusif, tetapi para guru telah berupaya untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dalam menilai hasil belajar siswa dan melakukan penilaian hasil belajar siswa agar terjadi berkesinambungan. Para guru merasa telah berbuat adil dalam melakukan penilaian hasil belajar. Walaupun makna dari
“penilaian adil” diartikan sempit yaitu tidak berat sebelah, tidak memihak ke salah satu siswa yang pandai, siswa yang kaya dan siswa yang disenanginya. Kemudian para gurupun menyadari bahwa setiap mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran mempunyai ciri-ciri atau karakteristik sendiri yang implikasinya mempengaruhi sistem penilaian dalam seting pendidikan inklusif, seperti untuk pelaksanaan penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jsmani, olahraga dan kesehatan. Untuk itu maka pemilihan ranah yang dinilai (kognitif, apektif, dan psikomotoruk), jenis tagihan/penilaian dan bentuk tes perlu dikuasai oleh semua guru .
3) Cara pengolahan data penilaian hasil belajar
Ketuntasan belajar (mastery learning) di Sekolah Uji Coba Implementasi Pendidikan Inklusif SDN X di Kalimantan Selatan menggunakan acuan kriteria (criterion referenced test).
Setiap guru di sekolah tersebut bervariasi dalam menentukan ketuntaan belajar ada yang 50 %, 60
%, 65-75 %, 70 %, dan 80% serta ada yang menyebutkan dengan mendapat nilai 6 berarti siswa
belajarnya sudah tuntas. Penilaian hasil belajar siswa yang mereka lakukan tujuannya yaitu untuk mengukur kemampuan siswa sampai sejauhmana para siswa mencapai perubahan-perubahan atau menuntaskan tugas-tugas perkembangannya, sebagai pertanggungjawaban atau laporan kepada kepala sekolah dan orang tua siswa, dan sebagai umpan balik (feed back) terhadap kemampuan mengajar guru.
Cara mengolah data penilaian hasil belajar di sekolah tersebut yaitu dengan memadukan nilai harian, tugas/pekerjaan rumah, ulangan blok dan ulangan umum, serta penilaian tingkah laku dan kehadiran siswa. Teknik penskoran dan analisis data penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh para guru dalam penilaian hasil belajar berdasarkan hasil wawancara jawabannya bervariasi sekali dan memberikan gambaran bahwa cara pengolahan data penilaian hasil belajar yang mereka lakukan sesuai dengan kebiasaannya saja dan masih konvensional, dan berdasarkan hasil studi dokumentasi ada buku-buku dan format-format yang diseragamkan untuk digunakan oleh para guru dalam mencatat pengolahan data, teknik penskoran dan analisis data penilaian hasil belajar. Sehubungan dengan adanya siswa berkebutuhan khusus maka para guru di sekolah dalam merekapitulasi penilaian hasil belajar ada yang membedakan antara rekapitulasi penilaian hasil belajar siswa pada umumnya dan siswa berkebutuhan khusus, namun ada pula yang disatukan saja antara siswa berkebutuhan khusus dengan siswa pada umumnya.
Kegiatan analisis hasil belajar siswa mereka lakukan di sekolah, hanya caranya bervariasi ada guru yang kadang-kadang saja melakukannya, ada yang melakukan setelah ulangan umum saja, dan ada yang melakukan hanya secara sederhana. Semua guru mengatakan bahwa tindak lanjut dari analisis hasil belajar yang mereka lakukan yaitu dengan program perbaikan (remedial) dan pengayaan (enrichment). Namun tentu pelaksanannya pun kurang optimal mengingat
kegiatan ini merupakan kelanjutan dari kegiatan sebelumnya yaitu analisis hasil belajar yang pelaksanaannya belum dapat dilaksanakan dengan baik.
4) Cara menyusun laporan penilaian hasil belajar
Penilaian hasil belajar siswa di Sekolah Uji Coba Implementasi Pendidikan Inklusif SDN X di Kalimantan Selatan dilaporkan kepada orang tua siswa setiap akhir semester (semster I dan semeseter II), pelaporannya yaitu dengan “Buku Laporan Penilaian Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar (SD)”. Sebagian guru menjelaskan bahwa bentuk laporan penilaian hasil belajar lainnya yaitu dengan melaporkan hasil ulangan siswa kepada orang tua siswa melalui siswa, yaitu dengan cara membagikan hasil ulangan siswa (pekerjaan siswa) , hasil ulangan tersebut disuruh ditandatangani oleh orang tuanya sebagai bukti para orang tua telah melihatnya/membacanya dan dikumpulkan/dikembalikan lagi ke sekolah.
Cara menyusun laporan hasil belajar yang dilakukan oleh para guru di sekolah dalam penilaian hasil belajar untuk siswa berkebutuhan khusus dan siswa pada umumnya ada yang menyebutkan berbeda dan ada pula yang menyebutkan disamakan. Di samping buku laporan penilaian hasil belajar (buku rapor) ada sebagian guru yang membuat laporan secara khusus kepada kepala sekolah dan orang tua siswa seperti buku catatan khusus dan buku penghubung.
Laporan penilaian hasil belajar yang dilakukan/dilaporkan kepada orang tua siswa yaitu berupa data kuantitatif, data kualitatif dan catatan/keterangan/uraian.
Mengenai penerapan sistem kenaikan kelas otomatis Di Sekolah Uji Coba Implementasi Pendidikan Inklusif SDN X di Kalimantan Selatan jawaban guru bervariasi, yaitu ada yang menerapkan kenaikan kelas otomatis untuk semua siswa, ada yang menerapkan kenaikan kelas otomatis hanya untuk siswa berkebutuhan khusus saja, dan ada yang tidak menerapkan sistem
kenaikan kelas otomatis. Hanya kepala sekolah sebagai penentu kebijakan mengenai sistem kenaikan kelas otomatis (tidak ada siswa yang tinggal kelas), kepala sekolah setuju dengan adanya sistem kenaikan kelas otomatis tetapi harus didukung dengan payung hukum/pedoman yang jelas dengan sistem penilaian dari Pemerintah. Kemudian pelaksanaan penilaian proses yang ajeg dan peran guru dengan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa.
c. Tantangan yang dihadapi oleh guru dalam penilaian hasil belajar di Sekolah Uji Coba Implementasi Pendidikan Inklusif SDN X di Kalimantan Selatan
1) Tantangan intern
Tantangan intern yang dihadapi di Sekolah Uji Coba Implementasi Pendidikan Inklusif SDN X di Kalimantan Selatan yaitu :
(a) Pemahaman para guru mengenai sistem penilaian dalam seting pendidikan inklusif masih kurang
(b) Perangkat penilaian masih kurang
(c) Cara menangani siswa berkebutuhan khusus masih kurang sehingga berimplikasi pada sistem penilaian dalam seting pendidikan inklusif
(d) Sulitnya menyesuaikan waktu dirasa sangat kurang karena perlu kesabaran dengan adanya siswa berkebutuhan khusus
(e) Petunjuk penilaian dalam seting pendidikan inklusif belum jelas
(f) Menyulitkan dan menambah banyak pekerjaan kalau harus dibeda-bedakan karena sistemnya belum paham
(g) Adanya rasa ketidak adilan apabila siswa berkebutuhan khusus naik kelas terus dan siswa pada umumnya ada yang tidak naik kelas.
(h) Faktor guru belum optimal dalam sistem penilaian dalam seting pendidikan inklusif
(i) Pelaksanaan penilaian masih konvensional sehingga sulit mengubah dengan seting pendidikan inklusif
2) Tantangan ekstern
Tantangan ekstern yang dihadapi di Sekolah Uji Coba Implementasi Pendidikan Inklusif SDN X di Kalimantan Selatan yaitu :
(a) Faktor orang tua belum memahami kondisi anaknya (siswa berkebutuhan khusus)
(b) Orang tua yang anaknya berkebutuhan khusus kurang perhatian sehingga apabila dipanggil oleh sekolah untuk mengadakan bimbingan atau kegiatan sosialisasi jarang hadir.
(c) Orang tua siswa pada umumnya merasa cemburu/tidak adil bagi siswa berkebutuhan khusus karena naik kelas terus sedangkan bagi siswa pada umumnya ada yang tidak naik kelas.
(d) Dinas Pendidikan kurang respon terhadap peningkatan layanan pendidikan dalam seting pendidikan inklusif .
(e) Sosialisasi mengeni sistem penilaian dalam seting pendidikan inklusif belum fokus/belum jelas.
(f) Kurang tegasnya kebijakan penilaian dalam seting pendidikan inklusif.
(g) Kebijakan sistem penilian dalam seting pendidikan inklusif secara umum belum terkoordinasi dari pihak-pihak terkait.
(h) Bantuan Guru Pembimbing Khusus (GPK) untuk sistem penilaian dalam seting pendidikan inklusif belum optimal.
d. Upaya yang dilakukan oleh guru di Sekolah Uji Coba Implementasi Pendidikan Inklusif SDN X di Kalimantan Selatan untuk mengantisipasi tantangan penilaian hasil belajar yang dihadapinya
1) Upaya mengantisipasi tantangan intern
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi tantangan intern di Sekolah Uji Coba Implementasi Pendidikan Inklusif SDN X di Kalimantan Selatan yaitu :
(a) Membaca buku referensi/pedoman yang berkenaan dengan penilaian dalam seting pendidikan inklusif
(b) Mengadakan tambahan waktu seperti les privat (privat less) (c) Diskusi dengan teman seprofesi
(d) Banyak bertanya/konsultasi ke guru pembimbing khusus (e) Diskusi dengan guru pembimbing khusus
(f) Konsultasi kepada pihak terkait (Dinas Pendidikan atau Nara sumber) (g) Mengadakan diskusi intern untuk menyamakan persepsi
(h) Mengadakan sosialisasi dengan dewan kelas mengenai sistem penilaian dalam seting pendidikan inklusif
(i) Melaksankan penilaian dalam seting pendidikan inklusif sesuai dengan kemampuan 2) Upaya mengatasi tantangan ekstern
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi tantangan intern di Sekolah Uji Coba Implementasi Pendidikan Inklusif SDN X di Kalimantan Selatan yaitu :
(a) Mengadakan sosialisasi misalnya pada acara pembagian buku penilaian hasil belajar semester I/II atau pada acara kenaikan kelas
(b) Sharing dengan teman sejawat yang telah mengikuti pelatihan dan dengan guru pembimbing khusus
(c) Mengadakan pengarahan kepada orangtua siswa baik orang tua pada umumnya dan orang tua yang anaknya berkebutuhan khusus
(d) Bertanya kepada guru pembimbing khusus mengenai sistem penilaian dalam seting pendidikan inklusif
(e) Bimbingan khusus bagi orang tua
(f) Melaksanakan koordinasi dengan pihak terkait.