ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
D. Penilaian Hasil Belajar dalam Seting Pendidikan Inklusif 1. Penilaian Hasil Belajar Secara Umum
2. Penilaian Hasil Belajar dalam Seting Pendidikan Inklusif
Kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna apabila guru memperoleh gambaran utuh tentang progresivitas anak (child’s progress/ perkembangan peserta didik). Kompetensi yang diharapkan dapat dikembangan antara lain :
a. Kompetensi-kompetensi individual (individual competencies): yang terdiri dari: Berpikir analitik, logis dan kritis (analytical, logical and critical thinking), fleksibilitas, konsentrasi (concentration), memiliki motivasi (motivation) yang baik, memiliki kemampuan mobilitas (mobility), kreatif (creativity), dan memiliki rasa ingin tahu (curiosity) yang tinggi.
b. Kompetensi sosial (social competencies): komptensi memimpin. (leading competence), kecakapan komunikasi dalam bentuk kelompok secara verbal dan tertulis (verbal and written communication skills teamwork ability), tanggung jawab sosial (social responsibility), sensitif terhadap budaya dan kesadaran sebagai warga negera. UNESCO (Hermawan dan Kustawan: 2004).
Dua kelompok kompetensi yang diharapkan tersebut bagi sekolah reguler yang mengimplementasikan pendidikan inklusif tentunya memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus yang disesuaikan dengan karakteristik siswa , jenis kelainan/kecacatan yang dimiliki oleh siswa, tingkat kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing siswa, kebutuhan khusus yang
dimiliki siswa , keterampilan-keterampilan hidup apa yang penting bagi masing-masing siswa tersebut, dan perkembangan siswa baik secara jasmani maupun rokhani.
Penilaian hasil belajar dalam seting pendidikan inklusif harus fleksibel. Sistem penilaian yang fleksibel memiliki dua model, yaitu dengan tes yang datanya bisa kuantitatif dan kualitatif, salah satu contohnya fortofolio. Penerimaan siswa tanpa tes serta ujian dilakukan secara lokal bagi tingkat dasar dengan model sistem kenaikan kelas otomatis. Dengan demikian, peluang ini bisa kita manfaatkan untuk menuju pelaksanaan proses pembelajaran yang ramah bagi semua siswa, karena proses pembelajarannya senantiasa disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik setiap siswa (Sunanto et all. : 2004).
Penilaian dilakukan secara berkelanjutan (continuous evaluation) agar dapat mendorong penelaahan dan perefleksian siswa terhadap kemampuan siswa dalam melakukan pembelajaran dan hasil yang dicapainya. Artinya ini merupakan suatu proses penilaian yang dilakukan secara terus menerus dan tidak berhenti serta terfokus pada ujian akhir saja, namun semua proses dilihat secara seksama, sehingga guru memperoleh gambaran yang utuh mengenai kondisi belajar siswa dari awal sampai akhir. Agar setiap siswa memperoleh perhatian yang sama tetapi diberi yang berbeda sesuai kebutuhannya, maka guru menyusun buku penilaian individu yang berisi rangkuman seluruh hasil belajar siswa (hasil tes, hasil tugas perorangan, hasil praktikum, hasil pekerjaan rumah, dsb.) tercatat dan terorganisir secara sistematik. Sunanto et all. (2004 86-87).
Direktorat PLB, Braillo Norway dan UNESCO (2004:36) mengemukakan bahwa :
“Penilaian harus menjabarkan hasil belajar, yaitu memberikan gambaran seberapa jauh peserta didik berhasil dalam mengembangkan serangkaian keterampilan, pengetahuan dan perilaku selama pembelajaran, topik atau kurikulum yang fleksibel”
Penilaian melalui pengamatan dan pengumpulan informasi, dimanfaatkan untuk menentukan keputusan berdasarkan informasi/data yang diperoleh. Penilaian yang berkelanjutan berarti melakukan pengamatan secara terus menerus tentang sesuatu yang diketahui, dipahami, dan yang dapat dikerjakan oleh peserta didik. Observasi ini dilakukan beberapa kali dalam setahun, misalnya awal tahun, pertengahan tahun dan akhir tahun. Penilaian yang berkelanjutan bisa juga dilakukan melalui observasi, portofolio, bentuk ceklis (keterampilan, pengetahuan, dan perilaku), tes dan kuis, dan penilaian diri serta jurnal reflektif. Dengan menggunakan penilaian yang berkelanjutan, guru dapat mengadaptasi perencanaan dan pengajarannya menurut kebutuhan peserta didik, sehingga semua akan mendapatkan peluang untuk belajar sukses.
Dalam penilaian yang berkelanjutan, semua peserta didik berkesempatan untuk menunjukkan apa yang diketahui dan dilakukan dengan kemampuan yang berbeda menurut berbagai gaya pembelajarannya. Penilaian inipun dapat mengidentifikasi kelemahan (tertinggal dari peserta didik yang lain) dalam pemahamannya. Berdasarkan hal itu, maka dapat dirancang strategi pembelajaran yang baru. Umpan balik yang dilakukan secara berkelanjutan akan membantu mengetahui apakah peserta didik telah belajar dengan baik, serta tindakan yang perlu dilakukan untuk mengupayakan kemajuan dirinya. Penilaian yang berkelanjutan merupakan alat bantu untuk berkomunikasi dengan orang tua dan pengasuh perihal kekuatan dan kelemahan peserta didik, agar mereka berpartisipasi dalam program yang terintegrasi, seperti hal-hal yang menghubungkan antara kegiatan di kelas dan di rumah. Informasi tersebut biasanya
terlambat karena hasil ujian disampaikan pada akhir tahun.
Kegiatan pembelajaran dan penilaian meningkat jika guru mengidentifikasi hasil belajar secara khusus. Perencanaan kegiatan pembelajaran yang baru, dimulai dengan mengidentifikasi hasil belajar. Penilaian autentik (hasilnya akurat ) berarti suatu proses mengevaluasi prestasi peserta didik yang dicapai berdasarkan kinerja realistis dan sesuai dengan kondisi objektif yang dicapai peserta didik. Teknik-teknik penilaiannya adalah dengan observasi ( dapat dilakukan dengan cara cacatan anekdot, pertanyaan, dan tes penyaringan), penilaian portofolio, umpan balik, dan penilaian keterampilan dan sikap.
Mengenai asesmen dan penilaian (evaluasi) menurut Johnsen (2003:319) mengemukakan sebagai berikut :
Asesmen dan evaluasi dimaksudkan untuk mengumpulkan, menafsirkan, dan merenungkan berbagai informasi untuk menyesuaikan tindakan ke arah tujuan masa depan. Asesmen dan evaluasi pendidikan berisikan pertimbangan-pertimbangan dan penilaian mengenai lingkungan belajar dan mengajar, proses dan hasilnya serta hubungan kontekstualnya. Dalam pendidikan kebutuhan khusus, asesmen dan evaluasi dimaksudkan untuk menarik perhatian pada hambatan-hambatan belajar yang spesifik, berbagai kemungkinan lingkungan belajar/mengajar beserta pengadaptasiannnya, proses dan hasilnya, serta hubungan kontekstualnya. … Menurut prinsip inklusi dan ideologi yang mendasari model hubungan kurikulum yang diterapkan di sini, tujuan asesmen dan evaluasi adalah bukan untuk memberikan nilai ataupun untuk menempatkan siswa dalam lingkungan terpisah.
Hasil akhir untuk peserta didik harus berhubungan dengan apa yang dapat mereka lakukan sebelumnya dan apa yang dapat mereka lakukan sekarang. Hal ini tidak ada hubunganya dengan tes standar yang dilakukan tiap akhir tahun pelajaran. Peserta didik dalam kelompok usia atau kelas yang sama mungkin mempunyai setidaknya tiga tahun perbedaan dalam hal kemampuan umum di antara mereka dan dalam matematika bisa sampai tujuh tahun perbedaannya. Ini berarti bahwa membandingkan sesama peserta didik dengan menggunakan tes dengan standarisasi yang sama adalah tidak adil untuk banyak peserta didik. Hal ini menyangkut kebijakan pemerintah pusat dalam memikirkan/mencarikan solusi yang terbaik dalam implementasi pendidikan inklusif atau lebih khusus lagi dalam pelaksanaan ujian sekolah supaya tidak merugikan semua peserta didik termasuk peserta didik yang berkebutuhan khusus. Seorang guru, orang tua atau pengasuh harus melihat tes akhir tahun ini sebagai penilaian penting sejauh pertimbangan mereka pada peserta didiknya. Salah satu penyebab terbesar rendahnya penghargaan diri peserta didik adalah penggunaan perbandingan, khususnya di sekolah. Tes akhir tahun harus menjadi salah satu komponen penilaian komprehensif dari kemajuan peserta didik. Penilaian ini ditujukan pada peningkatan kesadaran guru, peserta didik dan orang tua atau pengasuh tentang kemampuan peserta didik. Ini juga harus digunakan untuk mengembangkan strategi untuk kemajuan selanjutnya. Kita tidak boleh menekankan pada kelemahan atau kekurangan peserta didik, tapi harus merayakan apa yang telah dicapai peserta didik dan menentukan bagaimana kita dapat membantu mereka untuk belajar lebih banyak lagi.
Jika peserta didik memiliki kesulitan, maka dapat digunakan penilaian berkelanjutan yang menggunakan metode autentik yang bisa mengungkap kesulitan ini, oleh karenanya memudahkan untuk dapat memberikan bantuan remedial kepada peserta didik. Perlu juga dipahami bahwa tidak semua peserta didik belajar dengan cara dan kecepatan yang sama. Beberapa peserta didik mungkin tidak hadir selama tahapan penting dalam urutan pembelajaran. Pengajaran tambahan, hendaknya digunakan pada waktu yang tepat, dapat juga diberikan dengan cara lain untuk mempelajari pengetahuan dan keterampilan.
Sesungguhnya konsep penilaian hasil belajar yang diinginkan pada kurikulum berbasis kompetensi telah searah atau sejalan dengan konsep penilaian hasil belajar dalam seting pendidikan inklusif. Perbedaannya antara lain dalam menentukan ketuntasan belajar (mastery learning) atau hasil belajar yang dicapai siswa. Pelaksanaan penilaian hasil belajar dalam seting pendidikan inklusif tidak berdasarkan standar normatif sebagai tolok ukurnya tetapi dibandingkan
dengan individu itu sendiri. Penilaian hasil belajar dalam seting pendidikan inklusif diperlukan penyesuaian-penyesuaian dalam teknik/cara/strategi dalam melaksanakan penilaian hasil belajar serta adanya penyesuaian perangkat penilaian disesuaikan dengan kebutuhan khusus siswa.
Misalnya untuk siswa tunanetra (siswa dengan gangguan penglihatan) mereka menggunakan alat bantu khusus (riglet, pen, tape recorder, mesin tik Braille) ketika melaksanakan penilaian hasil belajar dalam seting pendidikan inklusif. Perbedaan lainnya yaitu dalam sistem laporan penilaian hasil belajar yang harus ada penyesuaian-penyesuaian dan lebih komprehensif. Sebagai bahan bandingan di bawah ini dikemukakan teori-teori kaitannya dengan penilaian hasil belajar menurut Pusat Kurikulum (2004) sebagai berikut : “Penilaian hasil belajar harus mengacu pada kompetensi yang tercantum dalam kurikulum, bersifat adil, dapat memberi informasi yang lengkap, bermanfaat bagi siswa, dilakukan dalam suasana yang menyenangkan, dan diadministrasikan secara tepat dan efisien”. Selanjutnya dijelaskan cara melakukan penilaian sebagai berikut :
a. Secara terpadu dengan kegiatan belajar mengajar b. Dalam suasana formal dan informal
c. Melalui tes tertulis (paper and pencil test) d. Melalui kumpulan kerja siswa (portofolio) e. Melalui produk
f. Melalui unjuk kerja (performance) g. Melalui penugasan
Kemudian konsep tersebut dipertegas dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang mengisyaratkan bahwa sudah seharusnya jika para guru memahami persyaratan penilaian kelas yang merupakan tanggungjawab utamanya.
Penilaian kelas atau penilaian hasil belajar oleh pendidik yaitu :” … dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas” (PP. No. 19 Tahun 2005 Pasal 6, ayat (1)). Penilaian tersebut digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik, bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran.
Persyaratan penilaian kelas menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum (2004:4) sebagai berikut :
a. Penilaian dan kegiatan belajar mengajar terpadu.
b. Strategi yang digunakan mencerminkan kemampuan anak secara autentik.
c. Memanfaatkan berbagai jenis informasi.
d. Mempertimbangkan kebutuhan khusus siswa.
e. Menggunakan sistem pencatatan yang bervariasi.
f. Keputusan tingkat pencapaian hasil belajar berdasarkan berbagai jenis infromasi.
g. Memanfaatkan berbagai bukti hasil kerja siswa.
h. Keputusan tentang kemampuan siswa mempertimbangkan hasil kerja (karya) yang dikumpulkan.
Namun pada prakteknya walaupun konsep yang tersirat pada kurikulum berbasis kompetensi tersebut intinya mengisyaratkan perlunya penilaian hasil belajar dalam seting pendidikan inklusif, saat ini belum dapat terealisasi secara optimal karena ternyata penilaian hasil belajar dalam seting pendidikan inklusif menuntut berbagai persyaratan antara lain dari segi pemahaman konsep secara komprehensif dari mulai tataran makro , meso dan mikro belum adanya pedoman penilaian hasil belajar dalam seting pendidikan inklusif yang terkoordinasi dari beberapa pihak yang terkait misalnya dari Ditjen Manajemen Dikdasmen, Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), dan Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas.
Untuk lebih memperjelas mengenai penilaian hasil belajar dalam seting pendidikan inklusif dapat dilihat pada bagan-bagan di bawah ini :
PERENCANAAN PEMBELAJARAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN
PENILAIAN HASIL BELAJAR
Bagan 2.3
Pola Hubungan antar Komponen Proses Pembelajaran
(Perencanan Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran dan Penilaian Hasil Belajar)
Bagan 2:4.Pola Hubungan Perencanaan Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, dan Penilaian Hasil Belajar dalam Seting Pendidikan Inklusif
KEGIATAN
PEMBELAJARAN 1. Pengelolaan kelas yang aktif dan
inklusif
2. Berpusat pada siswa
3. Memberdayakan sumber belajar yang tersedia
4. Menggunakan metode yang bervariasi
5. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan
PERENCANAAN PEMBELAJARAN
1. Mempertimbangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam Kurikulum Nasional, Mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dan Mengacu pada Silabus dan Sistem Penilaian 2. Merancang Pembelajaran yang
memperhatikan keragaman siswa dan bermakna bagi siswa sehingga merasa senang terlibat dalam belajar
PENILAIAN HASIL BELAJAR
Penyesuaian dalam :
1. Perencanaan Penilaian Hasil Belajar 2. Cara Melaksanakan Penilaian Hasil
Belajar
3. Pelaporan Penilaian Hasil Belajar
PERENCANAAN
1. Asesmen awal, berkelanjutan (tengah) dan akhir
2. Perencanaan fleksibel, mempertimbangkan kebutuhan khusus siswa
3. Perencanaan komprehensif/menyeluruh meliputi aspek kognitif, apektif dan psikomotorik 4. Hasil belajar dengan gambaran seberapa jauh siswa berhasil dalam mengembangkan
serangkaian kognitif, apektif dan psikomotorik selama pembelajaran
5. Menentukan kriteria ketuntasan belajar (mastery learning) atau hasil belajar siswa dibandingkan dengan individu itu sendiri sehingga perubahan perkembangan kemampuan siswa menjadi acuan (kemampuan awal dan kemampuan akhir setiap individu dibandingkan)
PENILAIAN HASIL BELAJAR
DALAM SETING EPENDIDIKAN INKLUSIF
CARA MELAKSANAKAN PENILAIAN
1. Asesmen awal
2. Dilakukan secara terpadu dengan kegiatan pembelajaran 3. Dilakukan dalam suasana formal dan informal
4. Dilakukan dalam suasana yang menyenangkan
5. Berupaya memberikan profil kemampuan siswa secara lengkap/menyeluruh (komprehensif) (Penilaian kognitif, apektif dan psikomotorik)
6. Bersifat adil disesuaikan dengan kemampuan/kebutuhan khusus siswa 7. Strategi yang digunakan mencerminkan kemampuan siswa secara autentik
(hasilnya akurat)
8. Berkelanjutan ( Melakukan pengamatan secara terus menerus) 9. Asesmen berkelanjutan (tengah)
10. Melalui tes tertulis , observasi, melalui kumpulan kerja siswa (portofolio) , unjuk kerja (performance), produk, dan penugasan
11. Asesmen akhir
12. Diadministrasikan secara tepat dan efisien (catatan anekdot, buku nilai yang memuat observasi, unjuk kerja , portofolio, dst.).
13. Diperlukan penyesuaian-penyesuaian dalam teknik/cara/strategi dalam melaksanakan penilaian hasil belajar. Misalnya untuk siswa gangguan penglihatan pada waktu pelaksanaan penilaian hasil belajar perlu menggunakan riglet, pen, mesin tik Braille.
14. Adanya penyesuaian-penyesuaian perangkat penilaian hasil belajar disesuaikan dengan kebutuhan khusus siswa, misalnya untuk siswa gangguan penglihatan pada waktu pelaksanaan penilaian hasil belajar dengan menggunakan huruf Braille. Dan bagi siswa berkebutuhan khusus yang masih mempunyai sisa penglihatan (low vision), tulisannya dapat diperbesar sesuai dengan kebutuhannya.
PELAPORAN
1. Hasil akhir untuk siswa berhubungan dengan apa yang dapat siswa lakukan sebelumnya dan apa yang dapat mereka lakukan sekarang (Mengacu pada perkembangan siswa)
2. Keputusan tingkat pencapaian hasil belajar berdasarkan berbagai informasi 3. Keputusan tentang kemampuan siswa mempertimbangkan hasil kerja (karya) yang
dikumpulkan
4. Menggunakan sistem pencatatan yang bervariasi
5. Adanya penyesuaian sistem laporan penilaian hasil belajar yang memuat rincian hasil belajar berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, memberikan informasi yang jelas, menyeluruh dan akurat, dan menjamin orang tua untuk segera mengetahui masalah dan perkembangan anaknya ( Melalui diskusi formal, buku/kartu laporan penilaian hasil belajar (rapor), pertemuan guru dan orang tua