1. Analisis dalam kondisi
Kondisi yang akan dianalisis yaitu kondisi baseline sebelum diberikan intevensi (A1), kondisi intervensi (B), dan kondisi baseline setelah tidak lagi diberikan intervensi (A2). Komponen analisis dalam kondisi ini adalah:
a) Menentukan panjang kondisi
Panjang kondisi adalah lamanya pengamatan dilakukan pada masing-masing kondisi yaitu A dan B. Pada kondisi A1 pengamatan dilakukan sebanyak tujuh kali pengamatan, pada kondisi B dilakukan pengamatan sebanyak 16 kali pengamatan, dan pada kondisi A2 sebanyak lima kali pengamatan. Dengan kata lain, panjang kondisi merupakan jumlah titik data yang terdapat pada masing-masing kondisi.
Tabel 9
Panjang Kondisi A1, B, dan A2
Kondisi A1 B A2
Panjang kondisi 7 16 5
Berdasarkan tabel 9 diatas angka 7 pada kolom A1 adalah panjang kondisi atau jumlah pengamatan yang dilakukan pada kondisi baseline sebelum diberikan intervensi. Angka 10 pada kolom B adalah panjang kondisi atau jumlah perlakuan yang diberikan pada kondisi intervensi. Dan angka 5 pada kolomA2 adlaah kondisi baseline setelah tidak lagi diberikan perlakukan. Kondisi baseline (A1) dilakukan sebanyak tujuh kali pengamatan untuk memperoleh hasil yang stabil, kondisi intervensi (B) baru mendapatkan data yang stabil setelah dilakukan pengamatan sebanyak 16 kali pengamatan, dan kondisi baseline setelah tidak lagi diberikan intervensi atau tidak lagi menggunakan media mesin fungsi manual (A2) diberhentikan pada pengamatan ke lima karena datanya yang diperoleh sudah stabil.
b) Menentukan estimasi kecenderungan arah
Pada kondisi A1, B, dan A2 untuk menentukan estimasi kecenderungan arah dalam penjumlahan bilangan sampai 20 dengan menggunakan media mesin fungsi manual, data yang diperoleh bervariasi. Untuk menentukan kecenderungan arah ini ditentukan dengan menggunakan metode belah dua (spilit-middle). Metode ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Membagi jumlah titik data menjadi dua bagian yang sama yaitu kiri dan kanan, misalnya dilambangkan dengan (1)
2) Membagi jumlah titik data yang telah dibagi diatas menjadi dua bagian yang sama atau (mid date), misalnya dilambangkan dengan (2a)
3) Tentukan posisi median dari masing-masing belahan dilambangkan dengan (2b)
4) Taliklah garis sejajar dengan absis yang menghubungkan titik temu antara (2a) dengan (2b).
a. Kondisi baseline (A1)
Pada kondisi baseline (A1) data yang diperoleh menggambarkan kemampuan penjumlahan bilangan sampai 20 anak sebelum intervensi diberikan adalah sebanyak tujuh kali:
15%, 5%, 15%,15%,10%,10%,10%. Membuktikan bahwa data stabil. Pengamatan pada kondisi ini pada hari ke tujuh karena datanya sudah menunjukkan garis grafik yang mendatar. Data yang ada menunjukkan data yang stabil sehingga untuk menentukan arah kecenderungan arah kecenderungan datanya digunakan metode spilit midle.
Grafik 5
Estimasi Kecenderungan Arah pada Kondisi Baseline (A1) Kemampuan Penjumlahan Bilangan Sampai 20 Keterangan:
: Membagi jumlah titik data menjadi dua bagian yang sama : Dua bagian kiri dan kanan dibagi menjadi dua bagian 2a
: Absis yaitu garis yang menghubungkan titik temu antara 2a dengan 2b
b. Kondisi intervensi (B)
Pada kondisi intervensi peneliti memberikan perlakuan melalui media mesin fungsi manual. Data yang diperoleh pada kondisi ini menunjukkan bahwa kemampuan penjumlahan bilangan sampai 20 anak adalah: 80%, 90%, 85%, 85%, 85%, 100%, 95%, 95%, 90%, 95%, 100%, 100%, 95%, 100%, 100%,100%. Data ini membuktikan adanya peningkatan kemampuan penjumlahan bilangan sampai 20 anak tunagrahita ringan (X). Pengamatan pada kondisi intervensi dihentikan pada hari ke 16 karena data sudah
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Persentase (%) jawaban anak yang benar
Pengamatan
1 2a
2a
2b
Kondisi Baseline (A2)
menunjukkan garis grafik yang stabil. Data yang diperoleh pada kondisi intervensi ini juga bervariasi, maka metode yang digunakan untuk menentukan arah kecenderungan datanya adalah metode split middle.
Grafik 6
Estimasi Kecenderungan Arah pada Kondisi Intervensi (B) Kemampuan Penjumlahan Bilangan Sampai 20
: Membagi jumlah titik data menjadi dua bagian yang sama : Dua bagian kiri dan kanan dibagi menjadi dua bagian 2a : Absis yaitu garis yang menghubungkan titik temu antara 2a dengan 2b.
c. Kondisi baseline (A2)
Pada kondisi baseline (A2) peneliti melakukan pengamatan kembali terhadap kemampuan penjumlahan bilangan sampai 20 dengan menggunakan media mesin fungsi manual. Adapun data yang dihasilkan pada kondisi ini adalah: 90%, 95%, 100%, 100%,
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Persentase (%) jawaban anak yang benar
Series 1
1 2a
2a
2b
Pengamatan
100%. Pada kondisi ini pengamatan dihentikan pada hari kelima karena data yang diperoleh sudah menunjukkan data yang stabil.
Grafik 7
Estimasi Kecenderungan Arah pada Kondisi Baseline (A2) Kemampuan Penjumlahan Bilangan Sampai 20
: Membagi jumlah titik data menjadi dua bagian yang sama : Dua bagian kiri dan kanan dibagi menjadi dua bagian 2a : Absis yaitu garis yang menghubungkan titik temu antara 2a dengan 2b.
Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan data yang bervariasi sehingga metode yang dipilih untuk menentukan arah kecenderungan data adalah metode spilit middle.
Dengan memperhatikan pada garis spilit middle pada grafik di atas tersebut, maka diketahui pada fase baseline (A1) kecenderungan arah terlihat arahnya bervariasi yaitu sedikit menurun (-), kemudian fase intervensi meningkat dan juga bervariasi juga diartikan (+), dan fase baseline tidak diberikan intervensi meningkatkan (+). Gambaran
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
24 25 26 27 28
Persentase (%) jawaban anak yang benar
Hari Pengamatan
Kondisi Baseline (A2)
2b 2a 2
a 2b
1
kecenderungan arah dari data penelitian yang berkaitan dengan penjumlahan bilangan sampai 20 pada anak tunagrahita ringan dapat dilihat pada tabel 10 arah kecenderungan di bawah ini:
Tabel 10
Estimasi Kecenderungan Arah
Kondisi A1 B A2
1. Estimasi kecenderungan arah
(-) (+) (+)
Berdasarkan tabel 10 diatas dapat dilihat kecenderungan arah pada kondisi A1 menurun, pada kondisi baseline B kecenderungan arah datanya menunjukkan perubahan atau kenaikan yang sangat berarti setelah diberikan perlakuan, dan pada kondisi A2 kecenderungan arahnya meningkat.
c) Menentukan kecenderungan stabilitas
Menentukan kecenderungan stabilitas pada kondisi A1, B, dan A2 digunakan sebuah kriteria stabilitas yang telah ditetapkan. Untuk menentukan kecenderungan stabilitas digunakan stabilitas 15%.
Kemudian dilanjutkan dengan menghitung mean level, batas atas, batas bawah dan persentase stabilitas. Jika persentase stabilitas terletak antara 85% - 90% maka kecenderungan dikatakan stabil, sedangkan jika dibawah 85% - 90% dikatakan tidak stabil. Adapun perhitungannya dilakukan sebagai berikut:
1. Kondisi baseline sebelum diberikan intevensi (A1) a. Menentukan rentang stabilitas (trend stability)
Rentang stabilitas = Kriteria stabilitas x skor tertinggi Skor tertinggi = 15
Kriteria stabilitas = 15% = 0,15 Stabilitas kecenderungan = 15 x 0,15
= 2,25
b. Menghitung mean level dengan cara menjumlahkan semua skor dan dibagi dengan banyak data poin pada kondisi A1.
Mean level = Jumlah skor : banyak data poin Skor = 15 + 5 + 15 +15 +10 +10 + 10 = 80
Banyak data poin = 7 Mean level = 80 : 7
= 11, 43
c. Menentukan batas atas dengan cara menjumlahkan mean level dengan setengah stabilitas kecenderungan
Batas Atas = Mean level + 1/2 rentang stabilitas Mean level = 11,43
1/2 stabilitas kecenderungan = 1/2 x 2,25 = 1,125 Batas atas = 11,43 + 1,13
= 12,56
d. Menentukan batas bawah dengan cara mengurangkan mean level dengan setengah stabilitas kecenderungan
Batas bawah = Mean level - 1/2 rentang stabilitas Mean level = 11,43
1/2 stabilitas kecenderungan = 1/2 x 2,25 = 1,13 Batas bawah = 11,43 – 1,13
= 10,3
e. Menentukan persentase stabilitas yaitu jika % stabilitas terletak diantara 85 % - 90 %, maka kecenderungan dikatakan stabil, sementara persentase stabilitas dibawah 85 % dikatakan tidak stabil. Persentase stabilitas dapat ditentukan dengan rumus :
Persentase =
Data poin dalam rentang = 0 Banyak data poin = 7
Persentase stabilitas = 0 x 100%
7 = 0 %
Berdasarkan kriteria diatas 0 % < 85 %, maka dapat diartikan stabilitas perubahan penjumalahan bilangan bilangan pada anak X dapat dikatakan tidak stabil.
Grafik 8
Stabilitas Kecenderungan Kemampuan Penjumlahan Bilangan Sampai 20 (A1)
Keterangan
: Mean : Batas atas : Batas bawah 2. Kondisi intervensi (B)
a. Menentukan trend stability dengan cara mengalikan skor tertinggi dengan kriteria stabilitas
Skor tertinggi = 100
Kriteria stabilitas: 15% = 0,15
Stabilitas kecenderungan = Skor tertinggi x kriteria stabilitas
= 100 x 0,15
= 15
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
1 2 3 4 5 6 7
Persentase (%) jawaban anak yang benar
Pengamatan
12,56 11,43 10,3
KONDISI BASELINE (A1)
b. Menghitung mean level dengan cara menjumlahkan semua skor dan dibagi dengan banyak data poin kondisi intervensi (B) Skor = 80 + 90+ 85 +85 +85 +100 +95 + 95+ 90+ 95+
100+ 100+ 95+ 100+ 100+ 100 = 1.395 Banyak data poin = 16 Mean level = 1.395 : 16
87,18
c. Menentukan batas atas dengan menjumlahkan mean level dengan setengah stabilitas kecenderungan
Mean level = 87, 18
1/2 stabilitas kecenderungan = 1/2 x 15 = 7,5
Batas atas = Mean level + 1/2 stabilitas kecenderungan
= 87, 18 + 7,5 = 94,68
d. Menentukan batas bawah dengan cara mengurangkan mean level dengan setengah stabilitas kecenderungan
Mean level = 87,18
1/2 rentang stabilitas = 1/2 x 15 = 7,5
Batas bawah = Mean level – ( 1/2 rentang stabilitas)
= 87,18 – 7,5
= 79,68
e. Menentukan persentase stabilitas yaitu jika % stabilitas terletak diantara 85 % - 90 %, maka kecenderungan dikatakan stabil, sementara persentase stabilitas dibawah 85 % dikatakan
tidak stabil. Persentase stabilitas dapat ditentukan dengan rumus :
Persentase =
Data poin dalam rentang = 6 Banyak data poin = 16
Persentase= 6 x 100% = 37,5%
16
Berdasarkan kriteria diatas 37,5 % < 85 %, maka dapat diartikan stabilitas perubahan kemampuan penjumlahan bilangan anak X dapat dikatakan tidak stabil.
Grafik 9
Stabilitas Kecenderungan Kemampuan Penjumlahan Bilangan Sampai 20 (B)
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Persentase (%) Jawaban Anak yang Benar
Series 1 87,18
94,68 79,68
Pengamatan Kondisi Intervensi (B)
Keterangan
: Mean : Batas atas : Batas bawah
3. Kondisi baseline setelah diberikan intervensi (A2) a. Menentukan rentang stabilitas (trend stability)
Rentang stabilitas = Kriteria stabilitas x skor tertinggi Skor tertinggi = 100
Kriteria stabilitas = 15% = 0,15
Stabilitas kecenderungan = 100 x 0,15
= 15
b. Menghitung mean level dengan cara menjumlahkan semua skor dan dibagi dengan banyak data poin pada kondisi A2
Mean level = Jumlah skor : banyak data poin Skor = 90 + 95 + 100 + 100 + 100 = 485 Banyak data = 5
Mean level = 485 : 5
= 97
c. Menentukan batas atas dengan cara menjumlahkan mean level dengan setengah stabilitas kecenderungan
Batas atas = Mean level + 1/2 rentang stabilitas Mean level = 97
1/2 stabilitas kecenderungan = 1/2 x 15 = 7,5 Batas atas = 97 + 7,5
= 104,5
d. Menentukan batas bawah dengan cara mengurangkan mean level dengan setengah kecenderungan arah
Batas bawah = Mean level - 1/2 rentang stabilitas Mean level = 97
1/2 rentang stabilitas = 1/2 x 15 = 7,5 Batas bawah = 97 – 7,5
= 89,5
e. Menentukan persentase stabilitas yaitu jika % stabilitas terletak diantara 85 % - 90 %, maka kecenderungan dikatakan stabil, sementara persentase stabilitas dibawah 85 % dikatakan tidak stabil. Persentase stabilitas dapat ditentukan dengan rumus :
Persentase =
Data poin dalam rentang = 5 Banyak data poin = 5
= 5 x 100% = 100%
5
Berdasarkan kriteria diatas 100% > 85% maka dapat diartikan stabilitas perubahan kemampuan penjumlahan bilangan anak X dapat dikatakan stabil.
Kondisi Baseline (A2)
Grafik 10
Stabilitas Kecenderungan Kemampuan Penjumlahn Bilangan Sampai 20 (A2)
Keterangan
: Mean : Batas atas : Batas bawah
Dapat dijelaskan bahwa persentase stabilitas pada kondisi sebelum diberikan intervensi tidak stabil, karena persentase stabilitas kondisi sebelum intervensi (A1) 0%, kondisi intervensi
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
24 25 26 27 28
Persentase (%) Jawaban Anak yang Benar
Serie…
89,5 89,5 104,5
97
(B) tidak stabil karena persentase stabilitasnya 37,5%, dan kondisi baseline setelah tidak lagi menggunakan media mesin fungsi manual mnempati kondisi stabil yaitu dengan persentase stabilitas 100%. Untuk lebih jelasnya mengenai persentase stabilitas pada kondisi baseline (A1), kondisi intervensi (B), dan kondisi baseline (B) dapat dilihat dalam tabel 11 persentase stabilitas berikut ini:
Tabel 11
Persentase Stabilitas Data Kondisi Baseline (A1), Intervensi (B) dan Kondisi Baseline (A2)
Kondisi A1 B A2
Kecenderungan stabilitas (persentase)
0%
(tidak stabil)
37,5%
(tidak stabil)
100%
(stabil)
d) Menentukan kecenderungan jejak data
Pada data baseline sebelum diberikan intervensi (A1), pengamatan pertama anak bisa menjawab tiga butir soal penjumlahan bilangan sampai 20, pengamatan kedua anak bisa menjawab satu butir soal, pengamatan ketiga anak bisa menjawab tiga butir soal, pengamatan ke empat anak bisa menjawab tiga butir soal, dan pada pengamatan ke lima sampai pengamatan ke tujuh anak bisa menjawab dua butir soal dengan benar. Setelah pengamatan yang ketujuh persentase yang didapat sudah stabil, hal ini menjelaskan bahwa kecenderungan jejak data pada kondisi baseline adalah terlihat menurun (-)
Pada kondisi intervensi (B) pengamatan pertama dari 20 soal anak bisa menjawab soal penjumlahan bilangan sampai 20 dengan benar sebanyak 16 butir soal, pada pengamatan kedua terlihat naik, anak dapat menjawab 18 soal, pada pengamatan ke tiga sampai ke lima terlihat menurun anak bisa menjawab 17 soal pada pengamatan ketiga sampai kelima tersebut. Pada pengamatan ke enam terlihat naik anak bisa menjawab 20 soal dengan benar. Pada pengamatan ke tujuh sampai ke delapan terlihat turun lagi anak bisa menjawab 19 soal, pada pengamatan ke sembilan terlihat turun anak bisa menjawab 18 soal.
Pada pengamatan ke sepuluh telihat naik anak bisa menjawab 19 soal, pada pengamatan ke-11 sampai ke-12 terlihat naik anak bisa menjawab 20 soal, pada pengamatan ke-13 terlihat turun lagi anak bisa menjawab 19 soal. Pada pengamatan ke-14sampai ke-16 anak bisa menjawab 20 soal dengan benar. Pengamatan dihentikan pada petemuan ke-16 karena sudah mendapatkan hasil yang stabil. Jejak data pada kondisi intervensi adalah meningkat (+)
Pada data baseline (A2) setelah tidak lagi menggunakan media mesin fungsi manual diperoleh data kemampuan anak dalam penjumlahan bilangan sampai 20 yaitu pada pengamatan pertama anak bisa menjawab 18 soal dengan benar dari 20 butir soal. Pengamatan kedua meningkat anak dapat menjawab 19 soal dengan benar.
Pengamatan ketiga sampai kelima anak sudah bisa menjawab semua soal penjumlahan bilangan sampai 20 dengan benar. Pengamatan
dihentikan pada pengamatan kelima karena data kemampuan anak sudah stabil. Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan jejak data pada kondisi baseline (A2) setelah tidak lagi menggunakan media mesin fungsi manual adalah meningkat (+) dan stabil. Gambaran data penelitian mengenai kecenderungan jejak data yang berkaitan dengan meningkatkan kemampuan anak tunagrahita ringan dalam penjumlahan bilangan sampai 20 dapat dilihat pada tabel 12 dibawah ini:
Tabel 12
Kecenderungan Jejak Data
Kondisi A1 B A2
Kecenderungan jejak data
(-) (+) (+)
e) Menentukan level stabilitas dan rentang
Berdasarkan data kemampuan anak dalam penjumlahan bilangan sampai 20 pada kondisi baseline (A1), 5% merupakan persentase terendah dan 15% adalah persentase tertinggi, pada kondisi baseline yang keseluruhan titik datanya berjumlah tujuh yaitu (15%, 5%, 15%, 15%, 10%, 10%, 10%), sedangkan pada kondisi intervensi (B) 80%
merupakan persentase yang terendah dan 100% merupakan persentase yang paling tinggi, pada kondisi intervensi yng titik datanya berjumlah 16 titik data yaitu: (80%, 90%, 85%, 85%, 85%, 100%, 95%,95%, 90%, 95%, 100%, 100%, 95%, 100%, 100%, 100%). Dan data pada
kondisi baseline (A2) persentase terendahnya yaitu 80% dan persentase tertingginya adalah 100% yang keseluruhan titik datanya berjumlah lima titik yaitu (90%, 95%, 100%,100%, 100%).
Menentukan level stabilitas yaitu dengan menghitung jumlah titik data range dibagi dengan jumlah total titik data dikalikan saratus persen.
1) Level stabilitas pada kondisi baseline (A1) Jumlah titik data range : 0
Jumlah total data : 7
Level stabilitas : Jumlah titik data range x 100%
Jumlah total titik data 0 x 100% = 0%
7
2) Level stabilitas pada kondisi intervensi (B) Jumlah titik data range : 6
Jumlah total data : 16
Level stabilitas : Jumlah titik data range x 100%
Jumlah total titik data 4 x 100% = 37,5%
16
3) Level stabilitas pada kondisi baseline (A2) Jumlah titik data range : 5
Jumlah total data : 5
Level stabilitas : Jumlah titik data range x 100%
Jumlah total titik data 5 x 100% = 100%
5
f) Menentukan level perubahan
Menentukan level perubahan (level change) dapat dicari melalui berapa besar tejadinya perubahan data dalam suatu kondisi dengan cara:
1) Menentukan berapa besar data poin pertama dan data poin terakhir dalam suatu kondisi
2) Kurangi data yang besar dengan data yang kecil
3) Tentukan apakah selisihnya menunjukkan arah yang membaik atau memburuk sesuai dengan tujuan intervensi atau pengajarannya.
a. Level perubahan pada kondisi A1
1. Data poin pertama (pengamatan pertama) 15% dan pengamatan ke tujuh 10%
2. Data besar (15) – data yang kecil (5) 15%-5%=10%
3. (+)
b. Level perubahan pada kondisi B
1. Data poin pertama (pengamatan pertama) 80% dan data terakhir 100%
2. Data besar – data yang kecil 100% - 80% = 20 % 3. (+)
c. Level perubahan pada kondisi A2
1. Data poin pertama (pengamatan pertama) 90% dan data terakhir 100%
2. Data besar – data yang kecil 100% - 90% = 10 %, (+) Jadi dapat dipaparkan bahwa level perubahan pada kondisi baseline sebelum diberikan intervensi (A1) adalah tidak stabil karena sebelum diberikan perlakuan hal ini dapat dilihat pada pengamatan pertama adalah 15% dan pengamatan ketujuh 10%. Kemudian dari data pengamatan awal dan akhir tesebut data yang paling tinggi dikurangi data yang paling rendah yaitu 15 – 5 = 10%. Maka dapat dilihat nilai 5% ini berarti pada kondisi baseline level perubahannya adalah meningkat (+). Pada kondisi intervensi (B) semua datanya ada 16, data awal setelah diberikan perlakuan adalah 80% dan data akhirnya setelah diberikan perlakuan adalah 100% . Data tertinggi dikurangi dengan data terendah 100% - 80% = 20% hal ini berarti level perubahan pada intervensi semakin meningkat (+). Dan pada kondisi baseline setelah tidak lagi diberikan intervensi (A2) semua datanya ada lima, data awalnya setelah tidak lagi menggunakan media mesin fungsi manual adalah 90% dan data terakhirnya adalah 100%. Data tertinggi dikurangi data terendah yaitu 100% - 90% = 10%. Level perubahan pada kondisi ini meningkat (+). Dengan demikian level perubahan data yang dapat digambarkan melalui tabel 13 perubahan data penelitian yang berkaitan dengan meningkatkan kemampuan penjumlahan bilangan sampai 20 pada anak tunagrahita ringan dibawah ini:
Tabel 13 Level Perubahan
Kondisi A1 B A2
Level perubahan 15% - 5% = 10% 100% - 80% = 20% 100% - 90% =10%
Setelah diketahui masing-masing komponen diatas, untuk memperjelas maka dimasukkan dalam suatu format tabel 14 analisis dalam kondisi yang berkaitan dengan meningkatkan kemampuan penjumlahan bilangan sampai 20 bagi anak tunagrahita ringan di bawah ini:
Tabel 14
Rangkuman Analisis dalam Kondisi
No Kondisi A1 B A2
1 Panjang kondisi 7 16 5
2 Estimasi
Kecenderungan arah
(-) (+) (+)
3 Kecenderungan stabilitas
Tidak stabil (0%)
Tidak stabil (37,5%)
Stabil (100%) 4 Jejak data
(-) (+) (+)
5 Level stabilitas 0%
(Tidak stabil)
37,5%
(Tidak stabil)
100%
(Stabil) 6 Level perubahan 15% - 5% =
10%
(+)
100% - 80% = 20%
(+)
100% - 90%
=10%
(+)
2. Analisis antar kondisi
Adapun komponen analisis antara kondisi baseline (A) dan intervensi (B) dalam meningkatkan kemampuan penjumlahan bilangan sampai 20 melalui media mesin fungsi manual bagi anak tunagrahita ringan adalah:
a. Menentukan banyaknya variabel yang diubah
Variabel yang diubah dalam penelitian ini yaitu kemampuan penjumlahan bilangan sampai 20 anak tunagrahita ringan (X) yang memiliki masalah dalam penjumlahan bilangan sampai 20. Gambaran data penelitian mengenai variabel yang diubah yaitu kemampuan penjumlahan bilangan sampai 20 dapat dilihat pada tabel 15 dibawah ini:
Tabel 15
Jumlah Variabel yang Dirubah Kondisi A dan B Perbandingan Kondisi A2/B/A1 (3:2:1)
Jumlah variabel yang diubah 1
b. Menentukan perubahan kecenderungan arah
Menentukan perubahan kecenderungan dengan mengambil data pada analisis dalam kondisi, dapat dilihat pada tabel 16 tentang perubahan kecenderungan arah yang berkaitan dengan kemampuan penjumlahan bilangan sampai 20 pada anak tunagrahita ringan dibawah ini:
Tabel 16
Perubahan Kecenderungan Arah
Perbandingan Kondisi A1 / B / A2
Perubahan
kecenderungan arah dan efeknya (persentase)
(-) (+) (+)
Kemampuan anak dalam penjumlahan bilangan sampai 20 selama kondisi (A1) cenderung arahnya menurun (-), sedangkan pada kondisi B kemampuan penjumlahan bilangan sampai 20 anak terlihat meningkat (+) kecenderungan arahnya, walaupun datanya bervariasi kadang naik kadang turun, tetapi pada akhirnya terus meningkat. Dan pada kondisi A2 kecenderungan arahnya meningkat (+). Sehingga pemberian intervensi berpengaruh positif terhadap variabel yang diubah.
c. Menentukan perubahan kecenderungan staabilitas
Menentukan perubahan kecenderungan stabilitas dengan melihat kecenderungan stabilitas pada kondisi A1, B dan A2 pada rangkuman analisis dalam kondisi. Dapat dikatakan bahwa pada kondisi baseline (A1) kemampuan anak dalam penjumlahan bilangan sampai 20, pada kondisi intervensi (B) kemampuan anak dalam penjumlahan bilangan sampai 20 memperlihatkan adanya perubahan kecenderungan meningkat. Dan terlihat pada kondisi baseline (A2) kemampuan anak
dalam penjumlahan bilangan sampai 20 sama dengan saat diberikan intervensi yaitu meningkat. Dan telihat pada kondisi baseline (A1) skor paling tinggi dalam melakukan penjumlahan bilangan sampai 20 adalah 15%, pada kondisi intervensi (B) skor anak paling tinggi dalam melakukan penjumlahan bilangan sampai 20 adalah 100%, dan pada kondisi kondisi baseline (A2) skor paling tinggi dalam melakukan penjumlahan bilangan sampai 20 adalah 100%.
Tabel 17
Perubahan Kecenderungan Stabilitas
Perbandingan Kondisi A2/B/A1
(3:2:1)
Perubahan data kecenderungan stabilitas Variabel ke variabel ke stabil d. Menentukan level perubahan
Cara menentukan level perubahan pada kondisi baseline sebelum diberikan intervensi (A1), pada kondisi intervensi (B), dan pada kondisi baseline setelah intervensi atau tidak lagi menggunakan media mesin fungsi manual (A2) dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Data poin terakhir pada kondisi baseline (A1) adalah 10% dan data poin pertama pada kondisi intervensi (B) adalah 80%
2. Selisih antara keduanya yaitu 80% - 10% = 70%. Ini berarti kemampuan anak dalam penjumlahan bilangan sampai 20 dari kondisi baseline sebelum diberikan intervensi (A1) sampai kondisi awal intervensi (B) meningkat sebanyak 70%.
3. Data poin terakhir pada kondisi baseline (A2) adalah 100% dan data poin pertama pada kondisi intervensi (B) adalah 80%.
4. Selisih antara keduanya yaitu 100% - 80% = 20%. Ini berarti kemampuan anak dalam penjumlahan bilangan sampai 20 dari kondisi saat diberikan intervensi (B) sampai kepada kondisi setelah anak tidak lagi menggunakan media mesin fungsi manual dalam penjumlahan bilangan sampai 20 sebanyak 20%.
5. Perubahan tersebut meningkat (+) Tabel 18 Level Perubahan
Perbandingan kondisi A2/B/A1
(3:2:1) a. Level perubahan (persentase) pada
kondisi B/A1
b. Level perubahan (persentase) pada kondisi B/A2
80% - 10% = + 70%
100% - 80% = + 20%
e. Menentukan overlape data
Menentukan overlape data pada kondisi baseline sebelum diberikan intervensi (A1) dan intervensi (B) ditentukan dengan cara sebagai berikut:
1. Lihat batas atas dan batas bawah pada kondisi baseline (A1) yaitu batas atas (12,56) dan batas bawah (10,3)
2. Kemudian tentukan jumlah data poin kondisi intervensi (B) yang berada pada rentang kondisi baseline (A1)
3. Perolehan angka pada poin dua dibagi dengan banyaknya data poin yang ada pada kondisi intervensi (B) kemudian dikalikan 100.
Pada kondisi baseline sebelum diberikan intervensi (A1) kemampuan anak dalam penjumlahan bilangan sampai 20 batas
atasnya 12,56 dan batas bawahnya 10,3. Jumlah data poin kondisi intevensi yang berada pada rentang kondisi baseline (A1) yaitu (0).
Kemudian 0 dibagi dengan banyak data poin yang ada pada kondisi intervensi (B) yaitu 16, jadi 0 : 16 = 0, hasil tersebut dikalikan 100%, maka hasilnya adalah 0%. Semakin kecil overlape maka semakin baik pengaruh intervensi terhadap perubahan target behavior dalam penelitian ini. Dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa kemampuan anak tunagrahita ringan dalam penjumlahan bilangan sampai 20 mengalami perubahan yang terus meningkat setelah diberikan intervensi.
Kemudian menentukan overlape data pada kondisi baseline setelah tidak lagi diberikan intervensi (B) dan baseline (A2) ditentukan sebagai beriut:
1. Lihat batas atas dan batas bawah pada kondisi intervensi (B) yaitu batas atas (94,68) dan batas bawah (79,62)
2. Kemudian tentukan jumlah data poin kondisi baseline (A2) yang berada pada rentang kondisi intervensi (B)
3. Perolehan angka pada poin dua dibagi dengan banyaknya data poin yang ada pada kondisi baseline (A2) kemudian dikalikan 100.
Pada kondisi kondisi intevensi (A2) kemampuan anak dalam penjumlahan bilangan sampai 20 batas atasnya 94,68 dan batas bawahnya 79,62. Jumlah data poin kondisi baseline (A2) yang berada pada rentang kondisi intervensi (B) yaitu 1. Kemudian dibagi dengan
banyak data poin yang ada pada kondisi intervensi yaitu 5, jadi 1 : 5 = 0,2. Kemudian hasilnya tesebut dikalikan dengan 100%, maka hasilnya adalah 20%. Ini menunjukkan bahwa kemampuan anak dalam penjumlahan bilangan sampai 20 dengan menggunakan media mesin fungsi manual meningkat.
Setelah diketahui masing-masing komponen di atas untuk memperjelasnya maka dapat dilihat tabel berikut ini:
Tabel 19
Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi
Kondisi A2/B/A1
1. Jumlah variabel yang berubah 1
2. Perubahan kecenderungan arah
(-) (+) (+)
3. Level perubahan
a. Level perubahan (persentase) pada kondisi B/A1
b. Level perubahan (persentase) pada kondisi B/A2
80% - 10% = + 70%
100% - 80% = + 20%
4. Persentase overlape a. Pada kondisi baseline (A1)
dengan kondisi intevensi (B) b. Pada kondisi kondisi intervensi
(B) dengan baseline (A2)
0%
20%