Menurut Sunanto (2005: 89) “Analisis data merupakan tahap terakhir sebelum penarikan kesimpulan”. Single subject research merupakan penelitian yang menggunakan subjek tunggal. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis visual grafik, yaitu memindahkan data data ke dalam grafik kemudian data tersebut dianalisis berdasarkan komponen komponen pada setiap fase baseline (A1) dan intervensi (B), baseline (A2) dengan langkah langkah sebagai berikut:
1. Analisis dalam kondisi
Sunanto (2005: 92) mengatakan bahwa, “Analisis dalam kondisi adalah menganalisis perubahan data dalam suatu kondisi misalnya, kondisi baseline atau intervensi, sedangkan komponen yang akan dianalisis meliputi tingkat stabilitas kecenderungan arah pada perubahan”. Analisis dalam kondisi pada penelitian ini dimaksudkan adalah data dalam grafik masing-masing kondisi dengan langkah- langkah sebagai berikut:
a. Menentukan panjang kondisi
Menurut Sunanto (2005: 89), “Panjang kondisi adalah banyaknya data poin atau skor pada setiap kondisi, seberapa banyak data poin yang harus ada pada setiap kondisi pada masalah penelitian dan intervensi yang diberikan”. Sedangkan pada fase intervensi panjang pendeknya kondisi intervensi sangat tergantung pada intervensi yang diberikan, ini juga tergantung pada kondisi data, jika data yang didapat sudah stabil maka penelitian ini dapat dihentikan.
b. Menentukan estimasi kecenderungan arah
Menurut Sunanto (2005:91) “Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua data dalam suatu kondisi dimana banyaknya data yang berada di atas dan di bawah garis tersebut sama banyak”. Ada tiga macam kecenderungan arah grafik (trend/slop). Kecenderungan arah grafik atau trend menunjukan
perubahan setiap data (jejak) dari sesi ke sesi. Ada tiga macam kecenderungan arah grafik yaitu meningkat, mendatar, dan menurun. Masing-masingnya tergantung pada tujuan dari intervensinya.
Untuk menentukan kecenderungan arah grafik (trend) ada dua cara yang dapat dilakukan:
1) Metode freehand
Adalah mengamati data secara langsung terhadap poin pada suatu kondisi kemudian menarik garis lurus yang membagi data point menjadi dua bagian.
2) Metode spilit middle
Adalah menentukan kecenderungan arah grafik berdasarkan median data point nilai ordinatnya. Karena metode ini menggunakan ukuran data secara pasti (median) maka pastikan lebih reliable dibandingkan dengan metode freehand. Jadi metode menentukan arah kecenderungan tergantung dari bentuk data yang diperoleh dari baseline dan intervensi. Jika data yang diperoleh stabil maka metode yang digunakan untuk menentukan arah kecenderungan adalah freehand, tapi jika garis data yang diperoleh bervariasi maka digunakan metode spilit middle.
c. Menentukan kecenderungan kestabilan (trend stability)
Menurut Sunanto (2005: 105) kecenderungan kestabilan dapat dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menentukan trend stabiliti, yaitu menggunakan kriteria stabilitas 15% dengan perhitungan:
Rentang stabilitas = skor tertinggi x kriteria stabilitas
2) Menghitung nilai mean level, yaitu semua skor dijumlahkan dan dibagi dengan banyak point data
Mean level =
3) Menentukan batas atas, yaitu dengan cara mean level +1/2 rentang stabilitas
Batas atas = mean level + setengah rentang stabilitas
4) Menentukan batas bawah, yaitu dengan cara mean level -1/2 rentang stabilitas
Batas bawah = mean level – setengah rentang stabilitas 5) Menentukan persentase stabilitas
Persentase stabilitas =
x 100%
Jika persentase stabilitas terletak antara 85% - 90% maka kecenderungannya dikatakan stabil, sedangkan jika di bawah itu dikatakan tidak stabil.
Kriteria kestabilan: 85% - 90% = stabil Di bawah 85% = tidak stabil
Tabel 1 Kriteria Kestabilan
Kriteria Kestabilan
85% - 90 % Stabil
Di bawah 85 % Tidak stabil (variabel) d. Menentukan jejak data
Menurut Sunanto (2005: 107) “Menentukan jejak data hampir sama dengan arah kecenderungan, yaitu dimasukkan hasil yang sama seperti kecenderungan arah”. Apakah meningkat (+), menurun (-) atau sejajar dengan sumbu x (=)
e. Menentukan level stabilitas dan rentang
Tingkat stabilitas (level stabilitas) menunjukan derajat variasi atau besar kecilnya rentang pada kelompok data tertentu. Jika rentang datanya kecil atau tingkat variasinya rendah maka data dikatakan stabil. Secara umum 85% - 90% data masih berada pada 15% di atas dan di bawah mean, maka data dikatakan stabil. Maka level data untuk suatu kondisi dihitung dengan cara menjumlahkan semua data yang ada pada ordinat dan dibagi dengan banyaknya data.
Kemudian garis mean ini digambar secara parallel terhadap absis. Untuk menentukan tingkat stabilitas data biasanya digunakan persentase penyimpangan dari mean sebesar (5, 10, 12, 15%).
Persentase penyimpangan terhadap mean yang digunakan untuk menghitung stabilitas digunakan yang kecil 10%, jika data pada
pengelompokan pada bagian atas dan digunakan persentase besar 15% jika data pengelompokan dibagian tengah maupun pada bagian bawah.
Untuk menentukan tingkat dan rentang stabilitas yaitu dengan cara menentukan rata-rata tingkat dilakukan dengan cara menjumlahkan nilai seluruh titik data dan membagi jumlahnya dengan jumlah titik data. Kemudian dengan menggunakan trend stability ctriterion envelope disekitar rata-rata (bagian atas dan bagian bawah). Range ditentukan dengan mengidentifikasi titik data pada ordinat dari ordinat yang paling rendah dan nilai ordinat yang paling rendah dan nilai ordinat yang paling tinggi.
f. Menentukan level perubahan
Menentukan tingkat perubahan atau level change yang menunjukan berapa besar terjadinya perubahan data dalam suatu kondisi. Cara menghitungnya adalah dengan:
1) Menentukan berapa besar data point (skor) pertama dan terakhir dalam suatu kondisi
2) Kurangi data yang besar dengan data yang kecil
3) Tentukan apakah selisihnya menunjukan arah yang membaik atau memburuk sesuai dengan tujuan intervensi atau pengajaran.
Persentase stabilitas = data yang besar – data yang kecil Sehingga level perubahan dapat ditulis pada tabel di bawah ini:
Tabel 2
Level Perubahan Data
Kondisi A1 B A2
Level perubahan
Data yang besar dikurang data yang kecil
Data yang besar dikurang data yang kecil
Data yang besar dikurang data yang kecil Format rangkuman komponen analisis visual grafik dalam kondisi adalah seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 3
Format Rangkuman Komponen Analisis Visual Grafik Dalam Kondisi:
Kondisi A1 B A2
1. Panjang kondisi
2. Estimasi kecenderungan arah 3. Kecenderungan stabilitas 4. Jejak data
5. Level stabilitas dan rentang 6. Level perubahan
2. Analisis antar kondisi
Sunanto (2005: 96) mengatakan “Untuk memulai menganalisa perubahan data antara kondisi, data yang stabil harus mendahului kondisi yang akan dianalisa”. Karena jika data bervariasi (tidak stabil), maka akan mengalami kesulitan untuk menginterprestasi. Di samping aspek stabilitas, ada tidaknya pengaruh intervensi terhadap variabel terikat juga tergantung pada aspek perubahan level dan besar kecilnya overlope yang terjadi antara dua kondisi yang dianalisis.
Adapun komponen dalam analisis antar kondisi adalah:
a. Menentukan banyaknya variabel yang berubah
Menentukan banyaknya variabel yang berubah, yaitu dengan cara menentukan jumlah variabel berubah diantara kondisi baseline dan intervensi.
Tabel 4
Jumlah Variabel yang Dirubah Kondisi A dan B
Perbandingan Kondisi A2/B/A1
(3:2:1) Jumlah variabel yang diubah
b. Menentukan perubahan arah kecenderungan
Dengan mengambil data pada analisis dalam kondisi yang berubah di atas
c. Menentukan perubahan kecenderungan stabilitas
Dengan melihat kecenderungan stabilitas pada fase baseline sebelum diberikan intervensi (A1), intervensi (B), dan fase baseline setelah diberikan intervensi (A2) pada rangkuman analisis dalam kondisi.
Rentang stabilitas = skor tertinggi x kriteria stabilitas d. Menentukan level perubahan
1) Tentukan data poin pada kondisi baseline sebelum diberikan intervensi (A1) pada sesi terakhir dan sesi pertama pada intervensi (B).
2) Hitunglah selisih antara keduanya.
3) Kemudian tentukan data poin pada kondisi baseline setelah tidak lagi diberikan intervensi (A2) pada sesi terakhir dan sesi pertama intervensi (B).
4) Hitunglah selisih antar keduanya
5) Catat apakah perubahan tersebut membaik atau memburuk.
Jika tidak ada perubahan ditulis 0.
e. Menentukan overlope data kondisi baseline dan intervensi dengan cara:
1) Lihat kembali data pada kondisi baseline sebelum diberikan intervensi A1 dengan intervensi B yang berada pada rentang kondisi A1.
2) Kemudian lihat data pada kondisi baseline setelah tidak lagi diberikan intervensi A2 dengan intervensi B yang berada pada rentang kondisi A2.
3) Hitung berapa data point pada kondisi intervensi B yang berada pada rentang kondisi A1 dan data point pada kondisi intervensi B yang berada pada rentang A2.
4) Perolehan pada langkah no 3 dibagi dengan banyaknya data point dalam kondisi B, kemudian dikali 100. Itulah yang disebut dengan persentase overlope. Jika semakin kecil persentase overlope maka semakin baik pengaruh intervensi terhadap target behavior.
Setelah diketahui masing-masing komponen tersebut maka dimasukan dalam tabel format analisis antar kondisi yang berdekatan sebagai berikut:
Tabel 5
Format Analisis Antar Kondisi
Kondisi A2/B/A1
3 : 2: 1 1. Jumlah variabel yang dirubah
2. Perubahan dalam arah kecendrungan 3. Perubahan dalam stabilitas kecendrungan 4. Perubahan dalam tingkat
5. Persentase overlope H. Kriteria Pengujian Hipotesis
Menurut Yusuf (2007:162) “Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu dugaan sementara yang harus dibuktikan kebenarannya melalui penyelidikan ilmiah atau melalui penelitian”.
Hipotesis diterima apabila hasil analisis data dalam kondisi dan antar kondisi memiliki estimasi kecenderungan arah, kecenderungan kestabilan, jejak data dan perubahan level yang meningkat secara positif dan overlape data pada analisis antar kondisi semakin kecil. Pada kondisi menurun ( - ) dan overlap data pada analisis antar kondisi semakin besar artinya hipotesis ditolak.
50
Penelitian yang dilakukan ini merupakan jenis metode penelitian Single Subject Research (SSR) dengan desain A-B-A, dilakukan dengan tiga tahapan didalam penelitian ini. Pada tahapan pertama dilakukan dengan cara melihat kemampuan awal anak dalam penjumlahan bilangan sampai 20 disebut juga dengan nama target behavior pada kondisi awal sebelum diberikan intervensi atau baseline (A1), pada tahap kedua yaitu dengan mengamati tingkat kemampuan anak dalam penjumlahan bilangan sampai 20 dengan menggunakan media mesin fungsi manual (B), dan pada tahap ketiga yaitu kondisi awal anak setelah intervensi, pada tahap ketiga ini melihat kemampuan anak dengan tidak menggunakan media mesin fungsi manual (A2). Pengamatan dilakukan pada seorang anak Tunagrahita Ringan X.
Kemudian hasil penelitian Single Subject Research (SSR) ini dianalisis dengan menggunakan analisis visual data grafik (Visual Analisis of Graphic Data). Adapun data yang diperoleh dari hasil pengamatan pada kondisi A1 (baseline sebelum diberikan intervensi), kondisi B (intervensi), dan pada kondisi A2 (baseline) setelah diberikan intervensi dan tidak lagi menggunakan media mesin fungsi manual dapat dilihat sebagai berikut:
1. Kondisi baseline sebelum diberikan intervensi (A1)
Kondisi A1 merupakan kondisi awal anak sebelum diberikan perlakuan, pengamatan pada kondisi A dilakukan sebanyak tujuh kali, dimulai pada hari selasa tanggal 30 April 2013 sampai hari Minggu 12 Mei 2013. Data baseline diperoleh melalui tes pada Lembaran Kerja Siswa (LKS) dengan banyak soal 20 butir soal. Pengambilan data dilakukan setiap kali pengamatan dengan menggunakan ukuran target behavior persentase, berapa persen anak mampu menjawab soal penjumlahan bilangan sampai 20 dengan benar. Jika anak bisa mengerjakan 20 butir soal penjumlahan bilangan sampai 20 dengan benar maka nilai anak 100, jika anak bisa mengerjakan 19 soal penjumalahan bilangan sampai 20 dengan benar maka nilai anak 95, dan begitu seterusnya. Hasil pengamatan data pada kondisi baseline sebanyak tujuh kali pengamatan sebelum diberikan intervensi adalah sebagai berikut:
a. Pengamatan pertama, Selasa 30 April 2013
Pada pengamatan pertama pada kondisi baseline ini peneliti memberikan soal mengenai pejumlahan bilangan sampai 20 sebanyak 20 butir soal. Anak diminta untuk menyelesaikan soal penjumlahan tersebut pada Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sudah peneliti sediakan. Anak menjawab soal penjumlahan dengan cara menghitung jarinya. Dalam menjawab soal penjumlahan anak sering salah dalam menjawab soal penjumlahan. Hasil yang diperoleh anak pada
pengamatan pertama adalah anak hanya bisa menjawab tiga butir soal dengan benar. Jadi persentase yang diperoleh anak adalah 15%.
b. Pengamatan kedua, Selasa 7 Mei 2013
Pada pengamatan kedua ini peneliti memberikan lembaran kerja yang berisi 20 butir soal penjumlahan bilangan sampai 20. Anak menyelesaikan soal tersebut dengan cara yang sama seperti pertemuan pertama dengan cara berhitung. Dari hasil pengamatan terlihat anak hanya bisa menjawab satu butir soal dengan benar. Jadi persentase yang diperoleh anak adalah 5%.
c. Pengamatan ketiga, Rabu 8 Mei 2013
Pada pengamatan ketiga peneliti masih melakukan pengukuran kondisi baseline. Peneliti memberikan lembaran kerja yang berisi 20 butir soal penjumlahan bilangan sampai 20. Anak menyelesaikan soal tersebut dengan cara yang sama seperti pengamatan sebelumnya dengan cara berhitung. Dari hasil pengamatan terlihat anak hanya bisa menjawab tiga butir soal dengan benar. Jadi persentase yang diperoleh anak adalah 15%.
d. Pengamatan keempat, Kamis 9 Mei 2013
Pada pengamatan ke-empat anak diberikan soal yang sama, anak hanya mampu menjawab tiga butir soal dengan benar. Jadi persentase yang diperoleh anak adalah 15%.
e. Pengamatan kelima, Jumat 10 Mei 2013
Pada pengamatan kelima, anak juga diberikan 20 butir soal penjumlahan bilangan sampai 20. Hasil yang diperoleh anak adalah anak hanya mampu menjawab soal penjumlahan dua butir soal dengan benar. Jadi persentase yang diperoleh anak adalah 10%.
f. Pengamatan keenam, Sabtu 11 Mei 2013
Pada pengamatan keenam ini sama dengan pengamatan sebelumnya, peneliti memberikan soal yang sama sebanyak 20 butir soal. Hasil yang diperoleh anak pada pengamatan ini adalah anak hanya mampu menjawab soal penjumlahan dua butir soal dengan benar. Jadi persentase yang diperoleh anak adalah 10%.
g. Pengamatan ketujuh, Minggu 12 Mei 2013
Pada pengamatan ke-tujuh ini sama dengan pengamatan sebelumnya, peneliti memberikan soal yang sama sebanyak 20 butir soal. Hasil yang diperoleh anak pada pengamatan ini adalah anak hanya mampu menjawab soal penjumlahan dua butir soal dengan benar. Jadi persentase yang diperoleh anak adalah 10%.
Untuk lebih jelasnya, kemampuan penjumlahan bilangan anak sampai 20 pada fase baseline dapat dilihat pada tabel 6 dan grafik 1 di bawah ini:
Tabel 6
Persentase jawaban anak yang benar pada fase baseline (A1)
Pengamatan Hari / Tanggal Jumlah Persentase
1 Selasa/30 April 2013 3 15%
2 Selasa/7 Mei 2013 1 5%
3 Rabu/ 8 Mei 2013 3 15%
4 Kamis/ 9 Mei 2013 3 15%
5 Jumat/ 10 Mei 2013 2 10%
6 Sabtu/ 11 Mei 2013 2 10%
7 Minggu/ 12 Mei 2013 2 10%
Grafik 1
Panjag Kondisi Baseline Sebelum Diberikan Intervensi (A1) Kemampuan Penjumlahan Bilangan Sampai 20
2. Kondisi intervensi (B)
Pada kondisi intervensi dilakukan sebanyak 16 kali pengamatan yaitu mulai pada hari Senin tanggal 13 Mei 2013 sampai hari Jumat tanggal 31 Mei 2013. Kondisi intervensi merupakan kondisi dimana peneliti
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
1 2 3 4 5 6 7
Persentase (%) jawaban anak yang benar
Pengamatan BASELINE (A1)
memberikan perlakuan kepada anak tunagrahita ringan, untuk meningkatkan kemampuan penjumlahan bilangan sampai 20 bagi anak tunagrahita ringan (X) dengan cara menggunakan media mesin fungsi manual.
Pada kondisi intervensi ini peneliti memberikan perlakukan dengan menggunakan media mesin fungsi manual. Sebelum melakukan intervensi peneliti sudah mempersiapkan media mesin fungsi manual. Pada pelaksanaan intervensi dengan menggunakan media mesin fungsi manual dalam pembelajaran penjumlahan dengan cara anak berada di belakang mesin fungsi manual dan guru didepan mesin fungsi manual. Sebelum melakukan penjumlahan maka anak diminta menyebutkan angka 1 – 20, kemudian menyusun kartu angka di dalam mesin fungsi manual.
Selanjutnya baru anak melakukan penjumlahan bilangan sampai 20 dengan menggunakan mesin fungsi manual.
Penggunaan mesin fungsi manual pada penjumlahan bilangan misalnya penjumlahan bilangan dengan menggunakan media mesin fungsi manual misalnya: 9 + 6, caranya:
g. Anak berada dibelakang mesin fungsi manual
h. Guru memasukkan angka 9 ke dalam mesin fungsi manual, kemudian anak menyebutkan angka yang dimasukkan oleh guru.
i. Anak mengingat atau menyimpan didalam kepala angka 9 yang dimasukkan oleh guru tadi.
j. Guru memasukkan lagi kartu gambar yang ada 6 gambarnya.
k. Kemudian anak melanjutkan menghitung, 9 disimpan dikepala kemudian ditambah 6 gambar lagi. Jadi anak melanjutkan menghitung setelah 9 lanjut, 10,11,12,13,14,15.
l. Jadi 9 +6 = 15, dan terakhir anak mengeluarkan hasil dari 9 + 6 = 15 dari mulut mesin fungsi manual. Yang mana hasilya dikeluarkan berupa angka.
Kondisi intervensi berlangsung selama 16 kali pengamatan.
Adapun data yang diperoleh dapt diuraikan sebagai berikut:
1) Pengamatan ke 8, Senin/ 13 Mei 2013
Pada pengamatan ke 8 setelah diberikan intervensi dengan menggunakan media mesin fungsi manual terlihat bahwa anak sudah mampu melakukan penjumalahan bilangan sampai 20 dengan benar.
Pada pengamatan ke 8 ini peneliti memberikan latihan penjumlahan bilangan sampai 20 kepada anak sebanyak 20 butir, dan anak bisa menjawab 16 butir soal dan persentase yang diperoleh anak adalah 80%.
2) Pengamatan 9, Selasa/ 14 Mei 2013
Pada pengamatan ke 9 peneliti memberikan 20 soal penjumlahan bilangan sampai 20, anak bisa menjawab 18 butir soal benar dengan menggunakan media mesin fungsi manual dan persentase yang diperoleh anak 90%.
3) Pengamatan 10, Rabu/ 15 Mei 2013
Pada pengamatan ke 10 peneliti memberikan 20 soal penjumlahan bilangan sampai 20, anak bisa menjawab 17 butir soal benar dengan menggunakan media mesin fungsi manual dan persentase yang diperoleh anak 85%.
4) Pengamatan 11, Kamis/ 16 Mei 2013
Pada pengamatan ke 11 peneliti memberikan 20 soal penjumlahan bilangan sampai 20, anak bisa menjawab 17 butir soal benar dengan menggunakan media mesin fungsi manual dan persentase yang diperoleh anak 85%.
5) Pengamatan 12, Jumat/ 17 Mei 2013
Pada pengamatan ke 12 peneliti memberikan 20 soal penjumlahan bilangan sampai 20, anak bisa menjawab 17 butir soal benar dengan menggunakan media mesin fungsi manual dan persentase yang diperoleh anak 85%.
6) Pengamatan 13, Sabtu/ 18 Mei 2013
Pada pengamatan ke 13 peneliti memberikan 20 soal penjumlahan bilangan sampai 20, anak bisa menjawab 20 butir soal benar dengan menggunakan media mesin fungsi manual dan persentase yang diperoleh anak 100%.
7) Pengamatan 14, Minggu/ 19 Mei 2013
Pada pengamatan ke 14 peneliti memberikan 20 soal penjumlahan bilangan sampai 20, anak bisa menjawab 19 butir soal benar dengan
menggunakan media mesin fungsi manual dan persentase yang diperoleh anak 95%.
8) Pengamatan 15, Senin/ 20 Mei 2013
Pada pengamatan ke 15 peneliti memberikan 20 soal penjumlahan bilangan sampai 20, anak bisa menjawab 19 butir soal benar dengan menggunakan media mesin fungsi manual dan persentase yang diperoleh anak 95%.
9) Pengamatan 16, Selasa/ 21 Mei 2013
Pada pengamatan ke 16 peneliti memberikan 20 soal penjumlahan bilangan sampai 20, anak bisa menjawab 18 butir soal benar dengan menggunakan media mesin fungsi manual dan persentase yang diperoleh anak 90%.
10) Pengamatan 17, Rabu/ 22 Mei 2013
Pada pengamatan ke 17 peneliti memberikan 20 soal penjumlahan bilangan sampai 20, anak bisa menjawab 19 butir soal benar dengan menggunakan media mesin fungsi manual dan persentase yang diperoleh anak 95%.
11) Pengamatan 18, Kamis/ 23 Mei 2013
Pada pengamatan ke 18 peneliti memberikan 20 soal penjumlahan bilangan sampai 20, anak bisa menjawab 20 butir soal benar dengan menggunakan media mesin fungsi manual dan persentase yang diperoleh anak 100%.
12) Pengamatan 19, Sabtu/ 25 Mei 2013
Pada pengamatan ke 19 peneliti memberikan 20 soal penjumlahan bilangan sampai 20, anak bisa menjawab 20 butir soal benar dengan menggunakan media mesin fungsi manual dan persentase yang diperoleh anak 100%.
13) Pengamatan 20, Selasa/ 28 Mei 2013
Pada pengamatan ke 20 peneliti memberikan 20 soal penjumlahan bilangan sampai 20, anak bisa menjawab 19 butir soal benar dengan menggunakan media mesin fungsi manual dan persentase yang diperoleh anak 95%.
14) Pengamatan 21, Rabu/ 29 Mei 2013
Pada pengamatan ke 21 peneliti memberikan 20 soal penjumlahan bilangan sampai 20, anak bisa menjawab 20 butir soal benar dengan menggunakan media mesin fungsi manual dan persentase yang diperoleh anak 100%.
15) Pengamatan 22, Kamis/ 30 Mei 2013
Pada pengamatan ke 22 peneliti memberikan 20 soal penjumlahan bilangan sampai 20, anak bisa menjawab 20 butir soal benar dengan menggunakan media mesin fungsi manual dan persentase yang diperoleh anak 100%.
16) Pengamatan 23, Jumat/ 31 Mei 2013
Pada pengamatan ke 23 peneliti memberikan 20 soal penjumlahan bilangan sampai 20, anak bisa menjawab 20 butir soal benar dengan
menggunakan media mesin fungsi manual dan persentase yang diperoleh anak 100%.
Kemampuan anak dalam penjumlahan sampai 20 setelah diberikan perlakuan anak mampu melakukan penjumlahan bilangan sampai 20 dengan benar sehingga mencapai persentase 100%. Berdasarkan data yang diperoleh pada intervensi ke 14 sampai intervensi ke 16 sudah menunjukkan data yang stabil, oleh karena itu pemberian intervensi pada kondisi ini dihentikan.
Tabel 7
Persentase Jawaban Anak yang Benar Pada Fase Intervensi Pengamatan Hari /Tanggal Jumlah Persentase
8 Senin/ 13 Mei 2013 16 80%
9 Selasa / 14 Mei 2013 18 90%
10 Rabu/ 15 Mei 2013 17 85%
11 Kamis/ 16 Mei 2013 17 85%
12 Jumat/ 17 Mei 2013 17 85%
13 Sabtu/ 18 Mei 2013 20 100%
14 Minggu/ 19 Mei 2013 19 95%
15 Senin/ 20 Mei 2013 19 95%
16 Selasa/ 21 Mei 2013 18 90%
17 Rabu/ 22 Mei 2013 19 95%
18 Kamis/ 23 Mei 2013 20 100%
19 Sabtu/ 25 Mei 2013 20 100%
20 Selasa/ 28 Mei 2013 19 95%
21 Rabu/ 29 Mei 2013 20 100%
22 Kamis/ 30 Mei 2013 20 100%
23 Jumat/ 31 Mei 2013 20 100%
INTERVENSI (B)
Grafik 2
Panjang Kondisi Intervensi (B) Kemampuan Penjumalahan Bilangan Sampai 20 dengan Menggunakan Media Mesin Fungsi Manual
3. Kondisi baseline tidak lagi menggunakan media mesin fungsi manual (A2)
Kondisi A2 merupakan kondisi awal anak setelah diberikan setelah tidak diberikan perlakuan. Pengamatan pada kondisi A2 dilakukan sebanyak lima kali pertemuan dimulai hari Jumat tanggal 7 Juni 2013 sampai hari Selasa tanggal 11 Juni 2013. Data baseline diperoleh melalui tes tulisan dalam bentuk melakukan penjumlahan bilangan sampai 20.
Pengambilan data dilakukan setiap kali pengamatan, dengan menggunakan jenis ukuran target behavior persentase. Berapa persen (%) anak dapat menyelesaikan penjumlahan bilangan sampai 20 dengan benar. Jika anak dapat menjawab 20 buah soal penjumlahan sampai 20 dengan benar maka nilai yang diperoleh anak adalah 100. Penambahan pengukuran pada
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Persentase (%) Jawaban Anak yang Benar
Series 1
Pengamatan
kondisi baseline setelah tidak diberikan perlakuan (intervensi) atau tidak menggunakan media mesin fungsi manual (A2) ini dimaksudkan sebagai kontrol untuk kondisi intervensi sehingga keyakinan untuk menarik kesimpulan adanya hubungan fungsional antara variabel bebas dan variabel terikat lebih kuat.
Adapun data yang peneliti peroleh pada kondisi baseline (A2) ini dapat digambarkan sebagai berikut:
1) Pengamatan 24, Jumat/ 7 Juni 2013
Pada hari ke 24, peneliti tidak memberikan intervensi dan hanya memberikan lembaran soal kepada anak kemudian anak menjawab soal pada lembar jawaban tanpa menggunakan media mesin fungsi manual. Berdasarkan data yang diperoleh anak dapat menjawab soal penjumlahan bilangan sampai 20 sebanyak 18 butir soal dengan benar, persentase yang diperoleh anak adalah 90%.
2) Pengamatan 25, Sabtu/ 8 Juni 2013
Pada hari ke 25 sama dengan pengamatan ke-24, peneliti tidak memberikan intervensi dan hanya memberikan lembaran soal kepada anak kemudian anak menjawab soal pada lembar jawaban tanpa menggunakan media mesin fungsi manual. Berdasarkan data yang diperoleh anak dapat menjawab soal penjumlahan bilangan sampai 20 sebanyak 19 butir soal dengan benar, persentase yang diperoleh anak adalah 95%.