Hasil penelitian yang peneliti lakukan ini, diharapkan memberi manfaat bagi semua pihak, yaitu:
1. Bagi peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang karakteristik anak tunagrahita serta wawasan tentang upaya dalam meningkatkan kemampuan operasi penjumlahan yang hasilnya sampai 20 melalui berbagai media.
2. Bagi guru
Sebagai alternatif bagi guru untuk memilih media yang yang menarik bagi anak dalam pembelajaran matematika. Sehingga dengan adanya media yang menarik dari guru anak tidak akan bosan dan takut dalam belajar matematika.
3. Bagi sekolah
Sebagai acuan dalam menentukan berbagai bentuk media pembelajaran bagi anak tunagrahita ringan. Sehingga dengan adanya media pembelajaran yang menarik maka dapat menunjang kemampuan anak dalam belajar.
4. Bagi pembaca
Sebagai acuan untuk mengembangkan pengetahuan lain dan pemilihan media yang menarik bagi anak tunagrahita.
9 1. Pengertian Tunagrahita Ringan
Anak tunagrahita ringan merupakan anak yang mempunyai IQ antara 50 – 70, mereka mampu didik, masih bisa mengikuti pelajaran akademik.
Menurut Sumekar (2009:128) “Anak tunagrahita ringan adalah mereka yang kecerdasan dan adaptasi sosialnya terhambat namun anak ini masih mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam bidang pelajaran akademik, penyesuaian sosial, dan kemampuan bekerja. IQ anak tunagrahita ringan berkisar 50 – 70. Dalam penyesuaian sosial mereka dapat bergaul, dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial tidak saja pada lingkungan yang terbatas, tetapi juga pada lingkungan yang lebih luas, bahkan kebanyakan dari mereka dapat mandiri dalam masyarakat”.
Selanjutnya menurut Wantah (2007:10) mengemukakan bahwa
“Berdasarkan data menunjukkan bahwa kira-kira 85 % dari anak retardasi mental tergolong retardasi mental ringan, memiliki IQ antara 50-75, dan mereka dapat mempelajari keterampilan, dan akademik mereka sampai kelas enam Sekolah Dasar (SD)”.
Anak tunagrahita ringan adalah mereka yang masih dapat belajar, membaca, menulis, dan berhitung sederhana (Somantri: 1996:86 ).
Kemudian menurut Amin (1995: 22) “Tunagrahita ringan mereka yang termasuk dalam kelompok ini meskipun kecerdasannya dan adaptasi
sosialnya terhambat, namun mereka mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam bidang pelajaran akademik, penyesuaian sosial, dan kemampuan bekerja. IQ anak tunagrahita ringan berkisar 50-70. Dalam penyesuaian sosial mereka dapat bergaul dalam masyarakat yang luas, bahkan kebanyakan dari mereka dapat mandiri dalam masyarakat”.
Menurut Hildayani (2005:6.7) mengemukakan bahwa “Anak tunagrahita ringan adalah mereka yang masih mampu menguasai pendidikan dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung sederhana.
Mereka juga masih dapat mengembangkan keterampilan sosial dan komunikasinya”.
Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat dimaknai bahwa anak tunagrahita ringan merupakan mereka yang mempunyai IQ yang berkisar 50 – 70, dan anak tunagrahita ringan mampu didik mereka masih bisa mengikuti pelajaran akademik, keterampilan serta mereka bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial.
2. Karakteristik Tunagrahita Ringan
Anak tunagrahita ringan memiliki IQ yang berkisar 50 – 70, selain itu karakteristik anak tunagrahita ringan adalah mereka banyak lancar berbicara tetapi kurang perbendaharaan kata-katanya, tetapi mereka masih mampu mengikuti pelajaran akademik seperti belajar membaca, menulis dan berhitung sederhana.
Menurut Wantah (2007:16) mengemukakan bahwa karakteristik dari tunagrahita mampu didik adalah:
a. Memerlukan dukungan yang terbatas (kadang-kadang)
b. Biasanya tidak berbeda dengan anak normal yang memiliki usia yang sama
c. Seringkali mereka hanya mengalami sedikit hambatan dalam perkembangannya yang merupakan kekurangan utamanya, kecuali pada bidang akademik
d. Anak tunagrahita ringan mereka dapat mencapai kemampuan akademik kelas tiga sampai kelas enam SD
e. Setelah dewasa mereka dapat memperoleh pekerjaan sendiri, dan
f. Kebanyakan anak tunagrahita ringan tersebut akan kawin, dan memperoleh anak dan dapat berbaur dengan masyarakat dengan baik tanpa perbedaan.
Amin (1995:37)
Karakteristik anak tunagrahita ringan adalah anak tunagrahita ringan banyak yang lancar berbicara tetapi kurang perbendaharaan kata-katannya. Mereka mengalami kesukaran berfikir abstrak, tetapi mereka masih dapat mengikuti pelajaran akademik baik di sekolah biasa maupun di sekolah khusus. Pada umur 16 tahun baru mencapai umur kecerdasan yang sama dengan anak umur 12 tahun, tetapi itu sebagian dari mereka. Sebagian tidak dapat mencapai umur kecerdasan setinggi itu. Kecerdasan anak tunagrahita ringan paling tinggi sama dengan kecerdasan anak normal usia 12 tahun.
Selanjutnya menurut Yuliani. 2010 “Karakteristik tunagrahita ringan adalah anak yang tergolong dalam tunagrahita ringan memiliki banyak kelebihan dan kemampuan. Mereka mampu dididik dan dilatih. Misalnya, membaca, menulis, berhitung, menjahit, memasak, bahkan berjualan.
Tunagrahita ringan lebih mudah diajak berkomunikasi. Selain itu kondisi fisik mereka tidak begitu mencolok. Mereka mampu berlindung dari bahaya apapun. Karena itu anak tunagrahita ringan tidak memerlukan pengawasan ekstra”.
Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat dimaknai bahwa karakteristik dari anak tunagrahita ringan adalah mampu belajar membaca, menulis dan berhitung sederhana, usia 16 tahun tingkat kecerdasannya sama dengan anak kelas tiga atau lima SD, kematangan belajar membaca dicapai pada usia 9 s/d 12 tahun, dapat bergaul dan mampu mengerjakan pekerjaan ringan.
3. Penyebab Tunagrahita Ringan
Banyak faktor yang menyebabkan anak mengalami ketunagrahitaan.
Faktor tersebut meliputi faktor keturunan, faktor sebelum lahir yaitu pada waktu dalam kandungan, pada waktu lahir misalnya lahir dengan menggunakan alat bantu, serta faktor setelah lahir.
Secara umum penyebab tunagrahita dapat disebabkan oleh beberapa fakror diantaranya faktor genetik, biologis, non-keturunan dan lingkungan (Anggraini:2012).
Menurut Wantah (2007:22), faktor-faktor penyebab ketunagrahitaan adalah :
a. Keturunan
Dalam beberapa penelitian menyimpulkan bahwa kira-kira 5%
dari keterbelakangan mental (tunagrahita) disebabkan oleh faktor keturunan. Keterbelakangan mental (tunagrahita) disebabkan oleh kelainan yang diwariskan oleh kelainan pada gen seperti fragile X syndrome. Fragile syndrome X adalah kerusakan pada kromosom yang menentukan jenis kelamin, biasanya mewarisi penyebab keterbelakangan mental (tunagrahita).
b. Prenatal (sebelum lahir)
Berbagai faktor yang menyebabkan sehingga bayi yang ada dalam kandungan mengalami keterbelakangan mental (tunagrahita).
Adapun beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami keterbelakangan mental yaitu : ibu pada waktu hamil mengkonsumsi obat terlarang, merokok, kekurangan gizi, terkena penyakit rubella, serta pada waktu hamil ibu menderita tekanan darah tinggi (hyper tension) atau keracunan pada darah (toxemia), menurunnya oksigen pada janin dapat menyebabkan kerusakan pada otak dan anak mengalami keterbelakangan mental.
c. Natal (waktu lahir)
Proses melahirkan yang terlalu lama, dapat mengakibatkan kekurangan oksigen pada bayi. Tulang panggul ibu yang terlalu kecil
dapat menyebabkan otak terjepit dan menimbulkan pendarahan pada otak (anoxia), juga proses melahirkan yang menggunakan alat bantu (penjepit, tang).
d. Post Natal (sesudah lahir)
Pertumbuhan bayi yang kurang baik seperti gizi buruk, busung lapar, demam tinggi yang disertai kejang-kejang, kecelakaan, radang selaput otak (meningitis) dapat menyebabkan seorang anak menjadi ketunaan (tunagrahita).
e. Faktor lingkungan
Lingkungan akan sangat mempengaruhi akan tumbuh kembangnya anak walaupun anak dilahirkan normal tetapi jika tidak diperhatikan, maka anak akan mengalami keterbelakangan mental.
Misalnya mengabaikan bayi dengan tidak memberikan rangsangan fisik dan mental yang diperlukan untuk perkembangan normal, maka bayi tersebut akan menderita dan mengalami keterbelakangan dalam belajar. Selain itu, jika anak hidup dalam kemiskinan dan menderita kekurangan gizi, kondisi kehidupan tidak sehat.
Dari kedua pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang menyebabkan anak tunagrahita adalah faktor keturunan, prenatal (sebelum lahir), natal (saat lahir), post natal (setelah lahir) dan faktor lingkungan.
B. Hakikat Matematika