KAJIAN PUSTAKA
G. Teknik Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
Hasil penelitian yang akan dianalisis secara deskriptif adalah data keterlaksanaan sintaks pembeljaran, aktivitas siswa selama pembelajaran, respons siswa, kemandirian belajar, motivasi belajar dan hasil belajar siswa. Keenam aspek pembelajaran tersebut dianalisis dengan teknik sebagai berikut:
a. Keterlaksanaan Model Pembelajaran
Teknik analisis data terhadap keterlaksanaan model pembelajaran digunakan analisis rata-rata. Artinya tingkat kemampuan guru dihitung dengan cara menjumlah nilai tiap aspek kemudian membaginya dengan banyak aspek yang dinilai. Namun, sebelum menghitung rata-rata tingkat kemampuan guru, perlu dihitung pula jumlah rata-rata untuk tiap aspek dengan cara skor hasil penilaian aspek ke-n dibagi dengan banyaknya pertemuan. Adapun untuk memudahkan memberikan penilaian atas keterlaksanaan model pembelajaran, maka perlu dibuat rubrik penilaian
pemberian skor terhadap keterlaksanaan model pembelajaran.
Tabel 3.3 Rubrik Pemberian Skor terhadap Keterlaksanaan Model Pembelajaran
Skor Kategori
1 Jika keterlaksanaan model pembelajaran tidak terlaksana dengan sangat kurang baik (tidak jelas dan siswa tidak dapat mengikuti dengan baik)
2 Jika keterlaksanaan model pembelajaran terlaksana dengan kurang baik (kurang jelas dan siswa tidak dapat mengikuti dengan baik)
3 Jika keterlaksanaan model pembelajaran terlaksana dengan Cukup (kurang jelas dan hanya sebagian siswa yang dapat mengikutinya dengan baik)
4 Jika keterlaksanaan model pembelajaran terlaksana dengan baik (jelas dansiswa dapat mengikutinya dengan baik)
Adapun pengategorian keterlaksanaan model pembelajaran digunakan kategori pada tabel berikut:
No Skor Rata-Rata Kategori
1 1,0 < ≤ 1,5 Tidak terlaksana dengan baik
2 1,5 < ≤ 2,5 Kurang terlaksana 3 2,5 < ≤ 3,5 Cukup terlaksana
4 3,5 < ≤ 4,0 Terlaksana dengan baik Sumber: modifikasi Nurdin (2007)
Keterangan
= rata-rata keterlaksanaan pembelajaran
Kriteria keterlaksanaan model berada pada kategori terlaksana dengan baik.
b. Aktivitas Siswa
Lembar observasi aktivitas siswa yang telah divalidasi oleh validator diberikan kepada seorang pengamat untuk diisi dengan cara menuliskan cek list (√) sesuai dengan keadaan yang diamati.
Untuk menentukan pengategorian aktivitas siswa maka dibuatkan pengategorian berdasarkan penentuan kategorisasi jenjang ordinal (Hadi, 2014) dengan penggolongan subjek ke dalam tiga kategori aktivitas siswa yaitu sangat aktif, aktif, dan tidak aktif.
rubrik aktivitas siswa dengan aspek yang diamati terdiri dari 8 aspek secara umum yang setiap aspek diberi skor yang berkisar 1, 2, 3, dan 4 untuk menilai aktivitas siswa. Dengan demikian skor terkecil yang mungkin diperoleh oleh subjek (Xmin) adalah 8 (yaitu 8 x 1) dengan skor terbesar (Xmax) adalah 32 yaitu (8 x 4) sehingga luas jarak sebarannya adalah 24 (yaitu 32-8). Dengan demikian setiap satuan standar deviasinya bernilai
= 4 (hasil dari 24/6) dan mean teoritinya adalah = 24 (yaitu 8*3).
Karena aktivitas siwa digolongkan dalam tiga kategori yaitu tidak aktif, aktif, dan sangat aktif maka keenam deviasi standar itu dibagi ke dalam 3 bagian yaitu:
< ( −1,0 ) Tidak Aktif
( −1,0 )≤ < ( + 1,0 ) Aktif
( + 1,0 )≤ Sangat Aktif
Sehingga dengan harga = 4 dan = 24 akan diperoleh kategori- kategori sebagai berikut:
< 20 Tidak Aktif
20≤ < 28 Aktif
28≤ Sangat Aktif
kategori tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
< 2,5 Tidak Aktif
2,5≤ < 3,5 Aktif
3,5≤ Sangat Aktif
Untuk aktivitas negatif, kategori aktivitas siswa sebagai berikut:
< 2,5 Sangat Aktif
2,5≤ < 3,5 Aktif
3,5≤ Tidak Aktif
Kriteria yang digunakan untuk memutuskan aktivitas siswa efektif jika nilai skor rata-rata minimal berada dalam kategori aktif (2,5≤ ≤ 3,5)
c. Respons Siswa
Data hasil respons siswa yang diperoleh melalui angket respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif yaitu skor rata-rata.
Untuk menentukan pengkategorian respons siswa maka dibuatkan pengkategorian berdasarkan penentuan kategorisasi jenjang ordinal (Azwar, 2004: 147) dengan penggolongan subjek ke dalam tiga kategori respons siswa yaitu sangat positif, positif, dan tidak positif.
dari 5 item yang masing-masing itemnya diberi skor yang berkisar 1, 2, 3 dan 4 untuk menilai respons siswa. Dengan demikian skor terkecil yang mungkin diperoleh subjek (Xmin) adalah 5 (yaitu 5 x 1) dan skor terbesar (Xmax) adalah 20 (yaitu 5 x 4) sehingga luas jarak sebarannya adalah 15 (yaitu 20-5). Dengan demikian setiap satuan standar deviasinya bernilai
= 3 (hasil dari 15/6) dan rata-rata teoretinya adalah = 15 (yaitu 5*3).
Karena respons siswa digolongkan dalam tiga kategori yaitu tidak positif, positif dan sangat positif maka keenam deviasi standar itu dibagi ke dalam 3 bagian, yaitu:
< ( −1,0 ) Tidak Positif
( −1,0 )≤ < ( + 1,0 ) Positif
( + 1,0 )≤ Sangat Positif
Sehingga dengan nilai = 3 dan = 15 akan diperoleh kategori-kategori sebagai berikut:
< 12 Tidak Positif
12≤ < 18 Positif
18≤ Sangat Positif
Karena respons siswa berdasarkan skor rata-rata maka kategori-kategori tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
< 2,5 Tidak Positif
3,5≤ Sangat Positif
Kriteria yang digunakan memutuskan respons siswa efektif jika nilai skor rata-rata minimal berada dalam kategori positif (2,5≤ < 3,5).
d. Hasil Belajar Siswa
Data hasil belajar siswa dianalisis secara kuantitatif digunakan statistik deskriptif dengan tujuan mendeskripsikan karakteristik skor siswa setelah dilaksanakan pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan tipe NHT. Setelah data diperoleh maka langkah selanjutnya adalah mengolah dan menganalisis data.
Sebaran skor dapat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi setelah dikonversikan dengan skala lima. Nurkancana (1983: 79) mengemukakan bahwa skala lima adalah suatu pembagian tingkatan yang terbagi atas lima kategori, yaitu: tingkat penguasaan 90%-100%, dikategorikan “sangat tinggi”, 80%-89% dikategorikan “tinggi”, 65%%-79%
dikategorikan “sedang”, 55%- 64% dikategorikan “rendah”, 0-54%
dikategorikan “sangat rendah”. Berdasarkan pedoman tersebut, maka kriteria yang digunakan untuk menentukan kategori hasil belajar bahasa Indonesia siswa adalah sebagai berikut:
90−100 Sangat Tinggi
65−79 Sedang 55−64 Rendah
0−54 Sangat Rendah
Siswa yang dinyatakan tuntas belajar apabila nilai rata-rata penilaian semua indikator yang diukur minimal sebesar 75. Kriteria ini sesuai dengan KKM pada MTs Negeri Biringkanaya Makassar. Batasan minimal ketuntasan tersebut berdasarkan penilaian yang dilakukan secara individual. Ketuntasan klasikal dapat tercapai jika 75% siswa telah mencapai KKM.