• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Perbedaan Persentase Ketuntasan Belajar Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 Secara Klasikal

Dalam dokumen PROGRAM PASCASARJANA (Halaman 127-143)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

5. Uji Perbedaan Persentase Ketuntasan Belajar Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 Secara Klasikal

Hasil uji perbedaan persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal menunjukkan bahwa kedua varians baik dari kelas eksperimen (pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD) maupun dari kelas eksperimen 1 (pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT) memberikan keterangan pada tingkat kepercayaan 95%

dapat disimpulkan bahwa kedua sampel berasal dari populasi yang homogen. Sehingga pengujian dilakukan dengan menggunakan uji proporsi.

Untuk uji proporsi dengan menggunakan taraf signifikan 5% diperoleh Ztabel = 1,96, berarti H0 diterima jika Zhitung < 1,96. Karena diperoleh nilai Zhitung = 0,125, maka H0 diterima, artinya tidak ada perbedaan proporsi persentase ketuntasan siswa secara klasikal pada kedua model pembelajaran yang diterapkan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Uji hipotesis dianalisis dengan menggunakan uji-t untuk mengetahui perbandingan keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada materi memahamai wacana lisan melalui kegiatan mendengarkan berita.

1. Uji Hipotesis

“Pembelajaran bahasa Indonesia melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih efektif dibandingkan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi memahamai wacana lisan melalui kegiatan mendengarkan berita pada siswa kelas VII MTs Negeri 2 Makassar.

Hipotesis di atas dikatakan teruji kebenarannya apabila semua hipotesis di bawah ini teruji kebenarannya.

a) Hipotesis tentang Hasil Belajar

1) Skor rata-rata posttes siswa setelah diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada model pembelajaran kooperatif tipe NHT Untuk keperluan statistik maka dirumuskan hipotesis kerja sebagai berikut:

:μ ≤ μ dan :μ >μ

siswa setelah diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam pembelajaran bahasa Indonesia materi memahamai wacana lisan melalui kegiatan mendengarkan berita dan berdasarkan analisis inferensial menunjukkan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima yang berarti hasil belajar posttest pada kelas yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih rendah daripada model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Berdasarkan hasil analisis deskriptif maka dapat disimpulkan bahwa skor rata-rata posttes siswa setelah diajar dengan model pembelajaran koooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam pembelajaran bahasa Indonesia materi memahamai wacana lisan melalui kegiatan mendengarkan berita.

2) Peningkatan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Untuk keperluan statistik maka dirumuskan hipotesis kerja sebagai berikut:

:μ ≤ μ dan :μ >μ

Berdasarkan analisis deskriptif menunjukkan bahwa rata-rata gain ternormalisasi siswa setelah diajar dengan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT dalam pembelajaran bahasa Indonesia materi memahamai wacana lisan melalui kegiatan mendengarkan berita dan berdasarkan analisis inferensial menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti rata-rata gain ternormalisasi siswa setelah diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih rendah daripada model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada materi memahamai wacana lisan melalui kegiatan mendengarkan berita. Berdasarkan hasil analisis deskriptif maka dapat simpulkan bahwa rata-rata gain ternormalisasi siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam pembelajaran bahasa Indonesia materi memahamai wacana lisan melalui kegiatan mendengarkan berita.

b) Hasil Analisis Aktivitas Siswa

“Aktivitas siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam pembelajaran bahasa Indonesia materi memahamai wacana lisan melalui kegiatan mendengarkan berita”

Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh rata-rata aktivitas siswa kelas VII1 yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berada dalam kategori 2,8 “aktif” sedangkan rata-

pembelajaran kooperatif tipe NHT berada dalam kategori 2,6 “ aktif”.

c) Hasil Analisis Respons Siswa

“Respon siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam pembelajaran bahasa Indonesia materi memahamai wacana lisan melalui kegiatan mendengarkan berita”

Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh rata-rata skor respon siswa kelas VII1 yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berada dalam kategori 3,5 “positif”

sedangkan rata-rata skor respon siswa kelas VII2 yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berada dalam kategori 2,7 “ positif”.

Berdasarkan hasil analisis deskiptif dan hasil analisis inferensial yang telah diuraikan sebelumnya, tampak bahwa terdapat perbedaan keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas VII MTs Negeri Biringkanaya Makassar.

Dalam penelitian ini diterapkan dua model pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran tipe NHT. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII MTs Negeri Biringkanaya Makassar tahun ajaran 2014/2015 yang terdiri atas sepuluh kelas, yaitu kelas VII1, VII2, VII3, VII4, VII5, VII6, VII7, VII8, VII9, dan VII10.

Sampel diperoleh dengan mengambil dua kelas yaitu kelas VII1 dan kelas VII2. Jumlah siswa untuk masing-masing kelas adalah 40 siswa yang pada masing-masing kelas mempunyai hasil belajar yang berdistribusi normal dan mempunyai varians yang sama sehingga kedua kelas berada dalam keadaan awal yang sama. Setelah mengetahui bahwa kedua kelas berasal dari keadaan awal yang sama, kemudian diberikan perlakuan untuk kelas VII1 diberikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, sedangkan kelas VII2 diberikan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Pembelajaran dilakukan dalam lima kali pertemuan untuk setiap kelompok eksperimen. Setiap pertemuan terdiri atas 2 jam pelajaran, sehingga masing-masing kelompok melakukan pembelajaran selama 10 jam pelajaran. Kedua model pembelajaran kooperatif tersebut diterapkan pada Kompetensi Dasar “Memahami wacana lisan melalui mendengarkan/membaca berita”. Pada prinsipnya, perlakuan yang diberikan sama, yaitu metode pembelajaran kooperatif karena pembelajaran dilakukan

tingkat kemampuan yang berbeda. Setelah guru menyampaikan materi secara singkat, masing-masing kelompok diberi soal latihan berupa lembar diskusi. Masing-masing anggota kelompok dituntut untuk menguasai materi dan mampu menyelesaikan soal yang diberikan. Perbedaannya adalah pada kelas STAD diberikan kuis secara individu untuk mengetahui seberapa besar materi yang berhasil diserap oleh siswa, sedangkan pada kelas NHT diberikan tugas dengan cara memanggil nomor yang telah dibagikan sebelumnya kepada siswa yang mewakili kelompoknya untuk menjawab pertanyaan yang berkemampuan awal sama. Setelah pemebelajaran berakhir kemudian dilakukan postes untuk mengetahui hasil belajar bahasa Indonesia siswa.

Hal-hal yang diselediki dalam penelitian ini yang pertama adalah mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif terhadap pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas VII MTs Negeri Biringkanaya Makassar, apakah model pembelajaran kooperatif tipe NHT efektif teradap pembelajaran bahasa Indonesia di kelas VII MTs Negeri Biringkanaya Makassar. Setelah itu akan diselidiki pula apakah ada perbedaan keefektifan penerapan model pembelajaran tipe STAD dengan tipe NHT pada kelas VII MTs Negeri Biringkanaya Makassar.

Suatu metode pembelajaran dapat dikatakan efektif jika hasil belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran tersebut telah mencapai

ternormalisasi) minimal dalam kategori sedang, ketuntasan belajar individual dan klasikal ≥75%, respons siswa dalam kategori aktif, dan aktivitas siswa dalam kategori minimal positif. Hal ini sejalan dengan pendapat Slavin (dalam Hadi 2014: 45) bahwa keefektifan pembelajaran terdiri atas empat indikator, yaitu kualitas pembelajaran (quality of instruction), kesesuaian tingkat pembelajaran (appropriate level of instruction), insentif (incentive), dan waktu (time).

Hasil pretes yang diberikan kepada kedua kelompok eksperimen, baik kelas yang diberi metode STAD maupun NHT menunjukkan bahwa hanya beberapa orang siswa yang mencapai KKM dengan rata-rata hasil belajar untuk kelas STAD sebesar 43 dan untuk kelas NHT sebesar 49, 8 yang artinya kedua kelas belum menguasai materi yang akan diberikan. Jika hasil pretes siswa menunjukkan bahwa siswa telah mencapai KKM, maka pembelajaran tidak perlu dilakukan. Tetapi karena kedua kelas belum mencapai KKM maka kedua kelas dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif yang berbeda.

Setelah diberikan perlakuan yang berbeda pada kedua kelompok, kemudian diberikan test untuk mengetahui hasil belajar bahasa Indonesia siswa. Dari 40 siswa dalam kelas STAD terdapat 34 siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal, dengan demikian berarti persentase siswa yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD telah mencapai ketuntasan secara klasikal. Sedangkan dari 40 siswa dalam kelas NHT terdapat 31 siswa yang telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal,dengan demikian persentase siswa yang tuntas secara individual sebesar 77%. Hal ini juga menunjukkan bahwa kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT juga telah mencapai ketuntasan secara klasikal. Hasil pengujian inferensial dengan menggunakan uji one sample test menunjukkan bahwa nilai p [sig (2-tailed)] adalah 0,00 < 0,5 berarti rata-rata hasil belajar siswa setelah diajar dengan model pembelajaran kooperaif tipe STAD lebih dari KKM. Ini berarti bahwa H1 diterima dan H0 ditolak yakni rata rata-rata hasil belajar siswa pada kelas yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih dari KKM.

Selanjutnya untuk meyakinkan bahwa kedua metode pembelajaran yang diterapkan memang efektif, harus dilihat juga peningkatan hasil belajar siswa.

Rata-rata peningkatan hasil belajar siswa minimal dalam kategori sedang.

Setelah diberi perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran tipe STAD tampak bahwa peningkatan kemampuan siswa berada pada kategori sedang yaitu 0,3 ≤ g < 0,7 (0,65). Sedangkan rata-rata peningkatan hasil belajar siswa minimal dalam kategori sedang. Setelah diberi perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran tipe NHT tampak bahwa peningkatan dalam kategori sedang yaitu 0,3 ≤ g < 0,7 (0,55). Hasil pengujian inferensial

0,00 < 0,05 menunjukkan bahwa rata-rata gain ternormalisasi (rata-rata peningkatan hasil belajar) pada kelas yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih dari 0,3 (minimal sedang). Ini berarti bahwa H1 diterima dan H0 ditolak yakni gain ternormalisasi hasil belajar siswa pada kelas yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih besar dari 0,3 (kategori minimal sedang).

Aktivitas dan respons siswa juga menjadi kriteria keefektifan penerapan model pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas siswa yang diberi perlakuan model pembelajaran tipe STAD berada dalam kategori aktif yaitu 2,8. Sedangkan aktivitas siswa yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT juga berada dalam kategori aktif yaitu 2,6. Demikian pula dengan respons siswa menunjukkan bahwa siswa yang beri perlakuan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berada dalam kategori positif yaitu 3,5 sedangkan kelas yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT juga berada dalam kategori positif yaitu 2,7. Dari hasil analisis data tersebut menunjukkan bahwa setelah diberi perlakuan kedua kelompok menunjukkan adanya respons positif dan aktivitas aktif siswa dalam kegiatan belajar bahasa Indonesia. Hal ini sesuai dengan pendapat Skinner (dalam Rahim, 2013: 9) Belajar adalah suatu prilaku pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya jika ia tidak belajar maka responsnya

2006: 13) belajar merupakan kegiatan yang kompleks., hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.

Hasil deskripsi dan hasil infrensial penelitian di atas menunjukkan bahwa kedua model pembelajaran yang diterapkan memberikan perubahan pada keefektifan belajar siswa. Hal ini sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 2000) yang menyatakan bahwa efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus yang telah dicanangkan.

Dari hasil pengamatan di lapangan juga ditunjukkan bahwa dalam pembelajaran dengan menggunakan kedua model siswa menjadi lebih aktif bertanya kepada guru bila ada kesulitan dalam memahami materi ataupun dalam menyelesaikan tugas. Siswa tidak hanya diam mendengarkan penjelasan guru, tetapi lebih aktif berdiskusi dalam kelompoknya karena setiap siswa merasa mempunyai tanggung jawab terhadap kelompoknya masing-masing. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (2003: 2) bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

siswa untuk saling membantu dalam memahami konsep pelajaran. Siswa yang mempunyai tingkat penguasaan materi yang lebih baik dapat memberikan pemahaman kepada siswa lain dalam kelompoknya sehingga semua anggota kelompoknya dapat menguasai materi dengan baik juga. Hal ini sesuai dengan teori konstruktivis bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka berdiskusi dengan temannya. Di samping itu, juga sejalan dengan pendapat Sumardi (2001: 27) bahwa bahwa model pembelajaran yang bervariasi akan menggairahkan belajar peserta didik.

Dari pembahasan sebelumnya diketahui bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT cukup efektif dan berpengaruh terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kondisi awal kedua kelompok eksperimen berasal dari kondisi yang sama. Hal ini berarti bahwa metode pembelajaran yang diberikan memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil belajar yang didapat siswa setelah pembelajaran berakhir. Untuk memberikan rekomendasi terhadap penggunaan metode pembelajaran tersebut perlu diketahui medel mana yang lebih efektif dipergunakan untuk mendapatkan hasil belajar bahasa Indonesia siswa yang lebih baik bagi kelas VII MTs Negeri Biringkanaya Makassar. Untuk keperluan tersebut maka hasil postes dari kedua kelompok perlakuan dikomparasikan untuk mengetahui

berbeda atau tidak.

Hasil analisis dengan menggunakan independent sample test menghasilkan perhitungan F sebesar 0,469 dan p = 0, 495 hal ini berarti bahwa kedua varian sama (homogen). Nilai t = 0,610 dengan df = 78 dengan taraf signifikansi (p) = 0,54 > 0,05 (Iampiran D). Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak artinya tidak terdapat perbedaan skor rata-rata hasil belajar siswa yang diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan tipe NHT. Namun, secara deskriptif menunjukkan bahwa terdapat perbedaan skor rata-rata hasil belajar siswa yang diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan tipe NHT. Hasil analisis independent sample test untuk mengetahui perbedaan peningkatan hasil belajar kelas yang diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan tipe NHT dengan asumsi kedua varians homogeny dan taraf signifikansi 0,05, diperoleh nilai t = 0,525 dengan df = 78 dan p = 124 > 0,05. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi memahamai wacana lisan melalui kegiatan mendengarkan berita di kelas VII MTs Negeri Makassar.

Namun, secara deskriptif menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar siswa yang diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan tipe NHT.

menunjukkan bahwa kedua varians baik dari kelas eksperimen (pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD) maupun dari kelas eksperimen 1 (pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT) memberikan keterangan pada tingkat kepercayaan 95%

dapat disimpulkan bahwa kedua sampel berasal dari populasi yang homogen. Sehingga pengujian dilakukan dengan menggunakan uji proporsi.

Untuk uji proporsi dengan menggunakan taraf signifikan 5% diperoleh Ztabel = 1,96, berarti H0 diterima jika Zhitung < 1,96. Karena diperoleh nilai Zhitung = 0,125, maka H0 diterima, artinya tidak ada perbedaan proporsi persentase ketuntasan siswa secara klasikal pada kedua model pembelajaran yang diterapkan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Namun, secara deskriptif terdapat perbedaan persentase ketuntasan siswa secara klasikal pada kedua model pembelajaran yang diterapkan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Dari gambaran perbandingan, baik secara deskriptif maupun secara inferensial dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Hal ini sejalan dengan pendapat Slameto (2003:65) yang menyatakan bahwa metode mengajar akan mempengaruhi hasil belajar siswa.

pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebesar 80,9 dan 79,7 untuk kelas yang diberi tipe NHT. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa yang diberi metode STAD lebih tinggi disbanding dengan rata-rata hasil belajar siswa yang diberi metode NHT. Rata-rata peningkatan hasil belajar siswa yang diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebesar 0,65 dan 0,55 untuk kelas yang diberi tipe NHT. Tingkat aktivitas siswa pada siswa yang diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebesar 2,87 dan 2,66 untuk kelas yang diberi tipe NHT. Respons siswa yang diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebesar 3,5 dan 2,7 untuk kelas yang diberi tipe NHT. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa hasil belajar bahasa Indonesia siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari pada siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada kelas VII MTs Negeri Biringkanaya Makassar tahun ajaran 2014/2015. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan tipe NHT pada pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas VII MTs Negeri Biringkanaya Makassar. Hal ini sejalan dengan pendapat Slavin (2008: 71) bahwa STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Begitu pula bagi

Pemberian kuis memberikan latihan kepada siswa secara berulang-ulang sehingga siswa akan lebih terbiasa dalam menghadapi soal-soal. Hal ini sesuai dengan sifat bahasa Indonesia yang membutuhkan latihan berulang- ulang agar siswa mendapatkan pemahaman konsep yang lebih mendalam dan mengetahui bentuk-bentuk soal yang beragam sehingga memudahkan siswa dalam menyelesaikan soal-soal di dalam tes. Di dalam kelas NHT, siswa juga dibiasakan menghadapi soal-soal melalui nomor yang dipanggil untuk mewakili kelompoknya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam dokumen PROGRAM PASCASARJANA (Halaman 127-143)

Dokumen terkait