BAB III PEMBAHASAN
A. Analisis Penerapan Teknik Modeling dalam Meningkatkan Minat
76 BAB III
77
melalui live model masing-masing guru dalam menyampaikan materi yang disesuaikan dengan sasaran kelas yang sudah ditentukan.
Sebagaimana penokohan nyata (Live model) seperti : Konselor, atau guru yang dikaguminya. Yang perlu diperhatikan dalam menggunakan teknik modeling nyata adalah menekankan pada siswa bahwa ia dapat pengadaptasikan perilaku yang ditampilkan oleh model sesuai dengan gayanya sendiri. Dan dalam teknik ini juga model harus menekankan bagian- bagian penting dari perilaku yang ditampilkan agar tujuan yang dicapai dapat tercapai dengan baik.81
Sesuai fakta yang terjadi dilapangan bahwa Ustadz maupun Utadzah telah memberikan bimbingan kepada santri dengan membagi santri kedalam kelompok yang sesuai dengan tingkat kemampuannya dan memberikan santri berupa nasehat, penedekatan individu, penghargaan, motivasi, dan pujian kapada santri yang baik secara prestasi menghafal maupun kurang dalam minatnya. Dalam pemberian hukuman kepada santri yakni berupa hukuman yang dapat meningkatkan keaktifan dan kreatifitas santri dalam belajar seperti memberikan tugas hafalan secara lebih kepada santri.
Dengan begitu, maka Ustadz maupun Ustadzah yang mengajar dapat memahami perbedaan masing-masing anak. Sebagai contohnya, anak yang kurang lancar dalam membaca Al-Qur‟an diberikan materi yang tidak terlalu
81 Gantina Komalasari, dkk, Teori dan Teknik Konseling., hlm. 177.
78
banyak. Berbeda dengan anak yang telah lancar Al-Qur‟an, maka anak tersebut diberi materi yang lebih sesuai dengan kapasitasnya.
2. Murojaah hafalan sesuai dengan kartu tugas hafalan santri
Ustadz maupun ustadzah telah memberikan modeling berupa arahan dan bimbingan berupa pemberian kartu tugas hafalan yang sudah direncanakan secara matang target hafalan yang harus dicapai oleh santri tingkat Iqro‟ maupun Al-Qur‟an, yang dimana untuk tingkat Iqro‟ ditargetkan surat-surat pendek dan untuk tingkat Al-Qur‟an ditargetkan surat-surat yang panjang. Dengan adanya kartu tugas tersebut bisa mengontrol target pencapaian yang dicapai oleh masing-masing santri untuk berlomba-lomba dalam membaca Al-Qur‟an. dalam sistem penyetoran hafalan dilakukan dengan bergiliran dengan menggunakan mikrofon sehingga santri yang lain bisa mendengar, meniru, dan mengahafalnya kembali.
Ternyata dengan adanya metode tersebut dapat meningkatkan minat santri dalam membaca Al-Qur‟an dan dapat meningkatkan kemampuan santri dalam menghafal. Kemampuan santri yang dulunya hanya standar rata-rata dengan adanya bimbingan, motivasi, pemebrian tugas dan hukuman dari para ustadz dan ustadzah membuat semangat dan minat santri menjadi lebih baik.
Data tersebut bisa dilihat dari hasil dokumentasi kartu tugas hafalan santri setiap hari meningkat.
Dalam meningkatkan minat santri dalam membaca Al-Qur‟an di TPQ Bany Karim, tentunya ada beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam
79
mencapai pelaksanaanya tersebut. Faktor pendukung yakni segala sesuatu yang mendukung guru pada setiap proses pembelajaran berlangsung.
Sedangkan faktor penghambat adalah segala sesuatu yang menghambat berjalanya upaya guru dalam meningkatkan minat santri membaca Al-Qur‟an.
Minat merupakan suatu kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang, aktifitas atau situasi yang menjadi objek dari minat tersebut dengan disertai perasaan senang.82 Minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap kejurusan sesuatu hal yang berharga bagi seseorang. Sesuatu yang berharga bagi seseorang adalah yang sesuai dengan kebutuhannya.83
Hal tersebut sesuai dengan fakta yang ada dilapangan bahwa, faktor pendukung yang terjadi di TPQ Bany Karim yakni antusias minat santri yang sangat bersemangat mengaji sehingga dari guru merasa ikut semangat dalam mengajar. Apabila sudah ada minat untuk membaca Al-Qur‟an dari santri maka akan lebih mudah guru meningkatkan kualitas belajar santri seperti memberikan tugas hafalan, mengontrol hafalan santri dan membuat program yang bisa terus menerus meningkatkan perkembangan santri karena adanya timbal balik antara guru dan santri sehingga apa yang menjadi target akan mudah dicapai.
82 Abdur Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam.., hlm. 263.
83 Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran.., hlm. 133.
80
Selain itu yang menjadi faktor pendukung dalam meningkatkan minat santri adalah sarana dan prasarana karena sangat penting dan berguna untuk menunjang, mencukupi serta mempermudah guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar di TPQ Bany Karim.
Adapaun faktor penghamabat dalam meningkatkan minat santri membaca Al-Qur‟an di TPQ Bany karim yakni:
a. Adanya santri yang belum mampu membaca Al-Qur‟an dengan baik. Hal ini memang tidak dapat dipungkiri dalam sebuah lembaga manapun meskipun berbasis Islam tidak serta merta seluruh santri dapat membaca atau menghafal dengan baik. Namun secara keseluruhan santri dapat membaca Al-Qur‟an dengan baik hanya saja ada beberapa santri yang minatnya masih kurang karena masih kesusahan dalam membaca Al- Qur‟an. Tentu, menjadi tantangan bagi guru di sana untuk lebih memperkuat metode yang diterapkan dengan memberikan pendektan terhadap santri secara mendalam melalu bimbingan secara individu sehingga santri tidak merasa dikucilkan dengan teman-temannya yang lain.
b. Santri sulit diatur saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hal ini tentu tidak mudah bagi tenaga pengajar di TPQ Bany karim karena disana kuantitas santrinya yang cukup banyak membuat ustadz dan ustadzah menghadapi kesulitan dalam mengatur santri yang sedang belajar. Dan rata-rata santri yang belajar disana masih tingkat PAUD/TK dan SD dan
81
untuk mengatasi hal tersebut ustadz dan ustadzah disana mengelompokan santri dengan menggunakan kelas-kelas yang sesuai dengan tingkat umur dan kemampuan dalam membaca Al-Qur‟an dan ini akan mempermudah tenaga pengajar dalam penyampaian materi menggunakan metode bernyanyi sambil bermain dengan tujuan santri tidak cepat jenuh dalam belajar.
c. Adanya rasa malas dari dalam diri santri. Rasa malas ketika belajar pasti akan muncul dari diri siapapu termasuk santri-santri yang ada di TPQ Bany Karim. Sebab, ketika belajar santri akan menemukan berbagai macam problematika yang akhirnya problem-problem yang dihadapi oleh santri dapat menimbulkan rasa malas, sehingga rasa malas dari santri akan menjadi problem atau masalah bagi ustadz maupun ustadzah yang mengajar.
3. Bekerjasama dengan orang tua santri dalam meningkatkankan minat santri Jika dilihat secara keseluruhan, kondisi minat santri TPQ Bany Karim Langko tidak begitu baik sehingga hal ini menyebabkan proses belajar mengajar teradang terhambat atau tidak sepenuhnya kondusif. Oleh sebab itu, perlu adanya upaya-upaya yang cukup yang dilakukan ustadaz maupun ustadzah sehingga proses belajar mengajar Al-Qur‟an tidak lagi dianggap hal yang kecil. Perlu adanya semacam dorongan dan motivasi yang kuat dari guru maupun orang tua santri untuk menunjang keberhasilan yang menjadi harapan
82
bersama baik dari pihak guru, orang tua serta santri yang bersangkutan tersebut.
Anak cenderung meniru orang tuanya yang hangat dan terbuka. Gadis lebih sering mengimitasi ibunya.84 Sebagai seorang pendidik, maka tentu saja guru mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mencontohkan, membimbing dan mengarahkan santri dalam belajar, terlebih sebagai orang tua tentu lebih berperan penting dalam belajar anaknya seperti belajar agama dan memperhatikan minat anaknya dalam membaca Al-Qur‟an. Sebab, minat merupakan merupakan suatu kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang, aktifitas atau situasi yang menjadi objek dari minat tersebut dengan disertai perasaan senang.85
Maka dari itu, sebagai seorang pendidik sudah sepantasnya menjadi modeling untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya agar para santri dalam membaca Al-Qur‟an selalu mempunyai arahan yang tepat. Untuk dapat meningkatkan minat santri dalam membaca Al-Qur‟an, maka guru harus menempuh berbagai upaya.
Upaya yang diterapkan di TPQ Bany Karim yakni dengan menggunakan teknik modeling dengan memberikan model secara langsung dari guru tersebut dengan objek santri secara langsung (live model). Teknik
84 Ganita Komalasari, dkk, Teori dan Teknik Konseling., hlm. 177.
85 Abdur Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam.., hlm. 263.
83
modeling ini merupakan suatu metode belajar dari pengalaman atau peniruan melalui observasi atau penampilan tingkah laku orang lain.86
Dalam menerapkan teknik modeling, guru tidak hanya berperan menjadi inspirasi bagi santri, tetapi guru juga menjadi motivator untuk menjaga motivasi dan membangkitkan minat santri dalam membaca Al- Qur‟an melalui kegiatan-kegiatan yang bisa dicontoh baik oleh santri. Upaya tersebut dilakukan dengan membimbing dan mengarahkan langsung santri untuk proses kegiatan belajar mengajar yang sudah ditentukan oleh lembaga TPQ Bany Karim. Untuk kegiatan belajar mengajar dilakukan setiap hari pada waktu yang di ambil mulai jam 16.00-17.30 kecuali hari jum‟at diliburkan.
Konsep ini dilakukan dalam rangka memberikan penguatan kepada para santri untuk mengisi waktu sorenya dengan belajar. Karena sebagian besar di Desa langko, anak-anak mengisi waktu sorenya dengan bermain.
Dengan harapan adanya lembaga TPQ Bany Karim ini bisa menanamkan pemahaham karakter yang cinta dan suka terhadap Al-Qur‟an. sehingga tercipta generasi-generasi yang memiliki nilai-nilai akidah dan pembinaan melalui amal ibadah sehari-hari.
Pelaksanaan upaya ustadz dan ustadzah tidak lepas dari hambatan dan problematika yang dihadapi. Selain masalah yang ada dari guru sendiri, hambatan yang dihadapi guru tidak lepas dari santri itu sendiri juga. Ada beberapa santri yang belum sepenuhnya memperhatikan penjelasan guru dan
86 Kusno Effendi, Proses dan Keterampilan Konseling.., hlm. 224.
84
memperhatikan bacaan Al-Qur‟an nya. Maka disini guru memberikan model yang bisa mebangkitkan arah semangat santri seperti memberikan humor atau sejenis semangat yang bisa menghidupkan gairah santri dalam belajar.
Selain dengan beberapa santri yang masih belum meningkat minatnya dalam membaca Al-Qur‟an karena disebabkan rasa malas dalam diri santri yang berasal dari diri santri muapun dari luar. Hal ini memang tidak terjadi setiap hari pada diri santri. Namun ketika rasa malas datang maka akan sulit bagi santri untuk bisa mengikuti kegiatan belajar mengajar dan hal ini juga menjadi salah satu kendala ustadz ustadzah dalam membimbing dan menjelaskan pelajaran yang sedang berlangsung. Solusi yang dapat dilakukan guru untuk mencegah rasa malas tersebut yaitu dengang mengajak santri bermain sambil bernyanyi dengan topik yang tidak keluar dari pelajaran yang terkait sehingga suasana pembelajaran menjadi senang dan nyaman dan santripun bersemangat kembali untuk belajar.
Berdasarkan hal tersebut bisa diambil sebuah gambaran proses penerapan teknik modeling ini yang di lakukan di TPQ Bany Karim Langko dalam sebuah tabel sebagai berikut:
Tabel 3.1 Proses Penerapan Modeling
Atensi Retensi Produksi Motivasi
Live model dan symbolic model dari guru dan santri
85 Keterangan:
- Atensi: Proses penerapan yang dilakukan pada pertemuan pertama ini, seorang guru awal mulanya melakukan pendekatan kepada para santri yang bertujuan untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan santri dan dilanjut ke tahap pengenalan nama serta meminta para santri untuk melafalkan huruf hijaiyah, dengan tujuan santri bisa dipisah sesuai dengan kelasnya masing-masing.
- Retensi: Pada tahap ini, gur mulai memberikan model yang tepat kepada santri. Salah satu santri yang sudah lancar membaca Al-Qur‟an diminta untuk mengaji di depan teman-temannya sebagai model pemberi semangat mengaji kepada santri yang lain.
- Produksi: Pada tahap ini, guru menerapkan pemberian representasi yakni upaya untuk memproduksikan tindakan model kepada santri melalui cerita tentang edukasi fadilah atau hikmah dalam membaca Al-Qur‟an seperti tentang mukjizat Al-Qur‟an, menonoton film animasi yang berjudul Aku Islam Aku Cinta Al-Qur‟an dll.
- Motivasi: Pada tahap ini, pemberian motivasi kepada para santri agar lebih rajin belajar Al-Qur‟an, dan mulai menumbuhkan cinta Al-Qur‟an.
Selain belajar melafalkan huruf sesuai makhorijul hurufnya, guru juga mengajarkan bagaimana membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar tidak lupa dengan tajwid atau hukum bacaannya.
86
B. Analisis Hasil Penerapan Teknik Modeling dalam Meningkatkan Minat