• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Peroses Penerapan Teknik SEFT dan Terapi Puasa

BAB III PEMBAHASAN

A. Analisis Peroses Penerapan Teknik SEFT dan Terapi Puasa

Santri.

a. Penerapan teknik SEFT dan terapi Puasa

Dalam peroses penerapan teknik Spiritual Emosional Freedom Technique (SEFT) merupakan suatu terapi Psikologi yang pertama kali ditujukan untuk melengkapi alat psikoterapi yang sudah ada. SEFT adalah salah satu varian dari cabang ilmu baru yang dinamai Energy Psychology.

Selain itu, SEFT adalah gabungan antara Spiritual Power dan Energy Psychology menurut Zainuddin. Peneliti menyim- pulkan bahwa semua peroses penerapan teknik SEFT sudah sesuai tahap penerappannya beradasarkan buku panduan.

oleh Sefter atau Bimbingan Konseling MA NW Putra Nar- mada, berdasarkan Wawancara yang dilakukan secara tatap muka dengan informan dan melalui Observasi partisipan maupun non partisipan yang kemudian data temuan tersebut disajikan dalam bentuk kutipan hasil wawancara dan data temuan. berdasarkan data temuan di lapangan dapat di disimpulkan peroses penerapan Teknik SEFT. Dalam upaya penerapan Teknik SEFT diperaktikan oleh Staf Pengasuhan santri, yang dimana peroses penerapan tehnik tersebut sudah sesuai dengan langkah-langkah penerapan yang ada di dalam buku panduannya, hal tersebut dapat di lihat berdasarkan kutipan hasil wawancara dengan Staf Pengasuhan santri atau Pembimbing Lapangan sebagai berikut: Cara kami me- nangani santri perokok yang sudah sering kali melanggar disiplin, khususnya merokok kalau hukumannya sendiri yang kita terapkan pertama kita gundul atau botak anak tersebut jika ketahuan merokok, kemudian di peroses data-datanya

oleh bagian keamanan pusat. Dan kalau tehnik SEFT ini saya peribadi sudah menerapkan tehnik tersebut di beberapa santri kita. Namun yang datang dan kita terapi pada waktu itu cu- man yang ikhlas mau berhenti merokok saja. Dengan hara- pan kedepan nanti teman-teman pengajar juga bisa ikut memperaktekannya pada santri yang lain. untuk cara atau pengaplikasiannya hampir sama seperti panduan yang ada, cuman kita memberikan gerakan Tun in , Set Up dan tapping versi pendek saja, atau dengan menotok beberapa bagian- bagian inti saja, seperti bagian ubun di kepala, terus bagian diatas alis mata terus di bagian bawah atau pelopak mata, terus di bagian bawah hidung dan di dagu, seperti itu yang terapkan. Karena pada dasarnya perilaku tersebut tumbuh karna keinginan dari diri kita masing-masing, jadi saya rasa caranya berhenti dan perbanyak muhasabah diri saja.”

Berdasarkan pernyataan di atas dan berdasarkan data temuan di lapangan terkait tahap penerapan Teknik SEFT dan Terapi Puasa untuk mengurangi kebiasaan merokok pada santri Kelas XIII MA NW Putra Narmada sudah sesuai dan jelas di terapkan berdasarkan tahapan yang berlaku dan ber- dasarkan kebijakan Pimpinan Pondok Pesantren.

Kunci sukses dari metode penerapan Tehnik Spritual Emotional Freedom Tehnique (SEFT) di dalam Pondok Pe- santren ialah dengan ketukan ke 18 titik meridian tubuh dengan menggunakan dua jari. kemudian dalam perakteknya dibagi menjadi tiga tahap:

1. The Set-Up

Dalam upaya penerapan terapi SEFT langkah yang pertama kali di terapkan oleh Guru Bimbingan Konseling adalah langkah The Set Up yang dimana langkah The Set Up merupakan langkah awal yang dilakukan untuk menetralisir “Psychological Rever- sal” atau yang sering disebut dengan perlawanan

psikologis. Psychological Reversal berupa pikiran negative atau keyakinan bawah sadar negative. ber- dasarkan penerapannya teknik yang di terapkan oleh Guru Bimbingan Konseling adalah seperti melakukan relaksasi kepada konseli M dan F, yang dimana ber- tujuan untuk memberikan efek kenyamanan dan ener- gy positif mengalir dalam tubuh Konseli M dan F.

Kemudian tujuan dari tahap ini yaitu untuk memasti- kan agar aliran energi tubuh kita terarahkan dengan tepat. Dapat disimpulkan pada penerapan langkah pertama tersebut sudah sesuai penerapannya akan tetapi cuman berbeda sebutan dan tekniknya saja. Da- lam penerapannya peneliti merasa Tahap ini dil- akukan dengan dua cara bersamaan yaitu :

a) Pertama dengan menekan dada Konseli M dan F sambil memutar berlawanan arah jarum jam, te- patnya dibagian “sore spot”( titik nyeri). Dalam tahap tersebut gejala yang di tampakkan oleh Konseli M dan F adalah gejala kesakitan ketika dilakukan tekanan oleh Guru Bimbingan Konsel- ing karena berdasarkan panduan sebelumnya orang yang merokok pasti akan merasakan rasa sakit di bagian dadanya.

b) Pada penerapan langkah kedua Guru Bimbingan Konseling mulai menekan titik nyeri searah jarum jam yaitu di bagian dada dilakukan ber- samaan dengan set up word, yaitu kalimat yang perlu diucapkan dengan penuh perasaan untuk menetralisir Psichological Reversal. Kemudian dalam hal ini Konseli M dan F mengikrarkan keinginan meraka untuk mengurangi kebiasaan merokoknya. Struktur dari kalimat set up dalam pelaksaan The Set Up Guru Bimbingan Konsel-

ing mengarahkan Konseli M dan F untuk tidak mengulanginya lagi dan berdasarkan kalimat the Set Up word sambil Guru Bimbingan Konseling menekan area bawah dada Konseli M dan Kon- seli F untuk mengarahkan energy tubuh secara tepat, kemudian Sefter memberikan arahan atau set up word kepada Konseli M dan F untuk benar-benar meresapi kalimat iklas untuk mengu- rangi kebiasaan merokok pada diri masing- masing. Hal tersebut dapat di buktikan dengan hasil wawancara sebelumnya.

2. Tune-in

Tahap kedua dilakukan dengan cara memba- yangkan kondisi yang dapat membangkitkan emosi negative. dan di combinasikan dengan terapi Puasa dalam penerapan langkah kedua ini Konseli M yang dalam keadaan berpuasa meunjukan respon dimana ketika Sefter memberikan arahan kepada Konseli M Konseli mulai membayangkan energy negative yang ada dalam tubuhnya kemudian efek yang dirasakan Konseli M seperti mulai sadar bahwa selama ini apa yang dia perbuat salah karena lebih banyak efek nega- tive dari pada positifnya. Kemudian tahap Tun In ini di combinasikan dengan terapi Puasa menurut pengakuan Konseli M mersakan gejala fisik yang melemas kemudian nafsu untuk merokok hapir tidak ada sama sekali. Kemudian menurut analisa efek yang di timbulkan dari Konseli M dan sesuai efek yang di timbulkan oleh kebanyakan orang yang sudah pernah melakukan terapi Spritual Emotional Freedome Tehnicque (SEFT). Sehingga dapat di simpulkan bahwa peroses penerapan Tune In dan di gabungkan dengan terapi Puasa sangat lah sesuai dengan yang di

harapkan. Tahap Tun In dan terapi Puasa tersebut memiliki peroses penerapannya secara bersaman seperti penerapan teknik SEFT dan terapi Puasa pada umumnya. Akan tetapi terapi tahap Tun In dan terapi Puasa ini memiliki tujuan dan efek yang luar biasa dalam peroses penerapannya. Dalam peroses penera- pannya Guru Bimbingan Konseling dan Ubudiyah selalu menekankan kepada Konseli M dan F untuk meniatkan tahap Tun In dan terapi Puasa ini dengan niat ibadah kepada Allah SWT. Sehingga disamping santri tersebut di terapi mereka juga dapat pahala ber- lipat ganda. Namun pada dasarnya Guru atau Ustad hanya ingin memberikan bantuan, efek jera dan men- gobati santri tersebut melalui teknik SEFT dan terapi Puasa ini.kemudian niat awal para tenaga pendidik MA NW Putra Narmada hanya niat membantu melaksanakan tugas santri yang sudah terlanjur terbi- asa merokok melalui penerapan tahap Tun In dan ter- api Puasa ini. Berdasarkan wawancara sebelumnya bahwa puasa itu ibadah kepada Allah SWT. Bukan merupakan hukuman semata mata kepada santri kita.

dan di dalam Pondok Pesantren terdapat beberapa ba- gian, salah satunya bagian Ubudiyah atau bagian iba- dah santri sehari hari di dalam pondok. Jadi kalau un- tuk santri yang berpuasa di berikan izin tidur di Mas- jid atau di Depan Rayon agar nanti ketika waktu sa- hurnya dapat di bangunkan Bagian Taklim atau Mudabirnya, dan Alhamdulillah ketika di terapkan tahap Tun In dan terapi Puasa tersebut santri dapat di obati oleh para tenaga Pendidik kemudian mendapat- kan efek jera minimal tidak mengulanginya lagi.

Berdasarkan Pakar tafsir Al-Qur‟an Prof Quraish Sihab mengatakan, Puasa seharusnya be-

rakhir dengan tercerminnya semua semua sifat Allah SWT. Kecuali sifat Ketuhanan-Nya dalam Keperi- badiaannya seseorang karena berpuasa adalah upaya meneladani sifat-sifat Tuhan sesuai dengan kemam- puan Manusia sebagai Makhluk. Dari pendapat pakar Al-Qur‟an tersebut seharusnya penerapan Terapi Pua- sa itu bukan di dasari atas keterpaksaan karena meras dihukum pada diri santri tersebut, akan tetapi pada tahap Tun In dan terapi Puasa ini di harapkan dapat meningkatkan ketakwaan dan rasa takut kita kepada Tuhan dan di dasari oleh sifat keiklasan. Sehingga dapat di simpulkan bahwa untuk menghilangkan ke- biasaan merokok harus di dasari atas tekad yang kuat dari dalam diri sendiri. dikarenakan banyaknya rintangan yang harus di hadapi oleh santri tersebut misalkan : tergoda oleh teman-teman sebaya mereka, kemudian dari dalam diri santri tersebut.

Menurut analisa peroses penerapa, nya peroses terapi di bagi menjadi beberapa tahap sebagai berikut :

a) Pada peroses pertama santri dibangunkan makan sahur kemudian santri tersebut di arahkan untuk melakukan tahap Tun In yang dimana tahap Tun In ini di harapkan mampu mengurangi kebiasaan merokok pada santri yang terbiasa merokok dan memberikan hasil yang efektif. Kemudian berdasarkan analisis berdasarkan pembahasan sebelumnya ketika emosi negative tersebut muncul dalam hati dan mulut Konseli M mulai mengatakan “Ya Allah saya Iklas saya pasrah.” dalam langkah Tun In dan terapi Puasa tersebut Guru Bimbingan Kon- seling menegaskan Konseli M dan F yang pada

dasarnya peroses penerapannya sama dan sudah sesuai dengan buku panduan dan data temuan sebelumnya.

b) Pada waktu Sore menjelang berbuka Puasa Konseli M dan F di wajibkan membaca Al- Qur‟an di depan kamar Staf Pengasuhan Santri sebagai upaya Absensi bahwa santri tersebut menjalankan hukumannya dengan baik dan su- ka rela. Dimana peneliti tekankan lagi bahwa kunci kesuksesan penerapan terapi tersebut di dasari atas keinginan yang iklas dan pasrah un- tuk mengurangi kebiasaan buruk tersebut. Da- lam peroses penerapnya yang diamana pada tahap langkah kedua ini mengajarkan santri yang memiliki kebiasaan merokok untuk ikhlas dan pasrah berhenti merokok dan semua yang di ucapkan harus atas izin Allah SWT. Hal terse- but juga sudah disampaikan berdasarkan kutipan wawancara sebelumnya.

Berdasarkan analisis teori dalam adab berlaku Puasa, maka dengan berpuasa segala tindakan dan ucapannya akan jauh dari segala bentuk kemaksiatan.

Orang yang berniat secara sungguh-sungguh mencari ridha Allah SWT. Dalam berpuasa, akan senantiasa menjaga lidahnya dari segala ucapan atau perkataan kotor. Demikian juga orang yang berpuasa akan sela- lu menjaga perbuatan dan tindakannya dari segala bentuk kedzaliman, kecurangan, dan segala kemak- siatan.

Berdasarkan kutipan teori diatas peneliti me- nyimpulkan bahwa sanya selama peroses penerapan Tun In dan terapi Puasa pada santri. Sesuai dengan penerapan tahap Tun In dan terapi Puasa pada Kon-

seli M dan F dimana selama peroses penerapannya Staf Pengasuhan selalu berpesan supaya berpuasa itu niatnya tetap karena Allah SWT. Dan jangan sampai terapi Puasa ini di niatkan atas dasar hukuman. ber- dasarkan hasil wawancara sebelumnya, Konseli M menyatakan bahwa dirinya mendapatkan ketenangan batin, kemudian Konseli M dan F bisa mentut ilmu berdasarkan niat mereka ketika sebelum masuk Pon- dok Pesantren. Kemudia dalam teori adab berlaku Puasa ini sendiri di buktikan berdasarkan pengakuan Konseli M dan F yang dimana orang yang berpuasa akan senantiasa menjauhi dirinya dari perbuatan mak- siat. Dari kutipan tersebut dapat di simpulkan bahwa terapi tersebut berhasil memberikan efek berhentinya merokok di karenakan keinginan dari Konseli mau- pun atas ridonya Allah SWT. Dan dapat di pertegas kembali bahwa penerapan terapi Puasa pada santri yang memiliki kebiasaan merokok sangatlah efektif mengurangi maupun menghilangkan kebiasaan mero- kok pada santri kelas XII MA NW Putra Narmada ka- rena kegiatan dan peroses penerapan terapi tersebut selalu di pantau oleh bagian Taklim.

3. The Tapping

Didalam penerapannya di Pondok Pesantren Staf Pengasuhan sendiri menggunakan langkah tapping versi singkat saja. Di karenakan situasi dan waktu yang terbatas selama peroses penerapan teknik SEFT pada santri yang memiliki kebiasaan merokok. Teknik tersebut dapat di lihat berdasarkan penerapan pada titik-titik tertentu se- bagai berikut:

a) Bagian atas kepala, b) Titik permulaan alis mata, c) Diatas tulang disamping mata, d) Jarak 2 cm di bawah kelopak mata,

e) Tepat di bawah hidung,

f) Antara dagu dan bagian bawah bibir, g) Ujung tempat bertemunya tulang dada, h) Bawah ketiak,

i) Perbatasan antara tulang dada dan bagian bawah payudara,

j) Bagian dalam tangan yang berbatasan dengan telapak tangan.

Dari peroses tapping ini penerapannya sudah sangat sesuai dalam penerapannya di dalam Pondok Pesantren. Yang dimana Langkah inti dari terapi SEFT, ialah ketukan ringan dengan dua jari, dengan mengetuk ke delapan belas titik meridian yang biasa disebut dengan proses tapping. Dimana Teknik SEFT (Sepritual emosional Teraphy Tehnique) merupakan gabungan dari berbagai macam metode. Teknik SEFT (Sepritual emosional Teraphy Tehnique) tersebut dil- akukan dengan melakukan tapping pada 18 titik kunci di sepanjang 12 jalur energi tubuh. Berdasarkan teori yang di sampaikan Zainudin bahwa teknik SEFT ini merupakan beberapa gabungan metode yang dimana di lakukan dengan memberikan tapping kepada Kon- seli M dan F pada beberapa titik dengan mengunakan versi pendek yang di gabungkan berdasarkan 18 titik di dalam 12 jalur energy tubuh. Sehingga peneliti sendiri menyimpulkan bahwa Guru Bimbingan Kon- seling Ponpes Nurul Haramain menikuti panduan sebelumnya walaupun hanya menggunakan versi singkatnya saja. Akan tetapi hasil yang di tunjukan oleh Konseli M dan F itu tidak jauh berbeda.

d. Analisis Hasil Penerapan Teknik SEFT dan Terapi Puasa

Adapun Analisi hasil penerapan teknik SEFT ter- hadap santri perokok pada Kelas XII MA NW Putra Narmada setelah di lakukan penganganan sebgai berikut :

1. Pendapat Konseli M

Berdasarkan hasil kutipan wawancara sebe- lumnya ada beberapa perubahan yang signifikan yang di tunjukan oleh konseli M merasakan perubahan fisik dimana ketika merokok, lindahnya merasa san- gat pahit sehingga Konseli M ini berhenti merokok samapi dengan pertemuan berikutnya. Kemudian pe- rubahan fisik ketika Konseli M bernafas terasa lebih ringan. Tidak seperti dulu ketika bermain futsal fisik cepat kelelahan, kemudian nafas seperti sesak, batuk, tapi setelah terapi itu Alhamdulillah terasa ringan rasanya. Perubahan Psikis yang di rasakan oleh santri setelah di lakukan penanganan Konseli M me- rasa tenang. Kemudian uang belanja tidak sisa-sia un- tuk membeli rokok, menurut hasil wawancara sebe- lumnya Konseli M merasa tidak takut dengan Pengasuhan santri karena di curigai. Kemudian peru- bahan sosial yang di rasakan dulu Konseli M tidak dapat bergaul bersama teman-teman yang tidak mero- kok karena mereka tidak bisa menghirup asap rokok, kemudian efek setelah di terapi Konseli M bebas berteman, kemudian ustd tidak lagi curiga dengan Konseli M karena alasan Konseli M tersebut perokok.

Kemudian orang tua Konseli M merasa senang anak- nya bisa berhenti merokok.

Konseli M merasakan efek ketika puasa kema- rin pertama hari senin nafas terasa sedikit ringan wa- laupun lapar, tapi ketika mencoba merokok ketika berbuka Konseli M merasakan rasa pahit di lidah, kemudian muntah sehingga Konseli M berpikir ber-

henti untuk merokok. Kalau perubahan pisikis, Kon- seli M merasa hati sejuk, karena berpuasa sunah kemudian ketika Konseli M mengingat dirinya ber- puasa sehingga timbul keinginan untuk membaca Al- Qur‟an dikarenakan ingin memperbanyak pahala. Pe- rubahan sosial yang dirasakan setelah berpuasa, Alhamdulillah ketika teman Konseli M tahu mereka mendukung bahkan mereka ingin ikuti berpuasa dan teman Konseli M meminta di bangunkan untuk sa- hur. Kemudian perubahan sosial yang sama pengaruhnya di tunjukan oleh konseli F sama persis seperti konseli M

2. Pendapat Konseli F

Perubahan terhadap Psikis santri yang sudah di terapi dampaknya luar biasa memberikan efek jera terhadap santri tersebut sehingga mereka takut untuk mengulangi kebiasaan buruk tersebut, kemudian pe- rubahan sosial yang di raskan oleh Konseli F jauh ketika masih memiliki kebiasaan merokok yang di- mana teman sebayanya jarang ada yang mau bergaul di karenakan konseli F memiliki kebiasaan buruk, se- hingga tema sekelasnya merasa tidak nyaman bergau dengan perokok. Namun perubahan yang terlihat san- gat luar biasa, sesuai dengan kutipan wawancara sebelumnya perubahan yang dirasakan Konseli F, ketika berbicara dengan teman-temannya, dengan ad- ek kelasnya terasa lebih biasa karena tidak ada bau asap rokok seperti sebelumnya. Tidak seperti dulu, ada teman yang datang mengajak Konseli F merokok Konseli F memberitahukan kepada temannya bahwa dia sudah berhenti merokok. Sehingga temannya ma- lu mengajak Konseli F untuk merokok.

Pendapat Konseli F setelah di lakukannya pen- erapan terapi Puasa terkait tentang fisik setelah melakukan terapi Puasa tersebut. Konseli F mencoba satu batang rokok, kemudian ketika mencoba pertama Konseli F merasakan hal yang sama dengan Konseli M merasakan rasa pahit kemudian rasanya aneh dan berdasarkan wawancara sebelumnya Konseli F tidak bisa menghabiskan satu batang rokok seperti sebe- lumnya. Kemudian ketika bangun tidur nafas menjadi tidak bau asap seperti sebelum di terapkan terapi Pua- sa tersebut.

3. Follow UP

Pada hasil akhir penelitian ini, untuk mendapat- kan data yang valid peneliti melakukan Follow up un- tuk memastikan perkembangan Konseli M dan Kon- seli F bahwa mereka benar-benar menerapkan terapi secara mandiri hingga mereka mampu untuk berhenti merokok selamanya, selama masih di dalam ruang lingkup Pondok Pesantren kemudian alangkah baiknya efek penerapan Teknik Spritual Emotional Freedome Tehnique (SEFT) dan Terapi Puasa untuk mengurangi kebiasaan merokok pada santri ini tetap terasa hingga Konseli M dan Konseli F melanjutkan pendidikan mereka di luar. Sehingga peneliti sendiri bekerja sama dengan pihak Pengasuhan dan bagian Taklim Organisasi Santri Nurul Haramain untuk memantau perkembangan spiritual dari santri konseli M dan konseli F selama di ruang lingkup Pondok.

B. Kendala Penerapan Teknik SEFT dan Terapi Puasa Pa-

Dokumen terkait