• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

C. Bermain Puzzle

1. Pengertian Bermain Puzzle

Masa anak merupakan masa yang sangat penting bagi perkembangan atau pertumbuhan otak anak. Untuk itu para orangtua harus dapat membantu merangsang perkembangan otak anak dengan memberikan pembelajaran melalui cara yang menyenangkan dan tidak

25Ibid., hlm. 42.

membosankan. Salah satunya dengan bermain puzzle. Dinas pendidikan berpendapat bermain puzzle merupakan kegiatan bongkar dan menyusun kembali kepingan puzzle menjadi bentuk utuh. Posisi awal puzzle yang dalam keadaan acak-acakan bahkan keluar dari tempatnya anak akan merasa bertantang untuk karena hal ini yang mendorong kelicahan tangan dan pikiran terwujud secara nyata.

Bermain juga menjadi prinsip pembelajaran karena bermain memiliki cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan anak usia dini. Menurut Soebachman bermain puzzle adalah permainan yang terdiri atas kepingan–kepingan dari satu gambar tertentu yang dapat melatih tingkat konsentrasi. Bermain puzzle, dapat dilakukan oleh anak- anak hingga anak belasan tahun, tetapi tentu saja tingkat kesulitannya harus disesuaikan dengan usia anak yang memainkannya. Bermain puzzle anak akan mencoba memecahkan masalah yaitu menyusun gambar.26

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa bermain puzzle adalah permainan bongkar pasang yang dapat menyusun kembali beberapa potongan-potongan puzzle dari satu gambar menjadi bentuk gambar utuh. Dengan mengajarkan anak dalam bermain sambil belajar dengan menggunakan media puzzle dapat meningkatkan kecerdasan logis matematik anak pada usia dini.

26Renia Patmawati, “ Hubungan Bermain Puzzle dengan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri pada Anak Usia 3-4 Tahun di TK Dharma Wanita Persatuan Sukarame Bandar Lampung, (Skripsi, FTK Universitas Lampung, 2016), hlm. 36-37.

2. Manfaat Bermain Puzzle

Bermain dapat menumbuhkan rasa percaya diri anak. Bermain puzzle memberikan tantangan tersendiri bagi anak-anak disaat anak merasa bingung. Semangat yang diperoleh anak saat bermain sangat bermanfaat karena akan menumbuh rasa percaya diri dan mampu menyusun kepingan- kepingan puzzle hingga selesai.

Manfaat bermain puzzle pada anak adalah sebagai berikut:

a. Mengasah otak. Dengan bermain puzzle, kecerdasan otak anak akan terlatih karena permainan ini melatih sel-sel otak untuk memecahkan masalah

b. Melatih koordinasi mata dan tangan. Bermain puzzle malatih koordinasi tangan dan mata anak. Hal ini dikarenakan anak harus mencocokan keeping-keping puzzle dan menyusunya menjadi satu gambar utuh

c. Melatih membaca. Membantu mengenal bentuk dan langkah penting menuju pengembangan keterampilan membaca.

d. Malatih nalar. Bermain puzzle dalam bentuk manusia akan melatih nalar anak-anak karena anak-anak akan menyimpulkan dimana letak kepala, tangan, kaki dan lain-lain sesuai dengan logika

e. Melatih kesabaran. Dengan bermain puzzle, kesabarab akan telatih karena saat bermain puzzle dibutuhkan kesabaran dalam menyelesaikan masalah

f. Pengetahuan. Dengan belajar bermain puzzle, anak-anak akan mengenal warna dan bentuk. Anak juga akan belajar konsep dasar binatang, alam sekitar, jenis-jenis benda, anatomi tubuh manusia dan lain-lain.27

Berdasarkan pendapat diatas dapat dikemukakan bahwa manfaat bermain puzzle bagi anak sangat baik karena dapat melatih motorik halus pada anak dan mampu mengasah otak anak juga mampu dalam berhitung, melatih membaca dan mengenal bentuk yang ada di puzzle, melatih kesabaran anak, melatih nalar dalam memecahkan suatu masalah dalam bermain media puzzle.

3. Tujuan Bermain Puzzle

Bermain pada anak harus dengan cara yang menarik dan memberikan pengetahuan yang dapat mengasah strategi anak. Bermain membuat anak belajar menjadi senang dan dengan belajar malalui bermain anak dapat menguasai pelajaran yang lebih menantang. Tujuan bermain puzzle menurut Sunarti yaitu:

a. Mengenalkan anak beberapa strategi sederhana dalam menyelesaikan masalah

b. Melatih kecepatan, kecermatan, dan ketelitian dalam menyelesaiakan masalah

c. Menanamkan sikap pantang menyerah dalam mengahadapi masalah.28

27Ismail Kusmadi, Membongkar Kecerdasan Anak ( Mendeteksi Bakat dan Petensi Anak Sejak Dini), ( Jakarta: PT. Buku Kita, 2011), hlm. 97-98.

28Renia Patmawati, “ Hubungan Bermain Puzzle dengan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri pada Anak Usia 3-4 Tahun di TK Dharma Wanita Persatuan Sukarame Bandar Lampung, (Skripsi, FTK Universitas Lampung, 2016), hlm. 38-39.

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dalam bermain puzzle adalah mengajarkan anak agar tidak pantang menyerah, mau melakukan hal yang selalu bertantangan dan juga melatih kecepatan dan ketelitian dalam menyelsaikan masalah dalam bermain puzzle.

4. Cara Bermain Puzzle

Cara bermain puzzle pun tidak sulit. Biasanya anak-anak sudah langsung mengenali permainan ini dan langsung bisa memainkannya.

Adapun langkah-langkah dalam memainkan permainan puzzle yaitu sebagai berikut:

a. Lepaskan kepingan-kepingan puzzle dari papannya.

b. Acak kepingan-kepingan puzzle tersebut.

c. Mintalah anak memasangnya kembali kepingan-kepingan puzzle

d. Berikan tantangan pada anak untuk melakukannya kembali kepingan dengan cepat, menggunakan hitungan angka 1-10 atau stopwatch.29

Menurut Fauziddin cara bermain puzzle yaitu anak dikelompokkan dahulu. Setiap kelompok terdiri dari 4-6 anak. Guru menyiapkan kertas sejumlah kelompok yang bertuliskan kalimat syahadat atau gambar binatang, buah-buahan dengan ukuran yang besarnya kurang lebih 15 cm x 30 cm, kemudian dipotong-potong menjadi beberapa bagian, dengan pola- pola yang bervariasi. Kemudian guru memanggil beberapa anak mewakili

29Ismail Kusmadi, Membongkar Kecerdasan Anak ( Mendeteksi Bakat dan Petensi Anak Sejak Dini), ( Jakarta: PT. Buku Kita, 2011), hlm. 97.

kelompoknya untuk bermain. Anak yang dipanggil diberikan tugas untuk menata potongan-potongan tulisan atau gambar sesuai dengan bentuk semulanya. Kelompok yang menang adalah kelompok yang paling cepat berhasil menyusun dan membacakan tulisannya kepada guru.30

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa cara bermain puzzle yaitu melepaskan potongan puzzle, setelah itu menyuruh anak untuk menyusun kembali potongan puzzle itu membentuk gambar yang semula, menyusun potongan-potongan puzzle menggunakan hitungan 1-10 dan membacakan kepada gurunya potongan puzzle tersebut berupa tulisan atau gambar kemudian itulah pemenangnya.

D. Karakteristik Perkembangan Anak Usia 4-5 Tahun

Anak usia dini (0-8) tahun adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Anak usia dini dikatakan sebagai golden age (usia emas) yaitu usia yang sangat berharga dibandingkan usia-usia selanjutnya. Usia tersebut merupakan fase kehidupan yang unik. Perkembangan anak usia 4-5 tahun, pada periode ini anak-anak menjadi lebih mandiri secara emosional, mengembangkan keterampilan untuk kesiapan sekolah, seperti: belajar untuk mengikuti instruksi, mengenal huruf dan menghabiskan banyak waktu dengan teman sebaya.31

30Renia Patmawati, “ Hubungan Bermain Puzzle dengan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri pada Anak Usia 3-4 Tahun di TK Dharma Wanita Persatuan Sukarame Bandar Lampung, (Skripsi, FTK Universitas Lampung, 2016), hlm. 40.

31John W Santrock, Psikologi Pendidikan, Alih Bahasa: Diana Angelica, (Jakarta:

Salemba Humanika, 2008), hlm. 36.

1. Karakteristik Umum Anak Usia Dini

Anak usia dini merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan perkembangan masa selanjutnya. Secara umum anak usia dini memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Unik. Artinya sifat anak itu berbeda satu sama lainnya.

b. Anak memiliki bawaan, minat, kapabilitas, dan latar belakang kehidupan masing-masing.

c. Egosentris. Anak lebih cenderung melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri.

d. Aktif dan Energik. Senang melakukan berbagai aktivitas.

e. Rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal f. Eksploratif dan berjiwa petualang

g. Spontan

h. Senang dengan kaya fantasi i. Masih mudah frustasi

j. Masih kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu k. Daya perhatian yang pendek

l. Bergairah untuk belajar dan banyak belajar dari pengalaman m. Semakin menunjukan minat terhadap teman.32

Berdasarkan karakteristik umum pada anak usia dini dikemukakan bahwa anak memiliki karakter pada dirinya dengan sangat unik, aktif, rasa ingin tahun yang kuat, senang melakukan tantangan dalam berbagai aktivitas yang anak lakukan. Anak yang memiliki karakter seperti dikemukakan diatas yaitu anak yang sangat aktif, dalam setiap kemampuan yang dia miliki dan sangat bereksplorasi disetiap aktivitasnya.

2. Karakteristik Perkembangan Anak Usia 4-5Tahun

Anak usia 4-5 tahun memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Berkaitan dengan perkembangan fisik, anak sangat aktif melakukan berbagai kegiatan

32Syamsu Yusuf L.N, Perkembangan Peserta Didik, ( Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011), hlm. 47-50.

b. Perkembangan bahasa juga sangat baik

c. Perkembangan kognitif ( daya pikir) sangat pesat, ditunjukan dengan rasa ingin tahu anak yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar

d. Bentuk permainan anak masih bersifat individu, bukan permainan sosial.33

Berdasarkan karakteristik perkembangan pada anak usia 4-5 tahun memiliki perkembangan sangat bagus, dilihat pada perkembangan fisik, bahasa, kognitif yang dimiliki anak, karena pada masa usia 4-5 tahun anak sangat aktif dalam melakukan suatu kegiatan mau melakukan kegiatan terhadap pada lingkungan sekitar akan tetapi anak yang rentang usia 4-5 tahun dalam permainan anak masih bersiat individu.

3. Tahapan Karakteristik Perkembangan Anak Usia 4-5 Tahun

Pada anak usia 4-5 tahun memiliki tahapan karakteristik sebagai berikut:

a. Karakteristik perkembangan agama dan moral 1. Menyanyi lagu-lagu bernuansa imtaq

2. Berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan sehari-hari dengan baik

3. Melakukan gerakan ibadah

4. Menyimak dan menceritakan kembali cerita bernuansa imtaq 5. Menyebut dan mengetahui sifat-sifat tuhan

6. Mengucapkan salam

7. Dapat mengenal kata-kata santun

33Elizabeth B Hurlock, Psikologi Perkembangan, Alih Bahasa: Dra. Istiwidayanti dan Drs. Soedjarwo., (Jakarta: Erlangga, 1994), hlm. 146.

b. Karakteristik perkembangan fisik-motorik 1. Berdiri dengan 1 kaki hingga 10 detik

2. Berjalan ke depan mengikuti garis dengan menggunakan tumit/jinjit sejauh 2 meter

3. Melompat kedepan 10 kali 4. Melompat mundur satu kali 5. Melempar bola sejauh tiga meter 6. Menirukan bentuk

7. Menggunting di luar bentuk-bentuk geometri c. Karakteristik perkembangan bahasa

1. Menggunakan kata sambung

2. Mendefenisikan kata-kata sederhana 3. Menanyakan arti dari berbagai kata

4. Menceritakan persamaan dan perbedaan suatu benda 5. Mengerti dan melaksanakan 3 perintah

6. Menyebutkan 13 benda yang ditunjuk d. Karateristik perkembangan kognitif

1. Memperoleh informasi tentang sesuatu yang nyata dala buku 2. Menceritakan kembali suatu cerita dalam ingatannya

3. Mencocokkan lebih dari 11 warna 4. Menyebutkan 11 warna yang ditunjuk 5. Menunjukan sekitar 13 benda yang diminta 6. Mencocokkan berbagai bentuk geometri 7. Menyebutkan berbagai bentuk geometri 8. Memahami konsep banyak/sedikit,/kecil/besar e. Karakteristik perkembangan sosial-emosinal

1. Bermain sedikitnya satu permainan diatas meja dengan pengawasan

2. Menunggu giliran dalam bermain tanpa pengawasan 3. Mempertunjukan seluruh secara sederhana

4. Tidak menganggu teman dengan sengaja 5. Memilih kegiatan sendiri

6. Emosi yang kuat

7. Menunjukan ekspresi wajah saat marah, sedih, takut 8. Menjadi pendengar dan pembicara yang baik.34

34 Dadan Suryana, Dasar-dasar Pendidikan TK, ( Jakarta: Universitas Terbuka, 2012), hlm. 1.29-1.30.

BAB III

METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas juga dapat diartikan suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, mengamati, dan merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya.

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas ( PTK).

Penelitian ini dilaksanakan di RA AL-FATH Mataram Jalan Merdeka Raya Perumahan Taman Flamboyan No 1 Karang Pule. Batu Ringgit Sekarbela Mataram.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2019/2020 di RA AL-FATH Mataram Jalan Merdeka Raya Perumahan Taman Flamboyan No. 1 Karang Pule. Batu Ringgit Sekarbela Mataram.

Penelitian ini dilaksanakan dua siklus. Siklus I dilakukan pada tanggal 5, 6, dan 7 September 2019. Siklus II dilakukan pada tanggal 9, 10 dan 11 September 2019.

25

B. Sasaran Penelitian

Sasaran tindakan penelitian ini adalah perubahan yang diinginkan dari subjek yang dikenakan tindakan, yaitu target yang diharapkan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Ada 3 sasaran dalam penelitian ini diantara lain sebagai berikut:

1. Guru

Pada penelitian tindakan kelas guru bertindak sebagai pengajar dan peneliti sebagai observer, dimana guru melakukan kegiatan untuk menstimulasi penguatan kecerdasan logis matematis anak dengan menggunakan permainan puzzle pada anak kelompok A usia 4-5 tahun.

2. Siswa

Pada penelitian ini sasaran utama adalah pada anak kelompok A usia 4-5 tahun dimana siswa akan melakukan kegiatan dengan menggunakan permainan puzzle untuk menstimulasi penguatan kecerdasan logis-matematis anak.

3. Proses

Pada penelitian ini, guru melakukan kegiatan proses pembelajaran yang berlangsung secara aktif, kreatif dan menyenangkan dengan menggunakan permainan puzzle untuk menstimulasi penguatan kecerdasan logis-matematis anak.

C. Desain PTK

Dalam Penelitian Tindakan Kelas dikembangkan menjadi empat tahap yakni: (1) tahap perencanaan (planning), (2) tahap pelaksanaan (acting), (3) tahap pengamatan (observing), dan tahap refleksi (reflecting). Adapun hubungan keempat tahap itu dipandang dalam satu siklus yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1

Siklus Penelitian Tindakan Kelas35

35Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014), hlm. 16.

Perencanaan

Siklus I Refleksi

Pelaksanaan

Pengamatan Pengamatan

Siklus II Perencanaan

Refleksi Pelaksanaan

Di lanjutkan ke siklus berikutnya

D. Rencana Tindakan

Rencana tindakan pada dasarnya merupakan keseluruhan pemikiran dan penentu yang matang tentang hal-hal yang dilakukan terhadap objek yang akan diteliti. Dimana penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas untuk mengetahui kemampuan kecerdasan logis-matematis anak dalam penerapan permainan puzzle anak usia 4-5 tahun di RA AL-FATH.

Adapun prosedur penelitian ini terdiri dari 2 siklus. Tiap siklusnya mempunyai materi yang sama, dari setiap siklus dilaksanakan 4 tahap, yaitu:

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan (Planning)

Pada tahap perencanaan peneliti menetukan fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat instrumen pengamatan untuk merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.36 Dalam tahap perencanaan kegiatan yang akan dilakukan peneliti sebagai berikut:

1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) pembelajaran bermain puzzle disesuaikan dengan tema yang sedang dibahas.

2. Menyiapkan media atau APE yang akan digunakan untuk memperlancar kegiatan pembelajaran.

36Ibid, hlm.75.

3. Menyusun lembar observasi aktivitas guru dan siswa untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas ketika metode suku kata diterapkan

4. Menyusun lembar observasi penilaian kemampuan permainan puzzle b. Tahap Pelaksanaan (Acting)

Pada tahap ini, rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran akan diterapkan. Rancangan tindakan tersebut tentu saja sebelumnya telah “dilatihkan” kepada pelaksanaan tindakan (guru) untuk dapat diterapkan didalam kelas sesuai skenarionya. Skenario dari tindakan harus dilaksanakan dengan baik dan tampak wajar.37 Pada tahap pelaksanaan, kegiatan yang akan dilakukan peneliti adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media puzzle untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar anak dalam menerapakan metode bermain puzzle angka dan puzzle geometri sesuai dengan kegiatan yang sudah direncanakan dalam RPPH.

c. Tahap Pengamatan (Observing)

Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.38 Pada tahap pengamatan ini guru sebagai pengajar dan peneliti bertindak sebagai observer. Pengamatan dilaksanakan bersamaan saat proses belajar berlangsung, dimana peneliti/observer akan mengamati kegiatan aktivitas guru dan siswa pada saat proses

37Ibid, hlm. 76.

38Ibid.., hlm. 78.

pembelajaran berlangsung dan tujuan untuk mengetahui keaktifan siswa dalam menggunakan media puzzle puzzle angka dan puzzle geometri”, dan observer akan mengisi lembar observasi sesuai dengan format yang sudah tersusun dalam lembar observasi.

d. Tahap Refleksi (Reflecting)

Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah dikumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya.39 Pada tahap ini, peneliti bersama guru yang bertindak sebagai observer mengadakan refleksi dan evaluasi. Berdasarkan hasil refleksi ini dapat dideskripsikan berbagai kekurangan dalam tahap pelaksanaan dan menganalisa penyebabnya untuk mencari solusi perbaikan tindakan yang akan diterapkan pada siklus berikutnya.

2. Siklus II

Siklus II dilaksanakan apabila pada siklus I dinilai belum berhasil mencapai ketuntasan belajar dan proses pembelajaran belum sesuai dengan apa yang diinginkan. Pada dasarnya langkah-langkah pelaksanaan yang dilakukan pada siklus II sama dengan pelaksanaan pada siklus I. perbedaan pada siklus II merupakan penyempurnaan pada siklus sebelumnya berdasarkan hasil refleksi.

39Ibid.., hlm. 80.

E. Jenis Instrumen dan Cara Penggunaannya

Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas. PTK merupakan kegiatan yang mengikutsertakan secara aktif peran guru dan siswa dalam berbagai tindakan. Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adapun data-data yang diambil dengan menggunakan instrumen penelitian sebagai berikut:

1. Pedoman Tes

Tes hasil belajar ialah tes yang dipergunakan untuk menilai hasil- hasil belajar dalam jangka waktu tertentu.40 Tes dilakukan untuk mengukur hasil belajar anak yakni mengukur kemampuan anak pada kecerdasan logis-matematis anak. Dengan menggunakan tes secara langsung guru mengetahui hasil belajar anak dengan menggunakan media puzzle angka dan puzzle geometri.

2. Pedoman Observasi

Observasi ialah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.41

Observasi dilakukan oleh peneliti adalah merekam data pada setiap kegiatan dengan menggunakan checklist pada semua aspek yang diteliti sehingga peneliti atau observer tinggal memberi tanda ada atau tidak ada dengan tanda cek (√) tentang aspek yang akan diobservasi.

40Ngalim Purwanto, Prinsip – Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran ( Bandung :PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 33.

41Ibid, hlm.149.

Peneliti melakukan observasi langsung dalam proses pembelajaran untuk mengetahui aktivitas guru, aktivitas siswa dan penilaian kemampuan bermain puzzle untuk melihat ketuntasan hasil belajar siswa dalam penerapan permainan puzzle sebagai stimulan penguatan kecerdasan logis- matematis anak usia 4-5 tahun di RA AL-FATH dan akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Lembar Observasi Aktivitas Guru

Lembar observasi aktivitas guru adalah instrumen yang memuat mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh guru pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan media puzzle dalam kegiatan penerapan permainan puzzle sebagai stimulan penguatan kecerdasan logis matematis-anak usia 4-5 tahun.

b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar observasi aktivitas siswa adalah instumen yang memuat tentang sejumlah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan media puzzle dalam kegiatan penerapan permainan puzzle sebagai stimulan penguatan kecerdasan logis matematis-anak usia 4-5 tahun.

c. Lembar Penilaian Kemampuan Bermain Puzzle

Lembar penilaian kemampuan bermain puzzle yakni instrument penilaian yang memuat sejumlah kegiatan yang akan dilaksanakan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan

media puzzle dalam penerapan permainan puzzle sebagai stimulan penguatan kecerdasan logis matematis-anak usia 4-5 tahun.

3. Pedoman Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti barang-barang tertulis. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah lalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seorang atau catatan harian, sejarah kehidupan, cerita, bografi, peraturan, kebijakan.42 Dokumentasi pada penelitian ini berupa foto selama proses pembelajaran berlangsung, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang digunakan peneliti selama proses pembelajaran untuk melihat perkembangan kegiatan proses belajar dengan menggunakan media puzzle

F. Pelaksanaan Tindakan

Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan menggunakan siklus dan masing-masing siklus terdiri dari kegiatan pembelajaran yang sama. Dalam tahap ini peneliti meminta kepada guru kelas untuk menyampaikan kegiatan kepada siswa dengan menggunakan metode permainan puzzle sesuai dengan RPPH yang dibuat. Kemudian peneliti mengamati kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan lembar observasi hingga proses kegiatan pembelajaran selesai. Tindakan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran dengan

42Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 240.

penerapan metode permainan puzzle. Berikut tahapan pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan oleh guru:

1. Persiapan

Sebelum melaksanakan kegiatan, guru terlebih dalulu menyiapkan RPPH, alat observasi yang telah disusun serta media/APE yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran seperti puzzle angka dan puzzle geometri yang akan digunakan dalam pembelajaran.

2. Kegiatan awal

a) Mengucapkan salam dan berdo’a sebelum kegiatan.

b) Melakukan ice breaking “tepuk semangat” sebelum melakukan kegiatan agar menambah gairah dan semangat anak dalam kegiatan, c) Menanyakan kabar dan menjelaskan tema pada hari itu.

3. Kegiatan inti

a) Guru mengenalkan media/APE puzzle angka dan puzzle geometri kepada anak.

b) Guru meminta anak mencari, menyebutkan dan mengurutkan angka 1- 10 pada puzzle.

c) Guru meminta anak menghitung jumlah gambar yang ada di puzzle d) Guru meminta anak untuk memasangkan/menghubungkan puzzle

angka sesuai dengan jumlah gambar

e) Guru meminta anak mengelompokkan benda sesuai dengan warna f) Guru meminta anak mengelompokkan benda sesuai dengan bentuk

geometri.

4. Kegiatan akhir

a) Guru melakukan recalling tentang kegiatan yang sudah dilaksanakan.

b) Guru menyampaikan kegiatan untuk hari berikutnya.

c) Guru menutup pembelajaran dilanjutkan dengan berdo’a sebelum pulang.

G. Cara Pengamatan (Monitoring)

Setelah melaksanakan tindakan, peneliti melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan instrumen yang telah disediakan berupa lembar tes, observasi maupun dokumentasi. Cara pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melihat bagaimana penerapan permainan puzzle sebagai stimulan penguatan kecerdasan logis- matematis anak usia 4-5 tahun selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan dalam bentuk lembar observasi.

H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan yaitu suatu ukuran tingkat pencapaian siswa dalam setiap indikator. Ada dua kategori ketuntasan belajar, yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar, peneliti menganggap bahwa penerapan permainan puzzle dengan menggunakan metode bermain puzzle dikatakan berhasil dalam meningkatkan kemampuan kecerdasan logis-matematis anak secara individual jika siswa

Dokumen terkait