• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cerita dari Masa Silam

Dalam dokumen Scanned book : Gerbang Nasib (Halaman 59-64)

BAGIAN KEDUA

"Saya tidak kenal dia, tapi saya pernah dengar cerita tentang dia. Waktu perang, tapi bukan perang yang terakhir.

Perang pertama waktu banyak balon zeppelin."

"Ya, saya ingat tentang balon-balon zeppelin," kata Tuppence.

"Tahun sembilan belas lima belas atau sembilan belas enam belas—di London."

"Saya ingat waktu pergi ke toko khusus tentara waktu itu dengan nenek saya. Lalu ada sirene tanda bahaya."

"Mereka sering datang malam-malam, kan? Pasti menakutkan."

"Sebetulnya tidak juga," kata Tuppence. "Orang-orang biasanya lalu ribut. Zeppelin tidak berbahaya seperti bom terbang dalam perang terakhir. Waktu itu rasanya kita selalu diikuti bom itu ke mana-mana."

"Terpaksa menginap di stasiun bawah tanah, ya? Saya punya teman di London. Dia biasa tidur di stasiun bawah tanah. Kalau tidak salah di Warren Street. Setiap orang biasanya memilih stasiun bawah tanah tertentu untuk mengungsi di.malam hari."

"Saya tidak ada di London waktu perang terakhir yang lalu," kata Tuppence. "Dan saya rasa saya tak akan senang bermalam di stasiun bawah tanah." .

"Tapi teman saya si Jenny itu, wah dia suka sekali.

Katanya menyenangkan. Katanya orang harus punya tempat tertentu, dan tempat itu akan selalu disisihkan untuknya. Dia membawa sandwich dan makanan, lalu bercakap-cakap dengan orang lain sepanjang malam. Kereta api datang dan pergi sampai pagi. Dia bilang, dia merasa sedih waktu perang selesai. Karena dia harus pulang dan di rumah keadaan terasa membosankan."

"Tahun sembilan belas empat belas kan tak ada bom udara. Hanya balon zeppelin," kata Tuppence.

Kelihatannya Gwenda tak tertarik pada balon zeppelin.

"Saya. tadi tanya tentang Mary Jordan," kata Tuppence.

"Beatrice cerita, Anda tahu banyak tentang dia."

"Sebenarnya tidak, saya hanya pernah mendengar namanya disebut-sebut satu dua kali. Tapi itu sudah lama sekali. Nenek saya bilang gadis itu berambut emas dan amat indah. Dia orang Jerman—salah seoiang Frowline-frowline itu— yang mengasuh anak-anak kecil—seperti perawat. Dia pernah bekerja pada sebuah keluarga Angkatan Laut. Saya rasa di Skotlandia. Setelah itu dia kemari, bekerja pada keluarga Park atau Perkin. Biasanya dia mendapat satu hari libur tiap minggu. Biasanya dia ke London kalau libur, sambil membawa sesuatu."

"Sesuatu itu apa?" tanya Tuppence.

"Saya tak tahu. Tak ada yang cerita. Barangkali sesuatu yang dia curi."

"Apa dia pernah kepergok mencuri?"

"Oh, tidak. Saya rasa mereka mulai mencurigainya. Tapi dia sakit dan meninggal sebelum ada bukti."

"Bagaimana meninggalnya? Dia meninggal di sini apa di rumah sakit?"

"Tidak. Saya rasa waktu itu tak ada rumah sakit.

Kesejahteraan belum diperhatikan waktu itu. Ada yang mengatakan karena suatu kesalahan yang dibuat oleh koki.

Dia membawa pulang daun foxglove yang dikiranya bayam—

atau selada? Oh, tidak. Saya rasa orang lain lagi. Ada yang mengatakan daun nightshade yang beracun. Tapi saya tak percaya, karena semua orang tahu nightshade itu kan sejenis tanaman berry. Ya—saya rasa daun foxglove itulah yang dibawa masuk dari kebun karena keliru. Foxglove adalah

Digoxo—eh, atau nama lain yang bunyinya Digit—yang bunyinya seperti jari tangan. Daun itu mematikan—beracun.

Dokter memang datang dan mencoba menolongnya. Tapi terlambat."

"Apa banyak orang di rumah waktu kejadian itu?"

"Oh, saya rasa banyak—ya, karena selalu ada orang

menginap di situ. Begitu ceritanya. Ada anak-anak, tamu-tamu yang berakhir pekan, dan perawat, dan guru privat. Dan serombongan orang lain. Tapi saya sendiri tidak melihat hal itu. Ini cuma cerita nenek saya. Juga Tuan Bodlicott tua itu.

Dia suka cerita ini-itu. Itu, tukang kebun tua yang suka bekerja di sana-sini. Dia dulu tukang kebun di sana. Dan orang-orang menyalahkan dia karena keliru membawa masuk daun beracun itu. Tapi sebenarnya bukan dia yang membawa daun itu. Ada seseorang yang ingin membantu memetik sayur di kebun, dan membawanya masuk serta memberikannya pada koki. Ya, bayam, selada, dan semacamnya kan hampir sama. Saya rasa orang itu tidak begitu tahu bedanya. Pada pemeriksaan dikatakan bahwa hal itu bisa saja terjadi karena bayam itu tumbuh di dekat digi—digit— apa sih. Saya rasa mereka melihat kedua macam daun itu, bahkan mengikatnya jadi satu. Tapi memang menyedihkan. Nenek bilang gadis itu cantik dan berambut emas."

"Dan gadis itu selalu ke London tiap minggu? Tentunya dia dapat hari libur?"

"Ya. Dia punya banyak teman di sana. Dia kan orang asing—kata Nenev.. ada yang bilang dia itu mata-mata Jerman."

"Apa memang begitu?"

"Saya rasa tidak. Pria-pria suka pada dia. Itu, para perwira Angkatan Laut dan perwira-perwira di Pangkalan Militer

Shelton. Dia punya satu atau dua teman di sana. Di pangkalan militer itu."

"Apa dia memang mata-mata?"

"Saya rasa tidak. Nenek saya kan cerita. Itu kata orang.

Dan kejadiannya bukan pada perang terakhir, tapi yang pertama. Jadi sudah bertahun-tahun yang lalu."

"Aneh," kata Tuppence. "Dalam situasi perang memang mudah terjadi kekacauan. Aku kenal seorang laki-laki tua yang punya seorang teman yang terseret dalam kancah Perang Waterloo."

"Wah, luar biasa. Itu sebelum tahun sembilan belas empat belas. Waktu itu orang biasa punya perawat orang asing—

biasanya disebut Mamselle atau Frowline. Dia baik pada anak- anak, kata Nenek. Setiap orang suka padanya."

"Waktu itu dia tinggal di sini, di The Laurels?"

"Waktu itu bukan itu namanya—saya rasa bukan itu namanya. Dia tinggal pada keluarga Parkinson atau Perkin, kalau tak salah," kata Gwenda. "Kalau sekarang ini, yah...

seperti gadis mondok. Asalnya dari—ah, itu, tempat orang menjual kue-kue terkenal itu—dijual di Fortnum dan Mason—

kue—kue mahal untuk pesta. Setengah Prancis setengah Jerman, kata orang."

"Strasbourg?" tanya Tuppence.

"Ya—ya, itu namanya. Gadis itu suka melukis. Dia bahkan melukis salah seorang nenek saya. Kata Nenek Fanny—nenek saya itu—itu membuatnya kelihatan tua. Dia juga melukis salah seorang anak Parkinson. Nyonya Griffin masih menyimpan gambarnya. Anak laki-laki Parkinson itu

menemukan sesuatu tentang dia. Maksud saya, anak yang dilukis itu. Dia anak baptis Nyonya Griffin."

"Apa dia Alexander Parkinson?"

"Ya, betul. Dia dikubur dekat gereja."

Dalam dokumen Scanned book : Gerbang Nasib (Halaman 59-64)