• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Riset

Dalam dokumen Scanned book : Gerbang Nasib (Halaman 103-110)

"Ke mana saja kau, Tuppence?" tanya suaminya setelah kembali dari bepergian keesokan harinya.

"Dari ruang bawah tanah," kata Tuppence.

"Ya—ya. Aku bisa melihatnya. Kau tahu, rambutmu penuh sarang labah-labah," kata Tommy.

"Ya—aku nggak heran. Ruang itu memang penuh sarang labah-labah. Tapi tak ada apa-apa di sana. Kecuali beberapa botol bay rum," kata Tuppence.

"Bay rum?" kata Tommy. "Itu menarik."

"Benarkah?" kata Tuppence. "Apa orang meminumnya?

Rasanya kok tidak."

"Tidak," kata Tommy. "Orang biasanya meng-usap- usapkannya di rambut. Seperti minyak. Tapi untuk laki-laki, bukan perempuan."

"Aku rasa kau benar," kata Tuppence. "Aku ingat

pamanku—ya, aku punya seorang paman yang memakai bay rum. Seorang temannya biasa membawakan dari Amerika."

"Oh, ya? Menarik sekali," kata Tommy.

"Ah, aku rasa biasa saja," kata Tuppence. "Dan untuk kita tak ada gunanya. Orang kan tak bisa menyembunyikan apa- apa dalam botol bay rum."

"Oh, itu rupanya yang kaukerjakan ."

"Hm—paling nggak harus ada yang memulai, kan?" kata Tuppence. "Mungkin saja apa yang dikatakan kawanmu itu benar. Ada sesuatu yang disembunyikan di rumah ini, walaupun sulit membayangkan apa dan di mana kira-kira benda itu. Karena kalau orang menjual rumah, biasanya dia juga mengosongkan rumah, kan? Dan kalau ada barang-

barang yang ditinggalkan, barang-barang itu akan dijual oleh penghuni yang baru. Kalau tidak, waktu rumah itu dijual lagi, penghuni baru itu yang akan menjualnya. Jadi peninggalan yang ada sekarang setidaknya adalah peninggalan keluarga yang terakhir tinggal di sini. Kalau ada warisan dari penghuni- penghuni yang sebelumnya—yang tinggal di sini bertahun- tahun yang lalu—maka jumlahnya hanya satu-dua saja."

"Kalau begitu, kenapa ada orang yang ingin mencelakai kau dan aku, atau membuat kita tak betah di sini? Pasti ada sesuatu yang mereka tidak ingin kita temukan di sini."

"Hm. Itu kan idemu," kata Tuppence. "Barangkali saja itu tidak benar. Bagaimanapun, apa yang kulakukan tidak sia-sia.

Aku menemukan sesuatu."

"Ada hubungannya dengan Mary Jordan?"

"Barangkali. Ruangan itu tidak baik, seperti kukatakan tadi.

Ada benda-benda kuno yang berhubungan dengan fotografi.

Seperti lampu pembesar kuno dengan kaca merah dan bay rum. Tapi tak ada batu tipis yang kalau kita angkat kita akan menemukan sesuatu tersembunyi di baliknya. Ada beberapa peti tua yang sudah rusak, beberapa peti dari timah, dua koper kuno. Tapi semua tak bisa dipakai untuk tempat menyimpan sesuatu. Barang-barang itu akan hancur kalau kautendang. Itu saja."

"Wah, kasihan kau. Sudah payah-payah tak ada hasil,"

kata Tommy.

"Tapi ada juga hal-hal yang menarik. Aku akan naik dan membersihkan sarang labah-labah ini sebelum melanjutkan obrolan kita."

"Aku rasa baik begitu," kata Tommy. "Aku lebih suka melihat kau rapi dan bersih."

"Kalau kau ingin merasa seperti Darby dan Joan, kau harus melihat dan menganggap bahwa istrimu selalu cantik, tak peduli berapa pun umurnya," kata Tuppence.

"Tuppence sayang, kau memang selalu kelihatan cantik, di mataku," kata Tommy. "Dan ada sebuah gulungan sarang labah-labah yang amat menarik, menggantung di telinga kirimu. Seperti gulungan rambut Ratu Eugenie yang menggelantung di lehernya. Dan kelihatannya ada seekor labah-labah pada sarang yang menggelantung di telingamu itu."

"Oh, aku tak suka."

Dia menyapu sarang itu dengan tangannya. Dengan segera Tuppence ke atas, lalu menemui Tommy lagi setelah membersihkan diri. Sebuah gelas telah menunggunya, dan dia memandang ragu-ragu.

"Kau tak memaksaku untuk minum bay rum, kan?"

"Tidak. Aku sendiri juga tidak ingin."

"Hm—aku ingin melanjutkan omonganku, kalau begitu."

"Silakan," kata Tommy. "Aku tahu kau akan melakukannya.

Tapi aku ingin merasa bahwa akulah yang mendorongmu untuk cerita."

"Hm, aku berpikir-pikir tadi. Kalau aku ingin menyembunyikan sesuatu di rumah ini—yang tak bisa ditemukan orang, tempat manakah yang akan kupilih?"

"Ya, sangat logis," kata Tommy.

"Jadi aku berpikir—tempat-tempat mana yang bisa dipakai menyembunyikan sesuatu? Dan salah satu tempat itu adalah perut Mathilde."

"Coba ulangi," kata Tommy.

"Perut Mathilde. Kuda-kudaan goyang itu. Aku pernah cerita tentang kuda itu. Buatan Amerika."

"Banyak benda dari Amerika," kata Tommy. "Juga bay rum itu."

"Dan kuda goyang itu perutnya berlubang. Itu kata si Isaac tua. Dan banyak kertas-kertas tua dimasukkan di situ. Tak ada yang menarik.

Tapi merupakan kemungkinan untuk menyembunyikan sesuatu, kan?"

"Bisa jadi."

"Juga Truelove. Aku sudah memeriksa Truelove. Tempat duduknya terbuat dari mackintosh, tapi tak ada apa-apa di situ. Dan tentu saja tak ada benda-benda milik pribadi seseorang. Jadi aku berpikir lagi. Ada buku-buku dan rak buku. Orang suka menyembunyikan sesuatu di buku. Dan kita belum selesai membereskan buku-buku di atas, kan?"

"Aku kira sudah," kata Tommy penuh harap.

"Sebetulnya belum. Masih ada rak bawah."

"Itu tidak susah. Maksudku, kita tidak perlu naik tangga dan menurunkan barang-barang itu."

"Ya. Jadi aku ke sana, duduk di lantai, dan memeriksa rak bagian bawah. Kebanyakan yang ada di situ bahan-bahan khotbah. Khotbah kuno yang aku rasa ditulis seorang pendeta Metodis. Pokoknya barang-barang itu tidak menarik. Jadi aku keluarkan semua buku di lantai. Dan aku menemukan sesuatu.

Di bagian bawah rak buku itu ternyata ada orang yang pernah membuat lubang, dan memasukkan macam-macam benda di dalamnya, termasuk lembaran-lembaran buku yang disobek.

Ada satu lubang yang agak besar dan ditutup kertas coklat di atasnya. Kertas itu aku tarik. Siapa tahu ada sesuatu

disembunyikan di situ, kan? Coba, apa yang kutemukan7"

"Apa ya?. Edisi pertama Robinson Crusoe? Atau buku lain?"

"Bukan. Buku ulang tahun."

"Buku ulang tahun. Apa itu?"

"Orang dulu biasanya punya. Kembali ke zaman nenek moyang. Ke zaman keluarga Parkinson. Barangkali juga sebelumnya. Buku itu tua dan sudah lapuk. Tak ada gunanya untuk disimpan. Dan aku rasa tak ada yang peduli dengan buku itu. Tapi buku itu bisa menunjuk ke waktu lampau dan orang bisa menemukan sesuatu di dalamnya."

"Hm. Maksudmu—orang bisa menyelipkan sesuatu di situ."

"Ya. Tapi—tentu saja tak ada yang melakukannya. Tak ada yang sesederhana itu. Tapi aku mau melihatnya dengan hati- hati. Aku belum betul-betul memeriksanya. Barangkali saja ada nama-nama yang menarik, dan kita bisa menemukan sesuatu."

"Aku rasa begitu," kata Tommy skeptis. "Itulah satu- satunya yang kutemukan di buku-buku. Tak ada apa-apa lagi di rak bagian bawah. Hal lain yang perlu kita selidiki ialah lemari."

"Bagaimana dengan perabotan?" kata Tommy. "Ada semacam laci rahasia dan sebagainya."

"Tidak, Tom. Kau tidak melihatnya dengan pandangan lurus. Semua perabotan di rumah ini kan punya kita. Kita pindah ke rumah kosong, dan kita membawa semua perabotan kita.

Dan barang-barang yang bukan punya kita ada di tempat bernama KK, yang menyimpan mainan-mainan tua. Dan kursi kebun yang rusak. Maksudku tak ada barang antik menarik yang ditinggalkan. Orang yang terakhir tinggal di sini rupanya membawa atau menjual perabotan sisa itu. Aku rasa rumah ini sudah sering berganti pemilik sejak keluarga Parkinson. Jadi

aku rasa tak ada lagi peninggalan mereka. Tapi aku menemukan sesuatu. Barangkali ada gunanya."

"Apa itu?"

"Kartu menu porselen."

"Kartu menu porselen?"

"Ya. Di dalam lemari yang belum sempat kita buka itu. Di dekat tempat penyimpanan daging. Karena kuncinya hilang.

Dan aku menemukan kuncinya di sebuah kotak tua, di KK. Aku beri minyak sedikit kunci itu, dan lemarinya kubuka. Tak ada apa-apa di dalamnya. Hanya lemari kotor dengan pecahan porselen di dalamnya. Aku rasa dari penghuni terakhir rumah ini. Tapi di rak paling atas ada beberapa kartu menu porselen yang biasanya dipakai di pesta-pesta. Luar biasa juga

makanan yang mereka makan—lezat-lezat. Aku akan membacakannya beberapa untukmu setelah makan malam nanti. Luar biasa. Dua sup—kental dan encer, dan ada dua macam ikan. Lalu ada dua entree. Setelah itu salad atau apa.

Dan setelah itu daging. Setelah itu—aku tak pasti apa yang dimakan kemudian. Aku rasa sorbet. Itu sebenarnya es krim, kan? Dan setelah itu—lobster salad. Luar biasa!"

"Hush, sudah, sudah," kata Tommy, "Kenyang aku rasanya."

"Hm—aku pikir cukup menarik juga. Karena dia menunjuk ke masa lampau."

"Dan apa yang kauharapkan dari penemuan-penemuan itu?"

"Kemungkinan besar yang bisa dipakai ialah buku ulang tahun. Di situ disebut nama Winifred Morrison."

"Lalu?"

"Winifred Morrison aku rasa adalah nama kecil Nyonya Griffin tua itu. Temanku minum teh. Dia termasuk orang lama

di sini dan tahu banyak hal yang terjadi sebelum dia lahir. Aku rasa dia pernah dengar atau mungkin ingat nama-nama lain yang ada di buku itu. Barangkali ada yang bisa kita ambil dari situ."

"Barangkali," kata Tommy dengan suara yang tetap ragu.

"Aku rasa—"

"Apa pendapatmu?" kata Tuppence.

"Aku tak tahu apa yang kupikir," kata Tommy. "Kita tidur saja, yuk. Apa tak sebaiknya kita tinggalkan saja persoalan ini?

Apa sih perlunya kita tahu siapa yang membunuh Mary Jordan?"

"Apa kau tak ingin tahu?"

"Tidak," kata Tommy. "Setidaknya—oh. Aku angkat tangan. Kau yang membuatku terlibat."

"Apa kau belum menemukan apa-apa?" tanya Tuppence.

"Hari ini aku tak ada waktu. Tapi aku punya beberapa sumber informasi lain. Aku minta pada wanita yang

kuceritakan padamu itu beberapa hal lain. Itu, ahli riset yang pandai itu."

"Oh," kata Tuppence. "Kita harap saja yang terbaik.

Barangkali ini tak ada gunanya. Tapi cukup menyenangkan untuk dilakukan."

"Tapi aku tak tahu apakah nantinya juga akan

menyenangkan seperti apa yang kauharap," kata Tommy.

"Ah. Tak apa-apa," kata Tuppence. "Pokoknya kita lakukan yang terbaik saja."

"Jangan terus melakukan yang terbaik sendirian," kata Tommy. "Itu yang sebetulnya membuatku kuatir kalau aku tak ada di dekatmu."

Dalam dokumen Scanned book : Gerbang Nasib (Halaman 103-110)