• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gerbang Nasib

Dalam dokumen Scanned book : Gerbang Nasib (Halaman 184-189)

Toko Tuan Durrance terletak di jalan menuju desa. Toko itu ada di pojok jalan dan di jendela kacanya terdapat beberapa foto yang menunjukkan pasangan-pasangan pengantin, seorang bayi telanjang dalam posisi menyepak, satu atau dua pemuda berjenggot dengan pacarnya. Tak-satu foto pun kelihatan bagus, beberapa di antaranya bahkan menunjukkan kalau umurnya sudah terlalu tua. Di situ juga banyak kartu pos bergambar, kartu ulang tahun, dan

beberapa rak khusus yang diatur menurut isi kartunya. Kepada Suamiku. Untuk Istriku. Satu atau dua kelompok orang yang sedang mandi. Ada beberapa buku saku dan dompet

murahan, beberapa alat tulis dan amplop berbunga. Beberapa kotak kertas catatan bergambar bunga yang diberi label Untuk Catatan.

Tuppence melihat-lihat sebentar, memegang-megang beberapa barang jualan sambil menunggu orang yang sedang bicara tentang hasil 'jepretan kamera tertentu.

Seorang wanita tua berambut abu-abu dan bermata agak kuyu melayani permintaan yang tak terlalu sulit. Seorang pemuda yang agak tinggi dengan rambut panjang dan jenggot yang mulai tumbuh kelihatannya merupakan penjaga toko yang paling bisa diandalkan. Dia berjalan dan mendekati Tuppence dengan wajah bertanya.

"Bisa saya bantu?"

"Oh," kata Tuppence, "saya ingin tanya tentang album.

Album foto."

"Ah, tempat menyimpan foto dengan menjepitkan foto-foto itu? Hm, kami punya satu atau dua barangkali. Sekarang ini tidak banyak. Orang lebih suka yang transparan."

"Ya, memang. Tapi saya mengumpulkannya. Saya punya koleksi album-album tua. Seperti ini," kata Tuppence.

Dan... seperti tukang sulap, dia mengeluarkan album yang baru diterimanya.

"Ah, ini sudah kuno, ya?" kata Tuan Durrance. "Ya, kira- kira lima puluh tahunan, saya kira. Waktu itu pasti setiap orang punya album."

"Mereka juga punya buku ulang tahun," kata Tuppence.

"Buku ulang tahun—ya. Saya ingat Nenek saya pernah punya buku ulang tahun. Banyak orang yang menuliskan namanya di buku itu. Kami punya banyak kartu ulang tahun di sini. Tapi tak banyak orang yang membelinya. Kartu Valentine dan kartu Natal lebih laku."

"Saya tak tahu apakah Anda punya album-album tua.

Album-album yang biasanya dibuang orang, tapi menarik bagi saya karena saya seorang kolektor. Saya mengumpulkan bermacam-macam jenis."

"Ya, ya, sekarang ini orang memang suka mengumpulkan macam-macam barang," kata Tuan Durrance. "Kadang-kadang yang mereka kumpulkan itu aneh-aneh. Rasanya saya tak punya barang setua yang Anda koleksi. Tapi akan saya lihat- lihat nanti."

Dia berjalan ke belakang meja dan membuka sebuah laci yang menempel di dinding.

"Banyak barang di sini," katanya. "Saya memang

bermaksud mengeluarkannya suatu saat nanti. Tapi saya tak tahu apa ada yang berminat membeli. Banyak gambar-gambar pengantin. Tapi ini cuma tanggal-tanggal pengantin. Orang hanya memerlukannya pada perayaan pernikahan saja.

Setelah itu tak ada perlunya lagi."

"Maksud Anda, tak ada orang datang dan berkata, 'Nenek saya menikah di sini. Apa Anda punya foto perkawinannya?”

"Saya rasa tak ada orang yang bertanya begitu," kata Durrance. "Tapi siapa tahu. Orang kadang-kadang datang dan menanyakan hal-hal yang aneh. Kadang-kadang ada orang yang menanyakan apa kami menyimpan klise foto seorang bayi. Biasa, ibu-ibu. Mereka ingin foto anaknya waktu kecil.

Fotonya sih biasanya jelek. Kadang-kadang ada polisi datang untuk mengidentifikasi orang. Orang yang pernah tinggal di sini ketika muda, dan mereka ingin tahu rupanya waktu itu—

apa dia memang orang yang mereka cari atau mereka kejar karena buronan itu telah membunuh orang. Terus terang hal- hal seperti itu menyenangkan juga kadang-kadang," kata Durrance sambil tersenyum senang.

"Anda senang hal-hal yang sifatnya kriminal, ya?" kata Tuppence.

"Ah—ya. Orang kan tiap hari membaca berita-berita' seperti itu. Kenapa laki-laki ini dituduh membunuh istrinya enam bulan yang lalu, misalnya begitu. Dan itu cukup menarik, kan? Karena ada orang bilang bahwa istrinya itu masih hidup, yang lain bilang wanita itu dikubur di suatu tempat dan tak ada orang yang menemukannya. Hal-hal seperti itu. Dan foto si tertuduh pasti berguna."

"Ya," kata Tuppence.

Dia merasa bahwa walaupun dia semakin akrab dengan Tuan Durrance, tapi Tuan Durrance tidak banyak membantu.

"Saya rasa Anda tak punya foto seorang wanita yang—

saya rasa namanya Mary Jordan. Tapi sudah lama. Kira-kira—

ya, enam puluh tahun yang lalu. Kalau tak salah dia meninggal di sini."

"Wah, itu sudah lama sekali," kata Tuan Durranee. "Ayah saya biasa menyimpan banyak barang. Dia memang tipe orang yang suka— menyimpan-nyimpan. Tak pernah

membuang apa-apa. Dia pasti ingat seseorang yang dia kenal, terutama kalau ada sejarahnya. Mary Jordan. Rasanya pernah

dengar. Ada kaitannya dengan Angkatan Laut, kan? Dan sebuah kapal selam? Dan orang bilang dia mata-mata? Dia kan setengah asing, kalau tak salah ibunya orang Rusia atau Jerman—atau Jepang?"

"Ya. Saya cuma ingin tahu apa Anda punya foto-fotonya?"

"Rasanya kok tidak. Tapi coba nanti saya cari kalau ada waktu. Nanti saya berita Anda kalau ada hasilnya. Apa Anda seorang penulis?" katanya penuh harap. -

"Hm," kata Tuppence. "Itu bukan pekerjaan tetap saya.

Tapi saya memang sedang merencanakan sebuah buku kecil.

Yang memuat kenangan-kenangan lama sampai kejadian- kejadian terbaru. Hal-hal aneh, misalnya kasus-kasus kriminal dan petualangan. Dan foto-foto lama pasti akan menarik dan menghiasi buku itu dengan bagus."

"Saya akan membantu Anda sebisanya. Pasti menarik apa yang Anda lakukan. Maksud saya, pekerjaan yang sedang Anda lakukan itu."

"Ada keluarga yang bernama Parkinson," kata Tuppence.

"Mereka dulu pernah tinggal di rumah kami."

"Ah. jadi Anda yang tinggal di rumah itu? The Laurels atau Katmandu? Apa ya, namanya yang terakhir? Pernah dinamai Swallow's Nest, kan? Lucu juga nama itu."

"Itu karena banyak burung layang-layang bersarang di atapnya," kata Tuppence. "Sampai sekarang pun masih banyak."

"Ya, bisa saja. Tapi rasanya nama itu aneh juga untuk nama sebuah rumah."

Merasa bahwa dia telah membuka hubungan-baik walaupun tak terlalu berharap akan hasilnya, Tuppence membeli beberapa kartu pos bergambar dan kertas catatan bergambar bunga. Dia kemudian berpamitan pada Tuan Durrance, lalu berjalan ke luar. Sesampai di dekat rumah dia

berhenti sejenak dan berbelok ke samping rumah untuk melihat KK. Dia sampai di dekat pintu. Tiba-tiba dia berhenti.

Lalu berjalan lagi. Dia seolah-olah melihat seonggok baju tergeletak di dekat pintu. Barangkali benda itu dikeluarkan dari perut Mathilde, pikir Tuppence.

Dia mempercepat langkahnya, hampir berlari. Ketika sampai di dekat pintu, dia berhenti. Rupanya bukan seonggok baju tua yang dia lihat. Baju itu memang tua. Juga tubuh yang memakai baju itu. Tuppence membungkuk, lalu berdiri lagi, menguatkan badannya dengan menyandarkan tangan di pintu.

"Isaac!" katanya. "Isaac. Kasihan, "Isaac tua. Aku yakin—

aku yakin dia sudah mati."

Ada seseorang datang dari rumah setelah dia berteriak.

"Oh, Albert, Albert. Ada kejadian mengerikan. Isaac. Isaac tua. Dia tergeletak dan mati. Aku rasa—aku rasa ada orang yang membunuhnya."

Dalam dokumen Scanned book : Gerbang Nasib (Halaman 184-189)