BAB II STUDI PUSTAKA
2.6. Dari Community Based Resource Management ke Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Berbagai upaya pengembangan masyarakat dalam beberapa waktu terakhir ini, telah mengalami perkembangan mencakup otoritas pemerintah terhadap kontrol dan kebiasaan lokal atau local wisdom. Dalam berbagai aspek merupakan hal yang alamiah dan sangat diperlukan adanya modernisasi sistem atau struktur masyarakat di daerah, mengingat pentingnya partisipasi lokal dalam kontek persaingan global yang menuntut adanya perubahan sistem menyeluruh sampai ke daerah-daerah.
Community Based Resource Management ini, menjadi urgen dalam rangka pembangunan national, serta memperkuat kompetisi
nasional dalam persaingan bebas global dunia. Hal ini karena proses globalisasi serta proses borderless diantara berbagai negara, telah memungkinkan interaksi antar negara sampai pada interaksi antara komunitas dalam negara, yaitu proses dari global-lokal dan sebaliknya proses local-global. Kompetisi global antar negara harus didukung oleh seluruh elemen negara dalam kontek nasionalisme baru, yang tidak chaufanistik serta memberikan hasil yang mampu menyejahterakan semua.
Dalam menghadapi percepatan persaingan global dan local, serta adanya tekanan perkembangan populasi dan meningkatnya aspirasi masyarakat, telah menuntut adanya perubahan yang sangat substansial terhadap sistem manajemen sumber-sumber daya untuk mendukung keberlanjutan intensifikasi penggunaan sumber-sumber yang ada di daerah perdesaan tersebut.
Di lain pihak perkembangan birokrasi pemerintah di daerah, belum mampu memberikan layanan seiring dengan percepatan populasi dan aspirasi masyarakat di daerah, yang memungkinkan negara dapat memberikan layanan manajemen sumber daya pembangunan di daerah sebagaimana percepatan tekanan penduduk dan aspirasi masyarakat di daerah. Terkait dengan perkembangan tersebut, menurut Korten (p. 2, 1987):
“There is growing recognition in Asia of the need for such a partnertship, reflected ini a wide range of initiative supportive of a strong community role in resource management within the context of larger national participation in government planned and financed projects and programs willing for strong community control of development resources within institutional frameworks supportive of productivity, equity,
and sustainability. The better known of these initiatives have been in irrigation and social forestry but similar concepts are being applied in health, uplands, agriculture, village credits programs, and others.”
Sementara itu menurut Korten,( p.2, 1987), hakekat dari community adalah: “Wild of ecology, referring simply to an interacting population of organisms (or individuals) living in a common location. Competing interests are assumed to be a natural feature of human communities, and one of the concerns in the development community management systems is with the strengthening of mechanisms for effective and equitable manajement as such conflict”.
Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa Community Based Resource Management, merupakan perspektif pembangunan masyarakat daerah atau perdesaan yang memiliki basis komunitas yang sama, dengan berbagai produktivitas yang semacam untuk diberdayakan dan dapat berlangsung secara efektif dan intensif untuk kesejahteraan masyarakat setempat. Sehingga kinerja manajemen berbasis komunitas ini benar-benar diharapkan dapat menjalankan fungsinya untuk meningkatkan kemampuannya dalam memobilisasi ketersediaan sumber-sumber yang ada dan menggunakannya untuk meningkatkan produktivitas, kesetaraan dan keberlanjutannya untuk dapat berkembang bersama dengan komunitas lain, baik pada tingkat yang sama, atau pun yang lebih tinggi pada tingkat nasional maupun global.
Konsep tentang Community Based Resource Management, memiliki tantangan tersendiri bagi pemerintah maupun birokrasi daerah setempat, secara umum ada 3 alasan tentang pentingnya
Community Based Resource Management, antara lain sebagai berikut:
1. Local Variety atau varietas lokal; kehidupan komunitas seringkali dicirikan dengan varietas secara alamiah dan ekologi sosial serta preferensi individu. Opimalisasi produktivitas dan keberlanjutannya dalam penggunaan sumber-sumber untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat tergantung pada kesesuaian dan adaptasinya terhadap varietas ini.
2. Local Resources atau Sumber-sumber lokal; pada saat masyarakat setempat komit terhadap suatu ide tertentu, mereka seringkali mampu memobilisasi varietas dari sumber-sumber tersebut untuk di realisasikan, dari tanah dan bangunan yang tidak berguna, dengan ketrampilan dan jaringan komunikasinya termasuk penggunaan dananya. Orang-orang setempat akan dengan suka rela mengeluarkan tenaga dan pikirannya, untuk merealisasikan ide tersebut, menjadi berbagai aktivitas yang lebih produktif.
3. Local Accountability atau pertanggungjawaban lokal; Suatu prinsip dasar dari masyarakat demokratis adalah bahwa kontrol harus berada pada masyrakat itu sendiri, khususnya pada kekuasaan yang ada masyarakat itu sendiri. Dimana kontrol langsung dari pemerintah di atasnya tidak mungkin dilakukan, akan tetapi diserahkan pada individu yang mendapat delegasi dari masyarakat setempat untuk mendapatkan kontrol langsung dari tingkat di atasnya.
Implementasi PNPM Mandiri sebenarnya dapat di sebut pula sebagai pola implementasi teori community management development yang telah dikembangkan pada upaya memberdayakan masyarakat miskin di daerah perdesaan. Hal ini sebagai jawaban atas permasalahan utama pembangunan Indonesia adalah masih besarnya jumlah penduduk miskin. Sebagai upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja, pemerintah meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Program Nasional ini dimulai pada tahun 2007 dan akan berlangsung setidaknya sampai dengan 2015. PNPM Mandiri merupakan upaya pemerintah untuk mengharmonisasi program-program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Selama ini program- program tersebut dilaksanakan secara sektoral dan parsial dengan pendekatan dan prosedur yang beragam. Harmonisasi prinsip, kriteria dan prosedur melalui PNPM Mandiri diharapkan akan mengurangi inefisiensi dan inefektivitas pengelolaan program- program pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri pada tahun 2007 dikembangkan berdasarkan dua program pemberdayaan masyarakat yang cukup besar yaitu Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP). Mulai tahun 2008 PNPM Mandiri diperluas dengan mencakup Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) untuk penanganan daerah tertinggal, pasca bencana dan konflik; Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW); dan Program
Infrastruktur Perdesaan (PPIP) untuk mempercepat pengembangan infrastruktur wilayah dan perdesaan. Ke depan PNPM Mandiri juga diperkuat dengan berbagai program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh departemen/sektor dan pemerintah daerah.
Pengintegrasian berbagai program pemberdayaan masyarakat tersebut memerlukan target dan indikator harus dicapai selama kurun waktu pelaksanaan program. Dalam implementasinya, PNPM Mandiri agar dapat mencapai target yang diharapkan dilakukan pemantauan dan evaluasi yang secara khusus melihat perkembangan pencapaian target dan indikator PNPM Mandiri secara konsiten dan terbuka. Pemantauan dan evaluasi yang memadai terhadap kinerja program diperlukan agar dapat dilakukan evaluasi yang mendorong pengelolaan program yang lebih efektif dan sesuai dengan tujuan PNPM Mandiri. PNPM Mandiri dengan formulasi koordinasi dan konsolidasinya tidak akan mungkin terlepas dari berbagai kekurangan. Untuk itu, pemantauan dan tindak lanjut dari hasil-hasil evaluasi sangat besar perannya dalam menyempurnakan formulasi program sehingga masyarakat miskin yang berdaya layak untuk dapat diwujudkan. Agar semua program yang tergabung dalam PNPM Mandiri dapat melakukan pemantauan dan evaluasi yang menggunakan kriteria dan metodologi yang relatif sama, maka disusun Pedoman Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi PNPM Mandiri ini. Pedoman ini berfungsi sebagai panduan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan PNPM Mandiri kepada para pemangku kepentingan dari berbagai
program, termasuk di dalamnya: pemerintah, konsultan, fasilitator, dan kelompok masyarakat.
Evaluasi program tentunya terus diperlukan agar pola implementasi PNPM Mandiri, benar-benar memberikan kesempatan pada masyarakat pada komunitas tertentu menjadi lebih berdaya, dalam perspektif mereka sendiri. Dan bukannya dalam perspektif para pengambil kebijakan masyarakat yang berada di lingkungan perkotaan, hal ini penting karena hubungan antar komunitas baik antar masyarakat perdesaan itu sendiri maupun dengan komunitas masyarakat perkotaan harus sejajar, begitu pula antar hubungannya dalam kontek lokal-global, masyarakat perdesaan harus pula berkembang secara sejajar dengan masyarakat komunitas global yang berinteraksi dengannya.